Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“ KEPERAWATAN JIWA (GANGGUAN BIPOLAR) “

DOSEN PEMBIMBING :

Meti Agustini, Ns., M.Kep

Disusun oleh Kelompok :

Nadia Tara Dila 1914201310078

Nurul Jamilah Tunnisa 1914201310080

Nurul Rahma 1914201310081

S1 KEPERAWATAN BILINGUAL

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2020/2021

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN         

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................3


2.1 RUMUSAN MASALAH................................................................................................4
3.1 TUJUAN.........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

1.1 SEJARAH.......................................................................................................................5
2.1 DEFINISI........................................................................................................................5
3.1 EPIDEMIOLOGI............................................................................................................6
4.1 KLASIFIKASI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR....................................................6
5.1 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE MANIK DENGAN GEJALA
PSIKOTIK.......................................................................................................................6
6.1 ETIOLOGI......................................................................................................................7
7.1 PENATALAKSANAAN HOLISTIK GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE
MANIK DENGAN GEJALA PSIKOTIK......................................................................8
8.1 INTERVENSI PSIKOSOSIAL.......................................................................................9

BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan...................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan Bipolar, yang sering disebut dengan gangguan manik depresi, adalah
suatu gangguan mood yang dikarakterisasikan oleh adanya fluktuasi mood yang ekstrim
dari euforia menjadi depresi berat, dan diperantarai oleh periode mood yang normal
(eutimik).
Gangguan bipolar merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang penting,
yang terjadi hampir 2% - 4% dari populasi. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena
seringnya terjadi kekambuhan dan banyaknya dampak yang merugikan yang dapat
disebabkan olehnya, dimana gangguan bipolar mengakibatkan dampak yang berat untuk
pasien, keluarga, dan masyarakat.
Pasien-pasien dengan Gangguan Bipolar I mempunyai prognosis yang lebih buruk
daripada pasien-pasien dengan gangguan depresi. Sekitar 40% sampai 50% paisen-pasien
dengan Gangguan Bipolar I dapat mengalami episode manik kedua dalam 2 tahun
setelah episode pertama. Suatu penelitian selama 4 tahun terhadap pasien-pasien dengan
Gangguan Bipolar I menemukan bahwa riwayat pekerjaan premorbid yang buruk,
ketergantungan alkohol, gejala-gejala psikotik, gejala-gejala depresi, dan jenis kelamin
laki-laki adalah faktor-faktor yang berkonstribusi untuk suatu prognosis yang buruk.
Gangguan bipolar dihubungkan dengan gangguan penggunaan alcohol dan zat
pada banyak individu.4 Studi-studi yang berbasiskan komunitas dan populasi klinis
secara konsisten menunjukkan angka yang tinggi dari gangguan penggunaan zat pada
orang-orang dengan gangguan bipolar.5 Hingga kini, terdapat dua studi besar
epidemiologi terhadap gangguan-gangguan psikiatrik, yaitu National Institute of Mental
Health’s Epidemiologic Catchment Area (ECA) dan National Comorbidity Survey
(NCS). Studi ECA menemukan bahwa 60,7 % dari orang-orang dengan Gangguan
Bipolar I mempunyai diagnosis seumur hidup dengan gangguan penggunaan zat
(gangguan penggunaan alkohol atau obatobatan lainnya), di mana 46,2 % dari jumlah
tersebut mempunyai gangguan penggunaan alkohol, dan 40,7 % mempunyai diagnosis
penyalahgunaan atau ketergantungan obat. Empat puluh delapan persen orang-orang

3
dengan gangguan bipolar II merupakan gangguan penggunaan zat, dimana 39,2 %
merupakan gangguan penggunaan alkohol, dan 21 % mempunyai diagnosis
penyalahgunaan atau ketergantungan obat.
Studi longitudinal mengungkapkan bahwa gangguan penggunaan alkohol yang
terjadi bersama-sama dengan gangguan bipolar berdampak negatif pada perjalanan
gangguan bipolar. Alkohol dan penyalahgunaan obat telah dihubungkan dengan gejala-
gejala dan penyembuhan fungsional yang buruk, lebih banyak kekambuhan, banyak
rawat inap, respon terhadap litium yang buruk, berkembangnya stadium campuran, dan
menurunnya kepatuhan terhadap pengobatan.
Mengingat prevalensi yang tinggi dari permasalahan alkohol, sangatlah penting
bagi klinisi untuk mampu secara cepat mengidentifikasi pasien-pasien yang memerlukan
penilaian yang lebih ekstensif terhadap permasalahan alkohol mereka dan mengarahkan
pasien untuk pengobatan

2.1 Rumusan Masalah


1.1.1 Apa Sejarah asal usul Gangguan Bipolar?
1.1.2 Apa yang dimaksud dengan Gangguan Bipolar?
1.1.3 Apa penyebab dari Gangguan Bipolar?

3.1 Tujuan
1.1.1 Untuk mengetahui sejarah dari Gangguan Bipolar.
1.1.2 Untuk menegetahui lebih dalam mengenai Gangguan Bipolar.
1.1.3 Untuk mengetahui penyebab dari munculnya Gangguan Bipolar.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Sejarah
Gangguan bipolar pertama kali dideskripsikan oleh Aretaius of Cappadocia pada
tahun 30 (Adams, 2000). Dalam sejarah kontemporer, Falret pada tahun 1854
mendeskripsikan gangguan ini sebagai gangguan yang terpisah yang disebut folie
circulaire. Kraepelin (1921) juga mendefinisikan konsep yang terpisah dari dementia
praecox atau skizofrenia. Menurut Kraepelin, manic-depressive illness
dikarakteristikkan sebagai perjalanan penyakit dengan prognosis yang baik dan gejala
mood pada fase akut. Bagi Kraepelin, perjalanan penyakit adalah hal yang paling
membedakan dengan skizofrenia. Kraepelin kemudian membagi manic depresive
illness menjadi ringan dan berat, gangguan afektif episode tunggal dan periodik
termasuk juga melankolia involusional.

2.1 Definisi
Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana
perasaan yang ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-kurangnya dua
episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitas jelas terganggu, pada waktu tertentu
terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi
dan aktivitas (depresi).
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu
sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar
6 bulan) meskipun jarang melebihi satu tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua
macam episode tersebut sering terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau
trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis) (Depkes
RI 2012).

5
3.1 Epidemiologi
Saat ini prevalensi gangguan bipolar dalam populasi cukup tinggi, mencapai 1,3-
3%. Bahkan prevalensi untuk seluruh spektrum bipolar mencapai 2,6-6,5%. Tujuh
dari sepuluh pasien pada awalnya misdiagnosis. Prevalensi antara laki-laki dan
perempuan sama besarnya terutama pada gangguan bipolar I, sedangkan pada
gangguan bipolar II, prevalensi pada perempuan lebih besar. Depresi atau distimia
yang terjadi pertama kali pada prapubertas memiliki risiko untuk menjadi gangguan
bipolar. (Kusumawardhani 2012).

4.1 Klasifikasi Gangguan Afektif Bipolar


Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV- text revised
(DSM IV-TR), gangguan bipolar dibagi menjadi empat jenis yaitu gangguan bipolar
I, gangguan bipolar II, gangguan siklotimia, dan gangguan bipolar yang tak dapat
dispesifikasikan.
Pada makalah ini akan dibahas secara spesifik gangguan afektif bipolar episode
kini manik dengan gejala psikotik karena lebih dari 50% penderita gangguan bipolar
pernah mengalami gejala psikotik minimal satu kali dalam hidupnya terutama pada
fase manik.

5.1 Gangguan Afektif Bipolar Episode Manik Dengan Gejala Psikotik


Episode manik didefinisikan sebagai kesamaan karakteristik dalam afek yang
meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan
mental, dalam berbagai derajat keparahan. Berikut ini adalah kriteria episode manik
menurut DSM IV-TR
A. Mood elasi, ekspansif atau iritabel yang menetap, secara abnormal, selama
periode tertentu, berlangsung paling sedikit satu minggu (atau waktunya bisa
kurang dari satu minggu bila pasien masuk perawatan)
B. Selama periode gangguan mood tersebut, tiga (atau lebih) gejala di bawah ini
menetap dengan derajat berat yang signifikan:
a. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri

6
b. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur tiga jam)
c. Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk tetap
berbicara
d. Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran yang
berlomba
e. Distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus eksternal yang
tidak relevan atau tidak penting)
f. Meningkatnya aktivitas yang diarahkan ke tujuan (sosial, pekerjaan,
sekolah, atau seksual) atau agitasi psikomotor
g. Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang
berpotensi merugikan (investasi bisnis yang kurang perhitungan,
hubungan seksual yang tidak aman, mengendara yang sembrono atau
terlalu boros)
C. Gejala-gejala tidak memenuhi kriteria episode campuran
D. Gangguan mood sangat berat sehingga menyebabkan hendaya yang jelas dalam
fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasa dilakukan, hubungan dengan orang
lain, atau memerlukan perawatan untuk menghindari melukai diri sendiri atau
orang lain, atau dengan gambaran psikotik
E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung penggunaan zat
(misalnya, penyalahgunaan zat, obat atau terapi lainnya) atau kondisi medik
umum (misalnya hipertiroid)

6.1 Etiologi
Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam gangguan bipolar yaitu faktor genetik,
faktor biokimia, faktor neurofisiologi, faktor psikodinamik, dan faktor lingkungan

7
7.1 Penatalaksanaan Holistik Gangguan Afektif Bipolar Episode Manik Dengan
Gejala Psikotik
1) Penatalaksanaan pada Fase Akut
 Farmakoterapi pada Mania Akut
Pada mania akut, risiko perilaku agresif dan kekerasan harus
dinilai pada semua pasien. Selanjutnya, keamanan pasien dan tim
medis harus pula diperhatikan. Pada fase akut, perlu dipertimbangkan
pengikatan dan penempatan pasien di tempat yang tenang (Amir
2012).
Tabel Rekomendasi Farmakologi untuk Gangguan Bipolar, Episode manik,
Akut (CANMAT & ISBD 2009) (Yatham et al 2009)

Pilihan Jenis Obat


Lini I Litium, divalproat, olanzapin, risperidon,
Quetiapin, Quetiapin XR, Aripiprazol,
Ziprasidon, Litium atau Divalproat +
Risperidon, Litium atau Divalproat +
Quetiapin, Litium atau Divalproat + olanzapin,
Litium atau Divalproat + aripiprazol
Lini II Karbamazepin, ECT, Litium + divalproat,
asenapin, litium atau divalproat + asenapin,
paliperidon monoterapi
Lini III Haloperidol, chlorpromazine, Litium atau
Divalproat + haloperidol, litium +
Karbamazepin, Clozapin, Oksakarbazepin,
tamoksifen
Tidak direkomendasikan Monoterapi gabapentin, topiramat, lamotrigin,
verapamil, tiagabin, risperidon +
Karbamazepin, olanzapin + karbamazepin

2) Penatalaksanaan pada Fase Rumatan


 Farmakoterapi pada Fase Rumatan

8
Penatalaksanaan gangguan bipolar jangka panjang merupakan
tantangan bagi klinisi karena keberagaman gejala, tolerabilitas, dan
riwayat respon terhadap pengobatan tiap individu berbeda-beda.
Berikut ini adalah terapi rumatan yang dianjurkan oleh seksi bipolar
PDSKJI
Rekomendasi terapi rumatan pada gangguan bipolar I:
- Lini I: Litium, Lamotrigin monoterapi, divalproat, olanzapin,
quetiapin, litium atau divalproat+ quetiapin, risperidon injeksi
jangka panjang, aripiprazol
- Lini II: karbamazepin, litium+divaproat, litium+karbamazepin,
litium atau divalproat+olanzapin, litium+risperidon,
litium+lamotrigin, olanzapin+fluoksetin
- Lini III: penambahan fenitoin, penambahan olanzapin,
penambahan Electroconvulsive therapy, penambahan topiramat,
penambahan asam lemak omega3, penambahan okskarbazepin
(Soetjipto 2012).

8.1 Intervensi Psikososial


Intervensi psikososial yang dapat dilaksanakan pada gangguan bipolar yaitu
pskoedukasi, Cognitive-behavioral therapy (CBT), Family-focused therapy (FFT),
Terapi ritme sosial dan interpersonal.

BAB 3
PENUTUP

9
1.1 Kesimpulan
Gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana perasaan yang tersifat
oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan
tingkat aktivitas jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek
disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu
lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
Gejala psikotik sering didapatkan pada gangguan bipolar episode manik. Beberapa
penelitian menunjukkan gejala psikotik yang sering muncul yaitu gangguan proses
berpikir, waham, halusinasi, psikosis yang inkongruen mood katatonia, dan delirious
mania. Hal ini yang membuat gangguan bipolar sering salah diagnosa dengan
skizofrenia dan skizoafektif.
Dalam melaksanakan terapi gangguan bipolar khususnya episode manik, seorang
klinisi harus memastikan diagnosis dengan melakukan penilaian awal. Pada stadium
awal algoritme menggunakan terapi yang sederhana (monoterapi) karena
mempertimbangkan keamanan, tolerabilitas, kemudahan dalam penggunaan, dan
profil efek samping sedangkan pada stadium akhir menggunakan beberapa obat.
Bagaimanapun, terapi gangguan bipolar efektif jika dilakukan secara komprehensif.
Terapi komprehensif meliputi farmakoterapi dan intervensi paikososial. Beberapa
intervensi psikososial yang terbukti efektif untuk penderita gangguan bipolar yaitu
Cognitive-behavioral therapy, psikoedukasi, family-focused therapy, serta terapi
ritme sosial dan interpersonal. Prognosis gangguan bipolar sangat bervariasi
tergantung pada banyak faktor yang mempengaruhi.

DAFTAR PUSTAKA

Amir N, 2010. Gangguan Mood Bipolar: Kriteria Diagnostik dan Tatalaksana dengan
Obat Antipsikotika Atipik. Badan Penerbit FKUI, Jakarta

10
Amir N., 2012. Tata Laksana Gangguan Bipolar, Episode Manik, Fase Akut. Dalam:
Kumpulan Makalah Konas I Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 1-6

Daeng B.H., 2012. Penatalaksanaan Depresi Bipolar. Dalam: Kumpulan Makalah


Konas I Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 7-13.

Kusumawardhani A.A.A.A., 2012. Diagnosis Banding Gangguan Bipolar. Dalam:


Kumpulan Makalah Konas I Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 29-
36

11

Anda mungkin juga menyukai