Anda di halaman 1dari 14

1 A. JUDUL Pengolahan sampah menggunakan metode takakura di perumahan Meteseh Semarang B.

LATAR BELAKANG MASALAH Sampah organik merupakan proporsi terbesar dari sampah perkotaan. Data volume sampah untuk kota-kota besar di Indonesia menunjukkan bahwa sampah organik mencapai 73,35% dari total volume sampah (Kementerian Lingkungan Hidup, 2002), dan sebanyak 53,3% sampah kota tidak tertangani dengan baik (BPS, 2000 dalam Wibowo, 2002). Oleh karenanya diperlukan metode pengelolaan sampah organik yang efisien dan ramah lingkungan seperti pengomposan. Jenis sampah yang Paling mudah dibuat kompos adalah sampah organik. Sampah organik sering dihasilkan dari sampah perumahan. Salah satu upaya dalam peningkatan taraf hidup manusia adalah kegiatan pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di lingkungan dan dapat digunakan secara langsung maupun melalui pengolahan terlebih dahulu. Persoalan sampah di perkotaan Semarang seakan tidak pernah berhenti. Upaya pemerintah di tingkat provinsi, kota, dan kabupaten untuk mengatasi sampah terus berlanjut. Beragam program untuk membersihkan nama Semarang dari sebutan kota sampah terus dilakukan. Persoalan sampah di Kota Semarang selalu menjadi sorotan berbagai pihak. Menurut slamet Raharjo (2006) Pengolahan sampah di Indonesia khususnya dikota besar belum terorganisir dengan baik sehingga masih bersifat konvensional sporadis dan tidak terkonsentrasi. Belum ada upaya yang menyeluruh dan strategi massal dalam menanggulangi masalah sampah ini. Perlu adanya upaya dalam pemberdayaan masyarakat kota agar sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga ini dapat benar-benar terorgaisasi dengan baik. Upaya nyata dan teknologi pengurai sampah sederhana skala rumah tangga merupakan hal vital yang paling dibutuhkan masyarakat kota dalam mengolah sampah rumah tangganya. Selain itu perlu pula upaya edukasi dan pelatihan agar teknologi tepat guna ini dapat dilaksanakan secara benar ditinjau dari segi teknis, ekologis maupun social.

Takakura merupakan metode pengolahan sampah rumah tangga yang sudah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 2000-an. Teknologi tepat guna Takakura ini perlu upaya sosialisasi agar masyarakat benar-benar tertarik dan paham dengan sistem kerjanya sehingga upaya pengolahan sampah sektor hulu dapat optimal. Selain itu perlu inovasi pada sistem Takakura agar output hasil olahan atau composting sampah bernilai tambah. C. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengolahan sampah kota yang cukup efektif sehingga permasalahan penumpukan sampah diperkotaan dapat teratasi? 2. Apakah berbagai bahan bantalan komposter yang diujikan memberikan perbedaan kualitas kompos yang signifikan? D. TUJUAN 1. Tujuan Umum Untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat sehingga masyarakat mampu memanfaatkan atau mengolah kembali limbah sampah yang ada. 2. Tujuan Khusus a. Memberikan solusi terhadap masalah sampah dan pengolahannya b. Memberikan pemaparan mengenai instalasi pengolahan sampah sederhana namun tepat guna untuk masyarakat perumahan di Meteseh Semarang c. Memunculkan ide inovasi baru intalasi sampah yang telah ada guna menghasilkan output yang memiliki nilai tambah lebih d. Memberikan gambaran teknis mengenai cara pembuatan instalasi penanganan dan pengolahan sampah e. Menjadi media sosialisasi pentingnya penanganan sampah mulai dari masyarakat perumahan Meteseh Semarang.

E. LUARAN YANG DI HARAPKAN DARI KEGIATAN PENELITIAN Diharapkan masyarakat mampu memanfaatkan atau mengolah kembali sampah yang ada menjadi barang yang bernilai, sehingga dapat mengurangi penimbunan sampah yang belebihan karena bahan-bahan yang digunakan berasal dari sampah atau bahan yang sudah tidak digunakan. Sehingga diharapkan lingkungan perumahan menjadi bersih dan sehat. Perbandingan pemanfaatan sampah dengan menggunakan metode takakura adalah mahasiswa dapat membuat artikel yang dapat menyosialisasikan dan memberitahukan kepada masyarakat mengenai kesimpulan yang di dapat dari hasil penelitian. F. KEGUNAAN Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: a. Sebagai bahan masukan kepada masyarakat untuk memanfaatkan menjadi barang yang bernilai b. Sebagai bahan pembinaan kepada masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan terbebas dari timbunan sampah
c. Penelitian akan menimbulkan dampak positif bagi mahasiswa dan konsumen.

sampah

G. TINJAUAN PUSTAKA 1. Sampah Kota Sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat (UU No 18). yang dalam hal ini terdiri atas sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik. Menurut Triwidyanto, dkk (2009), yang dimaksud dengan sampah sejenis sampah rumah tangga yaitu sampah yang berasal dari kawasan komersil, kawasan industri, fasilitas sosial, fasilitas umum, atau fasilitas lainnya. Menurut Ari Nilandari dalam Wahyu surakusumah (2005:14), berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan sebagai: a. Sampah Organik Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian,

perikanan atau yang lain, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun. b. Sampah Anorganik Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. 2. Proses Pengomposan dan Takakura a. Kompos Proses pengomposan merupakan proses dekomposisi bahan organik dengan bantuan mikro dan mikroorganisme indogeneus atau yang ditambahkan. Pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan-bahan organik dicampur. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o-70o C. Pada saat ini terjadi dekomposisi atau penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Menurut Isroi (2004) Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30-40% dari volume atau bobot awal bahan. Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Menurut Isroi (2004) dalam J.H. Crawford (2003). Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.

Prinsip pembuatan kompos merupakan pencampuran bahan organik dengan mikroorganisme sebagai aktivator. Mikroorganisme tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti kotoran ternak (manure) atau bakteri inokulan (bakterial inoculant) berupa Effective Microorganisms (EM4), orgadec, dan stardec. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam menjaga keseimbangan karbon (C) dan nitrogen (N) yang merupakan faktor penentu keberhasilan pembuatan kompos. Bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompos adalah substansi organik. Bahan tersebut dapat berupa dedaunan, potongan-potongan rumput, sampah sisa sayuran, dan bahan lain yang berasal dari makhluk hidup. Kemudian, bahan-bahan tersebut harus memiliki rasio karbon dan nitrogen yang memenuhi syarat agar berlangsung pengomposan secara sempurna. Sampah organik dapat diubah menjadi kompos dengan suksesi berbagai macam organisme. Selama fase awal pengomposan, bakteri meningkat dengan cepat. Berikutnya, bakteri berfilamen (actinomycetes), jamur, dan protozoa mulai bekerja. Setelah sejumlah besar karbon (C) dalam kompos dimanfaatkan (utilized) dan temperatur mulai turun, centipedes, milipedes, kutu, cacing tanah, dan organisme lainnya melanjutkan proses pengomposan (Starbuck, 2004).Organisme yang bertugas dalam menghancurkan material organik membutuhkan nitrogen (N) dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, dalam proses pengomposan perlu ditambahkan material yang mengandung nitrogen agar berlangsung proses pengomposan secara sempurna. Material tersebut salah satunya dapat diperoleh dari kotoran ternak (manure). Nitrogen akan bersatu dengan mikroba selama proses penghancuran material organik. Setelah proses pembusukan selesai, nitrogen akan dilepaskan kembali sebagai salah satu komponen yang terkandung dalam kompos. Pada fase berikutnya, jamur (fungi) akan mencerna kembali substansi organik untuk cacing tanah dan actinomycetes agar mulai bekerja.Selama proses tersebut, rantai karbon yang telah terpolimerisasi (polymerized) akan tersusun kembali pada pembentukan humus dengan menyerap berbagai kation seperti sodium, amonium, kalsium, dan magnesium. Dalam tahap ini, kompos sudah bisa digunakan sebagai pupuk pada tumbuhan penghasil jagung, labu, ketela, melon, dan kubis. Pada fase

terakhir, organisme mengoksidasi substansi nitrogen menjadi nitrat ( nitrates) yang dibutuhkan akar tanaman dan tumbuhan bertunas (sprouting plants) seperti rebung dan tauge. Kompos akan berubah menjadi gelap, wangi, remah, dan mudah hancur. Fase ini disebut juga sebagai fase kematangan (ripeness) karena kompos sudah dapat digunakan.Kelembaban antara 50-60% Temperatur akan naik pada tahap awal pengomposan, namun temperatur tersebut akan berangsur-angsur turun mencapai suhu kamar pada tahap akhir. b. Aplikasi Pembuatan kompos di tingkat masyarakat dapat dibuat dengan lebih praktis, lebih sederhana, dan dalam waktu yang sangat singkat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Bio Reaktor Mini (BRM) dalam proses pengomposan. Bio Reaktor Mini (BRM) ini dapat membuat kompos dengan kapasitas sekira 200 liter. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan dengan mengumpulkan sampah rumah tangga yang jumlahnya sangat banyak. Setelah itu, kompos yang dihasilkan masyarakat tersebut bisa digunakan kembali untuk kepentingan masyarakat atau dijual untuk memperoleh keuntungan ekonomis. Kompos yang dicampurkan ke dalam tanah dapat meningkatkan kesuburan (fertility) tanah, menambah bahan organik dalam tanah, dan memperbaiki kondisi fisik tanah tersebut. Pengerasan (crusting) tanah di permukaan dapat dicegah dengan pemberian kompos. Jika kompos mengandung sejumlah kecil tanah, maka kompos tersebut akan bermanfaat sebagai bagian dari media pertumbuhan untuk tanaman dan akan mengawali tumbuhnya buah dari tanaman tersebut (Starbuck, 2004). Ikatan partikel tanah ini dapat meningkatkan penyerapan akar tanaman terhadap air, mempermudah penetrasi akar (root penetration) pada tanah, dan memperbaiki pertukaran udara (aeration) dalam tanah, sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Pengelolaan sampah (waste management) dengan pembuatan kompos secara nyata telah menjadikan sampah sebagai sebuah aset yang memiliki nilai ekonomis tinggi. c. Takakura

Takakura merupakan salah satu model instalasi pengolahan limbah keluarga melalui pengomposan yang telah diadaptasi mulai tahun 2006 dimulia di sekitar daerah Surabaya. Takakura merupakan teknologi tepat guna yang telah ditemukan oleh Mr. Koji. Mr. Takakura, melakukan penelitian di Surabaya sebagai upaya kerjasama antara Kota Surabaya dan Kota Kitakyushu di Jepang. Kerjasama antar kedua kota ini difokuskan pada pengelolaan lingkungan hidup. Keberhasilan kota Kitakyushu sudah diakui secara internasional. Karena keberhasilan kota Kitakyushu itulah kota Surabaya melakukan kerjasama pengelolaan lingkungan hidup. Takakura memperoleh Hak Cipta (HAKI) No. P00200600206 untuk Proses Pengomposan Sampah Organik Metode Takakura Skala Rumah Tangga atau dikenal dengan Takakura Home Method. Melalui LSM Pusda Kota Surabaya, unit komposter Takakura atau yang akrab disebut Keranjang. Takakura sebagai Alternatif Pengolahan Sampah Organik Keluarga. Instalasi Takakura merupakan model pengomposan bahan organik yang berbentuk keranjang. Pengomposan dengan Keranjang Takakura ini cocok untuk rumah tangga yang beranggota keluarga 4-7 keranjang berukuran sekitar 40cm x 25cm x70cm, memiliki tutup dan dilapisi kardus pada bagian pinggir dinding keranjang. Sampah yang bisa diolah antara lain: 1. Sisa sayuran Idealnya sisa sayuran tersebut belum basi. Namun bila telah basi, cuci sayuran tersebut terlebih dahulu, peras, lantas buang airnya. Untuk sayuran yang bersantan, lakukan hal yang sama. 2. Sisa nasi 3. Sisa ikan, ayam, dan kulit Selain standar yang diberlakukan oleh SNI 19-7030-2004, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan pedoman dalam melakukan pengomposan. Sutanto (2002) menyatakan pH kompos yang baik antara 67,5, rasio C/N antara 5-20, dan temperatur kompos telah mendekati temperatur tanah atau sama dengan temperatur a w a l n y a . C p i s ( 1 9 9 2 ) Menyatakan bahwa temperatur kompos yang baik adalah mendekati temperatur ruang, dengan kelembapan antara 40-60 %, dan rasio

C/N kecil dari 20. Yuwono (2005) juga menyatakan bahwa kualitas kompos yang baik antara 6-8 atau dipertahankan dalam kondisi mendekati netral. H. METODE PENELITIAN 1. Tahapan Penelitian Tahapan-tahapan perancangan sistem pengelolaan persampahan perumahan Meteseh adalah sebagai berikut: a. Studi literatur Sebelum dilaksanakan pengembangan, dilakukan terlebih dahulu studi literatur.Studi literatur mencakup literatur yang berkaitan untuk memperdalam dan mempertajam teori dasar yang berhubungan dengan sistem pengolahan sampah organik dengan metode takakura b. Persiapan yang dilakukan yaitu mempersiapkan peralatan dan bahan-bahan yangdibutuhkan dalam proses pengolahan sampah organik dengan metode takakura c. Tahap Pelaksanaan, meliputi pelaksanaan langkah kerja proses pengolahan sampahorganik dengan metode takakura d. Tahap akhir, meliputi: 1. Evaluasi Dilaksanakan 3 minggu setelah pelaksanaan penelitian untuk mengetahui bahan bantalan mana yang paling efektif untuk pengomposan dengan metode takakura tersebut. 2. Monitoring Dilaksanakan selama penelitian. 3. Laporan akhir Laporan dalam studi akhir sedang dalam bantalan proses paling penyelesaian efektif pada untuk mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat. Tahapan penelitian pemilihan proses pengolahan sampah organik dengan metode Takakura dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 2. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perumahan Kontrak Meteseh Semarang selama 3 bulan. Penelitian diawali dengan pengumpulan

bahan- bahan yang akan digunakan, dilanjutkan dengan pengamatan. Data yang telah diperoleh ini diolah dan dianalisis untuk mendapatkan identifikasi, evaluasi dan rekomendasi terhadap sistem pengolahan pengomposan sampah khususnya dan Kota Semarang umumnya. I. JADWAL KEGIATAN Rencana kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Minggu

Minggu ke Minggu

ke ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan Penelitian utama Survey Pembuatan proposal Persiapan bahan Pengolahan sampah Pemanfaatan dan pengolahan sampah menggunakan Pembuatan laporan metode takakura Pengolahan data Penulisan laporan

J. RANCANGAN BIAYA Uraian Jumlah

No 1 Program kegiatan(Pemanfaatan Sampah)


a. Penggandaan

Print Rp 150.000,00 Jilid softcover Rp 15.000,00 Copy PDF Rp Rp 70.000,00 Copy materi Rp 85.000,00 Copy data Rp 60.000,00 b. Perjalanan ke tempat penelitian Bensin Rp 150.000,00 Perjalanan lain-lain Rp 500.000,00 c. Konsumsi Makan siang 5x 25.000,00 x 1 kali
d. Alat dan bahan

Rp 380.000,00

Rp 650.000,00 Rp 125.00,00

Keranjang laundry dan tutupnya Rp 110.000,00 Kantung jaringan untuk penutup nasi Rp 100.000,00 Sekam kantung Rp 125.000,00 Kardus aqua Rp 15.000,00 Benang dan jarum Rp 60.000,00 Plester Rp 65.000,00 Rp 720.000,00 Tanah Pekarangan Rp 95.000,00 Kain penutup keranjang Rp 150.000,00 Perjalanan a. survey 1 hr x 3 org x Rp 750.000,00 b. pelaksanaan pemanfaat sampah 1 hr x 3 org x Rp 900.000,00 Rp 1.650.000,00

Penggandaan laporan a. pembuatan laporan (kertas, cartage, Atk) Rp 450.000 Rp 3.010.000,00 b. Pengolahan data Rp 560.00,00 c. Lain-lain Rp 2.000.000,00 Total Rp 6.535.000,00

K. DAFTAR PUSTAKA

10

Mashur. 2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah) Pupuk Organik Berkualitas Dan Ramah Lingkungan. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) Mataram Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2001. Raharjo, Slamet. 2006. Pengolahan sampah di Indonesia khususnya dikota besar belum terorganisir dengan baik sehingga masih bersifat konvensional sporadis dan tidak terkonsentrasi. www.Litbangdeptan.Jurnal/%Pdf. http://www.scribd.com/doc/43607567/PKM-TAKAKUKRA Toharisman, 1991

11

L. LAMPIRAN Nama dan Biodata Pelaksana kegiatan Ketua Pelaksanaan Kegiatan Nama NIM Program Studi Semester / Tingkat Institusi Anggota Pelaksana Nama NIM Program Study Semester/tingkat Institusi Nama NIM Program Study Semester/tingkat Institusi : Maria Benekdikta K.P.M : 1103053 : S 1 Keperawatan : V/III : STIKES Karya Husada Semarang : Endah Zulaikho : 1102028 : D III Kebidanan : III/II : STIKES Karya Husada Semarang : Liswati : 1102053 : D III Kebidanan : III / II : STIKES Karya Husada Semarang

Penulis, Juni 2012

Liswati Nim :1102053

12

Daftar Riwayat Hidup Dosen Pendamping : Nama NIP Jabatan Struktural Jabatan Fungsional Institusi Bidang Keahlian Status Agama Jenis Kelamin Alamat No.Telp/Hp Riwayat Pekerjaan : Ristiana T Mawati D,S.Si.T : 081 : Staf Dosen STIKES Karya Husada Semarang : Dosen Kebidanan : STIKES Karya Husada Semarang : Kebidanan : Menikah : Islam : Perempuan : Pucang Anom Raya No.44 Perumahan Pucang Gading : 08156621223 : 2010 - sekarang Dosen Kebidanan STIKES Karya Husada Semarang

Dosen Pembimbing

Ristiana T Mawati D,S Si.T NPP.081

13

14

Anda mungkin juga menyukai