Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Gerontik
Disusun oleh :
SRI CAHYATI
030520424
Mengetahui,
Pembimbing
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat dan karunianya sehingga dapat menyelesaikan makalah “Laporan
Pendahuluan dan Asuhan keperawatan Hipertensi”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas Profesi Ners Stase
Keperawatan Gerontik . Penulis juga menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah berikutnya.
Dengan demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat umumnya pada para
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Sri Cahyati
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Fenomena penyakit degeneratif
Penyakit degeneratif adalah kondisi medis yang terjadi ketika fungsi dan struktur
jaringan maupun organ memburuk seiring berjalannya waktu, sehingga berbagai macam
penyakit akan timbul.Menurut ahli, penuaan merupakan penyebab yang paling umum dari
penyakit degeneratif. Semakin bertambahnya usia, maka fungsi jaringan dan organ tubuh pun
akan mengalami penurunan. Oleh karena itu lansia lebih mungkin mengalami berbagai jenis
penyakit degeneratif dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
Penyakit jantung
Jika tidak ditangani segera, banyak komplikasi yang bisa terjadi dari penyakit jantung,
seperti serangan jantung, gagal jantung, stroke, aneurisma (pelebaran pembuluh darah),
penyumbatan pembuluh darah di kaki, henti jantung mendadak, hingga kematian.
Osteoporosis
Seperti yang dibahas di atas, penyakit degeneratif juga bisa menyerang kesehatan tulang
seseorang. Osteoporosis terjadi di saat tulang memiliki ruang-ruang kecil di dalamnya,
mengakibatkan tulang jadi kehilangan kekuatan dan kepadatannya. Alhasil, bagian luar dari
tulang, akan melemah dan menipis.
Kurangnya konsumsi kalsium dan minimnya kadar estrogen saat menopause, bisa
berujung pada osteoporosis.
Tahap awal osteoporosis tidaklah menimbulkan gejala atau tanda peringatan. Dalam
banyak kasus, orang-orang tidak menyadari bahwa mereka adalah penderita osteoporosis,
sampai patah tulang “menyadarkan” mereka.Tidak heran jika osteoporosis termasuk dalam
penyakit degeneratif, sebab penyakit yang menyerang tulang ini, umunya diakibatkan oleh
faktor usia.
Alzheimer
Penyakit degeneratif yang berdampak pada sistem saraf, juga menimbulkan penyakit
Alzheimer. Biasanya, penyakit ini mulai muncul pada usia 65 tahun ke atas. Itulah sebabnya,
Alzheimer masuk ke dalam kategori penyakit degeneratif. Alzheimer adalah penyakit
progresif otak yang secara perlahan menyebabkan penurunan fungsi memori dan kognitif.
Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan Alzheimer. Namun, ada pengobatan yang bisa
dilakukan untuk memperlambat kemunculan gejala-gejalanya.
Kanker
Kanker adalah “payung” dari banyaknya penyakit yang diakibatkan oleh sel-sel
abnormal yang membelah dengan cepat, dan menyebar ke jaringan maupun organ lainnya.
Kanker adalah salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.Dalam tubuh yang sehat,
triliunan sel tumbuh dan terus membelah, karena tubuh membutuhkannya untuk bisa
berfungsi setiap hari. Sel-sel sehat ini memiliki siklus hidup, yang bereproduksi dan
kemudian mati. Akhirnya, muncul sel-sel baru, sebagai pengganti sel yang telah mati
itu.Namun, kanker merusak proses itu dan menyebabkan pertumbuhan sel tidak normal. Hal
ini disebabkan oleh perubahan atau mutasi pada DNA. Kanker merupakan salah satu penyakit
degeneratif yang sangat ditakutkan.
Diabetes tipe 2
Diabetes adalah kondisi medis yang terjadi akibat tingginya kadar gula atau glukosa
dalam darah. Seharusnya, hormon insulin membantu memindahkan glukosa dari darah, ke
dalam sel tubuh, sehingga menjadi energi.
Namun, dalam diabetes tipe 2, sel tubuh Anda tidak berfungsi dengan baik, sehingga
tidak merespons insulin
Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu periode,
dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani,
2014).
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi
merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam - macam pada setiap individu
dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala - gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa
berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar - debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga
berdenging atau tinnitus dan mimisan.
Kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia ini dituangkan dalam Undang – Undang Nomor
13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2009,
tentang Kesejahteraan Sosial, Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan,
Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, Rencana Aksi Nasional Kesejahteraan Lanjut Usia tahun
2010-2014 yang disusun dibawah koordinasi Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat
dan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52. Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional
Lanjut Usia.
B. Tujuan Utama
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan tujuan laporan pendahuluan gerontik
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi konsep penuaan.
b. Mengidentifikasi penyakit hipertensi pada lansia
c. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada lansia
BAB II
TINJAUAN TEORI
Proses menua adalah suatu proses yang akan dialami oleh setiap orang Menua
adalah salah satu akibat proses ilmiah yang umumnya menimbulkan penurunan
kondisi fisik,psikologis, dan social dalam berinteraksi. Penuaan merupakan suatu
proses menghilangnya kemampuan jaringan yang ada didalam tubuh secara perlahan -
lahan sehingga jaringan kesulitan dalam memperbaiki dan mempertahankan fungsi
normalnya. Oleh karena itu dengan terjadinya penuaan maka akan terjadi kemunduran
fungsi tubuh, dimana kemunduran tersebut dapat menganggu aktivitas sehari - hari
(Eliopaulos, 2017)
Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur
60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk
berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan
jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup.
Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hidup orang didunia adalah 66
tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun.
Jumlah proporsi lansia di Indonesia juga bertambah setiap tahunnya. Data WHO pada
tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari total populasi, tahun 2011
menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1% dari
total populasi (WHO, 2015).
2. Kemunduran psikologis
Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk mengadakan
penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain sindroma
lepas jabatan sedih yang berkepanjangan.
3. Kemunduran sosiologi
Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman
usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang sangat penting bagi
kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status social usia lanjut akan
membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang
baik dalam menghadapi perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya diketahui
oleh usia lanjut sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik
mungkin.
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri dari jantung,
komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan
suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses
metabolisme tubuh. Sistem kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang
bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah
meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan
berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan pada organ-organ vital seperti
jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan mempertahankan sistem sirkulasi itu
sendiri.
Salah satu penyakit sistem Kardiovaskuler pada lansia adalah Hipertensi.
1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu
periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg.
(Aspiani, 2014).
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 mmHg : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 mmHg : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang
e. >115 mmHg : Hipertensi berat
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
F. Komplikasi
Efek pada organ :
1. Otak
a. Pemekaran pembuluh darah
b. Perdarahan
c. Kematian sel otak : stroke
2. Ginjal
a. Malam banyak kencing
b. Kerusakan sel ginjal
c. Gagal ginjal
3. Jantung
a. Membesar
b. Sesak nafas (dyspnoe)
c. Cepat lelah
d. Gagal jantung
K. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr
menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
1. Penurunan berat badan.
2. Penurunan asupan etanol.
3. Menghentikan merokok.
4. Latihan Fisik.
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam
olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-
87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
5. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang
secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
6. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
L. Diet Hipertensi
1. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi :
a. Sumber karbohidrat seperti biscuit, singkong, roti, tepung, mie, tapioca,
nasi.
b. Sumber protein nabati seperti tahu, temped an kacang-kacangan.
c. Sumber vitamin (buah dan sayuran) seperti buah jeruk, pisang, melon,
tomat, dll.
2. Makanan yang dibatasi
a. Garam dapur.
b. Makanan yang diawetkan dengan garam seperti ikan asin, asinan.
c. Makanan yang tinggi lemak dan kolesterol.
BAB III
5. Aktivitas Rekreasi
Hobi : Memasak
Bepergian / wisata :-
Keanggotaan organisasi :-
Lain - lain :-
3. Eliminasi
Buang air kecil
Frekuensi dan waktu : Tidak tentu
Kebiasaan BAK pada malam hari : Kadang-kadang BAK
pada malam hari.
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada keluhan
Buang air besar
Frekuensi dan waktu : 1x sehari
Konsistensi : Lembek
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Tidak ada keluhan
Pengalam memakai laksatif / pencahar : Tidak menggunakan
laksatif/pencahar
4. Personal Higiene
Mandi
Frekuensi : 2x sehari
Waktu : Pagi & sore hari
Pemakain sabun : Memakai sabun
Oral higiene
Frekuensi dan waktu sikat gigi : 2x sehari
Menggunakan pasta gigi : Menggunakan pasta gigi
Cuci rambut
Frekuensi : 1 minggu sekali
Penggunaan shampo : Memakai shampo
Kuku dan Tangan
Frekuensi gunting kuku : 1 minggu sekali
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : Klien rajin mencuci
tangan
D. Status Kesehatan
1. Status kesehataan saat ini
a. Keluhan utama : Klien mengatakan pusing.
b. Gejala yang dirasakan : Kusing terasa nyutnyutan dibagian kepala,
pusing jika terbangun dari tidur atau dari duduk langsung berdiri, berkurang jika klien
minum obat, pusing dirasakan seharian.
c. Faktor pencetus : Jika klien kurang tidur, makan yang asin-
asin dan kurang istirahat maka klien akan merasakan pusing di kepala.
d. Timbul keluhan secara : Pusing dirasakan klien timbul
secara bertahap.
e. Waktu mulai timbulnya keluhan : Pada saat klien bangun tidur.
f. Upaya lansia mengatasi penyakitnya : Jika pusing timbul klien selalu
berusaha untuk istirahat agar pusing dirasa cepat hilang.
F. Riwayat Psikologis
1. Apek psikologis lansia : Kemampuan
bersosialisasi saat ini baik kadang saling ngobrol.
2. Status kognitif/afektif/sosial
a. Short porteble mental status qustionnaire (SPMSQ) : Kerusakan intelektual
ringan.
b. Mini-mental state exam (MMSE) : Fungsi kognitif
global masih relatif baik.
I. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosa Medis : Hipertensi.
b. Laboratorium : Tidak ada hasil Laboratorium.
NILAI
BUTIR TES NILAI
MAKS
Orientasi
1 Sekarang tahun , musim, bulan , tanggal , hari apa ? 5 5
2 Kita berada dimana ? negara, propinsi, kota, gedung, ruang ? 5 5
Registrasi
3 Pemeriksa menyebut 3 benda yg brbeda kelompoknya selang 1 3 3
detik ( apel, uang, meja ) kemudian tanyakan pada klien ketiga
obyek tadi
Atensi & Kalkulasi
4 Pengurangan 100 dengan 7 secara berurutan. Nilai 1 untuk jawaban 5 2
yang benar. Hentikan 5 jawaban. Atau responden diminta mengeja
terbalik kata “WAHYU”
Mengingat Kembali ( Recall )
5 Responen diminta menyebut kembali 3 nama benda diatas 3 3
Bahasa
6 Responen diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukan 2 2
( perlihatkan pensil & jam tangan )
7 Responden diminta mengulang kalimat “ tanpa kalau dan atau 1 1
tetapi “
8 Responden diminta melakukan perintah “ Ambil kertas ini dengan 3 3
tangan anda, Lipatkan menjadi dua dan letakan dilantai”
9 Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya “ 1 1
pejamkanlah mata anda “
10 Responden diminta menulis sebuah kalimat secara spontan 1 0
11 Responden diminta menyalin gambar
1 0
Skor total 30 25
Skor 0 – 10 : fungsi kognitif global buruk
Skor 11 – 20 : fungsi kognitif global sedang
Skor 21 – 30 : fungsi kognitif global masih relatif baik
20 : Mandiri
12 – 19 : Ketergantungan ringan ( B )
9 – 11 : Ketergantungan sedang ( B )
5–8 : Ketergantungan berat ( C )
0–4 : Ketergantungan total ( C )
ANALISA DATA
Nyeri
INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dx
No Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
ke
1 Senin S : Klien mengatakan
07/12/202 pusing masih ada
0 1 1. Mengobservasi TTV terutama namun hilang timbul.
Jam 15.30 nadi. O : TD : 180/100
2. Mengobservasi CRT. mmHg.
Jam 15.35 3. Mengobservasi adanya pucat, N : 89x/mnt
Jam 16.10 sianosis, kulit dingin atau S : 36,5˚C
lembab. R : 23x/mnt
4. Berikan rendam kaki dengan A : Masalah teratasi
Jam 16.25 air hangat. sebagian.
P : Intervensi
dilanjutkan.
memberikan
ruangan dan suasana
yang tenang dan
nyaman.
2 Senin 1. Mengkaji keadaan umum klien S : klien mengatakan
07/12/202 dan TTV. nyeri berkurang.
0 2 2. mengkaji lokasi intensitas dan O : skala nyeri 2 (0-10)
Jam 15.30 skala nyeri. yaitu nyeri hanya
3. mengajarkan jarkan teknik sedikit.
relaksasi. A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Intervensi
dilanjutkan.
Minimalkan aktivitas
yang dapat
meningkatkan sakit
kepala.