Anda di halaman 1dari 18

Labolatorium Ilmu Kedokteran Jiwa REFERAT

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

GANGGUAN BIPOLAR

Disusun Oleh :
Oldesta Zakly Brilliant Gamara
1510015041

Pembimbing :
dr. Eka Yuni Nugrahaya, Sp.KJ

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


SMF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSJD Atma Husada Mahakam
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat ini yang
berjudul “Gangguan Bipolar”. Referat ini disusun untuk melengkapi tugas
Kepaniteraan Klinik Laboratorium Ilmu Kedokteran Jiwa Universitas Mulawarman
RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Eka Yuni Nugrahaya, Sp. KJ
yang telah membimbing dan membantu dalam melaksanakan kepaniteraan dan
dalam menyusun referat ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format
referat ini. Oleh karena itu, saya menerima segala kritik dan masukan dengan tangan
terbuka. Akhir kata saya berharap referat ini dapat berguna bagi rekan-rekan serta
semua pihak yang ingin mengetahui tentang gangguan bipolar.

Samarinda, 21 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Definisi 3
2.2 Etiologi 3
2.3 Manifestasi Klinis 5
2.4 Kriteria Diagnosis 6
2.5 Diagnosis Banding 10
2.5 Tatalaksana 11
2.6 Prognosis 13
BAB 3 PENUTUP 14
3.1 Kesimpulan 14
3.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan mental merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup
berkontribusi besar dalam menurunkan produktifitas manusia dalam jangka
panjang. Diperkirakan satu dari empat orang akan mengalami gangguan mental
dan perilaku diseluruh dunia salah satunya bipolar (Kemenkes, 2019).
Gangguan bipolar merupakan salah satu gangguan jiwa yang cukup sering
terjadi, berat dan persisten. Gangguan bipolar atau dikenal manic-depressive
illness merupakan suatu gangguan mental yang menyebabkan perubahan yang
tidak biasa dalam suasana hati, energi, tingkat aktivitas, konsentrasi, dan
kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari (NIMH, 2016). Seseorang
yang mengalami gangguan bipolar merupakan seseorang yang mempunyai
suasana hati yang labil.
Berdasarkan prevalensi dunia, tingkat kejadian gangguan bipolar adalah
0,3-1,5% dari total populasi dunia atau sekitar 46 juta jiwa mengalami
gangguan bipolar di tahun 2017 (Dattani, 2021). Di Indonesia, menurut data
Bipolar Care Indonesia (BCI) pada tahun 2017, sebanyak 2% atau sekitar
72.860 jiwa mengalami gangguan bipolar (BCI, 2018).
Gangguan bipolar biasanya ditandai dengan adanya dua episode yaitu
episode manik dan episode depresi. Episode manik ditandai dengan suasana
hati yang tinggi, peningkatan tingkat energi dan aktivitas, sedangkan episode
depresi ditandai dengan suasana hati yang rendah dan tingkat energi yang
menurun serta menurunnya aktifitas dan kemauan. Selain episode manik dan
depresi, terdapat pula episode campuran dimana terdapat gejala mania,
hipomania dan depresi yang tercampur atau bergantian secara cepat.
Penyebab spesifik terjadinya gangguan bipolar belum sepenuhnya jelas,
namun studi mengatakan bahwa ketidakseimbangan bahan kimia dalam otak
menyebabkan aktifitas otak menjadi tidak teratur. Selain itu, usia, genetik,
faktor lingkungan seperti stres, gangguan tidur, penggunaan obat-obat
terlarang, dan alkohol dapat memicu episode perubahan mood pada orang yang

1
rentan (APA, 2019). Pada umumnya onset bipolar terjadi pada usia dibawah 25
tahun (Tobias, 2018). Jika tidak didiagnosis dan diobati, gangguan bipolar dapat
menyebabkan turunnya produktifitas, perubahan kebiasaan dan tingkah laku
(APA, 2019).
Gangguan bipolar adalah salah satu penyebab utama kecacatan di
kalangan orang muda, yang menyebabkan gangguan kognitif dan fungsional
dan meningkatkan kematian, terutama kematian karena bunuh diri (Grande et
al., 2015). Orang dengan gangguan mood sangat berisiko tinggi untuk
melakukan perilaku bunuh diri dan tergantung dari kondisi psikiatrinya, dari
semua kasus bunuh diri 60% karena gangguan mood (Fathonah, 2016). Insiden
kematian akibat bunuh diri di antara pasien dengan gangguan bipolar tinggi dan
bisa lebih dari 20 kali lebih tinggi daripada populasi umum, terutama bila
gangguan bipolar tidak diobati. Sekitar sepertiga sampai setengah dari pasien
dengan gangguan bipolar mencoba bunuh diri setidaknya sekali dalam hidup
mereka, dan sekitar 15-20% dari upaya selesai (Grande et al., 2015).
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk menambah wawasan
pengetahuan secara umum mengenai gangguan bipolar. Tujuan khususnya
adalah mengetahui gejala bipolar sehingga dapat mempermudah menegakkan
diagnosis dan penentuan tatalaksana yang tepat.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gangguan bipolar atau dikenal manic-depressive illness merupakan
suatu gangguan mental yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa
dalam suasana hati, energi, tingkat aktivitas, konsentrasi, dan kemampuan
untuk melakukan kegiatan sehari-hari (NIMH, 2016). Gangguan afektif
bipolar ditandai dengan gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan
campuran biasanya rekuren dapat berlangsung seumur hidup (Kemenkes,
2019).
Gangguan bipolar (sebelumnya disebut psikosis manik-depresif)
terdiri dari setidaknya satu episode hipomanik, manik, atau campuran.
Episode campuran mewakili simultan dari manifestasi depresi dan manik
atau hipomanik. Meskipun sebagian kecil pasien hanya mengalami episode
manik, sebagian besar pasien gangguan bipolar mengalami kedua episode
polar (Sadock et al., 2017). Gangguan bipolar yang berdasarkan pada
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III ini
sifatnya berulang dimana pasien memperlihatkan bagaimana perasaannya,
gangguan ini terjadi meningkatnya suasana pemikiran, aktivitas, perilaku
dan pada saat yang berbeda berupa afek menurun juga rendahnya perilaku,
energi dan kegiatan (depresi). Pada gangguan ini spesialnya adalah ada
penyembuhan total yang sempurna di setiap episode (Putra, 2013).
2.2 Etiologi
Penyebab pasti terjadinya gangguan bipolar belum sepenuhnya
jelas, namun beberapa teori menyebutkan gangguan bipolar dapat
dipengaruhi oleh faktor biologis seperti genetik dan biokomia otak, faktor
psikososial, dan psikodinamis.
2.2.1 Faktor Biologis
a. Genetik

3
Data keluarga menunjukkan bahwa apabila dari salah satu
orang tua memiliki gangguan mood, seorang anak akan memiliki
resiko antara 10-25% mewarisi gangguan mood. Jika kedua orang
tua terkena bipolar, resiko anak mengalami gangguan bipolar
sangat tinggi (Kaplan & Sadock, 2015).
b. Biokimia
Neurotransmitter yang sering terlibat dalam terjadinya
gangguan bipolar adalah neurotransmitter amin biogenik serotonin,
dopamin, dan norepinefrin.
- Serotonin
Serotonin merupakan neurotransmitter yang sering dikaitkan
dengan episode depresi. Penurunan kadar serotonin dalam otak
dapat memicu terjadinya depresi (Kaplan & Sadock, 2015).
- Dopamin
Dopamin juga dikaitkan dengan gejala-gejala pada bipolar
dimana pada pasien bipolar jika kadar dopamin rendah maka
akan menyebabkan terjadinya episode depresi, sebaliknya
peningkatan kadar dopamin akan menyebabkan terjadinya
episode mania (Kaplan & Sadock, 2015).
- Norepinefrin
Penurunan kadar epinefrin dapat menyebabkan munculnya
episode depressi (Kaplan & Sadock, 2015).
- Neurotransmitter lain seperti GABA
2.2.2 Faktor psikososial dan psikodinamik
- Faktor lingkungan
Salah satu situasi lingkungan yang berpotensi menyebabkan
gangguan bipolar adalah perubahan hidup besar yang dialami
seseorang. Persitiwa hidup seperti stress traumatik, kehilangan
orang yang dicintai, mempunyai anak, kehilangan pekerjaan,
dan rendahnya kepercayaan diri dapat menjadi pemicu
munculnya episode-episode gangguan bipolar (Ayano, 2016).

4
- Faktor prenatal dan posnatal
Adanya riwayat penyakit infeksi juga mengimplikasikan
gangguan mental salah satunya bipolar (Ayano, 2016). Selain
itu gangguan pada hubungan bayi-ibu selama fase awal (10-18
bulan pertama kehidupan) menjadi predisposisi kerentanan
depresi (Ayano, 2016).
- Faktor personal
Pada dasarnya semua manusia memiliki pola kepribadian yang
menjadikannya depresi. Orang dengan gangguan kepribadian
OCD, histrionik mungkin memiliki resiko depresi lebih tinggi
daripada orang-orang dengan gangguan kepribadian antisosial
atau paranoid.

2.3 Manifestasi Klinis


2.3.1 Episode Depresi
Pada episode depresi, terdapat gejala-gejala depresi mayor
berdasarkan PPDGJ III dan DSM-V seperti gejala utama depresi
meliputi afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan,
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktifitas ditambah dengan gejala-gejala
lainnya seperti konsentrasi dan perhatian yang berkurang, harga diri
dan kepercayaan berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tidak
berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis,
gagasan perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur
terganggu dan nafsu makan yang berkurang yang terjadi setidaknya
terjadi dalam waktu 2 minggu (Kemenkes,2015)
2.3.2 Episode Manik
Pada episode manik, suasana hati meningkat secara
abnormal dan terus menerus, ekspansif atau mudah tersinggung
berlangsung setidaknya satu minggu dan muncul hampir sepanjang
hari, hampir setiap hari. Selama periode episode tersebut, 3 atau

5
lebih gejala muncul dan menunjukkan perubahan nyata dari perilaku
biasanya:
1. Harga diri yang melambung
2. Penurunan kebutuhan tidur
3. Lebih banyak bicara
4. Distraktif (mudah teralihkan perhatiannya ke hal yang tidak
penting)
5. Peningkatan aktivitas di tempat kerja, sekolah ataupun seksual.
2.3.3 Episode Hipomanik
Pada episode hipomanik, derajat gangguan lebih ringan dari
mania. Berlangsung hanya beberapa hari (4 hari) berturut-turut.
Episode ini tidak cukup parah untuk menyebabkan gangguan yang
nyata dalam fungsi sosial atau pekerjaan.
2.3.4 Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-
kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktifitasnya
jelas terganggu, pada waktu tertentu mania atau hipomania, dan
pada waktu lain depresi. Antara dua episode, biasanya terdapat
penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya
mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-
5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-
rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun.
2.4 Kriteria Diagnosis
2.4.1 Episode Depresi
Kriteria diagnosis berdasarkan PPDGJ III dan DSM-V :
1. F32.0 Episode Depresi Ringan
• Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi.
• Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya.
• Tidak ada gejala yang berat diantaranya.

6
• Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
2 minggu.
• Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan
sosial yang bisa dilakukannya.
2. F32.1 Episode Depresi Sedang
• Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi.
• Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari
gejala lainnya.
• Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
sekitar 2 minggu.
• Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
3. F32.2 Episode Depresi Berat tanpa Gejala Psikotik
• Semua gejala utama depresi harus ada.
• Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan
beberapa diantaranya harus berintensitas berat.
• Berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu.
• Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga,
kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
4. F32.3 Episode Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
• Memenuhi kriteria depresi berat F32.2.
• Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif.
2.4.2 Episode Hipomanik
Kriteria diagnosis berdasarkan PPDGJ III dan DSM-V : F.30.0
a. Derajat gangguan lebih ringan dari mania, afek yang meninggi
atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama
sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut dan tidak
disertai halusinasi atau waham.

7
b. Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial
memang sesuai dengan diagnosis mania, akan tetapi bila
kekacauan itu berat atau menyeluruh, maka diagnosis mania
harus ditegakkan.
2.4.3 Episode Manik
Kriteria diagnosis berdasarkan PPDGJ III dan DSM-V
1. F30.1 Mania tanpa Gejala Psikotik
a. Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu
dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh pekerjaan
dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
b. Perubahan afek harus disertai dengan energy yang
bertambah sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan
dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang,
dan optimistik.
2. F30.2 Mania dengan Gejala Psikotik
a. Memenuhi kriteria F30.1
b. Waham dan halusinasi sesuai dengan afek tersebut.
2.4.4 Gangguan Afektif Bipolar
1. F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria hipomania.
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa
lampau.
2. F31.1 Gangguan Afketif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa
Gejala Psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
mania tanpa gejala psikotik.
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa
lampau.

8
3. F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan
Gejala Psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
mania dengan gejala psikotik.
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa
lampau.
4. F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan
atau Sedang
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
depresi ringan ataupun sedang.
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa
lampau.
5. F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat
tanpa Gejala Psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
depresi berat tanpa gejala psikotik.
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa
lampau.
6. F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat
dengan Gejala Psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk
depresi berat tanpa gejala psikotik.
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa
lampau.
7. F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik,
hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian

9
dengan cepat (gejala mania/hipomania/ dan depresi sama-
sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit
yang sekarang, dan telah berlangsung sekurang-kurangnya
2 minggu).
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa
lampau.
2.5 Diagnosis Banding
Berikut ini adalah diagnosis banding dari gangguan bipolar adalah
(Simon et al., 2017) :
a. Gangguan Depresi Mayor
Adanya satu atau lebih episode depresi mayor penuh tetapi tidak ada
episode manik atau hipomanik seumur hidup. Per DSM-5, gejala
manik/hipomanik di bawah ambang batas dapat terjadi selama episode
depresi ("dengan fitur campuran") tetapi terlalu sedikit dalam jumlah
atau cakupan untuk ditentukan sebagai sindrom.
b. Gangguan Stres Pascatrauma
Dipicu oleh rangsangan terkait trauma; kecemasan terus-menerus;
euforia langka.
c. Gangguan Terkait Penggunaan Zat
Timeline waktu cocok dengan pola keracunan/penarikan/kecanduan.
d. Gangguan Depresi
Tidak ada mani atau hipomania.
e. Skizoafektif
Gangguan Waham atau halusinasi selama 2 minggu tanpa adanya
episode mood utama.
f. Gangguan kepribadian ambang
Ketidakstabilan afektif yang berkelanjutan (sering setiap hari, berubah
setiap menit atau jam), mutilasi diri, upaya putus asa untuk menghindari
pengabaian, perasaan hampa kronis, dan gangguan identitas.

10
2.6 Tatalaksana
a. Terapi Gangguan Bipolar, Agitasi Akut
Injeksi
• Lini I
- Injeksi IM Aripiprazol, dosis adalah 9,75 mg/mL injeksi,
maksimum adalah 29,25mg/hari (tiga kali injeksi per hari dengan
interval dua jam).
- Injeksi IM Olanzapin, dosis 10 mg/injeksi, maksimum
adalah 30 mg/hari. Interval pengulangan injeksi adalah dua jam.
• Lini II
- Injeksi IM Haloperidol yaitu 5 mg/kali injeksi. Dapat
diulang setelah 30 menit. Dosis maksimum adalah 15 mg/hari.
- Injeksi IM Diazepam yaitu 10 mg/kali injeksi. Dosis 20-30
mg/hari. Dapat diberikan bersamaan dengan injeksi haloperidol
IM. Jangan dicampur dalam satu jarum suntik.
b. Terapi Gangguan Bipolar, Episode Mania Akut
Oral
• Lini I
- Litium, divalproat, olanzapin, risperidon, quetiapin, quetiapin
XR, aripiprazol, litium atau divalproat+risperidon, litium atau
divalproat+quetiapin, litium atau divalproat+olanzapin, litium
atau divalproat+aripiprazol.
• Lini II
- Karbamazepin, terapi kejang listrik (TKL), litium+divalproat,
paliperidon.
• Lini III
- Haloperidol, klorpromazin, litium atau divalproat+haloperidol,
litium+karbamazepin, klozapin.
c. Terapi Gangguan Bipolar, Episode Depresi Akut
Oral
• Lini I

11
- Litium, lamotrigin, quetiapin, quetiapin XR, litium atau
divalproat+SSRI, olanzapin+SSRI, litium+divalproat
• Lini II
- Quetiapin+SSRI, divalproat, litium atau divalproat+ lamotrigin
• Lini III
- Karbamazepin, olanzapin, litium+karbamazepin, litium atau
divalproat+venlafaksin, litium+MAOI, TKL, litium atau
divalproat atau AA+TCA, litium atau divalproat atau
karbamazepin+SSRI+lamotrigin, penambahan topiramat.
d. Terapi Rumatan pada Gangguan Bipolar I
• Lini I
- Litium, lamotrigin monoterapi, divalproat, olanzapin, quetiapin,
litium atau divalproat+quetiapin, Risperidon Injeksi Jangka
Panjang (RIJP), penambahan RIJP, aripiprazol.
• Lini II
- Karbamazepin, litium+divalproat, litium+karbamazepin, litium
atau divalproat+olanzapin, litium+risperidon, litium+lamotrigin,
olanzapin+fluoksetin.
• Lini III
- Penambahan fenitoin, penambahan olanzapin, penambahan ECT,
penambahan topiramat, penambahan asam lemak omega-3,
penambahan okskarbazepin.
e. Terapi Gangguan Bipolar II, Episode Depresi Akut
• Lini I
- Quetiapin.
• Lini II
- Litium, lamotrigin, divalproat, litium atau
divalproat+antidepresan, litium+divalproat, antipsikotika
atipik+antidepresan.
• Lini III

12
- Antidepresan monoterapi (terutama untuk pasien yang jarang
mengalami hipomania.
f. Terapi Rumatan Gangguan Bipolar
• Lini I
- Litium, lamotrigin.
• Lini II
- Divalproat, litium atau divalproat atau antipsikotika atipik +
antidepresan, kombinasi dua dari: litium, lamotrigin, divalproat,
atau antipsikotika atipik.
• Lini III
- Karbamazepin, antipsikotika atipik, ECT.
g. Intervensi Psikososial
Intervensi psikososial meliputi berbagai pendekatan misalnya,
Cognitive Behavioural Therapy (CBT), terapi keluarga, terapi
interpersonal, terapi kelompok, psikoedukasi, dan berbagai bentuk
terapi psikologi atau psikososial lainya. Intervensi psikososial sangat
perlu untuk mempertahankan keadaan remisi.
2.7 Prognosis
Prognosis gangguan bipolar I lebih buruk bila dibandingkan dengan
gangguan depresi mayor. Sekitar 40%-50% pasien dengan gangguan
bipolar I mengalami kekambuhan dalam dua tahun setelah episode pertama.
Sekitar 7% pasien dengan gangguan bipolar tidak mengalami kekambuhan.
Sebanyak 45% mengalami lebih dari satu episode dan 40% menjadi kronik.
Prognosis gangguan bipolar II belum begitu banyak diteliti. Diagnosisnya
lebih stabil dan merupakan penyakit kronik yang memerlukan terapi jangka
panjang (Kemenkes, 2015).

13
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gangguan bipolar atau dikenal manic-depressive illness
merupakan suatu gangguan mental yang menyebabkan perubahan yang
tidak biasa dalam suasana hati, energi, tingkat aktivitas, konsentrasi, dan
kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Gangguan afektif
bipolar ditandai dengan gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan
campuran biasanya rekuren dapat berlangsung seumur hidup. Gangguan
bipolar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor biologis
seperti genetik dan biokomia otak, faktor psikososial, dan psikodinamis.
Manifestasi klinis gangguan bipolar sesuai dengan gejala yang muncul
saat episode bipolar terjadi baik episode depresi, mania, hipomania,
ataupun campuran. Penatalaksanaan gangguan bipolar disesuaikan dengan
episode yang terjadi.
3.2 Saran
Berdasarkan uraian diatas disarankan agar dapat mengetahui,
memahami, dan mampu membedakan definisi, etiologi, gejala dan
diagnosis untuk penatalaksanaan yang tepat sehingga berakhir dengan
prognosis yang baik. Diharapkan juga penulisan referat terbaru mengenai
perbandingan tiap-tiap penyakit psikiatrik lain dapat dibuat untuk
menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan keterampilan klinis.

14
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. 2019. What Is Bipolar Disorder?. Washington


DC: American Psychiatric Association.
Fathonah, N. (2016). PERANCANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERUPA
EBOOK MENGENAI PENYAKIT BIPOLAR DISORDER (GANGGUAN
BIPOLAR). Yogyakarta: FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI
INDONESIA YOGYAKARTA.
Grande, I., Berk, M., Birmaher, B., & Vieta, E. (2015). Bipolar disorder. The
Lancet, 6736(15), 1–12. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(15)00241-X
Kemenkes RI. 2015. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa. Diunduh pada
tanggal 16 November 2021 dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
http://hukor.kemenkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._.02_.02-
MENKES-73-
2015_ttg_Pedoman_Nasional_Pelayanan_Kedokteran_Jiwa_.pdf
Maslim, R. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III dan DSM
V. Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma
Jaya. Jakarta: PT Nuh Jaya.
Putra, H. G. S. A. (2013). Gangguan Afektif Bipolar Mania dengan Psikoik: Sebuah
Laporan Kasus.
Sadock, BJ., Sadock, V.A. dan Kaplan & Sadock’s. 2010. Buku Ajar Psikiatri
Klinis. Ed 2. Jakarta : EGC
Sadock, B. J., Sadock, V. A., & Ruiz, P. (2017). Kaplan & Sadock’s
Comprehensive Textbook of Psychiatry (10th ed.). Wolters Kluwer.
Saloni Dattani, Hannah Ritchie and Max Roser. 2021. Mental Health. Published
online at OurWorldInData.org. Retrieved from :
https://ourworldindata.org/mental-health [online resource]
Simon, A. B., New, A. S., & Goodman, W. K. (2017). Psychiatry.
Tobias, A., Steven, Marwaha. 2018. Epidemiology and risk factors for bipolar
disorder. Therapeutic Advances in Psychopharmacology Journal, Vol. 8(9)
251-269 : UK.

15

Anda mungkin juga menyukai