Anda di halaman 1dari 8

KONSEP DASAR

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

A. Pengertian
Menurut Pantiawati (2010:1) bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan
berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Arief, 2009).

B. Klasifikasi
Pembagian kehamilan menurut WHO 1979 atadal sebagai berikut (Manuaba,
2010:436) :
1. Preterm: usia kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2. Aterm: usia kehamilan anatara 37 dan 42 minggu (259-293 hari)
3. Post-term: usia kehamilan lebi dari 42 minggu (294 hari)

C. Faktor Penyebab/Etiologi
Menurut Manuaba (2010:436) Faktor penyebab persalinan preterm (premature)
atau berar badan lahir rendah :
1. Faktor Ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang
b. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
c. Multigravida, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
d. Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah
(perokok)
e. Penyakit (Pantiawati, 2010:4)
1) Toksemia gravidarum
2) Perdarahan antepartum
3) Trauma fisik dan psikologis
4) Nefritis akut
5) Diabetes melitus
2. Faktor pekerja yang terlalu berat
3. Faktor Kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion
b. Hamil ganda
c. Perdarahan antepartum
d. Komplikasi ibu hamil: pre-eklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
4. Faktor janin
a. Cacat bawaan
b. Infeksi dalam rahim
5. Faktor lingkungan (Pantiawati, 2010:5)
a. Tempat tinggal dataran tinggi
b. Radiasi
c. Zat-zat racun

D. Tanda dan Gejala/Gambaran


Menurut Manuaba (2010:438) gambaran bayi berat badan lahir rendah
bergantung pada usia kehamila sehingga dapat dikatakan bahwa makin kecil bayi,
makin muda kehamilan. Sebagai gambaran umum dapat dikemukakan bahwa
bayi berat badan lahir rendah mempunyai karakteristik :
1. Barat badan kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Ligkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkaran kepala kurang dari 33 cm
5. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala relatif besar
7. Kulit tipis transparan
8. Rambut lanugo banyak
9. Lemak kulit kurang
10. Otot hipotonik-lemah
11. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas)
12. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus
13. Kepala tidak mampu tegak
14. Pernapasan sekitar 45 sampai 50 denyut per menit
15. Frekuensi nadi 100 sampai 140 denyut per menit
Menurut Pantiawati (2010:8)
16. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
17. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
18. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
19. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
20. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang.
Testis belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris
menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora.
21. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap,
menelan dan batuk masih lemah.
22. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibt pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang.

E. Permasalahan pada BBLR


Menurut Manuaba (2010:440) Penyulit bayi dengan berat badan lahir rendah
bergantung pada beberapa faktor sebagai berikut :
1. Usia kehamilan saat persalinan. Makin muda kehamilan, makin sulit
beradaptasi dengan keadaa luar rahim sehingga terjadi komplikasi yang
makin besar.
2. Asfiksia/iskemia otak. Dapat terjadi ekrosis dan perdarahan.
3. Gangguan metabolisme. Menimbulkan asidosis, hipoglisemia dan
hiperbillirubinemia.
4. Mudah terjadi infeksi. Mudah menjadi sepsis dan meningitis.
5. Bila bayi dengan berat badan lahir rendah dapat mengatasi masih perlu
dipertimbagkan kelanjutan penyulit, yaitu gangguan pancaindra, gangguan
sistem motorik saraf pusat, dapat terjadi hidrosefalus, paralisis serebral.

Menurut Pantiawati (2010:24) Masalah-masalah yang dapat terjadi pada BBLR :


1. Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu 360C sampai denga 370C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan
pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini
memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi.selain itu, hipotermi
dapat terjadi karena kemampuan utuk mempertahankan panas dan
kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan
otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum
matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif
lebih besar dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas.
Tanda klinis hipotermia :
a) Suhu tubuh dibawah normal
b) Kulit dingin
c) Akral digin
d) Sianosis
2. Sindrom Gawat Nafas
Kesukaran pernapasan pada bayi prematur dapat disebabkan belum
sempurnanya pebentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan
suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru.
Pertumbuhan surfaktan patu mencapai maksimum pada minggu ke-35
kehamilan.
Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemmpuan paruuntuk
mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali mempertahankan
stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga
untuk pernapasan berikutnya dibutuhkan tekanan negative intratoraks yang
lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.
Tanda klinis sindrom gawat nafas :
a) Pernapasan cepat
b) Sianosis perioral
c) Merintih waktu ekspirasi
d) Retraksi substernal dan interkostal.
3. Hipoglikemia
Penyelidikan kadar gula darah pada 24 jam pertama menunjukkan bahwa
hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa
merupakan sumber utama energi selama masa janin. Kecepatan glukosa
yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya
hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian
glukosa.bayi aterm dapat mepertahankan kadar gula darah 5- - 60 mg/dL
selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam
kadar 40 mg/dL. Hal ini disebabkan karena cadangan glikogen yang belum
mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang 20
mg/dL
Tanda klinis hipoglikemia :
a) Gemetar atau tremor
b) Sianosis
c) Apatis
d) Kejang
e) Apnea intramiten
f) Tangisan lemah atau melengking
g) Kelumpuhan atau letargi
h) Kesulitan minum
i) Terdapat gerakan putar mata
j) Keringat dingin
k) Hipotermia
l) Gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai gejla muncul
bersama-sama)
4. Perdarahan Intracranial
Pada bayi premature pembuluh darah masih sangat rapuh hingga mudah
pecah. Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir,
disseminated intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik.
Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah
yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan..
Tanda klinis perdarahan intrakranial :
a) Kegagalan umum untuk bergerak normal
b) Refleks moro menurun atau tidak ada
c) Tonus otot menurun
d) Letargi
e) Pucat
f) Sianosis
g) Apnea
h) Kegagalan menetek dengan baik
i) Muntah yang kuat
j) Tangisan bernada tinggi dan tajam
k) Kejang
l) Kelumpuhan
m) Fontanela mayor mungkin tegang dan cekung
n) Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi
klinik satu pun.
5. Rentan terhadap infeksi
Pemindahan substandi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu
terakhir masa kehamilan. Bayi prematur mudah menderita infeksi karena
imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita
infeksi. Selain itu, karena kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki
perlindungan seperti bayi cukup bulan.
6. Hiperbilirubinemia
Hal ini dapat terjadi karena blum maturnya fungsi hepar. Kurangya enzim
glukorinil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin
direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam
transportasi bilirubin dari jaringan ke hepr kurang. Kadar bilirubin normal
pada bayi prematur 10 mg/dL.
Hiperbilirubinemia pada prematur bila tidak segera diatasi dapat menjadi
kern ikterus yang akan menimbulkan hejala sisa yang permanen,
Tanda klinis hiperbilirubinemia :
a) Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas
berwarna kuning
b) Letargi
c) Kemampuan mengisap menurun
d) Kejang
7. Kerusakan integritas kulit
Lemak subkutan kurang atau sedikit. Struktur kulit yang belum matang dan
rapuh. Sensitivitas yang kurang akan memudahkan terjadinya keruskaan
integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu
lama. Pemakaian plester dapat mengakibatkan kulit bayi lecet atau bahkan
lapisan atas ikut terangkat.

F. Penatalaksanaan BBLR
Menurut Pantiawati (2010:55) Penatalaksanaan BBLR, yaitu:
1. Medikamentosa
Pemberisn injeksi vitamin K1 :
a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
2. Diatetik
Pemberian nutrisi adekuat :
a. Apabila daya isap bayi belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit
demi sedikit
b. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui
sendok atau pipet
c. Apabila bayi belum ada reflek mengisap dan menelan dipasang siang
penduga/sonde fooding.
Pemberian minum Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) enurut berat badan
lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut.
a. Berat lahir 1750 - 2500 gram
1) Bayi Sehat
a) Biarkan menyusu pada ibu semau bayi, anjurkan lebih sering
(setiap 2 jam) bila perlu.
b) Pantau pemberian minum dan kenikan berat badan. Apabila
bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian umum.
2) Bayi Sakit
a) Apabila bayi dapt minum per oral dan tidak memerlukan
cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat.
b) Apabila memerlukan cairan IV :
(1) Berikan cairan IV hanya 24 jam pertama
(2) Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera
setekah bayi stabil. Anjurkan beri ASI apabila ibu ada
dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.
c) Apabila maslaah sakitnya menghalangi proses menyusui
(contoh : gangguan nafas, kejang) berikan ASI peras melalui
pipa lambung:
(1) Erikan cairan IV dan ASI menurut umur
(2) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh : 3 jam
sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160
ml/kgBB perhari tapi masih tampak lapar berikan
tambahan ASI setiap kali minum.Biarkan bayi menyusu
apabila keadaan beyi sudah stabil dan bayi menunjukkan
keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa
terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500 - 1749 gram


1) Bayi Sehat
a) Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang
dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan
cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru
(batuk tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.
Lanjutkan dengan pemberian dengan menggunakan
cangkir/sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau
tersedak (ini dapat berlangsung setelah 1-2 hari namun ada
kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
b) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.
c) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung.
2) Bayi Sakit
a) Berikan cairan iv haya selama 24 jam pertama
b) Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan
kurangi jumlah cairan IV secara perlahan
c) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh : tiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan
tanpa batuk atau tesedak
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk meyusui langung.

c. Berat lahir 1250 – 1499 gram


1) Bayi Sehat
a) Beri ASI peras melalui pipa lambung
b) Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh: setiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.
c) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
d) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung.
2) Bayi Sakit
a) Beri cairan iv hanya selma 24jam pertama.
b) Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan
kurangi jumlah cairan IV secara perlahan
c) Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh : tiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.
d) Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
e) Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk meyusui langung
DAFTAR PUSTAKA

Pantiawati, Ika. 2010. Bayi dengan BBLR. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai