Anda di halaman 1dari 11

NEONATUS BERUSIA 7 HARI DENGAN

HIPERBILIRUBINEMIA
Seven Day Old Neonate with Hyperbilirubinemia

Dwi Hanif Mustofa1, Kautsar Prastudia Eko Binuko2


1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Konsulen, Ilmu Kesehatan Anak, RSUD Harjono Ponorogo
Korespondensi: Dwi Hanif Mustofa. Alamat email: j500160090@student.ums.ac.id

ABSTRAK
Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar bilirubin >5mg/dL yang ditandai oleh
munculnya ikterus pada kulit, sklera, dan mukosa akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi
yang berlebihan. Kebanyakan bayi baru lahir ini merupakan fenomena transisional yang
normal, tetapi pada beberapa bayi, terjadi peningkatan bilirubin secara berlebihan sehingga
berpotensi menjadi toksik dan dapat bermanifestasi klinis ke sekuele neurologis hingga
kematian. Dengan demikian setiap bayi yang mengalami kuning perlu dibedakan apakah
ikterus yang terjadi merupakan keadaan fisiologis atau patologis. Laporan kasus ini
melaporkan sebuah kasus bayi berusia 7 hari yang dibawa ke RSUD dr. Harjono Ponorogo
dengan keluhan tampak kuning. Bayi lahir pada usia kehamilan 37 minggu dan berat badan
lahir 2700 gram. Bayi tampak kuning secara mendadak 6 jam sebelum masuk rumah sakit
disertai keluhan demam dan malas minum. Ikterus pada bayi mencapai derajat Kramer 4
dengan kadar bilirubin indirect 20,3 mg/dl dan direct 0,7 mg/dl, tatalaksana utama pada
pasien ini dengan fototerapi. Intervensi fototerapi dilakukan selama 1×24 jam sambil monitor
respon pasien terhadap fototerapi, Setelah selesai fototerapi bayi dilihat secara klinis..
Kata Kunci: Neonatus, Hiperbilirubinemia, Fototerapi
ABSTRACT
Hyperbilirubinemia is an increase in bilirubin levels > 5 mg/dL which is
characterized by the appearance of jaundice in the skin, sclera, and mucosa due to excessive
accumulation of unconjugated bilirubin. In most newborns this is a normal transitional
phenomenon, but in some infants, there is an excessive increase in bilirubin that can be toxic
and can manifest clinically from neurological consequences to death. Thus, every baby who
experiences jaundice needs to be distinguished whether the jaundice that occurs is
physiological or pathological. This case report reports a case of a 7-day-old baby who was
brought to dr. Harjono Ponorogo with a complaint that he looks yellow. The baby was born at
37 weeks of gestation and the birth weight was 2700 grams. The baby looks yellow immediately
6 hours before admission to the hospital accompanied by complaints of fever and lazy to drink.
Jaundice in infants reached Kramer grade 4 with indirect bilirubin levels of 20.3 mg/dl and
direct 0.7 mg/dl, the main management of this patient with phototherapy. The phototherapy
intervention was carried out for 1×24 hours while monitoring the patient's response to
phototherapy. After completing phototherapy, the baby was seen clinically.

Keywords: Neonates, Hyperbilirubinemia, Phototherapy

PENDAHULUAN sklera, dan mukosa akibat akumulasi

Hiperbilirubinemia adalah bilirubin tak terkonjugasi yang berlebihan.

peningkatan kadar bilirubin >5mg/dL yang Secara umum, setiap neonatus mengalami

ditandai oleh munculnya ikterus pada kulit, peningkatan konsentrasi bilirubin serum,

501
ISSN : 2721-2882
namun kurang 12 mg/dL pada hari ketiga Angka kejadian ikterus pada

hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus mimggu pertama terdapat pada 60% bayi

fisiologis. Pola ikterus fisiologis pada bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan.

baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin Kejadian ikterus di Amerika Serikat dari 4

serum total biasanya mencapai puncak juta neonatus yang lahir setiap tahunnya,

pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar sekitar 65% menderita ikterus dalam

5-6 mg/dL, kemudian menurun kembali minggu pertama kehidupannya.,

dalam minggu pertama setelah lahir. sedangkan di RSCM prevalensi ikterus

Kadang dapat muncul peningkatan kadar pada sebesar 58% untuk kadar bilirubin >

bilirubin sampai 12 mg/dL dengan bilirubin 5mg/dL dan 29,3% untuk kadar bilirubin

terkonjugasi < 2 mg/dL. Sedangkan ikterus >12 mg/dL pada minggu pertama

patologis adalah ikterus yang terjadi pada kehidupan (Tazami, et al., 2013)

24 jam pertama setelah lahir, ikterus Ikterus non fisiologis atau ikterus

dengan kadar bilirubin total melebihi 12 patologis tidak mudah dibedakan dengan

mg/dl pada neonatus aterm dan melebihi 10 ikterus fisiologis. Ikterus patologis ini

mg/dl pada neonatus preterm, ikterus mempunyai dasar patologis atau kadar

dengan peningkatan bilirubin total lebih bilirubinnya yang mencapai suatu nilai yang

dari 5 mg/dl/hari, ikterus yang mempunyai disebut hiperbilirubinemia. Ikterus

hubungan dengan proses hemolitik, infeksi patologis merupakan mungkin merupakan

atau keadaan patologis lainnya, kadar petunjuk penting untuk diagnosis awal dari

bilirubin direk melebihi >2 mg/dl, feses banyak penyakit neonatus.

berwarna putih pucat/abu-abu dan urinnya Penegakan diagnosis dapat

berwarna gelap (kuning sekali, lengket, dilakukan berdasarkan anamnesis. Riwayat

seperti teh), serta kondisi ikterus yang ikterus pada keluarga, riwayat kondisi

menetap hingga usia > 14 hari (HTA tertentu pada keluarga (anemia, defisiensi

Indonesia, 2004). G6PD, penyakit hati), riwayat kehamilan

502
ISSN : 2721-2882
ibu dan komplikasi (obat-obatan, ibu intrahepatik maupun post hepatik.

dengan Diabetes Mellitus, gawat janin, Peningkatan Sirkulus enterohepatikus

malnutrisi intra uterin, infeksi intranatal, karena masih berfungsinya enzim

trauma persalinan, usia gestasi. riwayat glukuronidase di usus dan belum ada

persalinan dengan tindakan), dan riwayat nutrien (Hansen, 2017).

pemberian ASI penting untuk ditanyakan Ikterus pada neonatus juga dapat

(Suradi & Letupeirissa, 2013). disebabkan oleh kekurangan asupan ASI

Etiologi ikterus dapat disebabkan (breast feeding jaundice) atau disebabkan

berbagai faktor. Penyebab prehepatik oleh ASI (breast milk jaundice). (Suradi &

menyebabkan produksi bilirubin yang Letupeirissa, 2013).

berlebihan akibat proses hemolisis yang Breast feeding jaundice biasanya

meningkat, kondisi ini dapat ditemui tampak pada usia 2-5 hari, penyebabanya

pada kasus inkompatibilitas rhesus, ABO, karena asupan ASI/cairan yang kurang

defisiensi enzim G6PD, dan sepsis. sehingga terjadi peningkatan sirkulasi

Penyebab hepatik seperti imaturitas hepar enterohepatik. Pencegahan untuk

pada bayi preterm dapat menyebabkan mengurangi terjadinya breastfeeding

kurangnya substrat untuk konjugasi jaundice yaitu dengan Inisiasi Menyusui

bilirubin, gangguan proses uptake, dan Dini (IMD) pemberian ASI minimal 8 kali

defisiensi enzim glukoronil transferase. sehari (lebih dari 10 menit tiap menyusui).

Infeksi atau defisiensi albumin juga dapat Breast milk jaundice tampak pada

mengganggu proses uptake dan konjugasi usia 5-10 hari dan biasanya

bilirubin dan berujung pada penumpukan berlangsung lebih lama, penyebabnya

bilirubin indirek. Apabila bilirubin direk karena hambatan fungsi enzim glukuronil

mengalami peningkatan, maka hal itu transferase (akibat:hasil metabolisme

dapat disebabkan oleh gangguan ekskresi progesteron dalam ASI), peningkatan

akibat adanya obstruksi baik pada sirkulasi enterohepatik (akibat:

503
ISSN : 2721-2882
peningkatan aktivitas beta-glukuronidase bidan maupun dokter kandungan.

dalam ASI, keterlambatan pembentukan Kesadaran bayi masih tampak

flora usus pada bayi yang mendapat ASI). baik dan bayi masih menangis aktif

Komplikasi dari hiperbilirubinemia meskipun sedikit lemah.

adalah Kern Icterus atau ensefalopati Pemeriksaan tanda vital

bilirubin yaitu suatu kerusakan otak akibat menunjukkan denyut nadi 161 kali per

perlengketan bilirubin indirek pada otak menit, pernafasan 52 kali per menit,

terutama pada korpus striatum, thalamus, saturasi oksigen 98% dan Suhu 38,3°C.

nucleus subthalamus, hipokampus, dan Turgor kulit kembali lambat, tampak

nucleus pada dasar ventrikel IV (Assoku, kuning pada wajah, leher, perut, paha, dan

2020). keempat ekstremitas. Berat bayi lahir

LAPORAN KASUS 2700 gram berdasarkan kurva Lubchenko

Seorang bayi laki-laki berusia 7 bayi termasuk ke kategori sesuai masa

hari dibawa ke RSUD dr. Harjono kehamilan, sekarang berat bayi 2100

Ponorogo dengan keluhan tampak kuning gram.

sejak 6 jam yang lalu sebelum masuk Pemeriksaan laboratorium darah

rumah sakit. keluhan lain bayi demam, lengkap menunjukkan kenaikan kadar

malas minum, lemas, dan tidak buang air trombosit 499 103/ µ L, MCHC 35,6

kecil sejak tadi malam. Sebelumnya bayi gr/dL, RDW-CV 15,3% dan monosit

dirawat di RS swasta selama 6 hari dan 17,4%. Pemeriksaan kimia klinik

baru dirumah selama 1 hari . Bayi menunjukkan kenaikan kadar bilirubin

tersebut lahir secara sectio caesarea total hingga 21.00 mg/dl dan bilirubin

dengan usia kehamilan 37 minggu dan direk 0.7 mg/dl. Bayi di diagnosis sebagai

berat lahir 2700 gram. Ibu pasien neonatus ikterus, aterm dengan berat lahir

mengatakan bahwa tidak ada komplikasi sesuai masa kehamilan, lahir secara sectio

selama kehamilan dan kontrol rutin ke caeserea. Bayi mendapatkan perawatan di

504
ISSN : 2721-2882
ruang infeksius bangsal perinatal RSUD (Hansen, 2017).

dr. Harjono Ponorogo, terapi yang Tabel 1. Perbedaan bilirubin

didapatkan adalah oksigenasi dengan unconjugated dan conjugated

nasal canule 1-2 lpm, spin ad lib, Unconjugated Conjugated

fototerapi 1 × 24 jam, dan pemberian


Bilirubin Indirek Direk
ASI. Bayi menunjukkan perbaikan
Larut dalam ( - ) (+)
kondisi klinis yang signifikan dan
Air
memenuhi kriteria pulang pada hari ke
Larut dalam ( + ) (-)
tiga.
Lemak
PEMBAHASAN
Bersenyaw (+) (-)
Neonatus dengan ikterus
a dengan
menunjukkan manifestasi berupa
albumin
pigmentasi kuning pada kulit, sklera, atau
Bilirubin Neurotoksik Non toksik
membran mukosa akibat adanya deposit
bebas
bilirubin yang berlebihan pada jaringan.

Ikterus umumnya mulai tampak pada


Sel darah merah pada neonatus
sklera (bagian putih mata) dan wajah,
berumur sekitar 70-90 hari, lebih pendek
kemudian selanjutnya meluas secara
dari pada sel darah merah orang dewasa,
sefalokaudal (dari atas ke bawah) ke arah
yaitu 120 hari. Secara normal pemecahan
dada, perut, dan ekstremitas (Suradi &
sel darah merah akan menghasilkan heme
Letupeirissa, 2013).
dan globin. Heme akan dioksidasi oleh
Bilirubin adalah pigmen yang
enzim heme oksigenase menjadi bentuk
dihasilkan dari proses pemecahan
biliverdin (pigmen hijau). Biliverdin
eritrosit. Bilirubin terdiri atas dua jenis
bersifat larut dalam air. Biliverdin akan
yaitu bilirubin indirek atau unconjugated
mengalami proses degradasi menjadi
dan bilirubin direk atau conjugated
bentuk bilirubin. Satu gram hemoglobin

505
ISSN : 2721-2882
dapat memproduksi 34 mg bilirubin. 2013).

Produk akhir dari metabolisme ini adalah Gambar 1. Produksi, konjugasi, dan ekskresi

bilirubin indirek yang tidak larut dalam

air dan akan diikat oleh albumin dalam

sirkulasi darah yang akan

mengangkutnya ke hati. Bilirubin indirek

diambil dan dimetabolisme di hati

menjadi bilirubin direk. Bilirubin direk

akan diekskresikan ke dalam sistem bilier

oleh transporter spesifik. Setelah

diekskresikan oleh hati akan disimpan di bilirubin

kantong empedu berupa empedu. Proses Cara menentukan ikterus secara

minum akan merangsang pengeluaran visual berdasarkan panduan WHO adalah

empedu ke dalam duodenum. Bilirubin sebagai berikut (IDAI, 2009):

direk tidak diserap oleh epitel usus tetapi 1. Pemeriksaan dilakukan pada

akan dipecah menjadi sterkobilin dan pencahayaan yang cukup

urobilinogen yang akan dikeluarkan 2. Kulit bayi ditekan dengan jari secara

melalui tinja dan urin. Sebagian kecil lembut untuk mengetahui warna di

bilirubin direk akan didekonjugasi oleh bawah kulit dan jaringan subkutan

β-glukoronidase yang ada pada epitel 3. Keparahan ikterus ditentukan

usus menjadi bilirubin indirek. Bilirubin berdasarkan usia bayi dan bagian tubuh

indirek akan diabsorpsi kembali oleh yang tampak kuning.

darah dan diangkut kembali ke hati Pemeriksaan klinis ikterus dapat

terikat oleh albumin ke hati, yang dikenal dilakukan dengan menggunakan derajat

dengan sirkulasi enterohepatik (IDAI, Kramer (Rohsiswatmo & Amandito,

2018).

506
ISSN : 2721-2882
sampai lengan, tungkai dan bawah lutut.

Pemeriksaan klinik menunjukkan kadar

bilirubin total yang tinggi mencapai 21.0

mg/dl, angka ini termasuk ke dalam

kategori high risk untuk usia bayi 7 hari

dan termasuk ikterus patologis karena >12

mg/dl pada bayi aterm. Kadar bilirubin

direk juga mengalami peningkatan dengan

hasil 0.7 mg/dl, sehingga didapatkan

kadar bilirubin indirek 20.3 mg/dl.

Faktor risiko terjadinya ikterus

Gambar 2. Pembagian ikterus menurut pada neonatus dibagi menjadi 2 yaitu

derajat Kramer faktor risiko mayor dan minor (Pace, et

Pemeriksaan penunjang yang dapat al., 2019)

dilakukan untuk menegakkan diagnosis a. Mayor

antara lain kadar bilirubin (direk/indirek), - Hasil pemeriksaan TSB atau TcB

golongan darah dan rhesus ibu dan bayi, pada zone risiko tinggi

hitung darah lengkap, hitung retikulosit, - Ikterus muncul pada 24 jam

apusan darah tepi, Coomb’s test pada bayi, pertama kehidupan

dan konsentrasi G6PD (Pan & Rivas, - Inkompatibilitas golongan darah

2017). - Usia gestasi 35-36 minggu

Berdasarkan anamnesis, pasien - Riwayat saudara kandung

lemas dan malas minum sebelum masuk menerima terapi sinar

rumah sakit. Pemeriksaan fisik - Hematoma sefal atau memar luas

berdasarkan derajat kramer pasien

termasuk grade IV dengan daerah ikterus

507
ISSN : 2721-2882
- ASI eksklusif, terutama jika ASI - Diusahakan agar tubuh bayi

tidak lancar, dan kehilangan yang terkena sinar seluas

berat badan. mungkin dengan membuka

- Ras Asia timur pakaian bayi

b. Minor - Kedua mata dan gonad

- Hasil pemeriksaan TSB atau TcB ditutup

pada zone risiko sedang - Bayi diletakkan 8 inci atau 20

- Usia gestasi 37-38 minggu cm dari lampu

- Ikterus muncul sebelum - Posisi bayi sebaiknya diubah

dipulangkan. – ubah setiap 18 jam agar

- Saudara kandung mengalami bagian tubuh yang terkena

ikterus neonatorum cahaya dapat menyeluruh

- Makrosomia dengan ibu diabetes - Suhu bayi diukur secara

- Usia ibu > 25 tahun berkala 4-6 jam/kali

- Bayi laki-laki - Kadar bilirubin diperiksa

Faktor risiko yang sesuai dengan setiap 8 jam atau sekurang-

pasien ini adalah hasil pemeriksaan TSB kurangnya sekali dalam 24

pada zone risiko tinggi, usia gestasi 37 jam

minggu dan bayi laki-laki. - Hemoglobin juga harus

Tatalaksana neonatus jaundice diperiksa secara berkala

meliputi (IDAI, 2009): terutama pada penderita

1. Fototerapi dengan hemolysis

Hal-hal yang perlu diperhatikan - Perhatikan hidrasi bayi, bila

saat melakukan fototerapi antara perlu konsumsi cairan bayi

lain: dinaikkan

- Lamanya terapi sinar dicatat.

508
ISSN : 2721-2882
2. Transfusi tukar

3. Pemberian Immunoglobulin

Intravena

4. Menyusui bayi dengan ASI atau

menghentikan ASI.
Grafik 1. Panduan fototerapi untuk bayi usia
Terapi medikamentosa dengan
gestasi >35 minggu.
fenobarbital dapat menstimulasi hepar
Pada bayi berusia 7 hari dengan
untuk mengaktivasi enzim glukoronil
kadar bilirubin total mencapai 21.0 mg/dl,
transferase. Selain itu juga bisa diberikan
tatalaksana utama adalah dengan
UDCA dan katekolamin.
fototerapi. Intervensi fototerapi dilakukan
Tatalaksana utama pada ikterus
selama 1×24 jam sambil monitor respon
neonatus adalah menurunkan kadar
pasien terhadap fototerapi. Setelah selesai
bilirubin dan mencegah toksisitas
fototerapi bayi dilihat secara klinis
bilirubin. menggunakan fototerapi dan
apakah masih terlihat ikterus atau tidak.
transfusi tukar.
Pasien menunjukkan perbaikan klinis
Cara kerja fototerapi adalah
yang signifikan, menyusu aktif dan
dengan mengubah bilirubin menjadi
dipastikan mendapatkan kecukupan ASI
bentuk yang larut dalam air untuk
untuk hari-hari berikutnya. Pada hari
dieksresikan melalui empedu atau urin.
rawat ketiga pasien diperbolehkan untuk
Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya,
pulang.
terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi.
SIMPULAN DAN SARAN
Juga terdapat konversi ireversibel
Ikterus adalah keadaan klinis
menjadi isomer kimia lainnya bernama
pada neonatus yang ditandai oleh
lumirubin yang dengan cepat dibersihkan
munculnya ikterus pada kulit, sklera, dan
dari plasma melalui empedu (HTA
mukosa akibat akumulasi bilirubin tak
Indonesia, 2004).
terkonjugasi yang berlebihan.

509
ISSN : 2721-2882
Ikterus pada bayi baru lahir DAFTAR PUSTAKA

umumnya fisiologis kecuali didapatkan


Assoku, B. A., 2020. Neonatal Jaundice.
ikterus dalam usia 24 jam pertama, [Online]
Available at:
Bilirubin total untuk bayi cukup bulan > https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/
NBK532930
12 mg/dL atau bayi kurang bulan > 10 [Accessed 15 Januari 2022].

mg/dL, peningkatan bilirubin > Hansen, T. W., 2017. Neonatal Jaundice.


[Online]
5m/dL/24jam, kadar bilirubin direk > 2 Available at:
https://emedicine.medscape.com/artic
mg/dL, ikterus menetap pada usia > 2 le/974786-overview#a7
[Accessed 15 Januari 2022].
minggu.
HTA Indonesia, 2004. Tatalaksana Ikterus
Penegakan diagnosis meliputi Neonatorum. pp. 1-22.

anamnesis terutama riwayat penyakit IDAI, 2009. Buku Ajar Imu Kesehatan Anak.
Jakarta: Pengurus Pusat IDAI.
keluarga dan kondisi kehamilan ibu,
IDAI, 2013. Indikasi Terapi Sinar pada Bayi
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan Menyusui yang Kuning. [Online]
Available at:
penunjang berupa darah lengkap dan https://www.idai.or.id/artikel/klinik/a
si/indikasi-terapi-sinar-pada-bayi-
kimia klinik membantu dalam identifikasi menyusui-yang-kuning
[Accessed 18 Januari 2022].
patofisiologi ikterus yang terjadi dan
Pace, E. J., Brown, C. M. & DeGeorge, K. C.,
menentukan strategi tatalaksana yang 2019. Neonata Hyperbilirubinmeia:
An evidence-based approach. The
tepat. Tujuan utama dari tatalaksana Journal of Family Practice, Volume
68.
ikterus adalah menurunkan kadar
Pan, D. H. & Rivas, Y., 2017. Jaundice:
bilirubin dan mencegah toksisitas Newborn to age 2 Month. [Online]
Available at:
bilirubin. Modalitas terapi yang https://pedsinreview.aappublications.
org/content/38/11/499
digunakan adalah fototerapi dan transfusi [Accessed Januari 2022].

tukar, dapat juga diberikan terapi Rohsiswatmo, R. & Amandito, R., 2018.
Hiperbiirubinemia pada Neonatus
tambahan berupa IVIG dan fenobarbital >35 Minggu di Indonsesia :
Pemeriksaan dan Tatalaksana
apabila memenuhi indikasi. Terkini. Sari Pediatri, 20(2), pp. 115-
122.

Suradi, R. & Letupeirissa, D., 2013. Air Susu


Ibu dan Ikterus. [Online]

510
ISSN : 2721-2882
Available at:
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/a
si/air-susu-ibu-dan-ikterus
[Accessed 15 Januari 2022].

Tazami, R. M., Mustarim & Syah, S., 2013.


Gambaran Faktor Risiko Ikterus
Neonatorum pada Neonatus di Ruang
Perinatologi RSUD Raden Mattaher
Jambi Tahun 2013. FKIK
Universitas Jambi.

511
ISSN : 2721-2882

Anda mungkin juga menyukai