Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

Untuk Memenuhi Tugas Studi Keperawatan Gawat Darurat

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“KERN IKTERUS”

Disusun Oleh :

LIS ITA PATMALASARI

191FK04030

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

BANDUNG 2020
A. Definisi Kern Ikterus

Kern ikterus adalah kerusakan otak pada bayi, akibat tingginya kadar bilirubin
dalam darah. Bilirubin yang menjadi penyebab timbulnya penyakit kuning ini, jika
tidak tertangani dapat menumpuk pada otak. Kernikterus adalah kerusakan otak pada
bayi, akibat tingginya kadar bilirubin dalam darah. Bilirubin yang menjadi penyebab
timbulnya penyakit kuning ini, jika tidak tertangani dapat menumpuk pada otak.
Rumus Kramer
Keterangan
1. Kepala dan leher. Kadar bilirubin 5 mg%.
2. Daerah 1 (+)badan bagian atas. Kadarbilirubin 9 mg%.
3. Daerah 1,2 (+)bagian bawah dantungkai. Kadar bilirubin 11,4mg%.
4. Daerah 1,2,3 (+)lengan dan kaki dibawah lutut. 5. Daerah 1,2,3,4 (+) telapak
tangan dan kaki. Kadar bilirubin 16 mg%
Rumus Kremer Sumber : Maryunani 2013

B. Klasifikasi Kern Ikterus


Stadium 1 : reflex moro jelek, hipotoni, latergi, poor feeding, vomitus, high pitched cry,
kejang
Stadium 2 : opistotonus, panas, rigiditas, panas, rigiditas, oculogyric crise, mata
cenderung deviasi ke atas
Stadium 3 : spastisitas menurun, pada usia sekitar 1 minggu
Stadium 4 : gejala usia lanjut terjadi spastisitas, atetosis, tuli parsial/komplit, paralisis bola
mata ke atas, dysplasia mental.
C. Gejala Kern ikterus
Karena kern ikterus merupakan kondisi akibat penyakit kuning yang tidak
tertangani, maka yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah gejala penyakit
kuning. Meskipun penyakit kuning pada bayi umumnya sembuh dengan sendirinya,
namun bila berlangsung terlalu lama akan memicu gejala kernikterus, seperti:
1. Demam.
2. Gerakan mata yang tidak normal, sehingga tidak dapat melirik ke atas.
3. Kaku di seluruh tubuh.
4. Otot yang tegang.
5. Gangguan dalam pergerakan.
6. Tidak mau menyusu.
7. Suara yang melengking saat menangis.
8. Mudah mengantuk.
9. Tampak lemas.
10. Kejang.
11. Gangguan pendengaran.

D. Penyebab Kern ikterus


Kernikterus disebabkan oleh tingginya kadar bilirubin dalam darah
(hiperbilirubinemia). Bila kondisi ini dibiarkan, bilirubin bisa menyebar hingga ke
otak dan menyebabkan kerusakan otak permanen.
Bilirubin adalah limbah yang dihasilkan secara alami, saat tubuh mendaur
ulang sel darah merah. Kadar bilirubin melebihi nilai normal, lazim terjadi pada bayi
yang baru lahir, karena tubuhnya perlu beradaptasi untuk membuang bilirubin.
Bilirubin yang tinggi membuat tubuh menjadi kuning. Kondisi ini disebut juga
penyakit kuning, dan diperkirakan dialami oleh 60% bayi. Penyakit kuning dapat
sembuh dalam beberapa hari bila mendapat penanganan. Namun bila dibiarkan, kadar
bilirubin bisa semakin tinggi, dan memicu kern ikterus.
Kern ikterus umumnya menimpa bayi, dan sangat jarang terjadi pada orang
dewasa. Meskipun demikian, kadar bilirubin tinggi bisa dialami oleh orang dewasa.
Hal tersebut dipicu oleh penyakit tertentu, seperti Sindrom Crigler-Najjar, Sindrom
Dubin-Johnson, Sindrom Gilbert, dan Sindrom Rotor.
Ada dua jenis bilirubin dalam tubuh, di antaranya adalah:
1. Bilirubin tak terkonjugasi. Bilirubin jenis ini bergerak dari aliran darah ke
hati dan tidak larut dalam air, sehingga dapat menumpuk pada jaringan
tubuh.
2. Bilirubin konjugasi. Bilirubin ini larut dalam air, sehingga dapat hilang dari
tubuh melalui usus.

Jika bilirubin tak terkonjugasi tidak diubah di hati, maka akan


menumpuk di tubuh bayi. Ketika tingkat bilirubin tak terkonjugasi sangat
tinggi, bilirubin tak terkonjugasi akan keluar dari darah dan masuk ke jaringan
otak, dan menyebabkan kerni kterus.

Faktor Risiko Kernikterus

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kernikterus pada bayi, yaitu:

1. Lahir prematur. Organ hati pada bayi yang kurang dari 37 minggu di dalam
kandungan, tidak berkembang sempurna dan lebih lambat membuang
bilirubin.
2. Golongan darah O atau rhesus negatif. Bayi yang terlahir dari ibu dengan
golongan darah O atau rhesus negatif, lebih berisiko memiliki kadar bilirubin
tinggi.
3. Riwayat penyakit kuning dalam keluarga. Kernikterus dapat menurun
dalam keluarga. Kondisi ini terkait dengan kelainan genetik seperti
defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD deficiency), yang
memengaruhi sel darah merah.
4. Kurang asupan makanan. Bilirubin dibuang bersama feses. Oleh karena itu,
kurangnya asupan makanan dapat memicu lambatnya pembuangan feses,
sehingga kadar bilirubin dalam tubuh meningkat.

E. Penatalaksanaan Kern Ikterus


Pengobatan kernikterus bertujuan untuk mengurangi kadar bilirubin dalam
darah dan mencegah terjadinya kerusakan otak. Salah satu metode pengobatan
kernikterus adalah dengan mencukupi asupan ASI. Kecukupan ASI akan membantu
pembuangan bilirubin melalui urine dan tinja.
Metode lain untuk menangani kernikterus meliputi:

1. Fototerapi
Terapi yang dikenal dengan blue light ini menggunakan sinar khusus, untuk
menurunkan kadar bilirubin dalam darah. Fototerapi dapat dilakukan dengan dua
metode, yaitu metode konvensional dan metode fiberoptik. Metode konvensional
dilakukan dengan membaringkan bayi di bawah lampu halogen atau lampu fluoresen.
Kemudian setelah semua pakaian bayi dibuka dan mata bayi ditutup, kulit bayi akan
disinari dengan cahaya biru. Sedangkan pada fototerapi fiberoptik, bayi akan
dibaringkan di alas yang dilengkapi kabel fiberoptik untuk disinari di bagian
punggung.
Kedua fototerapi umumnya dilakukan terus menerus, dengan diberi jeda
selama 30 menit, tiap 3 atau 4 jam, agar ibu bisa memberi makan dan mengganti
popok bayi.
Kadar bilirubin akan diperiksa tiap 4-6 jam, setelah memulai fototerapi. Bila
kadarnya menurun, kondisi bayi akan diperiksa tiap 12 jam. Umumnya butuh 2-3 hari
hingga kadar bilirubin turun.
2. Transfusi tukar
Prosedur ini mengganti darah bayi dengan darah pendonor. Transfusi tukar
membutuhkan waktu hingga beberapa jam. Setelah menjalani transfusi, kadar
bilirubin bayi akan diperiksa tiap 2 jam. Bila kadar bilirubin masih tinggi, transfusi
tukar akan diulang kembali.
3. Cairan atau makanan. Pemberian makanan atau susu pada bayi juga dapat
membantu mengobati kadar bilirubin yang tinggi. Semakin banyak bayi makan,
maka semakin banyak juga tinja yang dihasilkan dan semakin banyak pula
bilirubin yang dihilangkan.

F. Komplikasi Kern ikterus


Sejumlah komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan kernikterus adalah:
1. Athetoid cerebral palsy, atau gangguan pergerakan yang disebabkan oleh
kerusakan otak.
2. Gangguan pergerakan, misalnya mata tidak bisa melirik ke atas.
3. Noda pada gigi bayi.
4. Gangguan pendengaran hingga tuli.
5. Otot yang tegang.
6. Keterbelakangan mental.
7. Menurunnya kekuatan otot.
8. Sulit bicara.
Kerusakan otak akibat kernikterus tidak dapat diperbaiki. Akan tetapi,
pengobatan dapat mencegah kerusakan otak yang lebih parah. Karena itu,
pemantauan ketat pada bayi yang baru lahir sangat penting. Selain sebagai bentuk
pencegahan, pemantauan akan membuat bayi ditangani lebih cepat bila kadar
bilirubin semakin tinggi.

G. Pencegahan Kern ikterus


Menangani penyakit kuning dengan segera adalah langkah pencegahan paling
tepat untuk kernikterus.
1. Bila terdapat tanda penyakit kuning, segera periksa kadar bilirubin pada bayi
Anda. Jika kadar bilirubin tinggi, skrining akan dilakukan untuk mengetahui
kemungkinan hemolisis (kerusakan sel darah merah).
2. Selain itu, penting untuk kontrol dalam 2-3 hari pasca keluar dari rumah sakit.
3. Pemberian air susu ibu yang cukup.
4. Berjemur di pagi hari untuk bayi baru lahir

H. Pemeriksaan penunjang Kern Ikterus


1. Radionuklida scaning : scan hati radionuklida untuk penyerapan asam
hepatoiminodiacetik (HIDA) diindikasikan jika atresia biler ekstrahepatik diduga.
2. Ultrasonigrafi (USG) : untuk melihat adanya kelainan paremkin hati,
ductus yang melebar, adanya batu atau tumor
3. Pemeriksaan EGG : Bertujuan untuk memeriksa fungsi otak dan untuk
mengetahui sejauh mana kerusakan otak

I. Patofisiologi
J. Fathway
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Data
1. Anamnese Orang Tua/Keluarga
2. Ibu dengan rhesus (-) atau golongan darah O dan anak yang mengalami neonatal
ikterus yang dini, kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis (Rh, ABO,
incompatibilitas lain golongan darah). Ada saudara yang menderita penyakit
hemolitik bawaan atau ikterus, kemungkinan suspec spherochytosis herediter kelainan
enzim darah merah. Minum air susu ibu, ikterus kemungkinan karena pengaruh
pregnanediol.
3. Riwayat Prenatal, Natal dan Post Natal
Riwayat Prenatal:
1) Komplikasi kehamilan (Infeksi seperti toxoplasmosis, sipilis, hepatitis, rubela,
sitomegalovirus dan herpes yang mana ditransmisikan secara silang ke plasenta
selama kehamilan.
2) Konsumsi obat-obatan seperti sulfonamid, nitrofurantoin dan anti malaria
Riwayat Natal:
1) Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi berlebihan
merupakan predisposisi terjadinya infeksi
2) Pemberian obat anestesi, analgesik yang berlebihan akan mengakibatkan
gangguan nafas (hypoksia) , acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubn.
3) Bayi dengan apgar score rendah memungkinkan terjadinya (hypoksia) , acidosis
yang akan menghambat konjugasi bilirubn.
4) Kelahiran Prematur berhubungan juga dengan prematuritas organ tubuh (hepar).
Riwayat Post Natal:
1) Kelainan kongenital
2) Virus (Hepatitis)
3) Trauma dengan hematoma atau injuri
4) Oral feeding yang buruk
4. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1) Nutrisi : frekuensi bayi diberikan ASI agak jarang karena bayi tidak mau
menghisap.
2) Eliminasi alvi (buang air besar): BAB kurang lebih 3-4 kali sehari, konsistensi
lembek, dan berwarna kuning agak pucat, bau khas (seperti dempul).
3) Eliminasi urin (buang air kecil): BAK kurang lebih 4-5 kali perhari, berwarna
gelap, bau khas
4) Tidur dan istirahat: bayi lebih sering tertidur, dan sulit dibangunkan.
5. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas menurun
2) Kepala leher
 Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput/mukosa pada mulut.
Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan melakukan tekanan langsung pada
daerah menonjol untuk bayi dengan kulit bersih (kuning)
 Dapat juga dijumpai sianosis pada bayi yang hypoksia
3) Dada
 Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda
peningkatan frekuensi nafas.
 Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya ikterus yang
disebabkan oleh adanya infeksi
4) Perut
 Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati. Hal ni
berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan photo terapi. Gangguan
Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi.
 Perut membuncit, muntah, mencret merupakan akibat gangguan
metabolisme bilirubun enterohepatic
 Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan sepsis
bacterial, tixoplasmosis, rubella
5) Urogenital
 Urine kuning dan pekat.
 Adanya faeces yang pucat/acholis/seperti dempul atau kapur merupakan
akibat dari gangguan/atresia saluran empedu
6) Ekstremitas
Menunjukkan tonus otot yang lemah
7) Kulit
 Tanda dehidrasi ditunjukkan dengan turgor tang jelek. Elastisitas
menurun.
 Perdarahan bawah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis.

8) Pemeriksaan Neurologis
Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain-lain menunjukkan adanya
tanda-tanda kern icterus

Pemer i ksaan Penunjang
1. Darah: DL, Bilirubin > 10 mg %
2. Biakan darah, CRP menunjukkan adanya infeksi
3. Sekrening enzim G6PD menunjukkan adanya penurunan
4. Screnning Ikterus melalui metode Kramer

Diagnosa keperawatan
1. Kekuranagn  volume cairan berhubungan dengan  tidak adekuatnya intake cairan, diare
2.  Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, hilang nafsu
makan,
3.  Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi

Perencanaan
N Diagnosa Tujuan/ kriteria hasil Perencanaan/ Intervensi Rasional
o Keperawatan
1 Kekuranagn   Setelah dilakukan 1. Pantau warna, jumlah, 1. Mengetahui indikasi
volume cairan tindakan asuhan dan frekuensi kehilangan perubahan dalam
berhubungan keperawatan selama 2 x cairan keseimbangan cairan
dengan  tidak 24 jam, cairan tubuh 2. Observasi khususnya anak
adekuatnya anak adekuat dengan terhadap pemberian 2. Mengetahui kebutuhan
intake cairan, kriteria hasil: cairan yang tinggi cairan sehingga tubuh
diare 1.  Keseimbangan air elektolit (diare) akan terpenuhi untuk
dalam kompartemen 3. Identifikasi faktor-faktor menjamin keadekuatan
intrasel dan ekstrasel yang berkontribusi 3. Pemantauan dapat
tubuh (keseimbangan terhadap buruknya memungkinkan
cairan) dehidrasi evaluasi keseimbangan
2.  Keseimbangan 4. Pantau status hidrasi cairan dan kebutuhan
elektrolit dan non (kelembabam membran intervensi lebih lanjut
elektrolit dalam mukosa, kekuatan nadi, 4. Mengetahui status
kompartemen intrasel tekanan darah osmotik) perkembangan pasien
dan ekstrasel. 5. Tentukan jumlah cairan 5.  Mengetahui kebutuhan
3.  Jumlah air dalam yang masuk selama 24 cairan tubuh
kompartemen intrasel jam
dan ekstrasel yang
adekuat.

2  Nutrisi kurang Setelah dilakukan 1. Anjurkan ibu untuk 1. Pemasukan makanan


dari kebutuhan tindakan asuhan memberikan ASI atau ke dalam lambung yang
tubuh keperawatan selama 2  x formula dengan perlahan terlalu cepat dapat
berhubungan 24 jam, asupan kalori selama 10 menit dengan menyebabkan respon
dengan mual, dan status gizi bayi perlahan balik dengan
muntah, hilang mengalami peningkatan 2. Identifikasi faktor regurgitasi peningkatan
nafsu makan, dengan kriteria hasil : pencetus mual dan resiko aspirasi dan
1.  Keinginan untuk makan muntah distensi abdomen
ketika menjalani 3. Ajarkan keluarga tentang 2. Mengetahui sumber
pengobatan. makanan bergizi yang dan dari masalah
2.  Keadekuatan pola tidak mahal 3. Memberikan solusi
asupan zat gizi. 4. Beri makan sesering kepada keluarga untuk
3.  Tingkat kesesuaian mungkin sesuai indikasi memenuhi kebutuhan
berat badan, otot, lemak berdasarkan berat badan gizi anak.
dengan tinggi badan, dan perkiraan kapasitas 4. Bayi kurang dari 1250
rangka tubuh, jenis lambung gr (2 bl 12 OZ) diberi
kelamin, dan usia makan setiap jam, bayi
antara 1500 dan 1800
(3 bulan OZ sampai 4
bl) diberi makan setiap
3 jam

3. Resiko Setelah dilakukan 1. Pantau warna kulit dan 1. Perubahan warna kulit
kerusakan tindakan asuhan suhu ssetiap 8 jam dapat menunjukkan
integritas kulit keperawatan selama 3 x 2. Bersihkan kulit saat adanya peningkatan
berhubungan 24 jam, integritas kulit terkena kotoran kadar bilirubin dalam
dengan dapat dipertahankan 3. Minimalkan pajanan kulit darah dan juga tanda-
perubahan dengan kriteria hasil: terhadap kelembaban. tanda infeksi kulit
pigmentasi 1.  Memiliki warna kulit 2. Kebersihan perlu dijaga
normal untuk meghindari
2.  Memiliki suhu tubuh terjadinya infeksi pada
normal anak
3.  Tidak mengalami nyeri 3. Kelembaban kulit yang
ekstermitas berleihan dapan
4.  Mengkonsumsi menyebabakan
makanan kerusakan pada kulit
secara  adekuat untuk
meningkatkan
intergritas kulit.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman sukadi, atc. 2002. Icterus neonatorum perinatology.bandung.


bagian/SMF Ilmu kesehatananak FKUP/RSHS.

Anda mungkin juga menyukai