Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Salah satu keadaan yang menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi
baru lahir adalah terjadinya hiperbillirubin. Hiperbilirubinemia merupakan suatu
keadaan dimana kadar bilirubin serum total yang lebih dari 10 mg% pada minggu
pertama yang ditandai dengan ikterus pada kulit, sclera dan organ lain.
Salah satu penyebab kematian bayi luar kandungan adalah hiperbilirubin,
dimana hiperbilirubin merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering
ditemukan pada bayi baru lahir dalam minggu pertama dalam kehidupannya.
Insiden hiperbilirubinemia yang didapatkan di Amerika ada sekitar 65%,
Malaysia 75%, dan di Indonesia 51,47 %. Sedangkan Menurut data yang didapatkan
di ruang perina rumah sakit Hermina Jatinegara dari bulan Agustus 2018 sampai
dengan oktober 2018 didapatkan 150 dari 253 (55% )bayi dengan hiperbilirubin.
Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus yaitu keadaan
kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak. Kelainan ini tidak
termasuk kelompok penyakit saluran pencernaan makanan, namun karena kasusnya
banyak dijumpai maka harus dikemukakan. untuk mencegah hal-hal yang berbahaya
bagi kehidupannya dikemudian hari.
Maka sebagai perawat profesional kita harus memiliki kompetensi yang baik
dalam menanggulangi kejadian penyakit hiperbilirubin untuk memperbaiki mutu dan
kualitas kesehatan masyarakat dan dapat memberikan pelayanan berkualitas
berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang kita miliki.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Hiperbilirubinemia
2. Tujuan Khusus
a) Mampu mengetahui definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan pada
pasien dengan hiperbilirubinemia.
b) Membuat asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi

1
BAB II
KONSEP DASAR
A. MEDIS
1. Definisi

Ikterus berasal dari kata icterus berarti warna kekuningan pada jaringan tubuh
termasuk kekuningan pada kulit dan jaringan dalam (guyton,2012)

Ikterus merupakan keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan
icterus pada kulit dan sclera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih
secara klinis akan timbul dan tampak pada bayi baru lahir.(sholeh 2010)
Hiperbilirubin dibagi menjadi dua:

a. Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir tidak selamanya merupakan
kejadian patologis. Ikterus pada bayi adalah ikterus dengan kejadian fisiologis
yang biasanya memiliki ciri- ciri:
1. Timbul pada hari kedua- ketiga dan tampak jelas pada hari kelima dan keenam
2. Kadar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan
3. Kecepatan kadar bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari kadar bilirubin direk
kurang dari 1 mg %.
4. Ikterus hilang pada 10 hari pertama

b. Ikterus patologis
Ikterus patologis adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai suatu potensi untuk menimbulkan kern
ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan
keadaan yang patologis.
Karakteristik ikterus patologis sebagai berikut:
1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan .
2. Kosentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi kurang bulan dan
12,5 mg % pada bayi cukup bulan
3. Peningkatan bilirubin 5 mg % atau lebih dalam 24 jam.

2
4. Adanya tanda tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah,
letargi, malas netek, penurunan bb cepat, apneu, takipneau atau suhu tidak
stabil)

2. Etiologi
1) Hemolisis, misalnya pada inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak pada penggolongan Rhesus
dan ABO
2) Perdarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran
3) Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase)
4) Ikterus ASI ( breast Milk Joundice) yang disebabkan oleh dikeluarkannya
pregnan 3 (alfa), 20 (beta), diol(steroid)

3. Tanda dan gejala


a. Letargi
b. Kejang
c. Reflek hisap hisap lemah
d. Feses berwarna dempul
e. Urine Pekat
f. Terdapat ikterus
Di bawah ini dapat dilihat pembagian derajat dan daerah ikterus: 
a. Derajat I : kepala sampai leher
b. Derajat II : kepala, badan sampai umbilicus
c. Derajat III : kepala, badan, paha sampai dengan lutut
d. Derajat IV : kepala, badan, paha sampai dengan kaki
e. Derajat V : kepala, badan, semua ekstremitas sampai ujung jari

4. Pemeriksaan penunjang
a. Bilirubin serum
1) Pada bayi cukup bulan , bilirubin mencapai kurang lebih 6 mg/dl antara 2- 4
hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10 mg/dl tidak fisiologis
2) Pada bayi premature, kadar bilirubin yang lebih dari 14 mg/ dl tidak
fisiologis.
b. Pemeriksaan radiologi

3
Di temukan pembesaran hati
c. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestasis intra hepatic dengan ektra
hepatik.
d. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti
untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatik selain itu juga
untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, sirosis hati, hepatoma.

5. Pathofisiologi
Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari
pengrusakan sel darah merah/RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknya akan
masuk sirkulasi, dimana hemoglobin pecah menjadi heme dan globin dan
dioksidasi oleh enzim hemi oksigenase menjadi biliverdin (pigmen kuning
kehijauan) bersifat larut dalam air disebut direct dan yang bersifat tidak larut dalam
air disebut indirect sehingga biliverdin mengalami degenerasi menjadi bilirubin.dan
diikat oleh albumin dalam plasma darah dan diangkut ke hatikemudian bil.direct
diekresikan kedalam system bilier hasil ekskresi oleh hati disimpen di kantong
empedu proses minum pada bayi merangsang pengeluaran empedu ke dalam
duodenum dan bilirubin direct tidak diserap epitel usus dan dipecah menjadi
serokobilin menjadi sterokobilin dan urobilinogen melalui ductus biliaris dan
dikeluarkan melalui tinja dan urine

4
Patway

Penyakit Hemolitik obat obatan,missal salisilat gangguan fungsi hepar

Hemolisis Defisiensi albumin Jaundice Asi

Pembentukan bilirubin Jumlah bilirubin yang akan diangkut Konjugasi bilirubin

Bertambah kehati berkurang indirect menjadi

direct rendah

Bilirubin indirect meningkat

Hiperbilirubinemia

Dalam jaringan ekstraseluler Otak

(kulit, konjungtiva, mukosa dan Kern icterus

Alat tubuh lain)

Ikterus Resiko injury


Cemas OT
internal
Fototerapi IWL Meningkat

Resiko kurang vol . Gangguan Nutrisi


Resiko gangguan integritas
cairan kurang dari
kuit
kebutuhan tubuh

6. komplikasi
Sebagian besar kasus hiperbilirubinemia tidak berbahaya, tetapi kadang kadar
bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak ( keadaannya
disebut kern ikterus ). Suatu kondisi kerusakan lapisan otak akibat perlengketan
bilirubin indirek pada otak dan efek jangka panjang dari kern ikterik adalah
keterbelakangan mental.

7. Penatalaksanaan medis
a. Fototherapi
o Pemberian minum dilakukan setiap 2- 3 jam

5
o Bila bilirubin totoal > 25 mg/dl pemeriksaan ulangdilakukan 2-3 jam
o Bila bilirubin 20 mg/dl – 25 mg/dl pemeriksaan ulang dilakukan tiap 3-4
jam jika terus menurun periksa ulang 8-12 jam
o Bila kadar bilirubin total kurang dari 13 – 14 mg/dl foto terapi di stop

b. Tranfusi tukar
Tranfusi tukar adalah penggantian darah sirkulasi neonatus dengan darah dan
donor dengan cara mengeluarkan darah neonatus dan memasukkan darah donor
secara berulang dan bergantian melalui suatu prosedur. Jumlah darah yang di
ganti sama dengan jumlah darah yang di keluarkan. Penggantian darah bisa
mencapai 75 % - 85 % dari jumlah darah neonatus.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Data pasien, identitas pasien dan keluarga
2. Keluhan utama : klinis tampak kuning leratgi, bayi cenderung tidur
3. Riwayat penyakit dahulu : tidak ada
4. R. Penyakit sekarang : bayi lahir di bantu dengan vakum, adanya trauma lahir
adanya kelainan darah, kulit bayi tampak kuning.
5. Riwayat penyakit keluarga : adanya kelainan darah, ketidak cocokan darah ibu dan
anak ,ada riwayat hiperbilirubin pada kehamilan sebelumny.
6. ADL :
a) Pola nutrisi : bayi mulai malas untuk minum,reflek hisap lemah
b) Pola aktifitas : bayi cenderung tidur, letargi
c) Pola eliminasi : urine pekat,BAB dempul
7. Pemeriksaan
a) Pemeriksaan umum : TTV sh 36,5C RR : 40-60 x/m HR : 120 – 160 x/m bb
tidak turun lebih dari 10% , golongan darah bayi/ibu/ayah.
b) Pemeriksaan fisik
 Sistem susunan saraf pusat : gerak bayi tidak aktif, ubun
ubun cekung,reflek hisap lemah, tangis melengking
 Sistem penglihatan : sclera ikterik

6
 Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, abd distensi,BAB
dempul
 Sistem genita urinaria : BAK kuning pekat
 Sistem integumen : ikterik, adanya rash dan
kemerahan,kulit kering

b. Diagnosa dan intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Perencanaan dan rasional


Kriteria hasil
1 RestiAktual Risiko injury  Kaji hiperbilirubin tiap
injury internal internal 1-4jam .
b.d :  Teratasi Rasional : Memantau
Peningkatan  Tidak Terjadi kadar bilirubin pada
kadar bilirubin setelah dilakukan klinis bayi
sekunder dari tindakan  Monitor kadar bilirubin
pemecahan sel keperawatan 4-8 Jam sesuai
darah merah selama........... program
dan gangguan Kriteria hasil: R: Untuk mengetahui
ekresi bilirubin  Bilirubin keefektifan fototerapi
DS:- serum  Beri intake oral secara
 OT bayi mengatakan menurun adekuat
bayi terlihat kuning  Tidak ada R: Memperbanyak
 Bayi tidak mau jaundice jumlah BAK dan BAB
menetek  Reflek moro  Libatkan orang tua
 Lebih banyak tidur normal dalam pemberian
DO:  Reflek hisap intake oral
 bayi tampak kuning dan menelan R: Meningkatkan

 hipotonus baik intake oral

 Bayi aktif  Beri penkes ke orang


 reflek hisap lemah
tua tentang tanda tanda
hiperbilirubin
R: Agar orang tua
mampu

7
mengidentifikasi tanda-
tanda hiperbilirubin
 Kolaborasi dengan
DPJP untuk
peemeriksaan kadar
bilirubin, Hb, HT dan
Berikan fototerapi
sesuai program
R: Untuk mengetahui
penurunan kadar
bilirubin dan
Menurunkan kadar
bilirubin

2 Resti  Aktual kurang volume  kaji tanda-tanda vital


Kurangnya volume cairan cairan R: untuk memantau
b.d : teratasi TTV
 tidak adekuatnya tidak terjadi  kaji tanda-tanda
intake cairan setelah dilakukan dehidrasi,membran
 fototerapi tindakan mukosa,ubun-ubun dan
 diare keperawatan turgor elastis

Ditandai dengan : selama....... R: untuk mengetahui

Ds : Kriteria hasil : tanda-tanda dehidrasi

orang tua mengatakan  tanda-tanda  berikan minum sesuai

bayinya tidak mau minum vital dalam jadwal

bak sedikit bata normal R:Menghindari

Do :  intake dan terjadinya dehidrasi

 Keadaan umum pasien output  monitor intake output

 hasil monitor ttv seimbang R : untuk menghitungi


 turgorkulit kebutuhan cairan
 mukosa kering,turgor
elastis,ubun-  jelaskan tentang
kulit kurang elastis
ubun tidak manfaat kebutuhan
 ubun-ubun cekung
cekung cairan bagi tubuh

8
 membran R :agar orang tua
mukosakulit mengerti kebutuhan
lembab cairan si bayi
 libatkan orang tua
dalam pemberian intake
oral yang adekuat
R:Orang tua mampu
melakukan perawatan
bayi secara mandiri
 Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberin
cairan intravena bila
indikasi : meningkatnya
suhu,meningkatnya
konsentrasi urine, dan
cairan yang hilang
R:untuk mencegah
terjadinya dehidrasi
berat
3  resti  aktual Risiko tinggi  Kaji kemampuan reflek
Resiko tinggi gangguan Gangguan menghisap bayi
pemenuhan kebutuhan pemenuhan R : Mengetahui reflek
nutrisi kurang dari kebutuhan nutrisi hisap bayi
kebutuhan b.d: kurang  Monitor intake output
 reflek hisap yang kurang  teratasi R : memonitor
baik  Tidak terjadi pemasukan dan
. Ditandai dengan: setelah dilakukan pngeluaran pada bayi
DS: tindakan  Beri minum ASI atau
 OT mengatakan keperawatan Pasi yang adekuat
bayinaya malas minum, selama ......... R: Untuk memenuhi
lebih banyak tidur Kriteria Hasil kebutuhan ntrisi pada
DO:  Rencana bayi
 Keadaan Umum nutrisi  Timbang BB tiap hari

9
sedang terpenuhi R : untuk memantau
 Hasil Pengukuran sesuai kenaikan dan penurunan
TTV kebutuhan BB bayi
 BB bayi saat lahir dan  Relek hisap  Jelaskan kepada OT
saat perawatan baik tentang manfaat untuk
 BB stabil tetap menyusui
R : orang tua
meengetahui tentang
kebutuhan nutrisi pada
bayi
 Libatkan orang tua
untuk menyusui bayinya
R: untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pada
bayi
 Kolaborasi dengan
DPJP untuk
menjelaskan cara
perawatan bayi
R: Mengurangi kurang
pengetahuan OT dalam
perawatan bayi
Gg integritas kulit b.d efek Gg integrasi kulit
fototherapi  Teratasi
4
 Kaji klinis by
Ditandai dg :  Tidak terjadi
R: untuk mengetahui
 Adanya rash setelah dilakukan
penambhan rash pada
/kemerahan pada tindakan
kulit
kulit keperawatan
 Ubah posisi tiap 2 jam
 Kulit kering selama .........
R : agar rash / ruam
Kriteria Hasil
tidak bertambahn
 Kulit lembab
banyak
 Rash/
 Libatkan ot nya dalam
kemerahan
melakukan perawatan

10
padakulit bayi
berkurang dan R: agar bayi tidak
hilang terjadi dehidrasi
 Kolaborasi dg dokter
untuk pemberian sabun
hipoalergenic.
R: untuk mengurangi
Cemas OT b.d kurang
rash pada bayi.
pengetahuan efek terapi Cemas OT b.d
sinar kurang
Kaji pengetahuan Ot
Di tandai dengan: pengetahuan
R: uuntung mengetahui
OT menanyakan kondisi teratasi setelah
seberapa cemas ot
bayinya dilakukan
Anjurkan ot untuk ikut
Expresi wajah tegang tindakan selama 3
dalam perwatan bayi
x 24 jam
R: agar ot memahami
Kritaeria Hasil :
dan mampu menurut
Ot memahami
anaknya
efek terapi sinar
Libatkan ot dalam
Ot
perawatan bayinya
mengekspresikan
Kolaborasi dg dpjp
kecemasan
umtuk menjelaskan k/u
minimal.
pasien.

c. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik
(lyer et al,1996 dalam nursalam 2010). Tujuan dari implementasi adalah membantu
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan ,pencegahan penyakit,pemulihan kesehatan,dan memfasilitasi
koping( nursalam,2010)

d. EVALUASI

Evaluasi adalah sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematikpada


status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu

11
tujuan, maka perawat dapat menetukan efektifitas asuhan keperawatan (nursalam
2010). Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :

1. Proses ( Formatif)

Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan tindakan keperawatn mencakup pengkajian respon dari tindakan yang
telah diberikan

2. Hasil Sumatif

Focus evaluasi ini adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir tindakan keperawatan dan dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan yang
dijelaskan dalam hasil yang diterapkan dengan kata-kata data berikut :

S :subyektif merupakan respon verbal yang perawat dapatkan dari ungkapan klien
atau keluarga
O : obyektif, merupakan respon yang perawat dapatkan dari hasil pemeriksaan
fisik dengan menggunakan metode inspeksi,palpasi,perkusi,perkusi, dan auskultasi
A : analisa,merupakan penilaian apakah masalah teratasi ,belum teratasi dan
teratasi sebagian
P : Planing, merupakan proses lanjut dari perawat apakah intervensi perlu
dilanjutkan atau tidak

12

Anda mungkin juga menyukai