DOSEN PEMBIMBING :
S1 KEPERAWATAN BILINGUAL
2020/2021
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1.1 SEJARAH.......................................................................................................................5
2.1 DEFINISI........................................................................................................................5
3.1 EPIDEMIOLOGI............................................................................................................6
4.1 KLASIFIKASI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR....................................................6
5.1 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE MANIK DENGAN GEJALA
PSIKOTIK.......................................................................................................................6
6.1 ETIOLOGI......................................................................................................................7
7.1 PENATALAKSANAAN HOLISTIK GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE
MANIK DENGAN GEJALA PSIKOTIK......................................................................8
8.1 INTERVENSI PSIKOSOSIAL.......................................................................................9
1.1 Kesimpulan...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
dengan gangguan bipolar II merupakan gangguan penggunaan zat, dimana 39,2 %
merupakan gangguan penggunaan alkohol, dan 21 % mempunyai diagnosis
penyalahgunaan atau ketergantungan obat.
Studi longitudinal mengungkapkan bahwa gangguan penggunaan alkohol yang
terjadi bersama-sama dengan gangguan bipolar berdampak negatif pada perjalanan
gangguan bipolar. Alkohol dan penyalahgunaan obat telah dihubungkan dengan gejala-
gejala dan penyembuhan fungsional yang buruk, lebih banyak kekambuhan, banyak
rawat inap, respon terhadap litium yang buruk, berkembangnya stadium campuran, dan
menurunnya kepatuhan terhadap pengobatan.
Mengingat prevalensi yang tinggi dari permasalahan alkohol, sangatlah penting
bagi klinisi untuk mampu secara cepat mengidentifikasi pasien-pasien yang memerlukan
penilaian yang lebih ekstensif terhadap permasalahan alkohol mereka dan mengarahkan
pasien untuk pengobatan
3.1 Tujuan
1.1.1 Untuk mengetahui sejarah dari Gangguan Bipolar.
1.1.2 Untuk menegetahui lebih dalam mengenai Gangguan Bipolar.
1.1.3 Untuk mengetahui penyebab dari munculnya Gangguan Bipolar.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Sejarah
Gangguan bipolar pertama kali dideskripsikan oleh Aretaius of Cappadocia pada
tahun 30 (Adams, 2000). Dalam sejarah kontemporer, Falret pada tahun 1854
mendeskripsikan gangguan ini sebagai gangguan yang terpisah yang disebut folie
circulaire. Kraepelin (1921) juga mendefinisikan konsep yang terpisah dari dementia
praecox atau skizofrenia. Menurut Kraepelin, manic-depressive illness
dikarakteristikkan sebagai perjalanan penyakit dengan prognosis yang baik dan gejala
mood pada fase akut. Bagi Kraepelin, perjalanan penyakit adalah hal yang paling
membedakan dengan skizofrenia. Kraepelin kemudian membagi manic depresive
illness menjadi ringan dan berat, gangguan afektif episode tunggal dan periodik
termasuk juga melankolia involusional.
2.1 Definisi
Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana
perasaan yang ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-kurangnya dua
episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitas jelas terganggu, pada waktu tertentu
terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi
dan aktivitas (depresi).
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu
sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar
6 bulan) meskipun jarang melebihi satu tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua
macam episode tersebut sering terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau
trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis) (Depkes
RI 2012).
5
3.1 Epidemiologi
Saat ini prevalensi gangguan bipolar dalam populasi cukup tinggi, mencapai 1,3-
3%. Bahkan prevalensi untuk seluruh spektrum bipolar mencapai 2,6-6,5%. Tujuh
dari sepuluh pasien pada awalnya misdiagnosis. Prevalensi antara laki-laki dan
perempuan sama besarnya terutama pada gangguan bipolar I, sedangkan pada
gangguan bipolar II, prevalensi pada perempuan lebih besar. Depresi atau distimia
yang terjadi pertama kali pada prapubertas memiliki risiko untuk menjadi gangguan
bipolar. (Kusumawardhani 2012).
6
b. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur tiga jam)
c. Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk tetap
berbicara
d. Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran yang
berlomba
e. Distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus eksternal yang
tidak relevan atau tidak penting)
f. Meningkatnya aktivitas yang diarahkan ke tujuan (sosial, pekerjaan,
sekolah, atau seksual) atau agitasi psikomotor
g. Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang
berpotensi merugikan (investasi bisnis yang kurang perhitungan,
hubungan seksual yang tidak aman, mengendara yang sembrono atau
terlalu boros)
C. Gejala-gejala tidak memenuhi kriteria episode campuran
D. Gangguan mood sangat berat sehingga menyebabkan hendaya yang jelas dalam
fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasa dilakukan, hubungan dengan orang
lain, atau memerlukan perawatan untuk menghindari melukai diri sendiri atau
orang lain, atau dengan gambaran psikotik
E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung penggunaan zat
(misalnya, penyalahgunaan zat, obat atau terapi lainnya) atau kondisi medik
umum (misalnya hipertiroid)
6.1 Etiologi
Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam gangguan bipolar yaitu faktor genetik,
faktor biokimia, faktor neurofisiologi, faktor psikodinamik, dan faktor lingkungan
7
7.1 Penatalaksanaan Holistik Gangguan Afektif Bipolar Episode Manik Dengan
Gejala Psikotik
1) Penatalaksanaan pada Fase Akut
Farmakoterapi pada Mania Akut
Pada mania akut, risiko perilaku agresif dan kekerasan harus
dinilai pada semua pasien. Selanjutnya, keamanan pasien dan tim
medis harus pula diperhatikan. Pada fase akut, perlu dipertimbangkan
pengikatan dan penempatan pasien di tempat yang tenang (Amir
2012).
Tabel Rekomendasi Farmakologi untuk Gangguan Bipolar, Episode manik,
Akut (CANMAT & ISBD 2009) (Yatham et al 2009)
8
Penatalaksanaan gangguan bipolar jangka panjang merupakan
tantangan bagi klinisi karena keberagaman gejala, tolerabilitas, dan
riwayat respon terhadap pengobatan tiap individu berbeda-beda.
Berikut ini adalah terapi rumatan yang dianjurkan oleh seksi bipolar
PDSKJI
Rekomendasi terapi rumatan pada gangguan bipolar I:
- Lini I: Litium, Lamotrigin monoterapi, divalproat, olanzapin,
quetiapin, litium atau divalproat+ quetiapin, risperidon injeksi
jangka panjang, aripiprazol
- Lini II: karbamazepin, litium+divaproat, litium+karbamazepin,
litium atau divalproat+olanzapin, litium+risperidon,
litium+lamotrigin, olanzapin+fluoksetin
- Lini III: penambahan fenitoin, penambahan olanzapin,
penambahan Electroconvulsive therapy, penambahan topiramat,
penambahan asam lemak omega3, penambahan okskarbazepin
(Soetjipto 2012).
BAB 3
PENUTUP
9
1.1 Kesimpulan
Gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana perasaan yang tersifat
oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan
tingkat aktivitas jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek
disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu
lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
Gejala psikotik sering didapatkan pada gangguan bipolar episode manik. Beberapa
penelitian menunjukkan gejala psikotik yang sering muncul yaitu gangguan proses
berpikir, waham, halusinasi, psikosis yang inkongruen mood katatonia, dan delirious
mania. Hal ini yang membuat gangguan bipolar sering salah diagnosa dengan
skizofrenia dan skizoafektif.
Dalam melaksanakan terapi gangguan bipolar khususnya episode manik, seorang
klinisi harus memastikan diagnosis dengan melakukan penilaian awal. Pada stadium
awal algoritme menggunakan terapi yang sederhana (monoterapi) karena
mempertimbangkan keamanan, tolerabilitas, kemudahan dalam penggunaan, dan
profil efek samping sedangkan pada stadium akhir menggunakan beberapa obat.
Bagaimanapun, terapi gangguan bipolar efektif jika dilakukan secara komprehensif.
Terapi komprehensif meliputi farmakoterapi dan intervensi paikososial. Beberapa
intervensi psikososial yang terbukti efektif untuk penderita gangguan bipolar yaitu
Cognitive-behavioral therapy, psikoedukasi, family-focused therapy, serta terapi
ritme sosial dan interpersonal. Prognosis gangguan bipolar sangat bervariasi
tergantung pada banyak faktor yang mempengaruhi.
DAFTAR PUSTAKA
Amir N, 2010. Gangguan Mood Bipolar: Kriteria Diagnostik dan Tatalaksana dengan
Obat Antipsikotika Atipik. Badan Penerbit FKUI, Jakarta
10
Amir N., 2012. Tata Laksana Gangguan Bipolar, Episode Manik, Fase Akut. Dalam:
Kumpulan Makalah Konas I Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 1-6
11