Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS

TIDAK EFEKTIF DENGAN PEMBERIAN TERAPI BATUK


EFEKTIF DAN FISIOTERAPI DADA PADA PASIEN ASMA
BRONKIAL

DI RS ISLAM PONDOK KOPI JAKTIM


TAHUN 2023

VONI PUTRIANI
NIM:202201002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2022

HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan Oleh VONI PUTRIANI NIM 202201002 dengan judul


“LAPORAN PENDAHULUAN.................“ telah diperiksa dan disetujui

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

NIP/NIK. NIDN/NIK.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAPTA BAKTI


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Lapran Asuhan Keperawatan
ini. Penulisan Laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai kompetensi Praktik Klinik Keperawatan II (PKK II) pada
Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sapta Bakti.
Laporan Asuhan Keperawatan ini terwujud atas bimbingan dan pengarahan dari
Ibu Ns Novi Lasmadasari, M.Kep selaku pembimbing serta bantuan dari berbagai
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis pada kesempatan ini
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Djusmalinar, SKM, M.Kes selaku Ketua STIKes Sapta Bakti
2. Ibu Ns. Siska Iskandar, M.A.N sebagai Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Sapta Bakti
3. Ibu Ns. Siska Iskandar , M.A.N sebagai pembimbing akademik
4. Ibu .......................sebagai pembimbing lahan
5. ……….selaku Direktur ………sebagai lahan penelitian
6. ……………………….
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala dukungan dan kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Semoga Lapiran ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Bengkulu, Juli 2022


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................iv
ABSTRAK.....................................................................................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..........................................................................................viii
DAFTAR BAGAN.........................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................x
DAFTAR SINGKATAN................................................................................xi
DAFTAR ISTILAH.......................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................3
D. Manfaat...............................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Medis.....................................................................................5
1. Definisi........................................................................................6
2. Anatomi Fisiologi........................................................................7
3. Etiologi .......................................................................................8
4. Manifestasi Klinis........................................................................9
5. Patofisiologi.................................................................................10
6. Woc (Way Of Cause)..................................................................11
7. Komplikasi..................................................................................12
8. Pencegahan..................................................................................13
9. Pemeriksaan Penunjang...............................................................14
10. Penatalaksanaan...........................................................................15
a. Farmakologi............................................................................16
b. Non Farmakologi....................................................................17
B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................18
1. Pengkajian Keperawatan.............................................................19
2. Diagnosa Keperawatan................................................................20
3. Intervensi Keperawatan...............................................................21

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................22
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel 2.1 Analisa data 17
Tabel 2.1 Intervensi keperawatan 20
Tabel 2.2 Pengkajian 39
Tabel 4.2 Pemeriksaan fisik 40
Tabel 4.3 Aktivitas sehari-hari 43
Tabel 4.4 Pemeriksaan penunjang 44
Tabel 4.5 Penatalkasanaan obat 45
Tabel 4.6 Analisa data 46
Tabel 4.7 Intervensi keperawatan 59
Tabel 4.8 Implementasi keperawatan 52
Tabel 4.9 Evaluasi keperawatan 90
DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Judul Halaman


Bagan 2.1 WOC 9
Bagan 3.1 Tahapan penelitian 36
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Halaman


Gambar 2.1 Anatomi 9
DAFTAR SINGKATAN

Singkatan/istilah Kepanjangan/makna
WHO : World Health Organization
TD : Tekanan darah
S : Suhu
N : Nadi
WOC : Way Of Cause
DAFTAR ISTILAH

Singkatan/istilah kepanjangan/makna
Hemoragic : Merupakan suatu kondisi gawat darurat, yang disebabkan oleh
pecahnya salah satu pembuluh darah di dalam otak,
Non Hemoragic : Suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya sumbatan pada
aliran darah di otak
Hemiplegia : Kondisi seseorang kehilangan kemampuan ototnya untuk
bergerak
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Naskah 23
Lampiran 2 Informed 34
Lampiran 3 Form identitas responden dan kuesioner 35
Dan lain-lain

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di seluruh
dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang Asma bronkial
merupakan penyakit kronis yang menganggu saluran pernapasan terjadi
karena adanya penyumbatan jalan napas yang diakibatkan adanya
hiperresponsif, yang berasal dari rangsangan akan menimbulkan inflamasi
dan pembekakan di saluran napas, sehingga akan mengakibatkan saluran
nafas menjadi menyempit dan menyebabkan udara sulit masuk ke dalam
paru-paru (Novarn 2015)
Data World Health Organization, prevalensi asma bronchial di seluruh
dunia adalah sebesar 8-10% pada orang dewasa dan dalam 10 tahun terakhir
ini meningkat sebesar 50%. Setiap tahun mortalitas asma bronchial
meningkat di seluruh dunia dari 0,8% per 100.000 pada tahun 2016, menjadi
1,2% per 100.000 pada tahun 2017 dan meningkat lagi menjadi 2,1% per
100.000 pada tahun 2018. Selain itu WHO juga memperkirakan 100-150 juta
penduduk di dunia saat ini terkena penyakit asma dan diperkirakan akan terus
bertambah 180.000 setiap tahun (WHO, 2018).
World Health Organization (WHO 2018), mengemukakan bahwa hingga
saat ini jumlah pasien asma di dunia diperkirakan mencapai 300 juta orang
dan diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga 400 juta pasien pada
tahun 2025. Prevalensi asma di Indonesia 5% dari seluruh penduduk
Indonesia, artinya saat ini ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2018)
Asma bronkial di Indonesia merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan
dan kematian, Hal tersebut tergambar dari data studi survei kesehatan rumah
tangga (SKRT) di berbagai provinsi di Indonesia. Angka kejadian Asma
bronkial berdasarkan semua umur di Indonesia pada tahun (2018) mencapai
5,1%. Prevalensi ini menunjukkan bahwa penyakit asma bronkial mengalami
peningkatan. Berdasarkan tingkat kekambuhannya, total penduduk di
Indonesia yang mengalami asma bronkial berdasarkan semua umur mencapai
56,4% sedangkan tingkat kekambuhan asma bronkial dalam 12 bulan terakhir
pada tahun (2021) semua umur di Indonesia mencapai 58,8%. Berdasarkan
data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu (2021). Angka kejadian paling
tinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Timur yakni, mencapai
188 orang. Dengan jumlah pendrita laki-laki sebanyak 80 orang, dan
perempuan sebanyak 108 orang. Dengan ratarata yang mengalami asma
bronkial diusia 20-44 tahun sebanyak 98 orang (dinkes kota,2021)
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa paling banyak mengalami
penyakit asma bronkial pada perempuan dan rata-rata diusia dewasa,
dikarenakan pada usia dewasa terjadi adanya perubahan hormon yaitu
hormon estrogen meningkatkan produksi kortikosteroid berkaitan dengan
globulin, sedangkan hormon progesterone berkompetisi dengan hormon
kartisol untuk berkaitan pada sisi globulin tersebut yang dapat menimbulkan
pemyempitan bronkus yang pada akhirnya menimbulkan serangan asma
bronkial (Saily K, 2018). Dampak dari penyakit asma bronkial dapat
menganggu aktivitas sehari-hari asma bronkial dapat mengalami komplikasi
sehingga menurunkan produktivitas kerja dan kualitas hidup. Semakin sering
serangan asma bronkial timbul maka akan semakin fatal, tidak hanya itu
bahkan akan berdampak ke aktivitas yang penting seperti kehadiran
disekolah, pemilihan pekerjaaan yang dapat dilakukan, Aktivitas fisik dan
aspek kehidupan lainnya. Dampak terburuk dari asma bronkial apabila tidak
dilakukan penangganan secara cepat dan tepat pasien dapat mengalami gagal
nafas bahkan kematian (GINA, 2016).
Masalah keperawatan yang timbul pada pasien asma bronkial berupa
bersihan jalan napas tidak efektif Asma bronkial dapat mengalami bersihan
jalan napas tidak efektif dikarenakan individu mengalami respon imun yang
buruk kemudian antibodi yang dihasilkan menyerang sel-sel mast dalam paru
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi yang bisa melepaskan produk
sel mast seperti histamine, bradikinin dan prostaglandin yang bereaksi lambat
dan bisa mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas yang membuat
pembengkakan di membrane mukosa dan penumpukan mucus yang sangat
banyak sehingga terasa seperti tercekik dan berusaha menggerakkan untuk
bernapas tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkiolus yang
sempit, karena udara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan
sehingga terjadi hiferinflamasi progresif paru yang akan timbul mengi.
Ekspirasi yang memanjang merupakan khas asma bronkial sehingga kalau
tidak ditangani akan berdampak kematian.
Penatalaksanaan asma bronkial berupa penatalaksanaan farmakologi dan
non farmakologi. Penatalaksanaan farmakologi diberikan obat Bronkodilator,
yakni obat yang melebarkan saluran napas, misalnya obat ventolin dan
fenoterol. Selain itu ada juga obat ketolifen yang diberikan secara oral dan
biasanya diberikan dosis 1mg/hari. Penatalaksanaaan Non Farmakologi salah
satunnya fisioterafi dada (Clamping, Vibrasi, Postural Drainase). Fisioterafi
dada merupakan terapi penting dalam pengobatan pada penyakit respirasi
baik yang bersifat akut maupun kronis, fisioterafi dada merupakan
penanganan yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang berhubungan
dengan saluran pernapasan (Sanghati, 2020).
Sesuai dengan standar intervensi keperawatan Indonesia yaitu melalui
pemberian terapi batuk efektif dan fisioterapi dada (Tim Pokja
2018),Tindakan terapi batuk efektif ini dikombinasikan dengan fisioterapi
dada untuk mengeluarkan mukus dengan kekuatan intrathorakal dan intra
dominal sehingga udara akan keluar dengan cara akselerasi yang cepat serta
membawa sekret yang tertimbun (Maranatha, 2017). Batuk efektif dilakukan
dengan cara posisikan pasien duduk bersandar lalu melakukan teknik napas
dalam dan tahan napas lalu batuk 2 kali bersamaan dengan mengeluarkan
nafas sebanyak 3-4 kali sehari. Teknik dilakukan pada pagi karena pada
penderita asma akan terus batuk dan mengeluarkan dahak setiap pagi.
Lakukan teknik ini 3-4 kali sehari. Tujuannya agar mempercepat pengeluaran
dahak pada pasien dengan gangguan saluran pernapasan Hidayati, 2018).
Tindakan Fisioterapi dada yang pertama postural drainase teknik ini
dilakukan dengan cara menempatkan pasien pada satu posisi tertentu selama
10-15 menit sesuai dengan letak sputum yang dikeluarkan Tujuannya untuk
mengalirkan cairan atau mukus dan bronkus pada satu sisi. Kedua tindakan
clapping dimana teknik ini dilakukan dengan cara tepukkan atau pukulan
ringan pada dinding dada dan posisi telapak tangan telungkup, dilakukan
selama 1-2 menit. Tujuannya menggerakkan sekresi secara cepat melalui
gaya berat. Ketiga tindakan vibrasi yang lakukan dengan cara menggetarkan
ujung jari-jari atau seluruh permukaan telapak tangan secara halus yang
ditimbulkan pada pergelangan tangan, teknik ini dilakukan pada waktu pasien
mengeluarkan napas atau pada saat inspirasi sampai akhir ekspirasi.
Tujuannya untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi sehingga dapat
melepaskan mukus kental yang melekat pada bronkus dan bronkiolus (Irimia
2017).
Fisioterapi dada dan batuk efektif dapat dilakukan dengan mudah dan
murah tanpa memiliki efek samping dan dapat membantu mengeluarkan
sekresi dari bronkial, memperbaiki ventilasi, meningkatkan efisiensi otot-otot
pernapasan dan mengurangi rasa lelah dalam pengeluaran dahak. Batuk
efektif dan fisioterapi dada baik dilakukan sebelum makan, karena untuk
menghindari muntah, bisa dilakukan pagi hari setelah bangun tidur, atau
dapat dilakukan sebelum makan siang apabila sputum masih sangat banyak,
sehingga dapat keluar maksimal (Somantri, 2015).
Sejalan dengan penelitian Kasanah (2015) terdapat peningkatan
pengeluaran sputum lebih banyak pada pagi dengan jumlahnyak 4-<5 mi
diperoleh dan 3 (27.2%) responden. sedangkan paling sedikit 2-3 ml
diperoleh dari 4 (36.4%) responden. Kemudian untuk intervensi siang hari
keluaran sputum dan 11 responden seluruhnya sebanyak 1-2 mi Sehingga
menunjukkan adanya pengaruh pengeluaran sputum pada pagi hari.
Peran perawat diperlukan untuk membantu mengurangi keluhan
pasien. Perawat dapat membantu pasien mempertahankan bersihan jalan
napas dan mengeluarkan sputum dengan cara fisioterapi dada dan batuk
efektif. Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindakan keperawatan
yang terdiri atas perkusi, vibrasi, drainase, napas dalam, dan batuk
efektif. Tindakan lain yang dapat membantu pengeluaran sputum adalah
batuk efektif. Batuk efektif dapat dilakukan untuk membersihkan laring,
trakhea, dan bronkhiolus dari sekret atau benda asing di jalan nafas
(Hidayat, 2012. Diambil dari Fatimah & Syamsudin, 2019). Latihan
fisioterapi dada dan batuk efektif dapat diterapkan terutama pada pasien
asma bronkial dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak
efektif (Suhanda & Rusmana, 2014).Berdasarkan hasil penelitian mengenai
fisioterapi dada dan batuk efektif yang diteliti oleh Tahir, dkk (2019)
menyebutkan hasil pengeluaran sputum pada tindakan fisioterapi dada
dan batuk efektif yang dinilai efektif karena bisa dilakukan oleh
keluarga, mudah, dan bisa dilakukan kapan saja (Nugroho, 2011 ;
Kapuk, 2012 ; Endrawati, Aminingsih S, & Ariasti D, 2014; Maidartati,
2014. Diambil dari Tahir, dkk 2019).
Oleh karena itu, masih tingginya prevalensi penderita asma dan
perlunya asuhan keperawatan pada pasien asma bronkial supaya
menerapkan terapi batuk efektif dan fisioterapi dada untuk memobilisasi
pengeluaran sputum sebagai modifikasi terapi non farmakologis.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakangn masalah diatas maka penulis
merumuskan masalah penelitian dalam bentukstudi kasus yaitu "Asuhan
Keperawatan ketidak efektifan jalan napas dengan pemberian terapi batuk
efektif dan fisioterapi dada pada Pasien Asma Bronkial di Puskesmas lingkar
timur.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan "Asuhan Keperawatan bersihan jalan
napas dengan pemberian terapi batuk efektif dan fisioterapi dada pada Pasien
Asma Bronkial di Puskesmas lingkar timur
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien asma bronkial
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien asma bronkial
c. Menyusun intervensi keperawatan pada pasien asma bronkial
d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien asma bronkial
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien asma bronkial

D. Manfaat
1. Bagi peneliti
Memperoleh pengalaman dan lansung mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami penyakit asma bronkial

2. Bagi puskesmas
Sebagai referensi dalam melakukan asuhan keperawatan terkhusus
pada pasien dengan penyakit asma bronkial di puskesmas

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan


Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan di bidang keperawatan
pada pasien asma bronkial

Anda mungkin juga menyukai