Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Abnormal yang
di ampu oleh dosen:
Devy Ayu Sekar Ningrum, M.Psi, Psikolog
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Dan tak lupa solawat dan salam semoga di limpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya hingga sampai pada
zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.
Makalah ini susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi
Abnormal, yang membahas materi dengan topik pembahasan “Terapi Gangguan
Bipolar”. Kami mengucapkan terimakasih banyak yang sebesar besarnya kepada
Bu Devy Ayu Sekar Ningrum, M.Psi, Psikolog selaku dosen pengampu mata
kuliah Psikologi Abnormal yang telah sabar dan penuh dengan prihatin dalam
mengampu kami serta seluruh teman teman yang telah saling bahu membahu turut
mensuport demi keberlangsungan penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat beberapa kelemahan atau
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, segala tegur sapa, kritik, koreksi
dan saran yang diberikan akan sangat membantu kami dalam memperbaiki dan
menyempurnakan penyusunan makalah selanjutnya. Besar harapan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami sebagai
penyusun pada khususnya, Aamiin.
Kelompok 9,
Cimahi, 27 November 2020
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................I
DAFTAR ISI...........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................i
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
perasaan meliputi Bipolar I (BP I), Bipolar II (BP II), Siklotimia (periode manic
dan depresif yang bergantian/naik-turun), dan depresi yang hebat.
Gangguan Bipolar juga dikenal dengan gangguan manik depresi, yaitu
gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada
suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan
ini didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manik
(bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi. Faktor genetik berkontribusi
substansial untuk kemungkinan mengembangkan bipolar disorder, dan faktor
lingkungan juga ikut mendukung. Bipolar disorder sering dirawat dengan mood
stabilisator obat, dan kadang-kadang obat psikiatris lainnya. Kejiwaan juga
memiliki peran, sering bila ada beberapa pemulihan stabilitas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang divalidasi, dan model obat percobaan hewan atau manusia yang tidak
meyakinkan (tabel 1 memberikan ringkasan target pengobatan yang
diduga). Kebanyakan pengobatan yang baru diperkenalkan untuk
gangguan bipolar, baik farmakologis atau psikologis, telah didasarkan
pada perluasan penggunaan dari gangguan lain - misalnya, antipsikotik
pada mania dan antidepresan atau terapi perilaku kognitif untuk depresi
bipolar. Namun, litium tetap unik karena penggunaan terapeutik utamanya
adalah pada gangguan bipolar, dan penyelidikan mekanisme aksinya
memiliki, dan tetap, sangat penting dalam identifikasi target masa depan.
(Geddes & Miklowitz, 2013)
Terapi untuk bipolar dibagi menjadi 2 fase yaitu terapi fase akut dan
terapi fase pemeliharaan. Pengobatan gangguan bipolar harus dilakukan
secara individual karena gambaran klinis, keparahan dan frekuensi terjadi
yang bervariasi antar pasien (Ikawati, 2011; Aziz 2019).
4
kebanyakan mania sangat membutuhkan pengetahuan tentang penyakit
mereka dan kebanyakan menolak untuk minum obat (Kaplan &
Sadock’s, 2015; Aziz 2019).
Lini pertama untuk episode mania atau campuran (berat) adalah
inisiasi litium dengan antipsikotik, atau asam valproat dengan
antipsikotik. Bagi pasien yang tidak terlalu parah, monoterapi dengan
lithium, valproate, atau antipsikotik seperti olanzapine mungkin cukup.
Pengobatan tambahan jangka pendek yaitu benzodiazepin juga bisa
membantu. Untuk episode campuran, valproat lebih disukai daripada
litium. Antipsikotik atipikal lebih disarankan dari pada antipsikotik khas
karena profil efek sampingnya yang lebih minimal (APA, 2010).
b) Episode Depresi
Etiology dari depresi antara lain alkohol atau penggunaan obat.
Mengobati gejala depresi tersebut dapat dilakukan dengan cara
pemberian nutrisi yang baik dengan protein normal dan asupan asam
lemak esensial, berolahraga, tidur yang cukup, pengurangan stres, dan
terapi psikososial (Wells et al., 2015; Aziz 2019).
Pengobatan lini pertama untuk depresi bipolar adalah inisiasi litium
atau lamotrigin. Monoterapi antidepresan tidak dianjurkan. Sebagai
alternatif, terutama untuk pasien yang sakit parah, beberapa dokter akan
melakukan perawatan simultan dengan litium dan antidepresan. Sejumlah
besar penelitian membuktikan kemanjuran psikoterapi dalam pengobatan
depresi unipolar. Pada pasien dengan kemungkinan mengancam jiwa,
bunuh diri, atau psikosis, ECT juga merupakan alternatif yang dapat
digunakan karena ECT bisa dipergunakan kepada pasien depresi selama
kehamilan (APA, 2010).
Secara umum kegunaan antidepresan merupakan standar pada
penyakit bipolar, penggunaan antidepresan kontroversial pada siklus
cepat, mania, atau hipomania. Dengan demikian, obat antidepresan sering
dikombinasi oleh stabilisator mood dalam pengobatan lini pertama untuk
episode depresi bipolar I. Kombinasi olanzapine dan fluoxetine terbukti
efektif dalam mengobati depresi bipolar akut selama 8 minggu tanpa
5
mendorong beralih ke mania atau hipomania. (Kaplan & Sadock’s, 2015;
Aziz, 2019). Pasien yang memiliki kecenderungan untuk bunuh diri
diberikan diazepam atau lorazepam dengan dosis kecil atau antipsikotik
(seperti haloperidol atau risperidone) dapat digunakan secara oral atau
parenteral (Ahuja, 2011; Aziz, 2019).
c) Siklus Cepat
Intervensi awal pada pasien yang mengalami rapid cycling adalah
untuk mengidentifikasi dan mengobati kondisi medis, seperti
hipotiroidisme atau penggunaan narkoba atau alkohol, yang dapat
menyebabkan cycling (APA, 2010). Litium, karbamazepin, dan asam
valproat dalam bentuk sendiri atau kombinasi adalah agen yang paling
banyak digunakan dalam pengobatan jangka panjang pasien dengan
gangguan bipolar (Kaplan & Sadock’s, 2015; Aziz, 2019).
6
Aziz, 2019). Ini bisa dilakukan dengan memberikan dukungan, edukasi,
dan bimbingan kepada orang-orang dengan gangguan bipolar dan keluarga
penderita gangguan bipolar. Beberapa perawatan psikoterapi yang
digunakan untuk mengobati gangguan bipolar meliputi (NIMH, 2012):
1) Terapi pikiran dan perilaku (Cognitive behavioral therapy - CBT)
membantu orang dengan bipolar belajar untuk mengubah pola pikir dan
perilaku yang negatif atau berbahaya.
2) Terapi yang berfokus-pada-keluarga termasuk anggota keluarga.
Terapi ini membantu memperkuat strategi menangani permasalahan, seperti
mengenali episode baru secara dini dan membantu orang-orang yang mereka
cintai, terapi ini juga meningkatkan komunikasi dan pemecahan masalah.
3) Terapi interpersonal dan ritme sosial
membantu orang dengan bipolar meningkatkan kualitas hubungan dengan
orang lain dan mengelola rutinitas sehari-hari mereka. Aktivitas sehari-hari
yang rutin dan jadwal tidur dapat membantu melindungi terhadap episode
manik.
7
1) Mood Stabilizer
Obat penstabil alam perasaan biasanya merupakan pilihan pertama
untuk mengobati gangguan bipolar. Umumnya, orang dengan bipolar
melanjutkan pengobatan dengan obat penstabil alam perasaan selama
bertahun-tahun. Terkecuali litium, sebagian besar dari obat-obatan ini adalah
obat anti-kejang. Obat-obatan anti-kejang biasanya dipergunakan untuk
mengobati serangan epilepsi, akan tetapi juga dapat dipergunakan untuk
membantu mengontrol alam perasaan. Obat- obatan berikut ini pada
umumnya digunakan sebagai penstabil alam perasaan bagi gangguan bipolar:
8
Efek samping yang umum dari obat penstabil alam perasaan termasuk
(NIMH, 2012):
• Rasa kantuk
• Pusing
• Sakit kepala
• Diare
• Sembelit
• Rasa panas dalam perut dan dada bagian bawah (heartburn)
• Ayunan alam perasaan
• Hidung mampet atau berlendir, atau gejala mirip flu lainnya.
2) Obat antipsikotik
Obat antipsikotik mampu mengurangi gejala psikotik dalam berbagai
kondisi, termasuk skizofrenia, gangguan bipolar, depresi psikotik, psikosis
pikun, berbagai psikosis organik, dan psikosis akibat obat (Katzung et al.,
2012; Aziz, 2019). Obat antipsikotik atipikal kadang-kadang digunakan untuk
mengobati gejala-gejala gangguan bipolar. Seringkali, obat-obatan ini
digunakan bersama dengan obat-obatan lain. Antipsikotik atipikal disebut
“atipikal” untuk membedakan mereka dari obat generasi terdahulu, yang
disebut antipsikotik “konvensional” atau “generasi pertama.” (antipsikotik
9
generasi kedua ke atas disebut “atipikal”, yang makna harfiahnya adalah
“memiliki resiko rendah di banding obat antipsikotik terdahulu) (NIMH,
2012).
10
pertama yang menerima persetujuan FDA untuk mengobati gangguan
bipolar episode depresif (NIMH, 2012).
f) Risperidone (Risperdal) dan ziprasidone (Geodon) adalah obat
antipsikotik pertama yang juga dapat diresepkan untuk mengontrol mania
dan episode campuran (NIMH, 2012).
• Rasa kantuk
• Pusing saat berubah posisi
• Pandangan kabur
• Jantung berdebar-debar
• Peka terhadap sinar matahari
• Ruam (rash) pada kulit
• Gangguan haid pada wanita.
11
3) Obat antidepresan
Obat antidepresan kadang-kadang digunakan untuk mengobati gejala-
gejala depresi pada gangguan bipolar. Orang dengan bipolar yang
mengonsumsi antidepresan seringkali mengonsumsi obat penstabil alam
perasaan juga. Dokter biasanya mempersyaratkan hal ini karena meminum
antidepresan terlalu lama dapat meningkatkan resiko seseorang untuk berubah
kepada mania atau hipomania, atau mengembangkan gejala bersiklus cepat.
Untuk mencegah perubahan ini, dokter biasanya meresepkan antidepresan
bersama-sama dengan obat penstabil alam perasaan dalam waktu yang sama
(NIMH, 2012).
Fluoxetine (Prozac), Fluoxetin memiliki keuntungan waktu paruh yang
lebih lama. Fluoxetin dapat mengobati serangan panik juga dengan fobia.
paroxetine (Paxil), sertraline (Zoloft), Sertraline dapat mengobati depresi
dengan dosis rendah karena memiliki aktifitas antikolinergik yang rendah dan
memiliki efek samping obat terhadap jantung yang minimal. Efek samping
obat sertraline yang paling umum ditemui adalah kebingungan dan mengigau
(Ahuja, 2011; Aziz, 2019). bupropion (Wellbutrin) adalah contoh dari
antidepresan yang dapat diresepkan untuk mengobati gejala- gejala gangguan
bipolar. Beberapa obat lebih baik untuk pengobatan satu tipe gangguan
bipolar daripada obat yang lain. Sebagai contoh, lamotrigine (Lamictal)
kelihatannya membantu dalam mengontrol gejala depresi pada gangguan
bipolar (NIMH, 2012).
Antidepresan yang sebagian besar diresepkan untuk menyembuhkan
gejala-gejala gangguan bipolar dapat juga menyebabkan efek samping ringan
yang biasanya tidak berlangsung lama (NIMH, 2012), termasuk:
• Sakit kepala, yang biasanya menghilang setelah beberapa hari
penggunaan.
• Mual, yang biasanya menghilang setelah beberapa hari.
• Masalah tidur, seperti kurang tidur atau rasa mengantuk. Ini mungkin
terjadi selama beberapa minggu pertama akan tetapi kemudian
12
menghilang. Untuk membantu mengurangi efek ini, kadang-kadang
dosis obat ini dapat dikurangi, atau waktu minumnya dapat diubah.
• Agitasi (gaduh gelisah).
• Masalah seksual, yang dapat mempengaruhi baik pria maupun wanita.
Hal ini mencakup berkurangnya dorongan seksual atau bermasalah
untuk menjalani dan menikmati seks.
1) Psikoedukasi
a) Intervensi yang menggabungkan teknik edukasi dan psikoterapi, bertujuan:
b) meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit serta
tatalaksananya
c) membangun sistem dukungan antar pasien, antar keluarga, pasien dan
profesional penyedia layanan
d) meningkatkan keterampilan untuk komunikasi, menyelesaikan masalah,
dan mengelola gejala
2) Manajemen Kasus
Manajemen kasus adalah model layanan psikiatri di mana seorang case
manager mengkoordinasikan dan memastikan kebutuhan orang dengan
gangguan jiwa dapat terpenuhi secara efektif dan efisien.
13
4) Latihan Keterampilan Hidup
Berbagai bentuk latihan keterampilan hidup dasar, seperti : Kebersihan diri,
Merias diri, Membersihkan kamar/rumah, Menyiapkan meja makan,
Membereskan tempat tidur, dll
5) Remediasi Kognitif
Remediasi kognitif adalah terapi untuk meningkatkan dan memperbaiki
fungsi kognitif seperti: fokus/atensi, konsentrasi, memori/daya ingat, problem
solving, kelancaran verbal, dll
7) Kegiatan Spiritual
Kegiatan kerohanian untuk mendukung pemulihan orang dengan gangguan
jiwa.
a) Pengajian dan kebaktian yang diselenggarakan dengan rutin
b) Latihan Yoga dilatih oleh instruktur profesional
c) Latihan musik dan angklung
8) Komunitas Terapeutik
Komunitas terapeutik adalah merupakan bentuk terapi kelompok yang
dilakukan bagi pasien, keluarga dan masyarakat agar memiliki pemahaman
dan wawasan yang baik mengenai kesehatan jiwa.
14
“terapi sentak (shock therapy)”, pada waktu yang lalu memiliki reputasi yang
buruk. Akan tetapi pada tahun-tahun belakangan ini, terapi tersebut telah
diperbaiki dan dapat memberikan kepulihan bagi orang dengan bipolar yang
tidak merasa lebih baik dengan pengobatan yang lain. Sebelum ECT
dilaksanakan, pasien diberikan pelemas otot (muscle relaxant) dan ditaruh
dalam keadaan terbius singkat (brief anesthesia). Sang pasien tidak dapat
merasakan arus listrik yang mengalir dalam ECT tersebut. Rata-rata, ECT
berlangsung selama 30-90 detik. Orang yang mendapatkan ECT biasanya pulih
setelah 5-15 menit dan mampu untuk pulang pada hari yang sama.
Kadang-kadang ECT digunakan untuk gangguan bipolar saat kondisi
medis lainnya, termasuk kehamilan,membuat penggunaan obat-obatan terlalu
beresiko. ECT adalah cara pengobatan yang efektif untuk episode depresif,
manik, atau episode campuran, walaupun bukan merupakan pilihan pengobatan
yang pertama. ECT dapat menyebabkan beberapa efek samping yang singkat,
termasuk kebingungan, disorientasi, dan kehilangan ingatan. Tetapi efek
samping ini biasanya hilang segera setelah pengobatan tersebut berakhir. Orang
dengan bipolar seharusnya mendiskusikan kemungkinan keuntungan dan
resiko dari ECT dengan dokter yang berpengalaman.
2) Obat tidur
Orang dengan bipolar yang memiliki gangguan tidur biasanya tidur
secara lebih baik setelah mendapatkan pengobatan bagi gangguan bipolarnya.
Jika tidur tidak menjadi lebih baik, dokter mungkin dapat menyarankan
penggantian obat. Jika masalah ini terus terjadi, dokter dapat meresepkan obat
yang memiliki efek menidurkan (sedatif) atau obat-obatan lainnya yang
menimbulkan kantuk. Orang dengan bipolar semestinya menginformasikan
kepada dokter mereka mengenai semua obat yang diresepkan, obat yang
bertentangan, atau suplemen yang mereka minum. Obat-obatan dan suplemen
tertentu yang diminum secara bersama-sama dapat mengakibatkan efek yang
tidak diinginkan dan bahkan berbahaya.
15
BAB III
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
(https://www.academia.edu/36515838/Mengenal_Gangguan_Bipolar_v2_1
5_0_)