Anda di halaman 1dari 36

Nama: Dayu Linda Sari

Nim: 23390018

Mk: Patologi Kasus Kebidanan

UAS Pertemuan 7-13 (Resume)

Pertemuan 7&8 patologi kebidanan neonatus

1. ASFIKSIA NEONATORUM

Asfiksia Neonatorum adalah Kegagalan bernafas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir.

Dan dapat menyebabkan terjadinya

 Hipoksemia
 Hiperkarbia
 Asidosis

Asfiksia adalah kondisi terganggunya pertukaran gas atau tidak cukupnya aliran darah
pada janin sehingga menyebabkan hipoksemia persisten dan hiperkarbia yang terjadi
pada saat menjelang waktu lahir (peripartum) dan saat kelahiran (intrapartum)

Dapat mengakibatkan kecacatan

Hipoksemia --> Kadar oksigen dalam darah yang rendah

Hipoksia --> Kadar oksigen yang rendah di jaringan

Iskemia --> Penurunan alirah darah ke jaringan

Langkah Promotif & Preventif

Pencegahan asfiksia

 Pemeriksaan kehamilan secara teratur & berkualitas


 Peningkatan status nutrisi Ibu
 Manajemen persalinan yang baik dan benar
 Pelayanan neonatal esensial
Resusitasi yang baik dan benar
Penyebab Asfiksia

Faktor Ibu

 Preeklamsia dan eklamsia


 Plasenta previa
 Solusio plasenta
 Partus lama/macet
 Demam sebelum dan selama persalinan
 Infeksi berat
 Kehamilan lewat waktu/posterm (> 42 mg)

Faktor Plasenta dan Tali Pusat

 Infark plasenta
 Hematom plasenta
 Lilitan tali pusat
 Tali pusat prolaps
 Simpul tali pusat

Faktor Bayi

 Prematur
 Air ketuban bercampur mekonium
 Kelainan kongenital (pernafasan)

Diagnosis Asfiksia

Diagnosis Dini PENTING:

 Kondisi intrauterin
 Persiapan resusitasi yang memadai
 Setelah lahir --> nilai skor APGAR dan pH darah janin
 APGAR pada menit 1 --> Menunjukkan seberapa baik bayi dapat mentolerir
proses kelahiran
 APGAR pada menit 5 --> Menunjukkan seberapa baik bayi dapat beradaptasi di
lingkungan luar rahim

Pembagian BBL Berdasarkan Nilai APGAR

1.Bayi Bugar : APGAR 7-10, sehat

2.Asfiksia sedang : APGAR 4-6, HR > 100 x/mnt, tonus otot, sianosis, reflek (-)

3.Asfiksia berat : APGAR 0-3, HR < 100


Tatalaksana asfiksia yaitu dengen resusitasi neonatus

Kapan Harus Merujuk

Paling ideal adalah rujukan antepartum

 Bila Puskesmas tidak mempunyai fasilitas lengkap Tidak memberi respons


terhadap tindakan resusitasiselama 2-3 menit
 Bila Puskesmas mempunyai fasilitas lengkap dan kemampuan melakukan
pemasangan ETT & pemberianobat-obatan namun bayi tidak memberikan
respons terhadap tindakan resusitasi, maka segera lakukan rujuk.

Kapan Menghentikan Resusitasi

 Bayi tidak bernapas spontan dan tidak terdengar denyut jantung setelah
dilakukan resusitasi secara efektif selama10 me

Konseling Pada Keluarga

 Bila resusitasi berhasil & bayi dirawat secara rawat gabung, lakukan konseling
pemberian ASI dini & eksklusif serta asuhanbayi normal lainnya (perawatan
neonatal esensial)
 Bila bayi memerlukan perawatan/pemantauan khusus, konseling keluarga
tentang pemberian ASI dini & jelaskan tentang keadaan bayi
 Bila bayi sdh tidak memerlukan perawatan lagi di puskesmas,nasehati ibu &
keluarga untuk kunjungan ulang untuk pemantauan tumbuh kembang bayi
selanjutnya
 Bila resusitasi tidak berhasil/bayi meninggal dunia, berikan dukungan emosional
kepada keluarga

2. HIPOGLIKEMIA
 Hipoglikemia merupakan masalah serius BBL
 Risiko kejang dan kerusakan otak
 Setiap stress akan mengurangi cadangan glukosa

Hipoglikemia adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa darah kurang dari 45
mg/dL (2.6 mmol/L).

Penyebab:

 Cadangan energi kurang


 Pemakaian energi meningkat
 Gangguan mobilisasi glukos

Tata laksana bayi berisiko

 ASI 30-60 menit kemudian diteruskan sesuai keinginan bayi. --> Pemberian
asupan enteral sedini mungkin
 Suplementasi rutin pada bayi cukup bulan yang sehat denganair gula tidak
diperlukan.
--> Mengganggu produksi ASI
--> ASI meningkatkan glukoneogenesis
--> Air gula meningkatkan sekresi insulin, menunda mulainya glukoneogenesis
--> kadar glukosa akan berfluktuasi --> hipoglikemia reboun
 Memfasilitasi kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi untuk merangsang
pembentukan ASI --> Mempertahankan suhu tubuh normal --> pengeluaran
energi turun --> mempertahankan kadar glukosa --> Menstimulasi produksi ASI
dan pengisapan
 Pemberian minum yang sering. --> Berikan minum 10-12 kali dalam 24 jam
pada beberapa hari pertama sesudah lahir. Pemberian ASI yang sering, meskipun
sedikit-sedikit, tetapi dengan protein tinggi dan kalori tinggi dari kolostrum lebih
baik

3. HIPOTERMIA PADA NEONATUS

Hipotermia adalah Suhu tubuh kurang dari 36,5°C pada pemeriksaan suhu aksil

Patofisiologi

 Luas permukaan tubuh >> Pusat thermoregulasi belum sempurna


 Lemak coklat sedikit (terutama pada BBLR) --> kemampuanproduksi dan
penyimpanan panas terbata

Mekanisme

 Paparan lingkungan yang dinginBayi basah/tidak berpakaian


Pengukuran Suhu Tubuh

 Diukur di aksila selama 3 menit


 Frekuensi pengukuran suhu tubuh:
Bayi sakit: Setiap jam
Bayi kecil: Setiap 12 jam
Bayi setelah perbaikan: Setiap 24 jam

Pencegahan

 Ruangan bersalin yang hangat


 Jangan memandikan bayi segera setelah lahir
 Segera keringkan bayi, dan kenakan pakaian yang kering, serta penutup kepala
(walaupun sedang dilakukan tindakan)
 Letakkan di pemancar panas
 Ganti popok setiap kali basah, jauhkan dari benda yang basah/dingin
 Jangan menyentuh bayi dengan tangan dingin
 Rawat dekat dengan ibu, KMC (Kangaroo mother care), kontakkulit, pemancar
panas, atau inkubator sesuai fasil

Tatalaksana

Hipotermia Berat

 Hangatkan bayi
 Ganti baju yang basah, beri pakaian, topi dan selimut
 Hindari paparan panas berlebih
 Pasang IV line, dengan dosis rumatan, dengan cairan infus yang hangat
 Periksa gula darah, jika hipoglikemi, tangani Nilai tanda bahaya setiap jam, dan
kemampuan minum setiap 4 jam
 Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap, jika tidak memungkinkan
gunakan asi perah, dengan berbagai teknik.
 Periksa suhu bayi 2 jam, jika suhu naik 0,5 derajat/jam --> upaya penghangatan
berhasil --> ukur kembali setiap 2 jam
 Setelah suhu bayi normal, lakukan perawatan lanjutan, ukur suhu setiap3 ja

4. MANAJEMEN BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR)

Adalah berat lahir kurang dari 2500 gram,tanpa memendang usia gestasi.
Perawatan BBLR Di Rumah

 Hindari bayi dari ciuman, sentuhan, gendongan orang lain. Tidak ada kunjungan
dari orang luar rumah ke bayi pada masa pandemi.
 Hindari bayi dari keramaian/ kerumunan orang
 Bila status ibu tidak diketahui, masih suspek: Ibu harus selalu memakai masker
sampai hasil pemeriksaan negatif atau minimal 14 hari Mencuci tangan dengan
benar dengan air mengalir dan sabun setiap kali akan atau setelah memegang
bayi Bila bersin atau batuk, menjauh dari bayi, menutup mulut dan kemudian
kembali mencuci tangan dan mengganti masker Perawatan BBLR Di Rumah
 Bila status bapak atau kakak/adik tidak diketahui, mungkin OTG:Mandi setiap
kembali dari bekerja/keluar rumah/sekolah Mengganti baju, memakai masker
dan selalu mencuci tangan setiap kali akan atau selesai memegang bayi
Sebaiknya hindari mencium bayi

5. HIPERBILIRUBINEMIA

 Hiperbilirubinemia neonatal adalah peningkatan kadar bilirubin serum pada


neonatus.
 Hiperbilirubinemia tidak terkonjugasi (ikterus) pada minggu pertama kehidupan.
 60% bayi mengalami ikterus (sebagian besar jinak), Hiperbilirubinemia berat -->
kerusakan otak permanenyang serius.
 Ikterus yang nyata: Bilirubin serum

Kenapa Bayi Mengalami Ikerus Pada Minggu Pertama Kehidupan?

 Meningkatnya produksi bilirubin


Turnover sel darah merah yang lebih tinggi
Umur sel darah merah lebih singkat
 Penurunan ekskresi bilirubin
Penurunan uptake dalam hati
Penurunan konjugasi di dalam hati
Peningkatan sirkulasi enterohepatik bilirubin
 Ekskresi bilirubin membaik setelah 1 minggu

Tatalaksana Hiperbilirubinemia

 Hidrasi/Pemberian Minum yang Cukup


 Fototerapi
 Transfusi Tukar
 Obat-obatan Anti Kejang (Bila Kejang)

6. MASALAH PEMBERIAN MINUM PADA BAYI

Masalah Pemberian Minum Pada Bayi Sering tejadi pada bayi baru lahir.

Terutama pada: BBLR Prematur Bayi sakit Masalah teknis (terutama pemberian ASI)

Faktor bayi

 Bayi bingung puting (nipple confusion)


 Perlekatan yang tidak baik Tongue tie, lip tieBayi
 bibir sumbing

Faktor ibu

 Puting lecet
 Payudara bengkak
 Mastitis (abses payudara)

 Bayi prematur seringkali tidak dapat melakukan koordinasiantara gerakan


menghisap, menelan, dan bernafas, maka perlu digunakan selang orogastrik
 Keterampilan oral-motor bayi prematur dibagi ke dalam 4 fase
1. Kematangan refleks menghisap
2. Proses menelan
3. Kematangan fungsi pernafasan
4. Koordinasi gerakan menghisap, menelan, dan bernafas

Bingung Putting (nipple confusion)

Tanda-tanda bayi bingung puting:

 Bayi menghisap puting seperti menghisap dot


 Menghisap terputus-putus dan sebentar
 sebentarBayi menolak menyusu

Menghindari bayi bingung puting:

 Jangan mudah mengganti ASI dengan susu formula tanpa indikasi (medis) yang
kuat Kalau terpaksa harus memberikan susu formula berikan sendok atau pipet
dan bahkan cangkir,
 jangan menggunakan botol dan dot atau bahkan memberi empeng.

Perlekatan yang Tidak Baik


Seringkali kegagalan menyusui disebabkan karena kesalahan memposisikan dan
melekatkan bayi. Puting ibu menjadi lecet sehingga ibu jadi segan menyusui, produksi
ASI berkurang danbayi menjadi malas menyusu

Lip Tie & Tongue Tie

Tongue tie adalah kelainan kongenital dimana lidah tidak leluasa bergerak karena
frenulum lidah yang terlalu pendek. Frenulum lidah adalah jaringan tipis di bawah lidah
bagian tengah yang menghubungkan lidah dengan dasar mulut. Angka kejadian 4- 11%

Lip Tie adanya selaput yang terdapat di bawah bibir rahang atas maupun di atas bibir
rahang bawah yang mengganggu pergerakan bibir.

Tongue Tie

 Tipe I: Insersi frenulum pada ujung permukaan bawah lidah (anterior)


 Tipe II: Insersi frenulum di belakang ujung permukaan lidah (anterior)
 Tipe III: Frenulum tebal dan ketat (tidak elastis) (posterior)Tipe IV: Frenulum
ketat di pangkal lidah (submukosa)

Efek Lip Tie & Tongue Tie

 Sulit menyusu
 Pelekatan mulut bayi ke payudara ibu tidak baik, misalnya areola tidak masuk ke
mulut bayi atau bayi hanya mengisap bagian puting.
 Saat menyusu terdengar clicking atau bunyi "klik" pada mulut bayi.Atau mulut
bayi sering terlepas dari payudara ibu,” Bayi tidak akan merasa kenyang meski
sudah menyusui –
 kekurangan nutrisi dan sulit tumbuh.
 Kesulitan dalam berbicara. Tongue-tie pada anak-anak bisa menyebabkan
kesulitan dalam mengucapkan huruf-huruf tertentu.Kondisi mulut yang tidak
higienis. Tongue-tie juga bisa membuat lidah sulit membersihkan sisa makanan
dari gigi.

PERTEMUAN 9 &10

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI DAN BALITA DENGAN


MASALAH YANG LAZIM TERJADI

1. BERCAK MONGOL
Adalah bercak berwarna biru yang biasanya terlihat di bagian atau daerah sacral,
walaupun kadang terlihat di bagian tubuh yang lain. Bercak mongol biasanya
terjadi pada anak-anak yang dilahirkan oleh orang tua Asia dan Afrika, kadang-
kadang terjadi pada anak-anak dengan orangtua mediterania. Atau Bercak
mongol terlihat seperti bercak rata berwarna biru, biru hitam, atau abu-abu
dengan batas tegas, bisa berukuran sangat besar dan mirip dengan tanda lebam.
Umumnya terdapat pada sisi punggung bawah, juga paha belakang, kaki,
punggung atas dan bahu.

ETIOLOGI
Bercak mongol adalah bawaan sejak lahir, warna khas dari bercak mongol
ditimbulkan oleh adanya melanosit yang mengandung melanin pada dermis yang
terhambat selama proses migrasi dari krista neuralis ke epidermis. Lesi ini
biasanya berisi sel melanosit yang terletak di lapisan dermis sebelah dalam atau
di sekitar folikel rambut. Kadang-kadang tersebar simetris, dapat juga unilateral.
Bercak ini hanya merupakan lesi jinak dan tidak berhubungan dengan kelainan-
kelainan sistemik.

2. HEMANGIOMA
Adalah tumor jinak atau hamartoma/gumpalan yang terjadi akibat gangguan
pada perkembangan dan pembentukan pembuluh darah dan dapat terjadi disegala
organ seperti hati, limfa, otak, tulang dan kulit. Kelainan yang terjadi pada kulit
akibat gangguan pada perkembangan dan pembentukan pembuluh darah yang
terletak di superficial (kutan), subkutan atau campuran.

Etiologi Timbulnya hemangioma dikarenakan pembuluh darah yang melebar


dan berhubungan dengan proliferasi endotel
Penatalaksanaan
Umumnya hemangioma akan menghilang dengan sendirinya
Tetapi bila terdapat prognosis yang berat lakukan rujukan dan kolaborasi dengan
tenaga medis dan berikan prednison 2-3 mg/kgBB/hari selama 10-14 hari, jika
hemangioma menipis/menghilang dosis diturunkan secara bertahap

3. IKTERIK
Adalah Menguningnya sclera, kulit atau jaringan lain akibat penimbunan
bilirubun dalam tubuh. Atau pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa
pada bayi baru lahir yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam
darah.

JENIS-JENIS IKTERIK
1. Ikterus Fisiologis
Adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor fisiologis yang merupakan
gejala normal dan sering dialami bayi baru lahir.

Tanda dan Gejala Ikterus Fisiologis


 timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5
sampai dengan ke-6 dan akan menghilang pada hari ke-7 atau ke-10.
kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg/dl
dan pada BBLR tidak lebih dari 10 mg/dl, dan akan menghilang pada
hari ke-14. Bayi tampak biasa, minum baik dan berat badan naik
biasa
2. Ikterik Patologis
 Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam
 Adanya tanda – tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi
( muntah, letargis, malas menetek, penurunan berat badan yang cepat,
apnea, takipnea atau suhu yang tidak stabil ). Ikterus bertahan setelah
8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi kurang
bulan

Tanda & gejala ikterus patologi

Timbul kuning pada 24 jam pertama kehidupan, kuning ditemukan pada umur 14
hari atau lebih, tinja berwarna pucat, kuning sampai lutut dan siku. Serum
bilirubin total lebih dari 12,5 mg /dl pada bayi cukup bulan dan lebih dari 10
pada bayi kurang bulan (BBLR). Peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau lebih
dalam 24 jam.Ikterus diserai dengan proses hemolisis ( Inkompatibilitas darah ).
Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl atau kenaikan bilirubin serum 1 mg /dl atau 3
mg/dl/hari, Ikterus menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi cukup bulan
dan lebih dari 14 ahri pada bayi kurang bulan ( BBLR ).

PENATALAKSANAAN

1, Ikterus fisiologis:

 Mengajari ibu cara menyinari bayi dengan cahaya matahari pagi


biasanaya sekitar jam 7 pagi sampai jam 8 pagi selama 15-30 menit
 Lakukan asuhan dasar pada bayi
 Beri minum bayi sesuai kebutuhan dan kalori yang cukup
 Perhatikan frekwensi BAB
 Usahakan agar bayi tidak terlalu kepanasan atau kedinginan
 Memeliahara kebersihan tempat tidur bayi dan lingkungannya Mencegah
terjadinya infeksi
 Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan
ASI eklusif lebih sering minimal setiap 2 jam
 Jika bayi tidak dapat menyusu berikan ASI melalui pipa nasogastrik atau
dengan gelas dan sendok
 Jaga bayi agar tetap hangat
 Ikterus fisisologis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat
dirawat jalan dengan nasehat untuk ku njungan ulang setelah tujuh
hari .Jika bayi tetap kuning selama 7 hari maka
 Lakukan penilaian lengkap
 Lakukan pemeriksaan ulang untuk ikterus tanyakan apakah kencing
sehari semalam atau apakah sering buang air besar

3. Ikterus patologis:
 Cegah agar gula darah tidak turun
 Jika anak masih bisa menyusui mintalah pada ibu untuk menyusui
 Jika anak tidak bisa menyusui lagi tapi masih bisa menelan beri
perasan ASI atau susu pengganti.
 Nasehati ibu agar menjaga bayi tetap hangat
 Sertakan contoh darah ibu jika kuning terjadi pada 2 hari pertama
kehidupan
 Rujuk segera. Setiap ikterik yang muncul pada 24 jam pertama
adalah patologis dan membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut
Pada bayi dengan ikterus kramer grade 3 atau lebih perlu dirujuk •
Perhatikan frekwensi BAK dan BAB • Beri terapi sinar untuk bayi
yang dirawat di RS dan jemur bayi dibawah sinar matahari pagi pada
jam 7-8 selaam 30 menit/.15 menit telentang dan 15 menit telungkup
• Cegah kontak dengan keluarga yang sakit dan cegah terjadinya
infeksi

4. MUNTAH
Adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi tabung yang terjadi setelah
agak lama makanan masuk lambung, disertai lambung dan abdomen.

Etiologi
 Kelainan congenital
 Pada saluran pencernaan iritasi lambung athresia esophagus
hirsehprung tekanan intra cranial yang tinggi.
 Infeksi pada saluran pencernaan
 Cara memberi makanan yang salah
 Keracunan

Komplikasi

 Dehidrasi atau alkaliosis karena kehilangan cairan tubuh atau


elektrolit.
 Ketosis karena tidak makan dan minum.
 Asidosis yang disebabkan adanya ketosis dapat berkelanjutan
menjadi syok bahkan sampai kejang.
 Ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva ruptur esofagus,
aspirasi yang disebabkan karena muntah yang sangat hebat.

Patofisiologi
Suatu keadaan dimana anak atau bayi menyemprotkan isi perutnya keluar,
kadang-kadang sampai seluruh isinya dikeluarkan. Pada bayi sering timbul
pada minggu-minggu pertama

Sifat muntah
 Keluarkan cairan terus menerus, hal ini kemungkinan disebabkan
oleh obstruksi eshopagus.
 Muntah proyektil hal ini kemungkinan disebabkan oleh stenosis
pylosis (suatu kelemahan pada katup di ujung bawah lambung yang
menghubungkan lambung dengan usus 12 jari yang tidak mau
membuka)
 Muntah hijau kekuning-kuningan kemungkinan adanya tekanan intra
ampula vateri.
 Muntah segera setelah lahir mantap, kemungkinan adanya tekanan
intracranial yang tinggi atau obstruksi pada usus.

Penatalaksanaan

1.Pengkajian faktor penyebab dan sifat muntah

 Keluar cairan terus menerus kemungkinan obstruksi esophagus.


 Proyektil kemungkinan terjadi stenosis phylorus.
 Segera setelah lahir kemudian kemungkinan terjadi peningkatan
tekanan intra cranial.
2. Pengobatan tergantung faktor penyebab.
3. Ciptakan suasana tenang
4. Perlakuan bayi dengan baik dan hati-hati
5. Diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah jika simptomatis dapat
diberi emetik.
6. Rujuk.

5. GUMOH
Adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat
makanan masuk lambung. Muntah susu adalah hal yang agak umum,
terutama pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu
pertambahan berat badan yang memuaskan, pada umumnya disebabkan
karena bayi menelan udara pada saat menyusui

Etiologi
 Bayi sudah kenyang
 Posisi salah saat menyusui atau pemberian susu botol.
 Tergesa-gesa saat pemberian susu
 Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.

Patofisiologi

Pada keadaan gumoh biasanya sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga
kadang-kadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke
atas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut
disebabkan karena otot katup diujung lambung tidak bisa bekerja dengan
baik yang seharusnya mendorong isi lambung ke bawah. Keadaan ini juga
dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar.
Kebanyakan gumoh terjadi pada bayi bulan-bulan pertama kehidupannya.

Penatalaksanaan

 Perbaiki teknik menyusui (setelah menyusui usahakan bayi


disendawakan)
 Perhatikan posisi botol saat pemberian susu.
 Bayi yang sedang menyusui pada ibunya harus dengan bibir yang
mencakup rapat seluruh putting susu ibu.

6. ORAL THRUSH
Adalah kandidiasis membran mukosa mulut bayi yang ditandai dengan
munculnya bercak-bercak keputihan yang membentuk plak-plak berkeping
dimulut, ulkus dangkal, demam dan adanya iritasi gastro interstinal.

Etiologi
Biasanya merupakan infeksi yang disebabkan oleh sejenisnya jamur (candida
albican) yang merupakan organisme penghuni kulit dan mukosa mulut,
vagina dan saluran cerna.

Tanda dan gejala


Terdapat lesi pada mulut yang berwarna putih dan membentuk plak-plak
yang berkeping menutupi seluruh atau sebagian lidah, kedua bibir, gusi dan
mukosa pipi.

Penatalaksanaan
 Oral trush pada umumnya bisa sembuh dengan sendirinya tetapi lebih
baik jika diberikan pengobatan dengan cara:
 Bedakan dengan endapan susu pada mulut bayi
 Apabila sumber infeksi berasal dari ibu harus segera diobati dengan
pemberian antibiotika berspektrum luas
 Menjaga kebersihan dengan baik
 Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu
dengan air matang dan bersih.
 Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, harus
menggunakan teknik steril dalam membersihkan susu sebelum
digunakan.
 Pemberian terapi pada bayi yaitu: 1 ml larutan nystatin (100.000) unit
4 X perhari dengan interval setiap 6 jam. Larutan diberikan dengan
lembut dan hati-hati agar tidak menyebar luas ke rongga mulut.
 Gentian violet 3X per hari.

7. DIAPER RASH
Adalah suatu keadaan akibat dari kontak terus menerus dengan lingkungan
yang tidak baik.

Etiologi
 Kebersihan kulit bayi dan pakaian bayi yang tidak terjaga, misalnya
jarang ganti popok setelah bayi atau anak kencing.
 Udara/ suhu lingkungan yang terlalu panas/ lembab
 Akibat mencret
 Reaksi kontrak terhadap karet, plastik, dan deterjen, misalnya
pampers

Tanda dan gejala

 Iritasi pada kulit yang kontak langsung, muncul erithema


 Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat
kemaluan perut bawah, paha atas
 Pada keadaan yang lebi parah dapat terjadi papilla erythematosa
vesikula uleerasi

Penatalaksanaan

 Daerah yang terkena ruam popok tidak boleh terkena air dan harus
dibiarkan terbuka dan tetap kering.
 Untuk membersihkan kulit yang iritasi dengan menggunakan kapas
halus yang dibasahi air hangat
 Segera dibersihkan dan dikeringkan bila anak kencing atau bab.
 Posisi tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit/ daerah yang
iritasi.
 Memperhatikan kebersihan kulit dan kebersihan tubuh secara
keseluruhan.
 Memelihara kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi
 Pakaian atau celana yang terkena air kencing harus direndam dalam
air yang dicampur acidum borium
 Kemudian dibersihkan dan tidak boleh menggunakan sabun cuci
langsung dibilas dengan bersih dan dikeringkan

8. SEBORHEEA
Adalah radang berupa sisik yang berlemak dan eritema pada daerah yang
terdapat banyak kelenjar sebaseanya, biasanya di daerah kepala.

Etiologi
Belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa ahli yang menyatakan
beberapa faktor penyebab seborrhea, yaitu:
 Faktor hereditas, yaitu bisa disebabkan karena adanya faktor
keturunan orang tua.
 Intake makanan yang berlemak dan berkalori tinggi.
 Asupan minuman beralkohol
 Adanya gangguan emosi.

Penatalaksanaan

Secara kasual belum diketahui. Topical, shampoo yang tidak berbusa 2-3x
per minggu dan krim selemum sulfide/Hg-presipirtatus albus 2%

9. FURUNKEL
Adalah Bisul merupakan nanah yang terkumpul dalam satu rongga yang
sangat menyakitkan. Kelompok bisul dipanggil pekung (carbuncles) tetapi
perubahan pada kulit seperti ini tidak biasa berlaku kepada kanak-kanak.

Etiologi
Bisul, bisa disebabkan oleh tiga faktor, diantaranya faktor dari dalam tubuh
anak sendiri, faktor lingkungan, dan faktor kebersihan tubuh.

Gejala klinis
 Nyeri pada daerah ruam
 Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritematosa yang berbentuk
kerucut dan memiliki pustule.
 Nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan
nekrotik yang dapat pecah membentuk fistel dan keluar melalui lobus
minorus resistenstae
 Setelah seminggu kebanyakan akan pecah sendiri dan sebagian dapat
menghilang dengan sendirinya.

10. MILLIARIASIS
Disebut juga sudamina, liken tropikus, biang keringat, keringat buntet,
priekle heat. Yaitu dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat.

Etiologi
 Udara panas dan lembab
 Infeksi oleh bakteri

Patofisiologi

Akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat


tertahan yang ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar
keringat. Kemudian akan timbul radang dan edema akibat perspirasi yang
tidak dapat keluar diabsorbsi oleh stratum korneum. Milliariasis sering
terjadi pada bayi premature karena proses diferensiasi sel epidermal dan
apendiksnya belum sempurna.

Penatalaksanaan

 Prinsip asuhan adalah dengan mengurangi penyumbatan keringat dan


menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
 Memelihara kebersihan tubuh bayi.
 Upayakan kelembaban suhu yang cukup dan suhu lingkungan yang
sejuk dan kering. Misalnya pasien tinggal diruang ber-AC atau di
daerah yang sejuk dan kering.
 Gunakan pakaian yang tidak terlalu sempit, gunakan pakaian yang
menyerap keringat.
 Segera ganti pakaian yang basah dan kotor.
 Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dan dapat
ditambahkan menthol 0,5%-2% yang bersifat mendinginkan ruam.
11. DIARE
Adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buangan air besar yang
tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak
dari biasanya.

Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar, sedangkan
neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar

Tanda klinis
 Cengeng
 Gelisah
 Suhu meningkat
 Nafsu makan menurun
 Tinja cair, lendir kadang-kadang ada darahnya, lama-lama tinja
berwarna hijau atau asam
 Anus lecet.
 Dehidrasi, dan bila itu terjadi volume darah akan berkurang, nadi
cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran
menurun dan diakhiri dengan syok
 Berat badan turun.
 Turgor kulit menurun
 Mata dan ubun-ubun cekung
 Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.

Penatalaksanaan

 Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)


 Diatetik (pemberian makanan)
 Obat-obatan
 Memberikan cairan dan mengatur keseimbangan elektrolit
 Terapi rehidrasi
 Kolaborasi untuk terapi pemberian antibiotik sesuai dengan kuman
penyebabnya
 Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi untuk
mencegah penularan
 Memantau biakan feses pada bayi yang mendapat terapi antibiotik
 Tidak dianjurkan untuk memberikan anti diare dan obat-obatan
pengental feses

12. OBSTIPASI
Adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya
obstruksi pada saluran cerna. Atau bisa didefinisikan sebagai tidak adanya
pengeluaran tinja selama 3 hari atau lebih.

Tanda dan gejala


 Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam
pertama, pada bayi tidak mengeluarkan 3 hari atau lebih.
 Sakit dan kejang pada perut.
 Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan
meconium yang menyemprot.
 Feces besar dan tidak dapat digerakkan dalam rectum ◦ Bising usus
yang janggal.
 Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala
 Terdapat luka pada anus.

Jenis-jenis

Obstipasi akut, yaitu rectum tetap mempertahankan tonusnya dan defekasi


timbul secara mudah dengan stimulasi eksativ, supositoria atau enema.

Obstipasi kronik, yaitu rectum tidak kosong dan dindingnya mangalami


peregangan berlebihan secara kronik, sehingga tambahan feces yang datang
mencapai tempat ini tanpa meregang rectum lebih lanjut. Reseptor sensorik
tidak memnerikan respon, dinding rectum lebih lanjut, reseptor sensorik
tidak memberikan respon, dinding rectum faksid dan tidak mampu untuk
berkontraksi secara afektif.

Penatalaksanaan

 Mencari penyebab
 Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan
memperhatikan gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis.
 Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah
dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi
pengosongan rectum biasa dengan disimpaksi digital, enema minyak
zaitun, laksativa.

13. INFEKSI
A. Infeksi antenatal
Infeksi yang terjadi pada masa kehamilan dimana kuman masuk ke tubuh
janin melalui sirkulasi darah ibu dan kemudian masuk melewati placenta dan
masuk ke dalam sirkulasi darah umbilicus. Misalnya:
 Virus seperti: rubella, poliomyelitis, variola, vaccinia, coxsackie,
cytomegalic inclusion
 Spirochaeta: treponema palidum
 Bakteri excheria coli dan listeria monocytoganes.

B. Infeksi intranatal
Infeksi terjadi pada masa persalinan, infeksi ini terjadi dengan cara mikro
organisme masuk dari vagina naik dan kemudian masuk ke dalam rongga
amnion biasanya setelah kulit ketuban pecah.
C. Infeksi post natal
Infeksi pada periode pascanatal dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap,
misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril
tindakan yang tidak antiseptic atau dapat juga terjadi akibat infeksi
silang. Misalnya pada fian neonatorum, omfalitis dan lain-lain.

Gejala

 Bayi malas minum


 Gelisah mungkin juga terjadi alergi
 Frekuensi pernafasan
 Berat badan menurun
 Pergerakan kurang
 Muntah
 Diare
 Sklerema, edema
 Perdarahan, ikterus, kejang

Penatalaksanaan

 Mengatur posisi tidur/ semi fowler agar sesak berkurang


 Apabila suhu tinggi lakukan kompres dingin
 Berikan ASI perlahan-lahan sedikit demi sedikit
 Apabila bayi muntah, lakukan perwatan muntah yaitu posisi tidur
miring ke kiri atau ke kanan.
 Apabila ada diare perhatikan personal hygiene dan keadaan
lingkungan.
 Rujuk segera ke rumah sakit. Jelaskan pada keluarga untuk inform
consent.

14. SIDS
Terjadi pada bayi sehat pada saat ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal
beberapa jam kemudian

GEJALA
Secara pasti penyebabnya belum diketahui, namun beberapa ahli telah
melakukan penelitian dan mengemukakan ada beberapa penyebab dari SIDS
yaitu:
 Ibu yang masih remaja
 Bayi dengan jarak kehamilan yang dekat
 Bayi laki-laki dengan berat badan di bawah normal
 Bayi yang mengalami displasia bronkopulmoner
 Bayi premature
 Gemeli
 Bayi dengan sibling
 Bayi dari ibu dengan ketergantungan narkoba
 Prevalensi pada bayi dengan posisi tidur tengkurap
 Bayi dengan virus pernafasan
 Bayi dengan infeksi botulinum
 Bayi dengan apnea yang berkepanjangan
 Bayi dengan gangguan pola nafas herediter
 Bayi dengan kekurangan surfaktan pada Alveoli

Pertemuan 11 KONSEP DASAR NEONATUS DENGAN JEJAS PERSALINAN

Jejas persalinan adalah trauma pada bayi yang diakibatkan oleh proses persalinan.

JENIS-JENIS JEJAS PERSALINAN:

1. CAPUT SUCCEDANEUM
a. Pengertian Caput Succedaneum
Caput Succedaneum adalah pembengkakan pada suatu tempat di kepala karena
oedem yang disebabkan tekanan jalan lahir pada kepala.
b. Penyebab Caput Succedaneum
Caput Succedaneum timbul akibat tekanan yang keras pada kepala ketika
memasuki jalan lahir hingga terjadi pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe
disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan. Benjolan kaput berisi cairan
serum. adanya tekanan pada kepala oleh jalan lahir, partus lama (Caput
Succedaneum) dan persalinan dengan vakum ekstraksi (Caput Succedaneum
artificiale)
c. Tanda-tanda Caput Succedaneum
a.Adanya oedema di kepala
b. Pada perabaan teraba lembut dan lunak.
c. Oedem melampaui sela-sela tulang tengkorak
d. Batas tidak jelas.
e. Biasanya menghilang dalam waktu 2-4 hari tanpa pengobatan
f. benjolan berisi serum dan kadang bercampur darah
g. permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan.

d. Penatalaksanaan

1. Perawatan bayi sama dengan bayi normal


2. Pengawasan KU bayi
3. Berikan lingkungan yang baik
4. Berikan ASI
5. Pencegahan infeksi
6. Berikan konseling
- keadaan bayi
- jelaskan benjolan akan hilang dengan sendirinya
- cara perawatan bayi sehari-hari

2. CEFAL HEMATOMA

Cepal hematoma (Cephal hematoma) adalah subperiosteal akibat kerusakan jaringan


periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir, dan tidak pernah melampaui
batas sutura garis tengah.

Yaitu pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan adanya penumpukan


darah akibat perdarahan pada periostinum. Disebabkan tekanan pada jalan lahir yang
terlalu lama, molase terlalu kuat, dan partus dengan tindakan (vakum).

Etiologi

1. Persalinan lama
2. Tarikan vakum atau cunam
3. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
TANDA DAN GEJALA

 Kepala tampak bengkak dan berwarna merah.


 Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang
tengkorak
 Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak. • Benjolan
tampak jelas lebih kurang 6 – 8 jam setelah lahir
 Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga
 Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu

PENATALAKSANAAN

 Cepal hematoma (Cephal hematoma) umumnya tidak memerlukan


perawatan khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri
dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun
apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang
(1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :
 Menjaga kebersihan luka
 Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal hematom
 Pemberian vitamin K
 Apabila dicurigai ada fraktur tulang tengkorak, harus dilakukan rontgen.

4. TRAUMA FLEKSUS BRACHIALIS


Adalah Kelumpuhan Pada Fleksus Brachialis.
Etiologi
Faktor bayi
 Makrosomia
 Presentasi bokong
 Letak sungsang
 Distosia bahu
 Mal presentasi
 Bayi kurang bulan
Faktor ibu
 Panggul ibu yang sempit
 Umur ibu yang sudah tua
 Adanya penyulit pada saat persalinan
Fakor penolong persalinan
 Tarikan yang berlebihan pada leher dan kepala saat menolong kelahiran
bahu pada presentasi kepala, tarikan yang berlebihan pada bahu pada
presentasi bokong.
5. FRAKTUR CLAVIKULA
Traktur adalah retak nya tulang yang biasanya disertai dengan cedera di jaringan
sekitarnya
Klavikula atau tulang selangka merupakan tulang panjang yang
menghubungkann lengan atas pada batang tubuh

Penyebab
 Tekanan pada bahu oleh simphisis pubis selama proses melahirkan.
 Kecelakaan
 Kompresi pada bahu dalam jangka lama
 Proses patologi
 Bayi yang berukuran besar
 Distosia bahu
 Partus dengan letak sungsang
 Persalinan traumatik

6. FRAKTUR HUMERUS
Adalah kelainan yang terjdi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan
pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung
keatas.

Penyebab
 Pada kelahiran letak sungsang dengan tangaan menjungkit keatas.
 Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupaksn penyebab
terjadinya tulang humerus yang fraaktur.

Fraktur humerus akan sembuh dalam waktu 2-4 minggu.

PERTEMUAN 12 NEONATUS DENGAN KELAINAN BAWAAN

1. LABIOSKIZIS DAN LABIOPALATOSKIZIS


Merupakan Deformitas Daerah Mulut Berupa Celah Atau Sumbing Atau
Pembentukan Yang Kurang Sempurna Semasa Embrional Berkembang,
Bibir Atas Bagian Kanan Dan Bagian Kiri Tidak Tumbuh Bersatu.

Etiologi
 Faktor Genetik
 Kurang Nutrisi (Zn, B6,Vit.C, Asam Folat)
 Radiasi
 Trauma Pada Trimester 1
 Infeksi) Rubella,Sifilis, Tokso,Klamidia)
 Pengaruh Obat, Jamu,Kecanduan Alkohol)
 Mutasi Genetik
 Displasia Ektodermal (Kelainan Genetik Pada Gigi)

GEJALA DAN TANDA

 Terjadi pemisahan langit – langit


 Terjadi pemisahan bibir
 Terjadi pemisahan bibir dan langit – langit
 Infeksi telinga berulang
 Berat badan tidak bertambah
 Pada bayi terjadi regurgitasi nasal sehingga ketika menyusui yaitu
keluarnya air susu dari hidunG

PENATALAKSANAAN

Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini
dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang menigkat
dan bebas dari iinfeksi oral pada saluran nafas dan sistemik

2. ATRESIA ESOFAGUS
Adalah gangguan pembentukan dan pergerakan lipatan pasangan kranial dan
satu lipatan kaudal pada usus depan primitif.

ETIOLOGI
 Hipersekresi cairan dari mulut
 Gangguan menelan makanan (tersedak, batuk)

PENATALAKSANAAN

 Pertahankan posisi bayi dalam posisi tengkurap, bertujuan untuk


meminimalkan terjadinya aspirasi
 Pada anak segera dipasang kateter kedalam oesophagus dan bila
mungkin dilakukan penghisapan terus menerus.
 Pertahankan keaktifan fungsi respirasi
 Dilakukan tindakan pembedahan.

3. ATRESIA REKTI DAN ATRESIA ANI


Pengertian
Atresia rekti adalah obstruksi pada rektum.
Atresia anus adalah obstruksi pada anus.
Atresia anus adalah salah satu bentuk kelainan bawaan yang menunjukan
keadaan tidak adanya anus, atau tidak sempurnanya anus

ETIOLOGI
 Belum diketahui secara pasti
 Merupakan (kegagalan perkembangan) anomaly gastrointestinal
(sistem pencernaan) dan genitourinary (sistem perkemihan)
 Gangguan pertumbuhan fusi dan pembentukan anus dari tonjolan
embrionik
 Pada atresia anus, diduga ada keterlibatan kelainan genetik pada
khromosom 21

PENATALAKSANAAN

1. Pertolongan pertama memberikan dukungan dan keyakinan ibu, untuk


tidak memberikan apapun lewat mulut
2. Melakukan colok anus untuk mengetahui keadaan anus
3. Merujuk untuk penanganan lebih lanjut

4. HISCHPRUNG

HISCHPRUNG adalah suatu obstruksi pada sistem pencernaan yang


disebabkan oleh karena menurunnya kemampuan motilitas kolon,
sehingga mengakibatkan tidak adanya ganglionik usus.

Etiologi
Kegagalan pembentukan saluran pencernaan selama masa perkembangan
fetus

TANDA DAN GEJALA


 Konstipasi / tidak bisa bab
 Distensi abdomen
 Muntah
 Dinding andomen tipis
 Trias yang sering ditemukan adalah : mekoniu yang terhambat
keluar (lebih dari 24 jam), perut kembung dan muntah berwarna
hijau

PENATALAKSANAAN

 Pengangkatan ganglionik (usus yang dilatasi)


 Dilakukan tindakan colostomy
 Pertahankan pemberian nutrisi yang adekua

5. OBSTRUKSI BILLIARIS
Adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya
jaringan fibrosis.
Obstruksi billiaris merupakan suatu kelainan bawaan karena adanya
penyumbatan pada saluran empedu, sehingga cairan empedu tidak dapat
mengalir ke dalam usus dan akhirnya dikeluarkan dalam feses

ETIOLOGI
Etiologi dari obstruksi billiaris adalah saluran empedu belum terbentuk
sempurna, sehingga tersumbat pada saat amnion tertelan masuk.
-Degenerasi sekunder
-Kelainan kongenital

TANDA DAN GEJALA


 Ikterik (pada umur 2 – 3 minggu)
peningkatan bilirubin direct dalam serum (kerusakan parenkim
hati, sehingga billirubin indirect meningkat)
 Billirubinuria
 Tinja berwarna seperti dempul
 Terjadi hepatomegali

GAMBARAN KLINIS

Gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama ketika bayi tampak
ikterus. Selain itu, feses tampak berwarna putih keabu-abuan, terlihat
seperti dempul, dan urine tampak berwarna lebih tua karena
mengandung urobilin.

Untuk menegakkan diagnosis obstruksi billiaris adalah dengan


pemeriksaan radiologi dan kadar bilirubin darah
6. OMFALOKEL
merupakan hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dalam kantong
peritoneum. Penanganannya adalah secara operatif dengan menutup
lubang pada pusat. Kalau keadaan umum bayi tidak mengizinkan isi
perut yang keluar dibungkus steril dulu setelah itu baru dioperasi.

Omfalokel adalah suatu cacat umbilicus, tempat usus besar dan organ
abdomen lain dapat menonjol keluar. Ia bisa disertai dengan kelainan
kromosom, yang harus disingkirkan. Cacat dapat bervariasi dan diameter
beberapa centimeter sampai keterlibatan dinding abdomen yang luas.
Organ yang menonjol keluar ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum yang
mudah terinfeksi. Rongga abdomen sendiri sangat kecil, sehingga
perbaikan bedah bisa sangat sulit atau tidk mungkin, kecuali bila dinding
abdomen yang tersisa cukup dapat direntang untuk memungkinkan
penempatan kembali isi abdomen.

ETIOLOGI
Kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu
janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel

7. HERNIA DIAFRAGMATIKA
Hernia Diafragmatika adalah kelainan bawaan dimana tidak
terbentuknya sebagian diafragmatika sehingga sebagian sisi perut masuk
ke dalam rongga thoraks.

ETIOLOGI

Pada neonatus hernia ini disebabkan oleh gangguan pembentukan


diafragma. Seperti diketahui difragma dibentuk dari 3 unsur yaitu
membrane pleuroperitonein, septum transversum dan pertumbuhan dari
tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu
dapat berupa kegagalan pembentukan sebagian diafragma, gangguan
fungsi ketiga unsur dan gangguan pembentukan otot. Pada gangguan
pembentukan dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada
gangguan pembentukan otot akan menyebabkan diafragma tipis dan
menimbulkan eventerasi

DIAGNOSIS

a. Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris.


b. Tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia.
c. Bising usus terdengar di dada
d. Perut teraba kosong
e. Rontgen dada menunjukkan adanya organ perut di rongga dada

TANDA DAN GEJALA

 Gangguan pernafasan yang berat


 Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen) .
 Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
 Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
 Takikardia (denyut jantung yang cepat)
 Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris
 Tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia
 Bising usus terdengar di dada
 Perut teraba kosong.
 Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui
hernia.
 Paru-paru pada sisi hernia tidak berkembang secara sempurna.
Jika hernianya besar
 Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus
segera terisi oleh udara. Terbentuk massa yang mendorong
jantung sehingga menekan paru-paru dan terjadilah sindroma
gawat pernafasan.

PENATALAKSANAAN

1. Meletakkan bayi pada posisi semi fowler, dan dipasang pipa


nasogastrik yang dengan teratur dihisap. Diberikan antibiotika
profilaksis dan selanjutnya anak dipersiapkan untuk operasi.
Hendaknya perlu diingatkan bahwa biasanya (70%) kasus seperti ini
disertai dengan hipoplasia paru.
2. Mengawasi bayi jangan sampai muntah. Bila terjadi muntah cegah
jangan sampai terjadi aspirasi dan memposisikan bayi tegak
3. Merujuk Dilakukan operasi herniotomi

8. MENINGOKEL, ENSEFALOKEL

MENINGOKEL
Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang
tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit.
Etiologi
Kekurangan asam folat, terutama terjadi pada awal kehamilan

Gejala
a. Inkontinensia Uri
b. Inkontinensia Tinja
c. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada
BBL

Penatalaksanaan

Merujuk

ENSEFALOKEL

Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan


adanya penonjolan meningens ( selaput otak ) dan otak yang berbentuk
seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak.

Gejala :

a. Hidrosefalus
b. Mikrosefalus
c. Gangguan penglihatan
d. Kelumpuhan anggota gerak
e. Gangguan perkembangan
f. Keterbelakangan mental dan pertumbuhan
g. Ataksia
h. Kejang

Penatalaksanaan

Merujuk , Pembedahan untuk mengembalikan jaringan otak yang


menonjol ke dalam tulang tengkorak, membuat kantung dan
memperbaiki saluran kraniofasial

9. HIDROCEPHALUS
Hidrosefalus adalah Kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal / penimbunan cairan serebrospinal
yang berlebihan di dalam otak.

Etiologi
Adanya gangguan aliran cairan yang menyebabkan cairan tersebut
bertambah banyak , sehingga menekan jaringan otak disekitarnya,
khususnya pusat yang vital.
Penatalaksanaan
Merujuk

10. FIMOSIS
Fimosis adalah keadaan kulit penis ( preputium ) melekat pada bagian
kepala penis dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air kemih

Etiologi
Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara
kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini
menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis sehingga sulit
ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau
didapat, misalnya karena infeksi atau benturan

TANDA DAN GEJALA


1. Balloning yaitu kulit preputium mengembang saat berkemih
2. Perdarahan dari tepi kulup
3. Sakit saat buang air kecil ( Disuria )
4. Air kencing tersumbat
5. Kulit penis tidak dapat ditarik ke arah pangkal ketika dibersihkan
6. Iritasi pada penis

KOMPLIKASI
1. Retensi urin
2. Karsinoma penis
3. Perdarahan
4. Stenosis (penyempitan)
5. Fimosis persisten
6. Robekan pada prepusium

PENATALAKSANAAN
1. Tidak dianjurkan melakukan retraksi yang dipaksakan saat
memebersihkan penis, Karena dapat menimbulkan luka dan terbentuk
sikatrik pada ujung preputium.Dapat diberikan salep deksamethasone
0,1% yang dioleskan 3 -4 kali sehari, dan diharapkan setelah 6 minggu
pemberian, preputium dapat diretraksi spontan
2. Phimosis dengan keluhan miksi
3. Merujuk
4. Sirkumsisi ( membuang sebagian atau seluruh bagian kulit
preputium ).

11. HIPOSPADIA
Hipospadia adalah suatu keadaan dengan lubang uretra terdapat di penis
bagian bawah, bukan diujung penis

Gejala
1. Lubang penis tidak terdapat diujung penis
2. Penis tampak seperti berkerudung
3. Jika berkemih anak harus duduk
4. Penis melengkung ke bawah penis

Penatalaksanaan
Merujuk. Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit
depan penis dibiarkan sampai tindakan pembedahan

12. KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN


a. Kelainan Metabolik
Tanda dan gejala kelainan metabolisme :
1. Asidosis metabolic (gangguan kondisi asam basa)
2. Muntah terus menereus
3. Pertumbuhan terhambat
4. Perkembangan abnormal
5. Kadar metabolit pada darah dan urin meningkat Misal : bau khas
pada urin, perubahan fisik seperti hepatomegaly

Manifestasi klinik kelainan bawaan :


1. Retardasi mental
2. Defisit motorik
3. Konvulsi (kejang)

Kelainan metabolisme bawaan dapat terjadi akibat :


1. Gangguan metabolisme asam amino
2. Gangguan metabolisme lipid / asam amino
3. Gangguan metabolisme karbohidrat
4. Gangguan metabolisme mukopolisakarida

Etiologi :
1. Kekurangan Gizi ( Malnutrisi )
2. Kekurangan Vitamin E
3. Kekurangan Vitamin K
4. Skurvi Infantil
5. Kekurangan Asam lemak Esensial

b. Kelainan Endokrin
1. Kelainan Kelenjar Tiroid
Kelenjar Tiroid yang menghasilkan hormone tiroid yang
berfungsi mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh.Kelainan
yang menyerang kelenjar tiroid yang dapat menyebabkan
pembesaran kelenjar (keadaan ini disebut goiter atau gondok)
2. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme terjadi jika kelenjar tiroid tidak dapat memenuhi
kebutuhan hormone tiroid.
3. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme terjadi karena kelenjar tiroid terlalu cepat.
Penyebab hipertiroidisme pada BBL adalah penyakit graves
neonaturum. Penyakit graves adalah suatu penyakit autoimun
dimana tubuh menghasilkan antibody yang merangsang kelenjar
tiroid.

PERTEMUAN 13 KE 1 SC PADA PERSALINAN

Persalinan dengan tindakan (SECTIO CAESAREA)


Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2009).

ISTILAH DALAM SC
a. Sectio Caesarea Primer ( Elektif)
SC primer bila sejak mula telah direncanakan bahwa janin akan
dilahirkan dengan cara SC
b. Sectio Caesarea Sekunder
SC sekunder adalah keadaan ibu bersalin dilakukan partus percobaan
terlebih dahulu, jika tidak ada kemajuan (gagal) maka dilakukan SC
c. Sectio Caesarea Ulang
Ibu pada kehamilan lalu menjalani operasi SC dan pada kehamilan
selanjutnya juga dilakukan SC.
d. Sectio Caesarea Histerektomy
Suatu operasi yang meliputi kelahiran janin dengan SC yang secara
langsung diikuti histerektomi karena suatu indikasi.
e. Operasi Porro
Merupakan suatu operasi dengan kondisi janin yang telah meninggal
dalam rahim tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri dan langsung
dilakukan histerektomi.
Misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.

Tujuan tindakan SC
1. Mengeluarkan janin dari dalam uterus (proses kelahiran bayi)
2. Mencegah terjadinya resiko kematian ibu dan janin Akibat kondisi
patologis atau terjadi kegawatdaruratan obstetrik.

INDIKASI

a. Faktor janin
1. Bayi terlalu besar
2. Kelainan letak janin
3. Ancaman gawat janin
4. Janin abnormal
5. Faktor plasenta
6. Kelainan tali pusat
7. Bayi kembar

b. Faktor ibu
1. Usia
2. Tulang panggul
3. Riwayat sc
4. Faktor hambatan panggul
5. Kelainan kontraksi rahim
6. Ketuban pecah dini

KOMPLIKASI

Pada ibu (trias komplikasi) yaitu perdarahan, infeksi dan trauma jalan lahir.

Pada bayi (trias komlikasi) yaitu asfiksia, trauma tindakan dan infeksi.
RESIKO PERSALINAN SC

Frekuensi SC yang semakin tinggi mengakibatkan masalah tersendiri untuk


kesehatan ibu, bayi dan kehamilan berikutnya. Morbiditas dan mortalitas
tersebut berhungan dengan adanya luka parut uterus (Suryawinata, 2019).

Persalinan melalui SC juga terbukti akan meningkatkan resiko terjadinya


plasenta previa dan abrupsio plasenta pada kehamilan berikutnya.

Remodelisasi kondisi uterus pasca SC juga dapat menyebabkan kelainan


pada letak plasenta, yaitu plasenta previa. Adanya insisi SBR yang
membuat modulasi dari SBR menipis sehingga menyebabkan plasentosis
menyebar hingga ke permukaan rendah uterus. Plasenta previa ini dapat
menyebabkan perdarahan anate partum dan menjadi indikasi untuk
kembali dilakukan SC pada kehamilan selanjutnya (Suryawinata, 2019)

PERTEMUAN 13 KE 2 FACUM & FORCEP PADA PERSALINAN

EKSTRAKSI VAKUM

 Ekstraksi Vakum Mempunyai Keunggulan Dalam menolong


Distosia pada oksiput posterior dan melintang.tarikan pada kulit
kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkeraman yang
dihasilkan dari aplikasi tekanan negatif.Mngkok logam atau silastik
akan memegang kulit kepala sebagai akibat tekanan negatif,
menjadi kaput artifisial.
 Mangkok dihubungkan dengan tuas penarik (yang dipegang oleh
penolong persalinan) melalui seutas rantai.
 Dilakukan bila kepala janin sudah mengalami enggegement dan
tidak ada Cpd
 Mangkok logam yang digunakan memiliki rantai traksi sentral serta
selang vakum.
 Mangkok silikon yang mudah dibentuk sangat sedikit menimbulkan
efek pda kulit kepala bayi, namun memeiliki angka keberhasilan
yang cukup rendah dibanding mangkok logam.

Prosedur

1. Inform consent
2. Beri dukungan emosional
3. Persiapan pasien, penolong, alat.
4. Pencegahan infeksi sebelum tindakan.
5. Lakukan pertolongan persalinan dengan ekstraksi vakum.

Kontra indikasi

1. Mal presentasi (dahi, puncak kepala, muka, bokong)


2. Panggul sempit (disproporsi kepala-panggul)

Syarat

1. Pembukaan servik lengkap


2. Presentasi kepala
3. Aterm
4. Tidak ada kesempitan panggul
5. Anak hidup
6. Penurunan kepala stasion 0 atau tidak lebih 2/5
7. Kondisi baik
8. Ibu kooperatif dan masih mampu mengejan

Kegagalan

Ekstraksi vakum dikatakan gagal jika

 Kepala tidak turun pada tarikan


 Jika tarikan sudah 3 kali dan kepala bayi belum turun atau tarikan
sudah 30 menit
 Mangkok lepas pada tarikan pada tekanan maksimum.
 Ekstraksi vakum diberhentikan jika kepala tidak turun atau terjadi
bradikardi berat (gawat janin), lakukan SC seger.sementara bayi
belum dilahirkan dilakukan resusitasi intra uterin dengan tokolisis.

Komplikasi

 Traksi yang terlalu lama akan meningkatkan abrasi kulit kepala dan
sefalhematoma.
 Laserasi jalan lahir dan trauma.

EKSTRAKSI FORSEP

 Ekstraksi Cunam Adalah Tindakan Obstetrik yang bertujuan untuk


mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menerik bagian bawah fetus
(kepala) dengan alat cunam.
 Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk
melahirkan fetus.
 Tarikan pada kepala bayi dilakukan dengan mencengkam pada kedua
sisilateral kepala sehingga tidak banyak menimbulkan tarauma pada fetus

Syarat persalinan dengan forsep

F :dilatasi serviks lengkap

O :0/5 kepala dapat dipalpasi abdomen

R :ruang didalam pelvik dan ketuban sudah pecah

C :presentasi kepala

E :kandung kemih kosong

P :posisi diketahui

S :pereda nyeri yang hebat

Kegagalan

 Kepala tidak turun pada setiap ekstraksi


 Janin belum lahir sesudah 3 tarikan atau 30 menit
 Setiap aplikasi cunam dianggap sebagai cunam percobaan
 Jika ekstraksi cunam gagal lakukan SC

KOMPLIKASI

Kompikasi janin

 Cedera nervus vasial yang biasanya


 Laserasi dan fraktur yang butuh observasi
 Fraktur pada muka dan tulang tengkorak

Komplikasi maternal

 Trauma atau kerusakan jaringan lunak yang dapat terjadi pada


perinium, vagina, atau serviks.
 Disuria atau retensi urin yang terjadi akibat memar atau edema pada
uretra.
 Nyeri perineum
 Morbiditas paska natal yang lebih tinggi pada intervensi.

Anda mungkin juga menyukai