Anda di halaman 1dari 61

MATA KULIAH ELEKTIF 2

MAKALAH KONSEP
PENYAKIT TIDAK
MENULAR (DM)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. Della Putri Agustin Nadyanti PO.71.20.1.20.023
2. Nur Rahmaniya PO.71.20.1.20.024
3. Oktaliza AR PO.71.20.1.20.025
4. Bintang Ayu Lestari PO.71.20.1.20.026
5. Namira Gustiany Putri Mayana PO.71.20.1.20.027
6. Dea Agustini PO.71.20.1.20.028
7. Nissa Amalia Putri PO.71.20.1.20.029

DOSEN PENGAMPU :
Imelda Erman,S.Kep.,M.Kes

TINGKAT 3A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 14 Maret 2023

Penulis
3

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
menjadi penyebab utama dari 36 juta kematian di dunia dengan persentase 70% (Natalia
Paskawati Adimuntja, 2020). Penyakit Tidak Menular (PTM), termasuk Diabetes Melitus kini
menjadi ancaman serius bagi kesehatan global. Diabetes Melitus merupakan salah satu
penyebab utama penyakit kardiovaskular (CVD), kebutaan, gagal ginjal, amputasi (akibat
luka), bahkan kematian (IDF, 2017). Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang
ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah yang melebihi dari batas normal yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, sehingga memerlukan perhatian yang serius (WHO Global
Report, 2016). Diabetes Melitus dikenal sebagai silent killer karena penderitanya baru
menyadari setelah terjadinya komplikasi (Decroli, 2019). Komplikasi pada penderita DM
disebabkan oleh banyak faktor diantaranya karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, riwayat penyakit dan dapat dipengaruhi juga dengan
faktor penanganan yang meliputi diet, aktivitas fisik, terapi obat, dan pemantauan glukosa
darah (Wa Ode Sri Asnaniar, 2019).
Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi
yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi
insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta
Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh
terhadap insulin Faktor keturunan merupakan faktor penyebab utama timbulnya penyakit DM
di samping penyebab lain seperti infeksi, kehamilan dan obat-obatan. Tetapi meskipun
demikian, pada orang keturunan diabetes, belum menjamin timbulnya penyakit diabetes,
masih mungkin tidak menampakkan secara nyata sampai akhir hayatnya. Beberapa faktor
pencetus yang dapat memperburuk diabetes dan sering juga merupakan faktor pencetus DM
yaitu kurang gerak, makan berlebihan, kehamilan, kurang produksi hormon insulin, dan
penyakit hormone.
Faktor predominan diabetes adalah berat badan berlebih dan obesitas, untuk
mengendalikan DM Kemenkes sendiri telah membentuk 13.500 Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) untuk memudahkan akses warga melakukan deteksi dini penyakit diabetes [4].
Menteri Kesehatan telah menghimbau masyarakat untuk melakukan aksi cek kesehatan
4

secara teratur, rajin melakukan aktivitas fisik, diet yang seimbang, istirahat yang cukup
dan kelola stress dengan baik dan benar melalui program CERDIK.
Masalah keperawatan defisit nutrisi adalah kondisi ketika individu yang tidak puasa
mengalami atau beresiko mengalami ketidakadekuatan asupan atau metabolism nutrien untuk
kebutuhan metabolism dengan atau disertai penurunan berat badan (Carpenito, 2013). Akibat
produksi insulin tidak adekuat maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, berat badan menurun, dan mudah lelah.
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya defisit nutrisi (Mubarak, Chayatin &
Susanto, 2015).
Menurut Indah Sri Wahyuni & Hermawati Di Desa Sawah Kuwung Karang Anyar,
Surakarta (2017) terdapat beberapa hambatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada
penderita diabetes mellitus yaitu perasaan takut mengkonsumsi gula karena penderita
beranggapan bahwa gula dapat menaikkan kadar gula darah, diet yang ditentukan tidak sesuai
dengan selera, serta penderita bosan dengan menu diet diabetes mellitus. Persepsi tersebut
timbul karena sebagian besar penderita kurang memahami tentang konsep diet pada penderita
diabetes mellitus. Pengetahuan mereka tentang diabetes mellitus masih terbatas. Oleh karena
itu, implementasi keperawatan tentang edukasi pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien
diabetes mellitus sangat diperlukan.

1. 2 TUJUAN
1. Melakukan Implementasi Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus ll
2. Memberikan edukasi tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien Diabetes
Mellitus Tipe II
5

Konsep Penyakit Tidak Menular (PTM)

1. Definisi
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak memiliki
tandaklinis secara khusus sehingga menyebabkan seseorang tidak mengetahui dan
menyadari kondisi tersebut sejak permulaan perjalanan penyakit (Kemenkes RI,
2014). Kondisi tersebut menyebabkan keterlambatan dalam penanganan dan
menimbulkan komplikasi PTM bahkan berakibat kematian. Beberapa karakteristik
PTM antara lain, ditemukan di negara industri maupun negara berkembang, tidak
ada rantai penularan, dapat berlangsung kronis, etiologi atau penyebab tidak jelas,
multikausal atau penyebabnya lebih dari satu, diagnosis penyakit sulit, biaya mahal
dan tidak muncul dipermukaan seperti fenomena gunung es serta mortalitas dan
morbiditasnya tinggi. PTM dapat dicegah melalui pengendalian faktor risikonya
dengan upaya promotif dan preventif (Bustan, 2007).

2. Jenis-jenis Penyakit Tidak Menular


Menurut Kemenkes RI (2014), jenis-jenis PTM adalah sebagai berikut:
a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD)
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyakit yangmenyerang
organ tubuh jantungdan pembuluh darah yang menyebabkan gangguan
pada organ tersebut (Depkes RI, 2007). Penyakit jantung terjadi ketika gumpalan
darah menyumbat salah satu arteri jantung. Aliran darah yang rendah atau lambat
menyebabkanjantung kekurangan oksigen, sehingga merusak sel-sel jantung
Penyumbatan terjadi ketika arteri menyempit disebabkan oleh munculnya plak
(kumpulan sisa lemak, rokok, dan sebagainya) di sepanjang dinding arteri.

Penyakit jantung memiliki gejala khas yaitu nyeri dada. Kebanyakan orang
mungkin tidak merasakan atau hanya merasakan sedikit nyeri dada, sehingga
mereka mengabaikan gejala tersebut dan dapat menyebabkan penderitanya
mengalami kematian mendadak. Berikut iniadalah macam-macam PJPD :
1) Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner merupakan salah satu bentuk utama penyakit
kardiovaskuler (penyakit jantung dan pembuluh darah), menjadi
penyebab kematian nomor satu di dunia (Bustan, 2007). PJK terjadi
akibat penyempitan pembuluh darah koroner pada jantung yang
6

menyebabkan serangan jantung dan kematian penderitanya. PJK ini


berkaitan dengan gaya hidup (lifestyle) atau dengan keadaan sosial
ekonomi masyarakat.
Pemeriksaan angiografi dan elektrokardiogram (EKG)digunakan untuk
memastikan terjadinya PJK. Hasil pemeriksaan EKG yang
menunjukkan terjadinya iskemik merupakan salah satu tanda terjadinya
PJK secara klinis (Haslindah, Ida & Ansariadi, 2015).
2) Stroke
Strokeadalah penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan
menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang
terganggu (Bustan, 2007). Stroke adalah penyakit atau gangguan
fungsional otak akut, akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena
perdarahan atau sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak
yang terkena, dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat atau
kematian (Junaidi, 2011).Stroke merupakan penyakit neurogenik yang
menyebabkan gangguan fungsi otak fokal maupun global dan penyebab
kecacatan paling banyak (Arya, 2011).
3) Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari
jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara
terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila
arteriol–arteriol konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit
mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi
menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat
menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2011).
Hipertensi juga diketahui sebagai penyakit dengan tekanan darah tinggi.
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik pada
tingkat 140 mmHg atau lebih tinggi serta tekanan darah diastolik pada
tingkat 90 mmHg atau lebih tinggi yang didasarkan pada hasil dari rata-rata
nilai tiga kali pengukuran atau lebih pada waktu yang berkala (NHLBI,
2004 dalam LeMone, et.al,2016).
b. Kanker
Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya sel/jaringan
abnormal yang bersifat ganas, tumbuh cepat tidak terkendali dan dapat
7

menyebar ke tempat lain dalam tubuh penderita (Kemenkes RI, 2014).


Menurut Bustan (2007), sel kanker bersifat ganas dan dapat merusak sel-sel
normal disekitarnya sehingga merusak fungsi jaringan. Jenis kanker
berdasarkan jaringan yang diserang yaitu diberi istilah karsinoma, limfoma dan
sarkoma. Karsinoma adalah kanker yang mengenai jaringan epitel (sel-sel
kulit, ovarium, payudara, serviks, kolon, pankreas dan esophagus). Limfoma
adalah kanker jaringan limfe (kapiler limfe, lakteal, limpa dan pembuluh
limfa). Sarkoma adalah kanker jaringan ikat termasuk sel-sel otot dan tulang.
c. Diabetes Mellitus
Diabetes adalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala
yangdisebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) akibat kekurangan
ataupun resistensi insulin (Bustan, 2007). Diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Henderina,
2010). Menurut PERKENI (2011) seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus
apabila mempunyai gejala klasik diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi
dan polifagi disertai dengan kadar gula darah sewaktu =200 mg/dl dan gula
darah puasa =126 mg/dl.

3. Karakteristik Penyakit Tidak Menular


Berbeda dengan penyakit menular, PTM mempunyai beberapa karakteristik
tersendiri, seperti :
a. Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu
b. Masa inkubasi yang panjang dan laten
c. Perlangsungan penyakit yang berlarut-larut (kronis)
d. Banyak menghadapi kesulitan diagnosis
e. Mempunyai variasi yang luas

f. Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun


penanggulangannya
g. Faktor penyebabnya bermacam-macam (multikausal), bahkan tidakjelas.
Perbedaan PTM ini dengan penyakit menular memerlukan pendekatan
epidemiologi tersendiri mulai dari penentuannya sebagai masalah kesehatan
masyarakat sampai pada upaya pencegahan dan penanggulangannya. Misalnya,
ketika melakukan observasi keadaan PTM di lapangan. Dalam mengamati PTM
yang kronis dan masa latent yang panjang, dapat ditemukan beberapa kesulitan
dengan hanya melakukan pengamatan observasional yang
8

berdasarkanpengalaman pribadi dari anggota masyarakat saja. Jika observasi ini


ditujukan untuk menentukan hubungan antara keterpaparan dengan terjadinya
penyakit, maka beberapa kesulitan dapat dihadapi.
Situasi-situasi dimana pengamatan perorangan dianggap kurang cukup untuk
menetapkan hubungan antara paparan dengan penyakit dapat disebabkan oleh
faktor-faktor berikut :
a. Masa laten yang panjang antara exposure dengan penyakit
b. Frekuensi paparan faktor risiko yang tidak teratur
c. Insiden penyakit yang rendah
d. Risiko paparan yang kecil

e. Penyebab penyakit yang multikompleks

2. Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular


Faktor risiko PTM adalah kondisi yang dapat memicu terjadinya PTM pada
seseorang atau kelompok tertentu. Faktor risiko PTM dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu :
a. Faktor risiko tidak dapat diubah, antara lain: umur, jenis kelamin dan
keturunan (genetik).
b. Faktor risiko yang dapat diubah, antara lain:
1) Faktor risiko perilaku: merokok, diet rendah serat, konsumsi garam
berlebih, kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol dan stress.
2) Faktor risiko lingkungan: polusi udara, jalan raya dan kendaraan yang
tidak layak jalan, infrastruktur yang tidak mendukung untuk pengendalian
PTM serta stres sosial.
2.3 Faktor risiko fisiologis: obesitas, gangguan metabolisme kolesterol dan tekanan darah
tinggi (Kemenkes RI, 2014).

2.4 KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


2.4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan paling utama serta menjadi awal dari
sebuah proses keperawatan. Dalam pengkajian dibutuhkan ketelitian dalam
bertanya mencatat datanya, sebab jika mengumpulkan data dengan akurat serta
sistematis akan sangat mmbantu untuk status kesehatan (Haryono & Dwi, 2019).
Menurut Subiyanto (2019), pengkajian pada pasien dengan diabetes mellitus
meiputi:
a. Anamnesa
9

1) Identitas pasien. Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,


pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa,
nomor register, tanggal masuk eumah sakit dan diagnosa medis.
1
0
1
1

2) Keluhan utama. Penderita mengeluh luka yang sukar sembuh,


sering BAK dimalam hari, berat badan berkurang, sering
merasakan haus meskipun sudah banyak minum, mudah lelah
meskipun sudah banyak istirahat, dan mengeluh adanya kesemutan
di kaki dan tungkai bawah.
3) Riwayat penyakit sekarang. Berisi tentang kapan terjadinya luka,
penyebab terjadinya luka dan apa yang dilakukan pendirita untuk
mengatasinya.
4) Riwayat Kesehatan dahulu. Mengkaji riwayat penyakit yang pernah
dialami pasien di masa lalu yang berhubungan dengan defisiensi
insulin misalnya penyakit pankreas. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji apakah ada riwayat keluarga yang mengalami penyakit
diabetes melitus
5) Riwayat psikososial Pemeriksaan ini meliputi informasi mengenai
perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita mengenai
penyakit yang dialaminya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit si penderita.
b. Pemeriksaan fisik
1) Status Kesehatan umum. Meliputi keadaan penderita, kesadaran,
suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda-tanda vital.
2) Pemeriksaan kepala dan rambut. Meliputi bentuk kepala,keadaan
kulit kepala, keadaan dari penyebaran rambut, bau rambut,
ekspresi muka, bentuk muka, kulit muka, dan keadaan muka.
3) Sistem intagumen. Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna
kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar
ulkus dan gangren, kemerahan pada daerah sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku Perubahanperubahan makrovaskuler, perubahan
mikrovaskuler dan neuropati semuanya menyebabkan perubahan
pada ekstermitas bahwa perubahan yang penting yakni adanya
anesthesia. Keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan
tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren.
4) Sistem pernapasan. Apakah klien sesak nafas, batuk, sputum. Pada
1
2

penderita diabetes mudah terserang penyakit pernapasan karena


mengalami penurunan kekebalan tubuh.
5) Sistem kardiovaskuler. Perfusi jaringan menurun, nadi perifer
melemah atau berkurang, takikardia/ bradikardi,hipetesi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis
6) Sistem gastrointestinal. Terdapat polipagi, polidipsi, mual, muntah,
diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan
lingkar abdomen, obesitas
7) Sistem urinary. Poliuri, retensi urine, inkontinesia urine, rasa panas
atau sakit saat berkemih
8) Sistem moskulusketal. Penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah, nyeri, adanya gangren
di ekstermitas.
9) Sistem neurologis. Pada sistem ini terjadi penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi. Hal ini terlihat pertama kali dengan hilangnya
sensasi pada ujung-ujung ekstermitas bawah. Kemudian hilangnya
kemampuan motoric dan ekstermitas dan mati rasa.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/masalah
kesehatan. Baik secara aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
yang muncul pada pasien Diabetes Mellitus tipe II menurut Haryono dan Dwi
(2019) disesuaikan dengan diagnosa keperawatan menurut SDKI (2016)
meliputi :
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient.
b. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis seperti penyakit
kronis.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan, penurunan aktivitas
atau mobilisasi.
1
3

2.4.3 Perencanaan Keperawatan


Perencanaan keperawatan merupakan suatu petunjuk tertulis yang
menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan
terhadap pasien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis
keperawatan (Asmadi, 2008). Peneliti pada studi kasus ini berfokus pada
masalah keperawatan dengan defisit nutrisi sehingga pada studi kasus ini
perencanaan keperawatan disusun berdasarkan masalah tersebu.
Berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018)
intervensi keperawatan pada pasien Diabetes Melitus adalah:

Tabel 2.3 Intervensi keperawatan pada pasien Diabetes Melitus


Tipe 2 dengan masalah Defisit Nutrisi
No. Diagnosa Luaran, Tujuan dan Intervensi Keperawatan
keperawatan Kriteria Hasil (SLKI) (SIKI)
1. Defisit nutrisi Setelah di Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan lakukan (I.03119)
faktor psikologis (mis. intervensi a. Observasi
Stress dan keengannan keperawatan 1) Identifikasi
untuk makan) (D.0019) selama 3x 24 status nutrisi
a. Definisi jam maka 2) Identifikasi
Asupan nutrisi tidak status nutrisi alergi dan
cukup untuk memenuhi meningkat intoleransi
kebutuhan dengan makanan
metabolisme. kriteria hasil : 3) Identifikasi
(SDKI,2017) a. Porsi makanan makanan yang
b. Penyebab yang disukai
1) Ketidakmampuan dihabiskan 4) Identifikasi
menelan makanan meningkat (5) kebutuhan kalori
2) Ketidakmamp b. Kekuatan otot dan jenis
uan mencerna pengunyah nutrient
makanan meningkat (5) 5) Identifikasi
1
4

3) Ketidakmamp c. Kekuatan otot perlunya


uan menelan Serum penggunaan selang
mengabsorbsi albumin nasogastrik
nutrien meningkat (5) 6) Monitor asupan
4) Peningkatan d. Verbalisasi makanan
kebutuhan keinginan 7) Monitor berat
metabolisme untuk badan
5) Faktor meningkatkan 8) Monitor hasil
ekonomi nutrisi pemeriksaan
(mis.finansial meningkat (5) laboratorium
tidak e. Pengetahuan
mencukupi) tentang pilihan b. Terapeutik
6) Faktor psikologis makanan yang 1) Lakukan
(mis.stress, sehat oralhygiene
keengganan untuk meningkat (5) sebelum makan,
makan) f. Pengetahuan jika perlu
c. Gejala dan tanda tentang pilihan 2) Fasilitasi
mayor minuman yang menentukan
Subjektif : - sehat pedoman diet
Objektif : berat meningkat (5) (mis.Piramida
badan menurun g. Pengetahuan makanan)
minimal 10% tentang standar 3) Sajikan makanan
dibawah rentang asuapan nutrisi secara menarik
ideal. yang tepat dan suhu yang
d. Gejala dan meningkat (5) sesuai
tanda minor h. Penyiapan dan 4) Berikan makan
Subjektif : cepat penyimpanan tinggi serat untuk
kenyang setelah makanan yang mencegah
makan, kram/nyeri aman konstipasi
abdomen, nafsu meningkat (5) 5) Berikan makanan
makan i. Penyiapan dan tinggi kalori dan
menurun penyimpanan tinggi protein
1
5

Objektif : bising usus minuman yang 6) Berikan


hiperaktif, otot aman suplemen
pengunyah lemah, meningkat (5) makanan, jika
otot menelan lemah, j. Sikap terhadap perlu
membran mukosa makanan / 7) Hentikan
pucat, sariawan, minuman pemberian
serum albumin turun, sesuai dengan makan melalui
rambut rontok tujuan selang
berlebihan, diare kesehatan nasigastrik jika
meningkat (5) asupan oral dapat
k. Perasaan cepat ditoleransi
kenyang
menurun (5) c. Edukasi
l. Nyeri abdomen 1) Anjurkan posisi
menurun (5) duduk, jika mampu
m. Sariawan 2) Ajarkan diet
menurun (5) yang
n. Rambut rontok diprogramkan
menurun (5)
o. Diare menurun d. Kolaborasi
(5) 1) Kolaborasi
p. Berat badan pemberian
membaik (5) medikasi
q. Indeks Massa sebelum makan
Tubuh (IMT) (mis. Pereda
membaik (5) nyeri,antiemetik)
r. Frekuensi jika perlu
makan 2) Kolaborasi dengan
membaik (5) ahli gizi untuk
s. Nafsu makan menentukan
membaik(5) jumlah kalori dan
t. Bising usus jenis nutrient yang
1
membaik(5) dibutuhkan, jika
6
u. Tebal lipatan perlu.
kulit trisep
membaik (5)
v. Membran
mukosa
membaik (5)

2.4.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanaakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah
aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan
bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan
kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti
dokter dan petugas kesehatan lain (Tarwoto and Wartonah, 2015). Tujuan
dari pelaksanaaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah di
tetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. perencanaan dalam tindakan
keperaawatan akan dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan
untuk berpartisipasi dalam pelaksanaantindakan keperwatan.
Implementasi keperawatan di lakukan sesuai dengan perencanaan yang
telah direncanakan berdasarkan masalah keperawatan diambil yaitu
implementasi keperawatan manajemen nutrisi pada pasien Diabetes Melitus
tipe 2.

2.4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan menurut
Bararah dan Juhar (2013). Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil
yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang
diharapkan dalam perencanaan.
3.1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

A Identifikasi Data

1. Nama kepala keluarga: Tn. A.

2. Alamat: jalan Piladang RT 01 RW 09 Limbungan.


3. Pekerjaan dan pendidikan KK: buruh bangunan dan SMA. 1
7
4. Komposisi keluarga:

Tabel 3.1 Komposisi Keluarga Tn. A

No. Nama Jenis Hub. Umur Pekerjaan


kelamin dengan
klien
1. Tn. A Laki –laki Kepala 42 Buruh
keluarga bangunan
2. Ny. S Perempuan IRT 39 IRT dan
pedagang
3. An. S Laki-laki Anak 12 Pelajar
4. An. J Laki-laki Anak 8 Pelajar

5. Genogram

Gambar 3.1 Genogram Keluarga Tn. A

Keterangan:

:perempuan :perempuan meninggal


95

:laki-laki :laki-laki meninggal

:klien :serumah

:yang menderita DM :laki-laki DM dan meninggal

Penjelasan: Ny. S merupakan anak kelima dari lima bersaudara dan

menikah dengan Tn. A. Dan mereka memiliki dua orang anak laki-

laki. Dan bapak Ny. S juga menderita DM dan meninggal serta

kakak Ny. S juga menderita DM.

6. Tipe keluarga

Tipe keluarga pada Tn. A adalah keluarga inti terdiri dari

ayah, ibu dan anak.

7. Suku bangsa

Suku bangsa pada keluarga Tn. A adalah suku Minang.

8. Agama

Agama pada keluarga Tn. A adalah Islam.

9. Status sosial ekonomi keluarga

Pendapatan keluarga Tn. A dalam sebulan kurang lebih Rp

2.000.000/bulan dari hasil buruh bangunan dan istrinya Ny. S

sebagai pedagang gorengan dengan pendapatan Rp

850.000/bulan. Penghasilan ini digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari keluarga Tn. A.

10. Rekreasi keluarga

Tn. A mengatakan jarang melakukan rekreasi keluarga,

kecuali pada hari besar agama seperti Idul Fitri, biasanya

keluarga akan mudik ke kampung.


96

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga Tn. A adalah tahap keluarga

dengan anak usia sekolah karena anak pertama dan kedua masih

berumur 12 tahun dan 8 tahun.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah

memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga .

3. Riwayat keluarga inti

Ny. S pernah dirawat di rumah sakit sekitar 3 tahun yang lalu

dengan keluhan lemas dan pusing. Setelah di cek GDS Ny. S

ternyata GDS Ny. S 389 mg/dL. Sehingga Ny. S dirawat inap di

rumah sakit selama 3 hari dan hingga saat ini Ny. S masih

mengomsumsi obat DM tablet yaitu metformin, glimepiride

serta suntik insulin.

Namun Ny. S mengaku tidak teratur minum obatnya dan

keluarga jarang membawa Ny. S untuk memeriksakan dan

mengontrol gula ke fasilitas kesehatan dan hingga saat ini Ny. S

mengeluh sering merasa lapar dan haus, sering buang air kecil

lebih dari 6 kali sehari, sering merasa kesemutan pada ujung jari

kaki, susah tidur malam hari, merasa gatal pada kulit, terdapat

luka di jari kaki disertai adanya nanah atau pus, serta

penglihatan terkadang berkunang-kunang.

Hasil pengukuran tanda-tanda vital pada saat pengkajian Ny.


97

t D t C

20xmenit GDS pukul 10.00: 292 mg/dL, GDS pukul 15.00: 268

mg/dL. Dan Ny. S mengaku sering mengomsumsi makanan

tinggi gula, minum kopi, makanan tidak teratur. Sedangkan

kesehatan Tn. A tidak terdapat riwayat penyakit menular

maupun kronis lainnya, begitu juga dengan kedua anaknya.

4. Riwayat keluarga sebelumnya/asal

Ny. S memilki 5 bersaudara terdiri dari 4 perempuan dan 1

laki-laki. Ny. S mempunyai penyakit DM merupakan penyakit

keturunan dari bapak Ny. S yang kini telah meninggal. Selain

Ny. S yang menderita DM, kakak perempuan Ny. S juga

menderita DM.

Selain faktor keturunan dan gaya hidup yang kurang sehat

serta kurang berolahraga dan pola istirahat yang kurang

ditambah kebiasaan komsumsi yang manis sebagai faktor

pemicu diabetes mellitus. Sedangkan kakak perempuan Ny. S

menderita DM diumur 45 tahun.

C. Data Lingkungan

1. Karakteristik rumah

Rumah Tn. A adalah rumah permanen, lantai keramik dengan

luas 20x15 m dengan atap menggunakan seng. Ada 3 kamar

dalam rumah Tn. A, 1 kamar utama dan 2 lagi kamar anak-anak.

Ada 1 dapur dan 1 kamar mandi. Ada jamban di dalam kamar

mandi, dapur, gudang, dan ruang tamu. Saluran pembuangan


98

dialirkan ke tempat pembuangan septi tank. Jarak antara sumur

dengan septi tank kurang lebih 10 meter.

Rumah Tn. A mendapat cukup cahaya matahari dan ventilasi

karena jendela rumah sering terbuka. Penerangan di rumah

menggunakan listrik. Keluarga mempunyai pembuangan

sampah terbuka, biasanya sampah-sampah rumah tangga akan

dibuang ke plastik hitam dan akan dibuang ke tempat

pembuangan sampah jika sudah penuh. Air yang digunakan

untuk makan, minum dan mandi sehari-hari adalah air sumur.

Terdapat fasilitas kesehatan di lingkungan rumah yaitu

posyandu, rumah bidan, praktek dokter, dan puskesmas.

Fasilitas kesehatan tersebut dapat dijangkau dengan

menggunakan motor dan berjalan kaki.

Rumah depan: tampak bersih.

Ruang tamu: tampak bersih.

Ruang tidur: tempat tidur terbuat dari kayu.

Kamar mandi: kamar mandi terdiri dari 1 bak mandi dan 1 WC.

Jendela: jendela ada di setiap kamar.

Kamar mandi dan dapur: tampak licin.

Gambar 3.2 Denah Rumah Keluarga Tn.A

Kamar tidur Kamar mandi


99

Kamar tidur Ruang tamu Gudang

Kamar tidur Dapur

2. Karakteritik tetangga dan komunikasi RW

Ny. S mengikuti kegiatan arisan, wirid, maupun kerja bakti di

lingkungan rumah. Hubungan bersama antar tetangga terjalin

baik, saling menghormati dan kerukunan terjalin.

3. Mobilisasi anggota keluarga

Ny. S lahir di Padang Panjang dan dibesarkan di Padang

Panjang namun semenjak menikah dengan Tn. A mereka pindah

dan menetap di Pekanbaru sejak 2004 sampai sekarang.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Perkumpulan anggota keluarga biasanya dilaksanakan pada

malam hari sewaktu makan malam. Dan kegiatan yang ada di

lingkungannya juga sering keluarga Tn. A mengikutinya.

5. Sistem pendukung keluarga

Keluarga Tn. A kalau ada yang sakit, biasanya hanya

dibelikan obat warung dan pilihannya. Sesekali dibawa ke

puskesmas kalau tidak kunjung sembuh. Ny. S mengaku jarang

memeriksakan penyakitnya ke pelayanan kesehatan.


100

D. Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi

Komunikasi yang terjalin dalam keluarga Tn. A cukup baik

dan terbuka di mana semua dibicarakan dan diselesaikan

bersama.

2. Struktur kekuatan keluarga

Antar anggota keluarga saling menghormati dan menghargai

dan pengambilan keputusan berdasarkan keputusan bersama.

3. Struktur peran

Tn. A berperan sebagai kepala keluarga, suami dan pencari

nafkah. Ny. S berperan sebagai ibu rumah tangga dan An. S dan

An. J berperan sebagai anak.

4. Nilai dan norma keluarga

Keluarga Tn. A menerapkan nilai dan norma keluarga yang

berlaku menurut ajaran agama Islam dan budaya yang berlaku

dan aturan yang ada di masyarakat.

5. Fungsi keluarga

a. Fungsi afektif

Keluarga Tn. A saling menyayangi dan saling peduli.

b. Fungsi sosialisasi

Keluarga Tn. A mengatakan tidak ada masalah

dengan tetangga maupun masyarakat sekitar tempat

tinggal keluarga Tn. A.


101

c. Fungsi perawatan kesehatan

a. Mengenal masalah kesehatan

Pada saat pengkajian Tn. A belum mampu

mengenal masalah kesehatan pada Ny. S secara

rinci dan keseluruhan, ini terbukti pada saat ditanya

pada keluarga penyakit Ny. S, keluarga mampu

menjawab bahwa penyakit DM adalah penyakit

gula dan belum mengetahui secara rinci sebab dan

komplikasi serta diet makanan tentang DM.

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Jika Ny. S sakit, alternatif yang keluarga

lakukan adalah menyuruh Ny. S untuk meminum

obat glimepiride, metformin dan obat warung.

Keluarga Tn. A jarang memeriksakan kesehatannya

secara teratur karena kesibukan Tn. A yang bekerja

sebagai buruh bangunan dan Ny. S yang bekerja

sebagai pedagang gorengan.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang

sakit

Keluarga tidak mampu merawat Ny. S terbukti

keluhan yang dirasakan Ny. S sering lemas,

penglihatan sebelah kanan klien terkadang kabur,

sering menggaruk-garuk anggota tubuh yang gatal-

gatal seperti punggung hingga memerah dan ada


102

luka di jari kaki yang belum kunjung sembuh, serta

jarang mengingatkan minum obat DM dan keluarga

sering menginjeksi insulin hanya satu tempat saja,

jarang mengganti jarum insulin, sering menginjeksi

insulin tanpa diperiksa dulu gula darah Ny. S. Dan

keluarga mengatakan tidak mengerti secara rinci

cara perawatan luka dan terlihat bingung saat

ditanyakan mengenai cara perawatan luka.

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Kondisi rumah Ny. S cukup bersih, pencahayaan

cukup, namun lantai rumah bagian dapur dan kamar

mandi Ny. S sering licin karena Ny. S sering

memasak gorengan di dapur dan jarang

membersihkannya.

e. Menggunakan fasilitas kesehatan

Keluarga belum memanfaatkan fasilitas

kesehatan dengan baik, terbukti keluarga jarang

memeriksakan Ny. S ke fasilitas kesehatan.

d. Fungsi reproduksi

Keluarga Tn. A mempunyai 2 orang anak laki-laki.

e. Fungsi ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, keluarga Tn.

A menggunakan penghasilan yang diperoleh untuk

kebutuhan.
103

E. Stress dan Koping Keluarga

1. Stressor jangka pendek

Ny. S khawatir mengenai keluhan yang penyakit DM

terutama gatal-gatal dan luka kecil di kaki yang tidak sembuh

dan takut meluas.

2. Stressor jangka panjang

Stressor jangka panjang yang dihadapi Ny. S adalah takut

komplikasi dari diabetes yang akan menganggu kesehatannya

dan ekonomi keluarga.

a. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah

Untuk mengatasi kekurangan ekonomi keluarga, Ny.

S menjual gorengan dan untuk masalah kesehatan selain

membeli obat dan kalau sakit berlanjut dibawa ke

puskesmas.

b. Strategi koping yang digunakan

Jika ada masalah yang tidak bisa diselesaikan Tn. A

dan keluarga tetap mencari jalan keluar dengan

musyawarah dan Ny. S juga menerima apapun yang

terjadi pada dirinya terkait dirinya terkait penyakitnya,

karena Ny. S yakin semua diatur oleh Allah SWT.

c. Strategi adaptasi fungsional

Apabila banyak permasalahan yang dihadapi keluarga

Tn. A akan minta bantuan keluarga terdekat.


104

F. Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga

Tabel 3.2 Pemeriksaan Fisik Keluarga Tn. A

Px fisik Tn. A Ny. S An. S An. J


KU Baik Baik Baik Baik

TD 120/80 90/60 mmHg 110/60 mmHg 120/80


mmHg mmHg

Nadi 100xmenit 118xmenit 86xmenit 92xmenit

Suhu C C 36, C 37, C

Kepala Rambut Rambut Rambut Rambut


bersih, warna bersih, warna bersih, warna bersih, warna
hitam, sedikit hitam, sedikit hitam. hitam.
beruban beruban.
Mata Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,
sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera tidak
ikretik. ikretik. ikretik ikretik

Hidung Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,


penciuman, penciuman, penciuman, penciuman,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
sekret, tidak sekret, tidak sekret, tidak sekret, tidak
ada ada ada pernafasan ada
pernafasan pernafasan cuping hidung. pernafasan
cuping cuping cuping
hidung. hidung. hidung.

Telinga Bersih, Bersih, Bersih, Bersih,


simetris, simetris, simetris, tidak simetris,
tidak ada tidak ada ada serumen, tidak ada
serumen, serumen, fungsi serumen,
fungsi fungsi pendengaran fungsi
pendengaran pendengaran baik. pendengaran
baik. baik. baik.

Mulut Mulut bersih, Mulut bersih, Mulut bersih, Mulut bersih,


mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir
lembab. lembab. lembab. lembab.

Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kalenjar kalenjar kalenjar tiroid. kalenjar atau
105

tiroid. tiroid. tiroid.

Dada Simetris, Simetris, Simetris, tidak Simetris,


Paru- tidak ada tidak ada ada tidak ada
paru penggunaan penggunaan penggunaan penggunaan
otot bantu otot bantu otot bantu otot bantu
pernapasan, pernapasan, pernapasan, pernapasan,
auskultasi auskultasi auskultasi paru auskultasi
paru paru vesikuler. paru
vesikuler. vesikuler. vesikuler.

Jantu- Ictus cordis Ictus cordis Ictus cordis Ictus cordis


ng tidak tampak, tidak tampak, tidak tampak, tidak tampak,
bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung
normal. normal. normal. normal.

Abdo- Datar, Datar, Datar, simetris, Datar,


men simetris, simetris, tidak ada nyeri simetris,
tidak ada tidak ada tekan. tidak ada
nyeri tekan. nyeri tekan. nyeri tekan.

Ekstre- Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


mitas varises dan varises dan varises dan varises dan
edema. edema, ada edema. edema.
luka di jari
kaki sebelah
kiri, ada pus,
sering
kesemutan.

Gene- Bersih, jenis Bersih, jenis Bersih, jenis Bersih, jenis


Talia kelamin laki- kelamin kelamin laki- kelamin laki-
laki. perempuan. laki. laki.

Inter- Warna kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit


gumen sawo matang, sawo matang, sawo matang, sawo matang,
CRT<3 detik, CRT<3 detik, CRT<3 detik, CRT<3 detik,
tidak ada ada luka di tidak ada luka tidak ada
luka di kulit. jari kaki di kulit. luka di kulit.
sebelah kiri,
ada pus,
sering
kesemutan.

G. Harapan Keluarga

Keluarga Tn. A berharap dengan adanya petugas kesehatan


106

yang mengunjunginya, akan ada perubahan tingkah laku yang

dapat dilakukan oleh Ny. S dan keluarga dalam menunjang

peningkatan kesehatan keluarga.

H. Analisa Data Masalah Keperawatan Keluarga

Tabel 3.3 Analisa Data Masalah Keperawatan Keluarga

No. Data Etiologi Masalah


keperawatan
1. Data subjektif: Ketidakmampuan Ketidakstabi-
1. Ny. S mengatakan keluarga merawat lan kadar gula
mengeluh banyak anggota keluarga darah.
minum, banyak yang sakit
makan dan diabetes mellitus
kencing dalam tipe II pada Ny. S.
sehari lebih dari 6
kali disertai
lemas.

2. Ny. S mengatakan
jarang mengontrol
gula darah ke
fasilitas
kesehatan.

3. Keluarga
mengatakan Ny. S
sering
mengkonsumsi
makanan dan
minuman tinggi
gula seperti nasi
putih, gorengan,
dan kopi.

4. Ny. S tidak
diingatkan oleh
keluarga tepatnya
suami Ny. S untuk
minum obat dan
Ny. S juga sering
lupa untuk minum
obat DM.

5. Ny. S mengatakan
107

menginjeksi
insulin tanpa
diperiksa kadar
gula darah
terlebih dahulu.

6. Keluarga Tn. A
khawatir jika
sewaktu-waktu
penyakit Ny. S
memburuk dan
menimbulkan
komplikasi.

Data objektif
1. GDS pada tanggal
11 Maret 2020
pukul 10.00: 292
mg/dL
pukul 15.00: 268
mg/dL

2. TTV pada tanggal


11 Maret 2020
TD: 90/60 mmHg
N: 118x/menit
S: C
RR: 20x/menit

2. Data subjektif: Ketidakmampuan Kerusakan


1. Ny. S mengatakan keluarga merawat integritas
luka di kaki anggota keluarga kulit.
kadang lembab. yang sakit
diabetes mellitus
2. Ny. S mengatakan tipe II pada Ny. S.
gatal-gatal di
badan sudah
banyak.

3. Ny. S mengatakan
terdapat bekas
garukan di
punggung Ny. S.

4. Keluarga
mengatakan tidak
mengetahui secara
rinci cara
108

perawatan luka
yang benar.

Data objektif
1. Terdapat luka
lembab di kaki
Ny. S dan ada
sedikit nanah
disebabkan karena
adanya infeksi
bakteri dan kuman
serta akibat
perawatanluka
yang keliru dan
kurangnya
kesadaran diri
untuk menjaga
kebersihan luka.

2. Terdapat bekas
garukan di
punggung Ny. S.

3. Keluarga terlihat
bingung saat
menyebutkan
urutan perawatan
luka yang benar.

3.2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

A. Daftar Diagnosa Keperawatan Keluarga

a. Ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit diabetes mellitus tipe II pada Ny. S.

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit diabetes mellitus tipe II pada Ny. S.


109

B. Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan 1: ketidakstabilan kadar gula darah

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus tipe II pada Ny.S.

Tabel 3.4 Skoring Masalah Keperawatan Keluarga 1

No. Kriteria Bobot Skor Pembenaran


1. Sifat masalah: 1 3/3x1=1 Masalah sudah
a. Potensial terjadi dan
(1) apabila masalah
b. Resiko (2) tidak diatasi
c. Aktual (3) dapat
menimbulkan
komplikasi

2. Kemungkinan 2 1/2x2=1 Masalah dapat


masalah untuk diubah
diubah: tergantung
a. Mudah (2) peran aktif Ny.
b. Sebagian S dalam
(1) mematuhi
c. Tidak dapat terapi
diubah (0) pengobatan dan
diet.

3. Potensial 1 2/3x1=2/3 Perlu


masalah untuk kepatuhan dan
dicegah: waktu untuk
a. Tinggi (3) mengubah
b. Cukup (2) kebiasaan
c. Rendah (1) hidup sehat.

4. Menonjolnya 1 2/1x1=2 Keluarga


masalah: menyadari
a. Segera (2) pentingnya
b. Tidak masalah untuk
segera (1) segera diatasi
c. Tidak sehingga dapat
dirasakan meningkatkan
(0) derajat
kesehatan Ny.S
Skor total: 14/3
110

Diagnosa keperawatan 2: kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang sakit diabetes mellitus tipe II pada Ny. S.

Tabel 3.5 Skoring Masalah Keperawatan Keluarga 2

No. Kriteria Bobot Skor Pembenaran


1. Sifat masalah: 1 3/3x1=1 Masalah sudah
a. Aktual (3) terjadi.
b. Resiko (2)
c. Potensial
(1)

2. Kemungkinan 2 1/2x2=1 Masalah bisa


masalah untuk diubah dengan
diubah: mengajarkan
a. Mudah (2) cara merawat
b. Sebagian anggota
(1) keluarga yang
c. Tidak dapat sakit dengan
diubah (0) diet DM dan
perawatan
luka.

3. Potensial 1 2/3x1= Masalah dapat


masalah untuk 2/3 dicegah
dicegah: dengan
a. Tinggi (3) mengajarkan
b. Cukup (2) cara merawat
c. Rendah (1) luka dan
membawa Ny.
S ke fasilitas
kesehatan.

4. Menonjolnya 1 2/2x1=1 Keluarga


masalah: merasakan ada
a. Segera (2) masalah tetapi
b. Tidak belum bisa
segera (1) merawat
c. Tidak anggota
dirasakan keluarga yang
(0) sakit.
Skor total: 11/3
111

C Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

Tabel 3.6 Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

No. Prioritas diagnosa keperawatan keluarga Skor


1. Ketidakstabilan kadar gula darah
berhubungan dengan ketidakmampuan 14/3
keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit diabetes mellitus tipe
II pada Ny. S.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan 11/3


dengan ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit
diabetes mellitus tipe II pada Ny. S.
112

3.3. Intervensi Keperawatan Keluarga

Tabel 3.7 Intervensi Keperawatan Keluarga

No. Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
Keluarga

1. Ketidakstabilan Setelah 1.Setelah 1. Keluarga mampu 1. Diabetes mellitus 1. Kaji pengetahuan


kadar gula darah dilakukan dilakukan menyebutkan (DM) merupakan keluarga tentang
berhubungan kunjungan kunjungan 1x50 definisi DM kondisi kadar gula DM.
dengan sebanyak 2 hari menit keluarga dengan bahasa darah sewaktu 2. Diskusikan dengan
ketidakmampuan keluarga mampu sendiri. diatas 180 mg/dl keluarga tentang
keluarga dalam mampu mengenal dan gula darah pengertian DM
merawat anggota mengenal dan masalah DM. puasa diatas 125 dengan
keluarga yang memahami mg/dl. menggunakan
sakit diabetes bagaimana lembar balik dan
mellitus tipe II perawatan DM. leaflet.
pada Ny.S. 3. Beri kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
4. Beri reinforcement
positif.

2. Keluarga mampu 2. Penyebab DM 1. Kaji pengetahuan


menyebutkan 6 yaitu faktor keluarga tentang
113

dari 8 penyebab genetik atau penyebab DM.


dari DM. keturunan, pola 2. Diskusikan dengan
makan yang tidak keluarga tentang
teratur, kurangnya penyebab DM
aktifitas fisik atau dengan
olahraga, stress, menggunakan
obesitas atau lembar balik dan
kegemukan, obat- leaflet.
obatan dan infeksi. 3. Beri kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
4. Berikan
reinforcement
positif.

3. Keluarga mampu 3. Tanda dan gejala 1. Kaji pengetahuan


menyebutkan 6 DM yaitu sering keluarga tentang
dari 8 tanda dan kencing, sering tanda dan gejala
gejala DM. haus, rasa gatal, DM.
mudah lelah, luka 2. Diskusikan dengan
yang sulit sembuh keluarga tentang
atau infeksi pada tanda dan gejala
kulit, pandangan DM dengan
kabur, dan menggunakan
kesemutan atau lembar balik dan
baal. leaflet.
3. Beri kesempatan
keluarga untuk
114

bertanya.
4. Berikan
reinforcement
positif

4. Keluarga mampu 4. Pencegahan DM 1. Kaji pengetahuan


menyebutkan 5 antara lain keluarga tentang
dari 7 cara menerapkan pola pencegahan DM.
pencegahan DM. hidup sehat 2. Diskusikan dengan
terapkan pola keluarga tentang
makan yang baik cara pencegahan
dan sehat, jaga DM dengan
kondisi mental menggunakan
spiritual, lembar balik dan
melakukan leaflet.
aktifitas fisik 3. Keluarga bersama
secara rutin, jaga perawat
berat badan ideal, mengidentifikasi
jauhi rokok, dan anggota keluarga
minuman alkohol yang mengalami
serta komsumsi DM.
berbagai herbal 4. Beri kesempatan
yang dapat keluarga untuk
mencegah DM. bertanya.
5. Evaluasi kembali
pengertian,
penyebab, tanda
dan gejala dan
115

pencegahan DM
pada keluarga.
6. Berikan pujian
kepada keluarga
atas jawaban yang
benar.

2. Setelah 1. Keluarga mampu 1. Keluarga memberi 1. Kaji keputusan


dilakukan mengambil keputusan untuk yang diambil
kunjungan 1 keputusan dalam merawat anggota keluarga.
x50 menit merawat anggota keluarga dengan 2. Diskusikan dengan
keluarga keluarga dengan masalah DM. keluarga tentang
mampu DM. komplikasi dari
memutuskan DM.
untuk 3. Bimbing dan
merawat motivasi keluarga
anggota untuk mengambil
keluarga dalam menangani
dengan DM. masalah DM.
4. Evaluasi kembali
yang tentang
keputusan yang
telah dibuat.
5. Beri pujian atas
keputusan yang
diambil keluarga
dalam mengatasi
masalah DM pada
116

keluarga.
3. Setelah
dilakukan 1. Keluarga 1. Keluarga 1. Kaji pengetahuan
kunjungan mampu merawat mampu keluarga tentang
1x50 menit anggota memahami cara merawat
keluarga keluarga dengan bagaimana anggota keluarga
mampu diabetes mellitus perawatan DM dengan DM.
merawat dan mampu dan mampu 2. Diskusikan dengan
anggota mendemonstrasi menyebutkan 3 keluarga tentang
keluarga kan bagaimana dari 5 cara merawat anggota
dengan DM. cara mengatasi mengatasi keluarga dengan
DM. masalah DM DM.
yaitu 3. Jelaskan dan
manajemen demonstrasikan
diet, aktivitas pada keluarga
dan olahraga mengenai cara
(senam DM dan mengatasi masalah
senam kaki), DM.
pengobatan, 4. Evaluasi kembali
manajemen tentang cara
stress, dan merawat dan
pemeriksaan mengatasi DM.
berkala kadar 5. Berikan
gula darah. kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
6. Berikan pujian pada
keluarga atas
117

jawaban yang
benar.

4. Setelah 1. Keluarga dapat 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan


dilakukan menciptakan dan memodifikasi keluarga tentang
kunjungan memodifikasi lingkungan untuk lingkungan yang
1x50 menit lingkungan yang merawat anggota nyaman untuk
keluarga dapat membantu keluarga dengan anggota keluarga
mampu dalam perawatan memelihara DM.
memodifikasi anggota keluarga lingkungan rumah 2. Diskusikan bersama
dan dengan DM. misalnya menjaga keluarga bagaimana
menciptakan ruangan rumah lingkungan yang
lingkungan tidak licin terutama nyaman dan sehat
yang sehat dapur dan kamar untuk anggota
untuk mandi, keluarga dengan
menunjang menggunakan alas DM.
kesehatan kaki saat berjalan 3. Evaluasi kembali
keluarga. ke luar rumah dan tentang bagaimana
tidak meletakkan lingkungan yang
benda tajam di dapat menunjang
sembarangan kesehatan anggota
tempat. keluarga yang sakit.
4. Beri kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
5. Berikan pujian pada
keluarga.
118

5. Setelah 1. Keluarga mampu 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan


dilakukan menyebutkan apa memanfaatkan keluarga tentang
1x50 menit saja fasilitas fasilitas kesehatan apa saja fasilitas
keluarga kesehatan yang yang ada dalam kesehatan yang ada
mampu ada dan apa melakukan dan apa manfaat
menggunakan keuntungan perawatan pada fasilitas kesehatan
dan membawa keluarga dengan tersebut.
memanfaatkan anggota keluarga masalah DM 2. Diskusikan bersama
fasilitas yang sakit ke yaitu dengan keluarga apa saja
kesehatan yang fasilitas membawa fasilitas kesehatan
ada. kesehatan. anggota keluarga yang ada dan
untuk kontrol dan bagaimana
berobat ke memanfaatkan
puskesmas,rumah fasilitas pelayanan
bidan dan RS kesehatan tersebut.
serta keluarga 3. Evaluasi kembali
memahami apa fasilitas kesehatan
keuntungannya. yang bisa
digunakan dan
bagaimana
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
pada semua
anggota keluarga.
4. Berikan
kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
119

2. Kerusakan Setelah 3 hari 1. Setelah 1. Keluarga mampu 1. Keluarga dapat 1. Kaji pengetahuan
integritas kulit keluarga dilakukan melakukan mengetahui tata keluarga tentang
berhubungan memahami edukasi tindakan cara perawatan perawatan luka.
dengan tentang selama 60 perawatan luka. pada kerusakan 2. Diskusikan dengan
ketidakmampuan pencegahan menit, jaringan keluarga tata cara
keluarga dan perawatan keluarga integritas kulit. perawatan luka.
merawat anggota diabetes mampu 1. Perawatan 3. Jelaskan tata cara
keluarga yang mellitus. mengenal terhadap luka perawatan luka dan
sakit diabetes tentang basah. mendemonstrasikan
mellitus tipe II perawatan 2. Sebelum 4. Cuci tangan sebelum
pada Ny. S. luka. bekerja cuci dan sesudah
tangan dengan melakukan
bersih di air perawatan luka
yang
mengalir.
3. Gunakan
sarung tangan.
4. Bersihkan
area luka
dengan air
hangat/NaCL
dengan
menggunakan
kassa steril
dan pinset).
5. Bersihkan dari
kotoran yang
menempel
120

atau jaringan
mati/nekrosis
6. Setelah itu
memberikan
betadin
kompres pada
luka setelah
itu di tutup
pakai kassa
steril dan
dilakukan
setiap hari
sampai
sembuh.
7. Untuk luka
garuk atau
luka lecet
cukup
dibersihkan
pakai
desinfektan
larutan
betadin.

2. Keluarga dapat 1. Keluarga mampu 2. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan


menggunakan menyebutkan apa memanfatatkan keluarga tentang apa
dan saja fasilitas fasilitas kesehatan saja fasilitas kesehatan
memanfatkan kesehatan yang yang ada dalam tersebut.
121

fasilitas ada dan apa melakukan 2. Diskusikan bersama


kesehatan keuntungan perawatan pada keluarga apa saja
untuk membawa keluarga dengan fasilitas kesehatan
perawatan anggota keluarga masalah diabetes yang ada dan
anggota yang sakit ke mellitus yaitu memanfaatkan fasilitas
keluarga fasilitas dengan membawa pelayanan kesehatan
dengan DM. kesehatan. anggota keluarga tersebut.
untuk kontrol dan 3. Manfaatkan fasilitas
berobat ke pada semua anggota
puskesmas, rumah keluarga.
bidan dan RS serta 4. Berikan kesempatan
keluarga keluarga untuk
memahami apa bertanya.
keuntungannya. 5. Jelaskan kembali
tahapan-tahapan
perawatan luka dan
manfatnya.

3. Keluarga 1. Keluarga 1. Keluarga dapat 1. Motivasi keluarga agar


mampu mampu mengambil lebih bersemangat
mengambil memutuskan keputusan yang dalam tindakan
keputusan. tindakan yang tepat untuk perawatan luka.
akan dilakukan. melakukan 2. Jelaskan kembali
perawatan luka pentingnya kunjungan
dan memanfaatkan kesehatan ke fasilitas
fasilitas pelayanan kesehatan guna
kesehatan. perawatan dan
pengobatan DM.
122

3. Beri kesempatan untuk


bertanya.
4. Beri pujian atas
tindakan diambil.
5. Kolaborasi dengan
dokter memberikan
obat antibiotik.

4. Keluarga 1. Keluarga dapat 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan


mampu merawat luka memahami keluarga tentang cara
merawat diabetes mellitus perawatan perawatan kaki
anggota dan mampu kerusakan jaringan anggota keluarga
keluarga mendemonstrasik pada DM. dengan diabetes
yang sakit. an cara perawatan mellitus.
luka. 2. Diskusikan dengan
keluarga tentang cara
perawatan kaki dengan
diabetes mellitus.
3. Jelaskan dan
mendemontrasikan
pada kelaurga
mengenai cara
perawatan kaki
anggota keluarga
dengan masalah
diabetes mellitus.
4. Evaluasi kembali
tentang cara perawatan
123

kaki.
5. Berikan kesempatan
keluarga untuk
bertanya.
6. Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban
yang benar.

5. Keluarga 1. Keluarga dapat 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan


mampu menciptakan memodifikasi tentang lingkungan
memodifikasi dan lingkungaan untuk yang nyaman untuk
dan memodifikasi merawat anggota anggota keluarga
menciptakan lingkungan keluarga dengan dengan diabetes
lingkungan yang dapat memelihara mellitus.
yang sehat membantu kebersihan rumah 2. Diskusikan bersama
untuk perawatan (jangan keluarga bagaimana
menunjang anggota meletakkan barang lingkungan yang
kesehatan keluarga sembarangan) nyaman dan sehat
keluarga. dengan diabetes menggunakan alas untuk anggota
mellitus. kaki saat berjalan keluarga dengan
ke luar dari rumah diabetes mellitus.
3. Evaluasi kembali
tentang bagaimana
lingkungan yang dapat
menuinjang kesehatan
anggota keluarga yang
sakit.
124

3.4. Implementasi Keperawatan Keluarga

Tabel 3.8 Implementasi Keperawatan Keluarga

Tanggal/pukul No. diagnosa Implementasi keperawatan keluarga


keperawatan
keluarga
12 Maret 1. TUK 1:
2020 a. Mengkaji pengetahuan keluarga
10.00 tentang diabetes mellitus.
Keluarga tampak bingung saat
dikaji tentang penyakit diabetes
mellitus.
b. Menjelaskan kepada keluarga
tentang pengertian diabetes
mellitus.
Keluarga tampak sudah paham
tentang pengertian diabetes
mellitus.
c. Menjelaskan kepada keluarga
tentang penyebab diabetes
mellitus.
Keluarga tampak masih bingung.
d. Menjelaskan kepada keluarga
tentang tanda dan gejala diabetes
mellitus.
Keluarga tampak sudah paham
tentang tanda dan gejala diabetes
mellitus.
e. Menjelaskan kepada keluarga
tentang pencegahan diabetes
mellitus.
Keluarga tampak masih bingung.

TUK 2:
a. Membimbing dan memotivasi
keluarga untuk berperan dalam
menangani masalah diabetes
mellitus.
Keluarga mengatakan termotivasi
untuk merawat Ny. S agar
terhindar dari komplikasi DM
lebih lanjut

TUK 3:
a. Menjelaskan dan
125

mendemonstrasikan pada keluarga


mengenai cara mengatasi masalah
diabetes mellitus dengan cara
manajemen diet, aktivitas,
pengobatan, manajemen stress,
pemeriksaan kadar gula darah.
Keluarga tampak dapat
menyebutkan cara mengatasi
masalah diabetes mellitus.

TUK 4:
a. Mendiskusikan bersama keluarga
bagaimana lingkungan yang
nyaman dan sehat misalnya
menjaga ruangan rumah tidak
licin terutama dapur dan kamar
mandi, menggunakan alas kaki
saat berjalan ke luar rumah, dan
tidak meletakkan benda tajam
sembarangan tempat.
Keluarga tampak dapat
menyebutkan bagaimana
lingkungan yang nyaman dan
sehat untuk anggota keluarga.

TUK 5:
a. Mendiskusikan bersama keluarga
apa saja fasilitas kesehatan yang
ada dan bagaimana memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut.
Keluarga tampak paham tentang
pentingnya fasilitas kesehatan dan
pemanfaatannya namun belum
dapat datang ke fasilitas kesehatan
karena sibuk bekerja.

12 Maret 2. TUK 1:
2020 a. Mengkaji pengetahuan keluarga
11.00 tentang perawatan luka.
Keluarga tampak bingung
menyebutkan urutan perawatan
luka yang benar.
b. Mendiskusikan dengan keluarga
tata cara perawatan luka.
Keluarga tampak bingung
menyebutkan urutan perawatan
luka yang benar.
126

TUK 2:
a. Mendiskusikan bersama keluarga
apa saja fasilitas kesehatan yang
ada dan memanfaatkan fasilitas
pada semua anggota keluarga.
Keluarga tampak paham tentang
pentingnya fasilitas kesehatan dan
pemanfaatannya namun belum
dapat datang ke fasilitas kesehatan
karena sibuk bekerja

TUK 3:
a. Memotivasi keluarga agar lebih
bersemangat dalam melakukan
tindakan perawatan luka.
Keluarga tampak kurang
termotivasi dan kurang
bersemangat dalam melakukan
perawatan luka.

TUK 4:
a. Membimbing keluarga untuk
mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan perawatan
luka.
Keluarga belum mampu untuk
mengambil keputusan untuk
melakukan perawatan luka secara
mandiri.

TUK 5:
a. Mendiskusikan bersama keluarga
bagaimana lingkungan yang
nyaman dan aman untuk
mencegah luka semakin parah
pada Ny.S. misalnya dengan
menganjurkan untuk
menggunakan alas kaki saat
berjalan ke luar rumah.
Keluarga tampak sudah paham
tentang bagaimana lingkungan
yang nyaman dan sehat untuk
mencegah luka semakin parah.

13 Maret 1. TUK 1:
2020 a. Menjelaskan kepada keluarga
18.00 tentang penyebab diabetes
mellitus.
127

Keluarga tampak sudah paham


tentang penyebab diabetes
mellitus.
b. Menjelaskan kepada keluarga
tentang pencegahan diabetes
mellitus.
Keluarga tampak sudah paham
tentang pencegahan diabetes
mellitus.

TUK 5:
a. Mendiskusikan bersama keluarga
jenis fasilitas kesehatan yang ada
dan bagaimana memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut.
Keluarga mengatakan sudah
kontrol ke fasilitas kesehatan.

13 Maret 2. TUK 1:
2020 a. Mendiskusikan dengan keluarga
19.00 tata cara perawatan luka.
Keluarga tampak sudah dapat
menyebutkan paham urutan
perawatan luka dengan benar.

TUK 2:
a. Mendiskusikan bersama keluarga
apa saja fasilitas kesehatan yang
ada dan memanfaatkan fasilitas
pada semua anggota keluarga.
Keluarga mengatakan sudah
kontrol ke fasilitas kesehatan.

TUK 3:
a. Memotivasi keluarga agar lebih
bersemangat dalam melakukan
tindakan perawatan luka.
Keluarga tampak kurang
bersemangat dalam melakukan
perawatan luka.

TUK 4:
a. Membimbing keluarga untuk
mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan perawatan
luka
Keluarga belum mampu untuk
128

mengambil keputusan untuk


melakukan perawatan luka secara
mandiri.

14 Maret 2. TUK 3:
2020 a. Memotivasi keluarga agar lebih
15.00 bersemangat dalam melakukan
tindakan perawatan luka.
Keluarga tampak sudah
bersemangat dalam melakukan
tindakan perawatan luka.
TUK 4:
a. Membimbing keluarga untuk
mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan perawatan
luka.
Keluarga mengatakan sudah
mampu untuk mengambil
keputusan untuk melakukan
perawatan luka secara mandiri.

3.5. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Tabel 3.9 Evaluasi Keperawatan Keluarga

Tanggal/pukul No. Diagnosa Evaluasi keperawatan keluarga


keperawatan
keluarga
12 Maret 2020 1. S:
10.00 1. Keluarga mengatakan belum
mengerti banyak tentang tentang
penyakit diabetes mellitus.
2. Keluarga Tn. A mengatakan sudah
paham tentang pengertian, tanda
gejala DM.
3. Keluarga Tn. A mengatakan kurang
paham mengenai penyebab dan
pencegahan DM.
4. Keluarga Tn. A mengatakan sudah
paham pengaturan diet makanan
serta penatalaksanaanya.
5. Keluarga mengatakan sudah paham
pemanfaatan fasilitas kesehatan
namun belum bisa datang ke faskes
karena sibuk berjualan.
6. Keluarga mengatakan sudah paham
129

memodifikasi lingkungan rumah


untuk kenyamanan misalnya dengan
cara menjaga agar lantai dapur dan
kamar mandi tidak licin,
menggunakan alas kaki saat berjalan
ke luar rumah dan menjaga
lingkungan rumah bebas dari resiko
benda tajam.
7. Ny. S mengatakan sudah minum
obat DM.
8. Ny. S masih mengeluh banyak
minum, kencing dan makan.
9. Keluarga mengatakan termotivasi
untuk merawat Ny. S agar terhindar
dari komplikasi DM lebih lanjut.

O:
1. Keluarga tampak bingung saat
dikaji tentang penyakit diabetes
mellitu
2. Keluarga Tn. A terlihat dapat
menjelaskan pengertian dan tanda
gejala DM.
3. Keluarga Tn. A kurang dapat
menjelaskan dan terlihat bingung
mengenai penyebab dan pencegahan
DM.
4. Terlihat menu makanan sudah
rendah gula seperti sudah
mengomsumsi nasi merah bukan
nasi putih.
5. Ny. S belum ada datang ke fasilitas
kesehatan untuk cek kesehatan.
6. Gula darah sewaktu: 254 mg/dL

A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjutkan intervensi.
1. Menjelaskan kembali penyebab dan
pencegahan DM.
2. Menganjurkan Ny. S untuk kontrol
kesehatan ke fasilitas kesehatan.

12 Maret 2020 2. S:
11.00 1. Keluarga Tn. A belum mengerti
sepenuhnya urutan cara
130

membersihkan luka pada Ny. S.


2. Keluarga Tn. A belum
membersihkan luka DM pada Ny. S.
3. Ny. S mengatakan belum minum
obat antibiotik.

O:
1. Keluarga Tn. A terlihat bingung saat
ditanya mengenai cara perawatan
luka DM.
2. Terlihat luka Ny. S masih belum
dibersihkan.
3. Keluarga tampak paham tentang
pentingnya fasilitas kesehatan dan
pemanfaatannya namun belum dapat
datang ke fasilitas kesehatan karena
sibuk bekerja.
4. Keluarga tampak kurang termotivasi
dan kurang bersemangat dalam
melakukan perawatan luka.
5. Keluarga belum mampu untuk
mengambil keputusan untuk
melakukan perawatan luka secara
mandiri.
6. Keluarga tampak sudah paham
tentang bagaimana lingkungan yang
nyaman dan sehat untuk mencegah
luka semakin parah.

A:
Masalah belum teratasi.

P:
1. Lanjutkan dan pertahankan
perawatan kerusakan jaringan kulit
setiap hari.
2. Mendemonstrasikan cara perawatan
luka oleh keluarga.
3. Menganjurkan Ny. S untuk minum
obat antibiotik sesuai anjuran
dokter.

13 Maret 2020 1. S:
18.00 1. Keluarga Tn. A mengatakan sudah
paham mengenai penyebab dan
pencegahan DM.
2. Ny. S mengatakan sudah ada datang
dan kontrol ke fasilitas kesehatan
131

untuk cek kesehatan.


3. Ny. S mengatakan masih banyak
makan, minum dan kencing.

O:
Gula darah sewaktu: 218 mg/dL.
Terlihat ada hasil GDS dari puskesmas

A:
Masalah teratasi.

P:
Hentikan intervensi dan edukasi
keluarga untuk:
1. Selalu menjaga pengaturan makanan
diet diabetes.
2. Kontrol gula darah ke fasilitas
kesehatan secara teratur.
3. Mengingatkan keluarga untuk
menjaga kenyamanan lingkungan
agar tetap bersih dan mendapatkan
sirkulasi udara.

13 Maret 2020 2. S:
20.00 1. Keluarga Tn. A sudah mengerti
sepenuhnya cara membersihkan
luka pada Ny. S.
2. Keluarga Tn. A sudah
membersihkan luka DM pada Ny. S
3. Ny. S mengatakan belum minum
antibiotik.
4. Ny. S mengatakan sudah ada
kontrol ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
5. Keluarga mengatakan belum
mampu untuk mengambil keputusan
untuk melakukan perawatan luka
secara mandiri.

O:
1. Keluarga Tn. A dapat menjawab
saat ditanya mengenai urutan cara
perawatan luka DM.
2. Terlihat luka Ny. S masih sudah
dibersihkan dan ditutup dengan
kassa steril.
3. Tetapi luka masih terlihat basah.
4. Keluarga tampak kurang
132

bersemangat dalam melakukan


perawatan luka.

A:
Masalah belum teratasi.

P:
1. Lanjutkan dan pertahankan
perawatan kerusakan jaringan kulit
setiap hari.
2. Mendemonstrasikan cara perawatan
luka oleh keluarga.

14 Maret 2020 2. S:
15.00 1. Keluarga Tn. A mengatakan luka di
kaki Ny. S sudah tiap hari
dibersihkan, dibalut oleh kasa steril
dan diberi kompres betadin dan
merasa nyaman.
2. Ny. S mengatakan minum obat
antibiotik tiap hari.
3. Keluarga mengatakan sudah mampu
untuk mengambil keputusan untuk
melakukan perawatan luka secara
mandiri

O:
1. Tampak luka bersih dan kering serta
tidak bengkak, luka jaringan kulit
mulai ada perbaikan.
2. Tampak keluarga Tn. A dapat
mendemonstrasikan perawatan luka
dengan benar.
3. Keluarga tampak sudah
bersemangat dalam melakukan
tindakan perawatan luka

A:
Masalah teratasi.

P:
Hentikan intervensi dan menganjurkan
keluarga untuk:
1. Melakukan tindakan perawatan luka
sampai sehat oleh keluarga dengan
mengutamakan kebersihan dan
selalu cuci tangan.
2. Melakukan perawatan periodik ke
133

fasilitas kesehatan minimal sekali


seminggu.
3. Intervensi selesai.
134

DAPTAR PUSTAKA

Adam, F.M.S., Adam, J.M.F. 2005. Toleransi Glukosa Terganggu: Pengertian, Patogenesis,
Dan Penatalaksanaan. Medika, Vol. Xxxi, Juli: 438-42
Arif, Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta. Media Aesculapius Fkui.
Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Jakarta: Pt.Elex Media
Komputindo.
Barcelo, A., Aedo, C., Rajpathak, S., Robles, S. 2003. The Cost Of Diabetes In Latin
America And The Carribean. Bulletin Of The World Health Organization, Vol. 81
(1): 19-27.
Bennet, P.H. 2005. Natural History And Determinants Of Type 2 Diabetes Mellitus (Golden
Lecture).
Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular . Cetakan 2 Rineka Cipta,
Jakarta.
Chatarina U Wahyuni & Santi Martini : Buku Bahan Ajar Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular, FKM- Unair, Surabaya.
Timmreck, Thomas C. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Egc.
Widijanti, A., Ratulangi, B.T. 2003. Pemeriksaan Laboratorium Penderita Diabetes Mellitus.
Medika, No. 3, Xxix, Maret: 166-9.
135

SOAL

1. banyak kencing, banyak minum dan sering lapar. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan TD 120/80, HR 76x/menit, RR 18x/menit, Tax 36.5. Dari hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan GDS 120, GDP 130, TTGO 210. Diagnosa yang paling tepat
untuk pasien adalah...
a. Tidak sda kelainan
b. DM tipe 2
c. TGT
d. GDPT
e. Prediabetes
2. Seorang wanita usia 54 tahun datang dengan keluhan lemas sejak 2 minggu. Keluhan
disertai dengan keringat dingin, berdebar, pandangan kabur. Pasien didiagnosis DM
sejak 1 tahun yang lalu dan rutin mengonsumsi obat, namun akhir- akhir ini pasien
jarang makan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan GCS 456, TD 130/80, HR 90x/menit,
RR 18x/menit, Tax 36. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan GDS 65 mg/dL.
Diagnosa pasien adalah...
a. Hipoglikemia ringan
b. Hipogilkemia sedang
c. Hipoglikemia berat
d. Syok Hipoglikemia
e. Krisis hipoglikemia
3. Seorang pesakit diabetes melitus kekurangan .....
a. Insulin
b. Nutrisi
c. Glukagon
d. Tiroksina
e. Hormon pertumbuhan
4. Air kencing seorang pesakit diabetes melitus didapati ......
a. Tinggi isipadu air
b. Tinggi glukosa
c. Rendah glukosa
d. Tinggi garam
e. Tinggi mineral
5. Hal yang perlu diperhatikan dari diabetes mellitus, kecuali. . . .
a. Selalu menggunakan alas kaki ketika bepergian
b. Minum obat harus rutin, saat penggantian dan pemberhentian obat harus
dikonsultasikan ke dokter
c. Membatasi makanan yg banyak mengandung protein
d. Melakukan cek gula darah secara teratur
136

e. Mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.


6. Ny. A usia 30 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan sering kencing pada malam
hari, berat badan turun 5 kg dalam satu bulan terakhir, sering haus. Hasil pengkajian
menunjukkan orang tua dari Ny. A meninggal karena penyakit Diabetes. Saat
dilakukan pemeriksaan Ny A mengalami obesitas, Gula darah puasa didapatkan hasil
350 mg/dl, serta memiliki tekanan darah tinggi. Dari kasus di atas, manakah faktor
resiko yang tidak dapat diubah dari penyakit DM?
a. Riwayat keluarga dengan DM
b. Obesitas
c. Tekanan darah tinggi
d. GDP 350 mg/dl
e. Makanan
7. Seseorang dikatakan diabetes mellitus jika
a. Gula darah puasa/Fasting Plasma Glucose > 126 mg/dl
b. Gula darah puasa 100-125 mg/dl
c. Gula darah sewaktu 150 mg/dl
d. oral glucose tolerance test 140-199 mg/dl
e. BB diatas 70kg
8. Peningkatan glukosa darah yang diakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat atau
penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkatan seluler, disebut....
a. Diabetes Melitus
b. Asam Urat
c. Kolesterol
d. Hipoglikemi
e. Hiperglikemi
9. Yang bukan termasuk cara untuk mengetahui seseorang memiliki penyakit Diabetes
Melitus adalah...
a. Mengukur berat badan
b. Melakukan TTG
c. Mengukur kadar HbA1c
d. Mengukur kadar gula darah sewaktu
e. Mengukur kadar gula darah puasa
10. Seorang pasien wanita usia 50 tahun dengan bobot 70kg, tinggi badan 155 cm datang
ke dokter dengan keluhan 1 bulan terakhir merasa susah tidur, lemas, sering buang air
kecil pada malam hari. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil: kadar
glukosa puasa (140mg/dl), dan kadar glukosa 2 jam setelah makan (250mg/dl).
Dokter memberikan terapi metformin 500mg 3x1 tab sehari. Apakah diagnosis yang
tepat untuk pasien tersebut?
a. Diabetes nefrotoksik
b. Diabtes gestasional
c. Diabetes melitus
d. Hiperlilidemia
e. Hiperurisemia
11. Seorang perempuan berusia 65 tahun, datang ke klinik karena menderita luka pada
jari tangannya yang tidak sembuh. Setelah assesment dan pemeriksaan laboratorium,
dokter mendiagnosa pasien menderita diabetes mellitus tipe 2, dokter memberikan
137

terapi glibenklamid 5 mg sekali sehari.


Apakah informasi penting yang harus diberikan kepada pasien tersebut terkait efek
samping obat yang diberikan?
a. Hipoglikemi
b. Perut kembung
c. Sakit perut
d. Sakit kepala
e. Mual dan muntah
12. Untuk mengetahui kadar glukosa dalam tubuh seseorang maka diperlukan
pemeriksaan laboratorium, tujuan pemeriksaan laboratorium adalah kecuali...
a. Menegakkan diagnosa
b. Memantau pengobatan
c. Check up/skrining
d. Mengetahui jenis penyakit
e. Memantau perjalanan penyakit (prognosis)
13. Sebelum melakukan pemeriksaan gula darah, pasien dianjurkan untuk berpuasa.
Berapa lamakah waktu puasa yang harus dilakukan?
a. 8 - 10 jam
b. 10 - 12 jam
c. 8 - 12 jam
d. 10 - 14 jam
e. 8 - 14 jam
14. Pernyataan berikut yang BENAR mengenai pengertian diabetes adalah..
a. Dipicu karena adanya infeksi
b. Ditandai dengan peningkatan lemak darah
c. Disebabkan oleh glucagon
d. Dapat dipicu karena kegagalan insulin menempel otot
e. Kondisi tidak terkendali dapat memicu komplikasi
15. P b r ut y BUKA s b t s l …
a. Sering berkemih
b. Sering lapar
c. Sering haus
d. Sering lelah
e. Sering jatuh
16. Batasan kadar gula darah puasa sebagai diagnosis bersama dengan adanya gejala
l s DM l ….
a. ≥ l
b. ≥ 2 l
c. ≥ 5 l
d. ≥ l
e. ≥2 l
17. Seorang perempuan usia 26 tahun hamil 26 minggu, datang ke puskesmas untuk
kontrol rutin. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Kehamilan ini adalah kehamilan
ketiga pasien. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu 235 mg/dl. Keluhan poliuri,
polifagi, polidipsi disangkal. Anggota keluarga tidak ada menderita DM dan kedua
anak sebelumnya sehat. Pemeriksaan lebih lanjut yang dapat dilakukan adalah?
138

a. Glukosa darah puasa


b. Glukosa darah sewaktu
c. Test toleransi glukosa oral
d. Glukosa darah 2 jam postprandial
e. Glukosa darah puasa dan 2 jam postprandial
18. Penderita laki-laki 53 tahun, cepat lelah, poliuria, penurunan BB 7kg, penglihatan
menurun dalam 2 bulan. Ibu pasien menderita diabetes melitus. BB 45kg, TB 165cm,
TD 160/95 mmHg, glukosa plasma 350mg/dl. Kemungkinan diagnosis pada kasus
diatas adalah ?
a. Pradiabetes
b. .Diabetes insipidus
c. Diabetes melitus tipe 1
d. Diabetes melitus tipe 2
e. Toleransi glukosa tinggi
19. Tujuan terapi untuk jangka panjang pada kasus di atas adalah...?
a. Menghilangkan meluhan DM
b. Memperbaiki kualitas hidup
c. Mengurangi resiko komplikasi lanjut
d. Mencegah dan Menghambat Progresivitas Penyulit Mikroangiopati dan
makroangiopati
e. Turunnya morbiditas dan mortalitas DM
20. Seorang perempuan berusia 47 tahun datang dengan keluhan sering kesemutan, kulit
terasa panas seperti ditusuk2, kram dan mudah lelah. Keluhan lain berupa Mudah
mengantuk dan sering merasa gatal pada sekitar kemaluan. Diagnosis yang paling
mungkin dari kasus diatas adalah..
a. Diabetes Melitus
b. Diabetes gestasional
c. Diabetes insipidus
d. Ca tiroid
e. Adenoma tiroid

Anda mungkin juga menyukai