Bagi Si Kecil?
1.PENGERTIAN:
Penyakit kuning bisa menyerang bayi yang baru lahir. Tanda-tanda bayi kuning
yaitu kulit dan bagian putih mata si Kecil berwarna kuning. Kondisi ini umumnya
tidak berbahaya dan dapat pulih dengan sendirinya dalam hitungan hari hingga
minggu. Meski begitu, kondisi ini bisa saja membahayakan si Kecil. Maka pahami
perbedaan tanda-tandanya.
2. TANDA—TANDA
Tanda-tanda lain penyakit kuning pada bayi adalah urine berwarna kuning pekat padahal
air seni bayi baru lahirnya harusnya tidak berwarna, tinja berwarna pucat serta telapak
tangan dan kaki yang menguning.
Mengapa Bayi Kuning Bisa Terjadi?
Kondisi ini terjadi karena si Kecil memiliki kelebihan bilirubin (unsur kuning) pada darahnya.
Bayi baru lahir memiliki kadar sel darah yang tinggi sehingga memicu produksi bilirubin.
Bilirubin sendiri terbentuk ketika sel-sel darah merah yang tua dihancurkan.
Sebenarnya bayi telah memiliki bilirubin sejak dia berada dalam kandungan. Namun dalam
kandungan, tubuh Anda mengeluarkan bilirubin untuk bayi melalui plasenta. Setelah lahir bayi
tidak bisa melakukannya karena organ hati bayi belum berkembang dengan sempurna. Hal ini
menghambat proses pembuangan bilirubin yang seharusnya dikeluarkan saat buang air kecil dan
besar. Kondisi ini disebut penyakit kuning fisiologis. Bayi Anda akan mulai menguning sekitar
24 jam setelah lahir dan akan memburuk setelah empat hari, setelah itu kembali membaik ketika
berusia sekitar seminggu.
Namun, meski lebih jarang terjadi, bayi kuning bisa juga disebabkan oleh:
Pendarahan internal
Kerusakan hati
Sel darah merah bayi yang tidak normal sehingga mudah rusak
Bayi yang berisiko terkena penyakit kuning antara lain bayi yang dilahirkan prematur(lahir
sebelum 37 minggu), bayi yang dilahirkan dalam kondisi memar dan bayi yang kesulitan
mengonsumsi ASI.
Jika Bilirubin Terlalu Tinggi
Kadar bilirubin yang terlalu tinggi pada darah si Kecil bisa menembus ke otak, merusak sel-sel
otak dan menyebabkan ensefalopati. Kondisi ini dinamakan bilirubin ensefalopati akut.
Berikut adalah gejala-gejala yang mungkin muncul:
Demam
Muntah
Kulitnya menguning
Jika bayi Anda menampakkan tanda-tanda di atas, segera hubungi dokter agar si Kecil mendapat
penanganan secepat mungkin dan terhindar dari kerusakan permanen pada otak atau kernicterus.
Apa yang harus dilakukan jika bayi mengalami kondisi kuning saat
menyusui?
Berikut ini adalah rekomendasi dari APA untuk mengatasi kondisi kuning pada bayi
yang sedang menyusui dan bukan kelahiran prematur.
Meningkatkan rutinitas menyusui hingga 8-12 kali sehari. Hal ini akan membuat
pergerakan perut bayi dalam mencerna lebih sering sehingga bilirubin akan ikut keluar
bersama kotoran.
Bantuan dari konsultan laktasi untuk memastikan bayi melakukan pelekatan sempurna.
Masalah dalam pelekatan bisa memengaruhi jumlah ASI yang diterima bayi.
Jika bayi harus diberi suplemen untuk meningkatkan asupannya, gunakan bantuan
konsultan laktasi untuk memberikan ASI perah atau campuran ASI dan susu formula.
Bila kondisi bayi memburuk, kemungkinan proses menyusui akan dihentikan selama 24
jam. Tetaplah memerah ASI untuk memastikan produksi ASI tetap berjalan lancar.
Setelah 24 jam berlalu, bayi bisa kembali disusui.
Perawatan fototerapi untuk kondisi kuning pada bayi
Terapi ini dilakukan jika dokter memutuskan bayi membutuhkannya setelah perawatan
lain dianggap tidak berhasil. Lampu biru menyorot tubuh telanjang bayi untuk memecah
tingkat bilirubin sehingga bisa keluar dalam bentuk urin dan tinja.
Seperti terlihat dalam foto, fototerapi dilakukan dengan menutup kedua mata bayi untuk
melindunginya dari cahaya terang dan selama terapi berlangsung dokter serta perawat
akan memantau semua tanda vital, suhu tubuh, dan respon tubuh bayi pada cahaya
biru.
Tubuh bayi akan dibalikkan beberapa kali untuk memastikan semua bagian tubuhnya
terkena cahaya biru. Jika bayi mengalami dehidrasi selama terapi, dia akan diberikan
cairan selama perawatan berlangsung. Saat tingkat bilirubin bayi turun, terapi akan
dihentikan dan dianggap selesai.
Segeralah hubungi dokter jika bayi Anda mengalami kondisi berikut:
Bayi mengalami kondisi kuning dalam waktu 48 jam setelah dia lahir an menyebar
secara cepat ke perut bawah serta kaki. Atau kuning masih ada setelah bayi berusia 14
hari.
Bunda mengalami kesulitan menyusui, bayi tidak mengeluarkan urin atau kotoran, dan
warna kulitnya terlihat kuning.
Bila bayi mengalami kondisi kuning, segeralah hubungi dokter untuk memantau tingkat
bilirubinnya dan diberikan perawatan untuk memulihkan keadaannya
IKTERUS (KUNING) PADA BAYI BARU LAHIR
Pernahkah anak mengalami masalah ini? Atau mungkin bayi dari ikhwah kita, yang kulitnya
nampak kekuningan beberapa hari setelah lahir? Untuk lebih mengerti tentang seluk beluk
penyakit kuning (ikterus) pada bayi mari kita ikuti uraian berikut ini.
Ikterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna putih) menjadi
kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat
merupakan suatu hal yang fisiologis (normal), terdapat pada 25% – 50% pada bayi yang lahir
cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis (tidak normal) misalnya akibat
berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan saluran
empedu, dan lain-lain.
Bilirubin adalah zat yang terbentuk sebagai akibat dari proses pemecahan Hemoglobin (zat
merah darah) pada system RES dalam tubuh. Selanjutnya mengalami proses konjugasi di liver,
dan akhirnya diekskresi (dikeluarkan) oleh liver ke empedu, kemudian ke usus.
Ikterus fisiologis timbul pada hari ke-2 dan ke-3, dan tidak disebabkan oleh kelainan
apapun, kadar bilirubin darah tidak lebih dari kadar yang membahayakan, dan tidak mempunyai
potensi menimbulkan kecacatan pada bayi. Sedangkan pada ikterus yang patologis, kadar bilirubin
darahnya melebihi batas, dan disebut sebagai hiperbilirubinemia.
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin darah lebih dari 5 mg% atau lebih setiap 24 jam
3. Konsentrasi bilirubin darah 10 mg% pada neonatus (bayi baru lahir) kurang bulan, dan 12,5
mg% pada neonatus cukup bulan
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (pemecahan darah yang berlebihan) pada
inkompatibilitas darah (darah ibu berlawanan rhesus dengan bayinya), kekurangan enzim G-
6-PD, dan sepsis)
Infeksi
Yang sangat berbahaya pada ikterus ini adalah keadaan yang disebut
“Kernikterus”. Kernikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek
pada otak. Gejalanya antara lain: mata yang berputar, kesadaran menurun, tak mau minum atau
menghisap, ketegangan otot, leher kaku, dan akhirnya kejang, Pada umur yang lebih lanjut, bila
bayi ini bertahan hidup dapat terjadi spasme (kekakuan) otot, kejang, tuli, gangguan bicara dan
keterbelakangan mental.
Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dengan cahaya buatan. Paling baik
pengamatan dilakukan dengan cahaya matahari dengan cara menekan sedikit kulit yang akan
diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi. Jika warna kulit tetap kuning,
berarti kemungkinan bayi kita telah mengalami ikterus, dan kadar bilirubinnya tinggi. Ikterus pada
bayi baru lahir baru terlihat kalau kadar bilirubin mencapai 5 mg%. Pengamatan di RSCM
menunjukkan ikterus baru terlihat jelas saat kadar bilirubin mencapai 6 %.
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain:
1. Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah (hemolisis) yang berlebihan pada
incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah bayi dengan ibunya.
2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi liver.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau kerusakan sel liver).
BAGAIMANA PENATALAKSANAAN IKTERUS?
1. Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan kondisi ikterus pada bayi kita masih dalam batas
normal (fisiologis) ataukah sudah patologis.
2. Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa penyebab yang mungkin. Bila diduga
kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-tanda bahaya, dokter akan merujuk ke RS agar
bayi mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang memadai.
3. Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan pengobatan dengan pemberian albumin, fototerapi
(terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih berat.
Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama-tama diperhatikan oleh salah seorang perawat di
salah satu rumah sakit di Inggris. Perawat tersebut melihat bahwa bayi yang mendapatkan sinar
matahari di bangsalnya ternyata ikterusnya lebih cepat menghilang dibandingkan dengan bayi
lainnya. Cremer (1958) yang mendapatkan laporan tersebut mulai melakukan penelitian mengenai
pengaruh sinar terhadap hiperbilirubinemia ini. Dari penelitiannya terbukti bahwa disamping sinar
matahari, sinar lampui tertentu juga mempunyai pengaruh dalam menurunkan kadar bilirubin
pada bayi prematur yang diselidikinya.
Terapi sinar tidak hanya bermanfaat untuk bayi kurang bulan tetapi juga efektif terhadap
hiperbilirubinemia oleh sebab lain. Pengobatan cara ini menunjukkan efek samping yang minimal,
dan belum pernah dilaporkan efek jangka panjang yang berbahaya.
Bila bayi kita terpaksa dirawat di RS untuk mendapatkan terapi sinar, sebagai ibu kita perlu
benar-benar memahami dan mengerti tata cara terapi sinar ini agar hasilnya bisa optimal, dan
yang lebih penting lagi mengantisipasi semua efek samping yang mungkin muncul.
1. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan membuka pakaian
bayi.
2. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya agar tidak
membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi.
3. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan
energi yang optimal.
4. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkena cahaya dapat
menyeluruh.
7. Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan hemolisis.
8. Perhatikan kecukupan cairan tubuh bayi. Bila perlu konsumsi cairan bayi dinaikkan.
Bila dievaluasi ternyata tidak banyak perubahan pada kadar bilirubin, perlu diperhatikan
kemungkinan lampu yang kkurang efektif, atau ada komplikasi pada bayi seperti dehidrasi,
hipoksia (kekurangan oksigen), infeksi, gangguan metabolisme, dan lain-lain.
Setiap pengobatan selalu akan menimbulkan efek samping. Dlam penelitian yang dilakukan selama
ini, tidak ditemukan pengaruh negatif terapi sinar terhadap tumbuh kembang bayi. Efek samping
hanya bersifat sementara, dan dapat dicegah/diperbaiki dengan memperhatikan tata cara
penggunaan terapi sinar.
1. Peningkatan kehilangan cairan tubuh bayi. Karena itu pemberian cairan harus diperhatikan dengan
sebaik-baiknya. Bila bayi bisa minum ASI, sesering mungkin berikan ASI.
2. Frekwensi buang air besar meningkat karena hiperperistaltik (gerakan usus yang meningkat).
3. Timbul kelainan kulit yang bersifat sementara pada muka, badan, dan alat gerak.
5. Kadang pada beberapa bayi ditemukan gangguan minum, rewel, yang hanya bersifat sementara.
Komplikasi biasanya bersifat ringan dan tidak sebanding dengan manfaat penggunaannya.
Karena itu terapi sinar masih merupaka pilihan dalam mengatasi hiperbilirubinemia pada bayi baru
lahir.
BAGAIMANA MENCEGAH IKTERUS PADA BAYI KITA?
Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan kehamilan dengan baik
dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi pada janin, dan hipoksia(kekurangan oksigen)
pada janin di dalam rahim. Pada masa persalinan, jika terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan
lahir, lilitan tali pusat, dan lain-lain, segera diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir,
biasakan anak dijemur dibawah sinar matahari pagi sekitar jam 7 – jam 8 pagi setiap hari selama
15 menit dengan membuka pakaiannya.