Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Gerontik

Disusun oleh :
SRI CAHYATI

030520424

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT MEDIKA DRG.SUHERMAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
Lembar pengesahan

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan diagnosa Hipertensi


dibuat dalam rangka Praktik Profesi Ners Mahasiswa Institut Medika Drg.Suherman
Diwilayah Cikarang mulai tanggal 01 – 18 Desember 2020

Cikarang, 02 Desember 2020


Sri Cahyati
NIM : 030520424

Mengetahui,
Pembimbing

Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya S.kep,.MNS


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat dan karunianya sehingga dapat menyelesaikan makalah “Laporan
Pendahuluan dan Asuhan keperawatan Hipertensi”.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas Profesi Ners Stase
Keperawatan Gerontik . Penulis juga menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah berikutnya.

Dengan demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat umumnya pada para
pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Bekasi, 02 Desember 2020

Sri Cahyati
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Fenomena penyakit degeneratif

Penyakit degeneratif adalah kondisi medis yang terjadi ketika fungsi dan struktur
jaringan maupun organ memburuk seiring berjalannya waktu, sehingga berbagai macam
penyakit akan timbul.Menurut ahli, penuaan merupakan penyebab yang paling umum dari
penyakit degeneratif. Semakin bertambahnya usia, maka fungsi jaringan dan organ tubuh pun
akan mengalami penurunan. Oleh karena itu lansia lebih mungkin mengalami berbagai jenis
penyakit degeneratif dibandingkan dengan orang yang lebih muda.

Contoh jenis penyakit degeneratif yang paling umum.

Penyakit degeneratif bermacam-macam, ada yang datang dari kelompok kardiovaskular


(jantung dan pembuluh darah), neoplastik (tumbuhnya jaringan baru yang tidak normal), dan
sistem saraf. Kesehatan tulang juga bisa terdampak dari penyakit degeneratif. Apa saja
penyakit degeneratif itu ?

Penyakit jantung

Penyakit jantung masuk ke dalam jenis penyakit degeneratif golongan kardiovaskular.


Penyakit jantung bisa terjadi akibat pembuluh darah yang tersumbat, maupun detak jantung
yang tidak normal.

Jika tidak ditangani segera, banyak komplikasi yang bisa terjadi dari penyakit jantung,
seperti serangan jantung, gagal jantung, stroke, aneurisma (pelebaran pembuluh darah),
penyumbatan pembuluh darah di kaki, henti jantung mendadak, hingga kematian.

Osteoporosis

Seperti yang dibahas di atas, penyakit degeneratif juga bisa menyerang kesehatan tulang
seseorang. Osteoporosis terjadi di saat tulang memiliki ruang-ruang kecil di dalamnya,
mengakibatkan tulang jadi kehilangan kekuatan dan kepadatannya. Alhasil, bagian luar dari
tulang, akan melemah dan menipis.
Kurangnya konsumsi kalsium dan minimnya kadar estrogen saat menopause, bisa
berujung pada osteoporosis.

Tahap awal osteoporosis tidaklah menimbulkan gejala atau tanda peringatan. Dalam
banyak kasus, orang-orang tidak menyadari bahwa mereka adalah penderita osteoporosis,
sampai patah tulang “menyadarkan” mereka.Tidak heran jika osteoporosis termasuk dalam
penyakit degeneratif, sebab penyakit yang menyerang tulang ini, umunya diakibatkan oleh
faktor usia.

Alzheimer

Penyakit degeneratif yang berdampak pada sistem saraf, juga menimbulkan penyakit
Alzheimer. Biasanya, penyakit ini mulai muncul pada usia 65 tahun ke atas. Itulah sebabnya,
Alzheimer masuk ke dalam kategori penyakit degeneratif. Alzheimer adalah penyakit
progresif otak yang secara perlahan menyebabkan penurunan fungsi memori dan kognitif.

Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan Alzheimer. Namun, ada pengobatan yang bisa
dilakukan untuk memperlambat kemunculan gejala-gejalanya.

Kanker

Kanker adalah “payung” dari banyaknya penyakit yang diakibatkan oleh sel-sel
abnormal yang membelah dengan cepat, dan menyebar ke jaringan maupun organ lainnya.
Kanker adalah salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.Dalam tubuh yang sehat,
triliunan sel tumbuh dan terus membelah, karena tubuh membutuhkannya untuk bisa
berfungsi setiap hari. Sel-sel sehat ini memiliki siklus hidup, yang bereproduksi dan
kemudian mati. Akhirnya, muncul sel-sel baru, sebagai pengganti sel yang telah mati
itu.Namun, kanker merusak proses itu dan menyebabkan pertumbuhan sel tidak normal. Hal
ini disebabkan oleh perubahan atau mutasi pada DNA. Kanker merupakan salah satu penyakit
degeneratif yang sangat ditakutkan.

Diabetes tipe 2

Diabetes adalah kondisi medis yang terjadi akibat tingginya kadar gula atau glukosa
dalam darah. Seharusnya, hormon insulin membantu memindahkan glukosa dari darah, ke
dalam sel tubuh, sehingga menjadi energi.
Namun, dalam diabetes tipe 2, sel tubuh Anda tidak berfungsi dengan baik, sehingga
tidak merespons insulin

Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu periode,
dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani,
2014).

Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi
merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam - macam pada setiap individu
dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala - gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa
berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar - debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga
berdenging atau tinnitus dan mimisan.

Program pemerintah terkait usia lanjut

Adapun Program Kementerian Kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan status


kesehatan para lanjut usia adalah peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para Lanjut
Usia di pelayanan kesehatan dasar, khususnya Puskesmas dan kelompok Lanjut Usia melalui
konsep Puskesmas Santun Lanjut Usia. Saat ini data yang masuk di Kementerian Kesehatan
baru terdapat 437 Puskesmas Santun Lanjut Usia, Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi
Lanjut Usia melalui pengembangan Poliklinik Geriatri di Rumah Sakit, Peningkatan
penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan gizi bagi Usia Lanjut dan sudah
disosialisasikan Program Kesehatan lanjut usia ini ke semua provinsi, pemberdayaan
masyarakat melalui pengembangan dan pembinaan Kelompok Usia Lanjut/Posyandu Lansia
di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan sebagai salah satu bagian dari kegiatan di desa siaga.
Saat ini sudah ada lebih kurang 69.500 Posyandu lanjut usia yang tersebar di beberapa
kabupaten/kota di Indonesia, dan peningkatan mutu perawatan kesehatan bagi Lanjut Usia
dalam keluarga (Home Care). Home care dilaksanakan secara terintegrasi dengan program
Perawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas maupun di RS. ujar Menkes.

Kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia ini dituangkan dalam Undang – Undang Nomor
13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2009,
tentang Kesejahteraan Sosial, Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan,
Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, Rencana Aksi Nasional Kesejahteraan Lanjut Usia tahun
2010-2014 yang disusun dibawah koordinasi Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat
dan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52. Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional
Lanjut Usia.

B. Tujuan Utama
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan tujuan laporan pendahuluan gerontik
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi konsep penuaan.
b. Mengidentifikasi penyakit hipertensi pada lansia
c. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada lansia
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Menua


1. Pengertian

Proses menua adalah suatu proses yang akan dialami oleh setiap orang Menua
adalah salah satu akibat proses ilmiah yang umumnya menimbulkan penurunan
kondisi fisik,psikologis, dan social dalam berinteraksi. Penuaan merupakan suatu
proses menghilangnya kemampuan jaringan yang ada didalam tubuh secara perlahan -
lahan sehingga jaringan kesulitan dalam memperbaiki dan mempertahankan fungsi
normalnya. Oleh karena itu dengan terjadinya penuaan maka akan terjadi kemunduran
fungsi tubuh, dimana kemunduran tersebut dapat menganggu aktivitas sehari - hari

(Eliopaulos, 2017)

Menurut WHO lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur
60 tahun atau lebih. Secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk
berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7% dari total populasi dunia dan diperkirakan
jumlah tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup.
Data WHO menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hidup orang didunia adalah 66
tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun.
Jumlah proporsi lansia di Indonesia juga bertambah setiap tahunnya. Data WHO pada
tahun 2009 menunjukan lansia berjumlah 7,49% dari total populasi, tahun 2011
menjadi 7,69% dan pada tahun 2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1% dari
total populasi (WHO, 2015).

2. Klasifikasi Lanjut Usia


a. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang dikatakan lanjut usia tersebut
dibagi kedalam tiga kategori yaitu :
1) Usia lanjut (elderly) : 60-74 tahun
2) Usia tua (old) : 75-89 tahun
3) Usia sangat lanjut (very old) : > 90 tahun
b. Menurut Dep. Kes. RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia
membaginya lanjut usia menjadi sebagai berikut :
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), keadaan ini dikatakan
sebagai masa virilitas.
2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium.
3) Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan sebagai masa
senium.

B. Patofisiologi pada Lanjut Usia


Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3 yaitu perubahan
biologis, psikologis, sosiologis.

1. Perubahan biologis meliputi :


a. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah mengakibatkan
jumlah cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering,
wajah keriput serta muncul garis-garis yang menetap.
b. Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga
dihubungkan dengan kekurangan vitamin A vitamin C dan asam folat, sedangkan
gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn
dapat menurunkan nafsu makan, penurunan indera pendengaran terjadi karena
adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.
c. Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah tanggal mengakibatkan ganguan
fungsi mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
d. Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan
seperti perut kembung nyeri yang menurunkan nafsu makan usia lanjut.
Penurunan mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang
dapat menyebabkan wasir .
e. Kemampuan motorik yang menurun selain menyebabkan usia lanjut menjadi
lanbat kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan dapat mengganggu
aktivitas/ kegiatan sehari-hari. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak
yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek melambatkan proses
informasi, kesulitan berbahasa kesultan mengenal benda-benda kegagalan
melakukan aktivitas bertujuan apraksia dan ganguan dalam menyusun rencana
mengatur sesuatu mengurutkan daya abstraksi yang mengakibatkan kesulitan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun.
f. Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar
juga berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran nutrisi sampai dapat terjadi
hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.
g. Incotenensia urine diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang
besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut yang mengalami IU sering
kali mengurangi minum yang mengakibatkan dehidrasi.

2. Kemunduran psikologis
Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk mengadakan
penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain sindroma
lepas jabatan sedih yang berkepanjangan.

3. Kemunduran sosiologi
Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman
usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang sangat penting bagi
kepribadiannya di dalam pekerjaan. Perubahan status social usia lanjut akan
membawa akibat bagi yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang
baik dalam menghadapi perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya diketahui
oleh usia lanjut sedini mungkin sehingga dapat mempersiapkan diri sebaik
mungkin.

C. Konsep Keperawatan Lansia dengan Gangguan sistem Kardiovaskuler


( Hipertensi )

Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri dari jantung,
komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan
suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses
metabolisme tubuh. Sistem kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang
bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah
meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan
berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan pada organ-organ vital seperti
jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan mempertahankan sistem sirkulasi itu
sendiri.
Salah satu penyakit sistem Kardiovaskuler pada lansia adalah Hipertensi.

1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu
periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg.
(Aspiani, 2014).

Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018),


hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam - macam pada
setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala - gejala tersebut adalah
sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar - debar, mudah lelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.

a. Faktor penyebab Hipertensi :


1. Asupan garam yang tinggi
2. Strees psikologis
3. Faktor genetik (keturunan)
4. Kurang olahraga
5. hidup yang tidak baik seperti merokok dan alkohol
6. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
7. Peningkatan usia
8. Kegemukan
b. Tanda dan Gejala Hipertensi
Adapun tanda-tanda gejala pada hipertensi antara lain :
1. Kepala pusing
2. Gemetar
3. Sering marah – marah
4. Jantung berdebar-debar
5. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
6. Keringat berlebihan
7. Gangguan penglihatan
8. Rasa berat ditekuk
9. Sukar tidur
D. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg.
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan
160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.

Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and


Treatment of Hipertension, yaitu:

1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 mmHg : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 mmHg : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang
e. >115 mmHg : Hipertensi berat

2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)


a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 mmHg : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 mmHg : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang


mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita
hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah
yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ
target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya


tekanan darah, diantaranya yaitu:
1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan
obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut
atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg
disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan
penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam
hitungan jam sampai hari).

E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

F. Komplikasi
Efek pada organ :
1. Otak
a. Pemekaran pembuluh darah
b. Perdarahan
c. Kematian sel otak : stroke
2. Ginjal
a. Malam banyak kencing
b. Kerusakan sel ginjal
c. Gagal ginjal
3. Jantung
a. Membesar
b. Sesak nafas (dyspnoe)
c. Cepat lelah
d. Gagal jantung

G. Makanan yang dianjurkan


1. Beras, kentang, ubi, mie, maezena, hunkue, terigu, gula pasir.
2. Kacang-kacangan dan hasilnya seperti kacang hijau, kacang merah, kacang
tanah, kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom.
3. Minyak gorng, margarine tanpa garam.
4. Sayuran dan buah-buahan tawar.
5. Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit,
kencur, laos, lombok, salam, sere, cukak.

H. Makanan yang tidak diperbolehkan


1. Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang.
2. Semua makanan yang diberi garam natrium pada pengolahan, seperti : Biskuit,
bolu dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau soda, dendeng,
abon, ikan asin, ikan pindang, sarden, udang kering, telur asin, telur pindang
Keju, selai kacang tanah. Margarine, mentega.
3. Acar, asinan sayuran, sayur dalam kaleng.
4. Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.
5. Kecap, terasi, petis, dan saos tomat
I. Pencegahan Hipertensi
1. Periksakan tekanan darah secara teratur ke pelayanan kesehatan terdekat
2. Diet hipertensi
3. Menjaga keseimbangan berat badan
4. Hindari minum-minuman keras (alkohol) dan kurangi/hentikan merokok
5. Istirahat yang cukup
6. Hindari strees
7. Olahraga yang teratur
8. Hindari kopi yg berlebihan
9. kurangi pemakaian garam

J. Pengobatan tradisonal untuk Hipertensi


1. Buah ketimun
2. Buah belimbing
3. Daun seledri
Cara membuat obat tradisional :

1. 1/2 kg buah ketmun/belimbing cuci hingga bersih.


2. Kupas kulit dan kemudian diparut.
3. Saring airnya dengan penyaring.
4. Setelah disaring kemudian diminum.
5. Lakukan setiap hari kuang lebih 1kg untuk 2 kali minum.

K. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr
menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
1. Penurunan berat badan.
2. Penurunan asupan etanol.
3. Menghentikan merokok.
4. Latihan Fisik.
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam
olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-
87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perminggu.

5. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang
secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
6. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.

L. Diet Hipertensi
1. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi :
a. Sumber karbohidrat seperti biscuit, singkong, roti, tepung, mie, tapioca,
nasi.
b. Sumber protein nabati seperti tahu, temped an kacang-kacangan.
c. Sumber vitamin (buah dan sayuran) seperti buah jeruk, pisang, melon,
tomat, dll.
2. Makanan yang dibatasi
a. Garam dapur.
b. Makanan yang diawetkan dengan garam seperti ikan asin, asinan.
c. Makanan yang tinggi lemak dan kolesterol.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI


A. Tanggal Pengkajian : 02 Desember 2020
B. Karakteristik Demografi
1. Identitas Klien
Nama : Ny. C
Tempat / Tanggal Lahir : Bekasi , 07 – juni – 1955
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Janda
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat Rumah : Rengasbandung, Cikarang timur
Diagnosa Medis : Hipertensi

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. M
Alamat : Rengasbandung, Cikarang Timur
No telepon :-
Hubungan dengan klien : Anak

3. Riwayat Keluarga : Klien mengatakan klien hanya memiliki 1 anak dan


tidak ada yang mengalami riwayat penyakit seperti yang dialami klien.

4. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi


Pekerjaan saat ini : Ibu rumah tangga
Pekerjaan sebelumnya : Berjualan
Sumber pendapatan : Diri Sendiri
Kecukupan pendapatan : Cukup

5. Aktivitas Rekreasi
Hobi : Memasak
Bepergian / wisata :-
Keanggotaan organisasi :-
Lain - lain :-

C. Pola Kebiasaan sehari – hari


1. Persepsi lansia terhadap sehat sakit :
2. Nutrisi
Frekuensi makan : 2x sehari
Nafsu makan : Nafsu makan klien baik
Jenis makanan : Nasi , lauk pauk, sayuran
Kebiasaan sebelum makan : Ngemil
Makanan yang tidak disukai : klien mengatakan menyukai semua
jenis makanan
Alergi makanan : klien mengatakan alergi dengan
udang
Pantangan makanan : makanan yang diawetkan, ikan
asin, karena memiliki penyakit hipertensi
Keluhan yang berhubungan dengan makanan : tidak ada keluhan yang
berhubungan dengan makan.

3. Eliminasi
 Buang air kecil
Frekuensi dan waktu : Tidak tentu
Kebiasaan BAK pada malam hari : Kadang-kadang BAK
pada malam hari.
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada keluhan
 Buang air besar
Frekuensi dan waktu : 1x sehari
Konsistensi : Lembek
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Tidak ada keluhan
Pengalam memakai laksatif / pencahar : Tidak menggunakan
laksatif/pencahar

4. Personal Higiene
 Mandi
Frekuensi : 2x sehari
Waktu : Pagi & sore hari
Pemakain sabun : Memakai sabun
 Oral higiene
Frekuensi dan waktu sikat gigi : 2x sehari
Menggunakan pasta gigi : Menggunakan pasta gigi
 Cuci rambut
Frekuensi : 1 minggu sekali
Penggunaan shampo : Memakai shampo
 Kuku dan Tangan
Frekuensi gunting kuku : 1 minggu sekali
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : Klien rajin mencuci
tangan

5. Istirahat dan Tidur


Lama tidur malam : Tidak tentu
Terbangun tidur malam : Suka terbangun pada malam
hari
Tidur siang : Dari jam 15.00 – 17.00
Keluhan yang berhubungan dengan tidur : Jika malam kadang sulit sekali
untuk tidur

6. Kebiasaan mengisi waktu luang


Olahraga : Tidak pernah olahraga
Nonton tv : Klien jarang nonton Tv
Berkebun / memasak : Klien suka sekali memasak
Lain – lain :-

7. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


Meroko ( Ya / Tidak ) :-
Berapa banyak :-
Minuman keras :-
Ketergantungan obat :-
Lain – lain :-

8. Kronologis kegiatan sehari – hari


No Jenis kegiatan Lama waktu kegiatan
1 Berjualan 7 jam
2 Memasak 1 ½ jam
3 Pengajian 2 jam

D. Status Kesehatan
1. Status kesehataan saat ini
a. Keluhan utama : Klien mengatakan pusing.
b. Gejala yang dirasakan : Kusing terasa nyutnyutan dibagian kepala,
pusing jika terbangun dari tidur atau dari duduk langsung berdiri, berkurang jika klien
minum obat, pusing dirasakan seharian.
c. Faktor pencetus : Jika klien kurang tidur, makan yang asin-
asin dan kurang istirahat maka klien akan merasakan pusing di kepala.
d. Timbul keluhan secara : Pusing dirasakan klien timbul
secara bertahap.
e. Waktu mulai timbulnya keluhan : Pada saat klien bangun tidur.
f. Upaya lansia mengatasi penyakitnya : Jika pusing timbul klien selalu
berusaha untuk istirahat agar pusing dirasa cepat hilang.

2. Riwayat kesehatan masa lalu


a. Penyakit yang pernah diderita : Klien pernah mengalami sakit magh.
b. Mulainya kapan : Pada tahun 2012.
c. Pengobatan dan tindakan medis : Klien sering minum obat untuk magh.
d. Riwayat alergi : Ada alergi makanan.
e. Riwayat kecelakaan : Tidak ada.
f. Riwayat dirawat dirumah sakit : Klien mengatakan Klien
mengatakan pernah di rawat di Rumah Sakit dikarenakan klien pernah sakit
magh.
g. Riwayat pemakaian obat : Dalam kurun waktu 1 tahun terakhir
klien meminum obat captopril 25 mg 1x1.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
 Tanda - tanda Vital : 180/100 mmHg, N : 89x/mnt, R : 23x/mnt, S :
36,5˚C.
 Kesadaran : Composmentis.
 Tinggi badan : 142 Cm.
 Berat badan : 60 kg.
b. Kepala
 Rambut : Rambut bersih sedikit beruban.
 Mata : Simetris, klien mengatakan penglihatan buram,
konjungtiva tidak anemis, sklera putih, respon pupil bagus.
 Hidung : Simetris, bersih, tidak ada secret.
 Mulut / tenggorokan : Mukosa bibir lembab, gigi bersih, tidak ada lesi,
lidah bersih, tidak ada pembengkakan tonsil.
 Telinga : Telinga simetris, pendengaran baik, bersih, tidak
ada lesi.
c. Leher : Tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada
pembengkakan kelenjar getah bening, jvp tidak meningkat.
d. Dada / thorak
 Dada : Simetris.
 Paru – paru : Tidak ada kelainan.
 Jantung : Bunyi jantung normal, crt <3detik.
e. Abdomen : Simetris.
f. Muskuloskeletal : Kekuatan otot baik, jalan masih bisa sendiri tanpa
bantuan.
g. Neurologis : Tidak ada kelainan.
h. Kulit : Warna kulit Kulit terlihat keriput sawo matang.
i. Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan.
j. Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan.
k. Lain – lain :-

E. Lingkungan Tempat Tinggal


1. Kebersihan & kerapian ruangan : Kebersihan kamar cukup baik dan
rapi. Ruangan tampak tertata.
2. Penerangan : Penerangan baik, cahaya masuk ke
dalam ruangan.
3. Sirkulasi udara : Lingkungan tempat tinggal klien baik.
4. Keadaan kamar mandi & WC : Keadaan kamar mandi bersih.
5. Pembuangan air kotor : Pembuangan air kotor ada di
tempat mencuci baju dan piring.
6. Sumber air minum : Sumber air minum dari sumur.
7. Jarak sumber air dengan kamar mandi : Dekat sumur terdapat dibelakang
rumah.
8. Pembuangan sampah : Tiap pagi hari sampah dibuang
oleh petugas kebersihan.
9. Sumber pencemaran : Tidak terdapat sumber pencemaran
di lingkungan rumah.
10. Penataan halaman : Halaman tertata rapih, dan bersih.

F. Riwayat Psikologis
1. Apek psikologis lansia : Kemampuan
bersosialisasi saat ini baik kadang saling ngobrol.
2. Status kognitif/afektif/sosial
a. Short porteble mental status qustionnaire (SPMSQ) : Kerusakan intelektual
ringan.
b. Mini-mental state exam (MMSE) : Fungsi kognitif
global masih relatif baik.

G. Aspek Spiritual / Kultural


Aspek spiritual / kultural lansia : Pada saat dilakukan pengkajian klien
sangat taat dalam melaksanakan ibadah
H. Riwayat Psikososial
Aspek psikososial lansia : Klien berinteraksi dengan baik, klien
memiliki pekerjaan masak di hajatan, klien tidak memiliki hambatan dalam bersosialisasi dengan
orang lain.
Pengukuran indeks KATZ A/B/C/D/E/F/G : Klien termasuk dalam kategori A
karena semuanya masih bisa dilakukan secara mandiri tanpa pengawasan.

I. Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosa Medis : Hipertensi.
b. Laboratorium : Tidak ada hasil Laboratorium.

J. Riwayat Terapi : Tidak ada.


SHORTH PORTABLE STATUS QUESTIONNAIRE ( SPMSQ )
Score No Pertanyaan Jawaban
+ -
 1. Tanggal berapa hari ini ? Tgl 02 desember 2020

 2. Hari apa sekarang ini ? Rabu

 3. Apa nama tempat ini ? Rumah

 4. Berapa no.tlp anda ? Klien mengatakan tidak ada


Dimana alamat anda ? no. Tlp , dan tinggal di
Rengasbandung
 5. Berapa umur anda ? 68 tahun

 6. Kapan anda lahir ? Klien menjawab tidak ingat

 7. Siapa presiden indonesia sekarang ? Jokowi

 8. Siapa presiden sebelumnya ? SBY

 9. Siapa nama kecil ibu anda ? Ny.n


 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap Klien tampak kesulitan
pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun ?
7 3 Jumlah kesalahan Total 3
Keterangan :
1. Kesalahan 0 – 2 = fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3 – 4 = kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5 – 7 = kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8 – 10 = kerusakan intelektual berat

Evaluasi status mental mini / mini mental state examination ( MMSE )

NILAI
BUTIR TES NILAI
MAKS
Orientasi
1 Sekarang tahun , musim, bulan , tanggal , hari apa ? 5 5
2 Kita berada dimana ? negara, propinsi, kota, gedung, ruang ? 5 5

Registrasi
3 Pemeriksa menyebut 3 benda yg brbeda kelompoknya selang 1 3 3
detik ( apel, uang, meja ) kemudian tanyakan pada klien ketiga
obyek tadi
Atensi & Kalkulasi
4 Pengurangan 100 dengan 7 secara berurutan. Nilai 1 untuk jawaban 5 2
yang benar. Hentikan 5 jawaban. Atau responden diminta mengeja
terbalik kata “WAHYU”
Mengingat Kembali ( Recall )
5 Responen diminta menyebut kembali 3 nama benda diatas 3 3

Bahasa
6 Responen diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukan 2 2
( perlihatkan pensil & jam tangan )
7 Responden diminta mengulang kalimat “ tanpa kalau dan atau 1 1
tetapi “
8 Responden diminta melakukan perintah “ Ambil kertas ini dengan 3 3
tangan anda, Lipatkan menjadi dua dan letakan dilantai”
9 Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya “ 1 1
pejamkanlah mata anda “
10 Responden diminta menulis sebuah kalimat secara spontan 1 0
11 Responden diminta menyalin gambar
1 0

Skor total 30 25
Skor 0 – 10 : fungsi kognitif global buruk
Skor 11 – 20 : fungsi kognitif global sedang
Skor 21 – 30 : fungsi kognitif global masih relatif baik

PENILAIAN ACTIVITY OF DAILY ( ADL ) DENGAN INSTRUMEN

INDEKS BARTHEL MODIFIKASI

NO FUNGSI SKOR KETERANGAN HASIL


1 Mengendalikan rangsang BAB 0 Tidak terkendali/tak teratur (perlu
pencahar)
1 Kadang-kadang tak terkendali
(1x/minggu)
2 2
Terkendali teratur
2 Mengendalikan rangsang BAK 0 Tak terkendali atau pakai kateter
1 Kadang-kadang tak terkendali
( hanya 1 x/24jam )
2 Mandiri 2

3 Membersihkan diri ( mencuci 0 Butuh pertolongan orang lain


wajah, mengikat rambut, 1 Mandiri 1
mencukur kumis, sikat gigi )
4 Pengguaan WC ( keluar masuk 0 Tergantung pertolongan orang
WC, melepas/memakai celana, lain
cebok, menyiram ) 1 Perlu pertolongan pada beberapa
kegiatan tetapi dapat mengerjakan
sendiri beberapa kegiatan yang
lain
2 2
Mandiri
5 Makan minum ( jika makan 0 Tidak mampu
harus berupa potongan, 1 Perlu ditolong memotong
dianggap dibantu ) makanan
2 Mandiri 2

6 Bergerak dari kursi roda ke 0 Tidak mampu


tempat tidur dan sebaliknya 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa
( termasuk duduk di tempat tidur duduk ( 2 orang )
) 2 Bantuan minimal 1 orang
3 3
Mandiri
7 Berjalan di tempat rata ( atau 0 Tidak mampu
jika tidak bisa berjalan, 1 Bisa ( pindah ) dengan kursi roda
menjalankan kursi roda ) 2 Berjalan dengan bantuan 1 orang
3 Mandiri 3

8 Berpakaian ( termasuk 0 Tergantung orang lain


memasang tali sepatu, 1 Sebagian dibantu ( misal
mengencangkan sabuk ) mengancing baju )
2 Mandiri 2

9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu


1 Butuh pertolongan 1
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri 1
Skor Total 19
Skor modifikasi barthel indeks ( Nilai AKS ) :

20 : Mandiri
12 – 19 : Ketergantungan ringan ( B )
9 – 11 : Ketergantungan sedang ( B )
5–8 : Ketergantungan berat ( C )
0–4 : Ketergantungan total ( C )
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Ny. C mengatakan : kerusakan vaskuler pembuluh Gangguan perfusi
 Klien merasa pusing. darah jaringan b/d dengan
 pusing dirasakan seperti suplai O2 otak
mutar – mutar. penyumbatan pembuluh darah menurun.
DO : TD : 180/100 mmHg
N : 89x/mnt gangguan sirkulasi ke otak
S : 36,5˚C
R : 23x/mnt
suplai O2 keotak menurun

resiko ketidakefektifan perfusi


jaringan otak
2 Ds : klien mengatakan nyeri Peningkatan resistensi Nyeri akut b/d
seperti berdenyut-denyut. terhadap pemompaan darah peningkatan
 Nyeri hilang timbul. tekanan vaskuler
 Nyeri berkurang setelah Peningkatan beban kerja serebral dan
mengkonsumsi obat jantung iskemia.
darah tinggi.
Hipertrofi ventrikel

Do : Klien selalu memegang


daerah kepala. Penurunan suplai O2 ke
coroner
 Skala nyeri 2 (0-10).
 Wajah klien terlihat
Iskemia miokard
sedikit tenang.

Nyeri
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk
perfusi jaringan tindakan keperawatan terutama nadi. mengetahui
b/d dengan selama 3x24 jam 2. Observasi CRT. perkembangan
suplai O2 otak diharapkan tidak terjadi 3. Observasi adanya pada pasien.
menurun. kerusakan organ, pucat, sianosis, 2. Untuk
dengan kriteria kulit dingin atau mengetahui
hasil ; tekanan lembab. aliran darah
darah dalam batas 4. Berikan rendam dalam tubuh.
normal. kaki dengan air 3. Untuk
hangat. mengetahui
adanya tanda –
tanda sirkulasi
darah tidak
lancar.
4. Untuk
memfasodilatasi
pembuluh darah
bisa lancar
keseluruh tubuh.
2 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1. Kaji keadaan 1. Keadaan umum
peningkatan tindakan keperawatan umum klien dan menunjukan
tekanan selama 3x24 jam TTV. keadaan klien
vaskuler diharapkan nyeri klien 2. Kaji lokasi secara utuh
serebral dan dapat berkurang rasa intensitas dan dengan
iskemia. nyeri dengan kriteria skala nyeri. mengetahui
hasil : 3. Ajarkan teknik TTV.
1. Skala nyeri 2. relaksasi. 2. Untuk
2. Klien mengetahhui
mengatakan nyeri yang
nyeri berkurang. dirasakan klien
Aktifitas tidak sehingga bisa
terganggu. ditentukan .inter
vensi yang tepat.
3. Untuk
mengurangi rasa
nyeri dan
membuat pasien
menjadi lebih
tenang.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Dx
No Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf
ke
1 Senin S : Klien mengatakan
07/12/202 pusing masih ada
0 1 1. Mengobservasi TTV terutama namun hilang timbul.
Jam 15.30 nadi. O : TD : 180/100
2. Mengobservasi CRT. mmHg.
Jam 15.35 3. Mengobservasi adanya pucat, N : 89x/mnt
Jam 16.10 sianosis, kulit dingin atau S : 36,5˚C
lembab. R : 23x/mnt
4. Berikan rendam kaki dengan A : Masalah teratasi
Jam 16.25 air hangat. sebagian.
P : Intervensi
dilanjutkan.
memberikan
ruangan dan suasana
yang tenang dan
nyaman.
2 Senin 1. Mengkaji keadaan umum klien S : klien mengatakan
07/12/202 dan TTV. nyeri berkurang.
0 2 2. mengkaji lokasi intensitas dan O : skala nyeri 2 (0-10)
Jam 15.30 skala nyeri. yaitu nyeri hanya
3. mengajarkan jarkan teknik sedikit.
relaksasi. A : Masalah teratasi
sebagian.
P : Intervensi
dilanjutkan.
Minimalkan aktivitas
yang dapat
meningkatkan sakit
kepala.

Anda mungkin juga menyukai