Anda di halaman 1dari 79

Case Report Session

Gangguan Afektif Bipolar


Episode Kini Manik tanpa
Gejala Psikotik
Oleh:
Lucky Alamsyah P3276B
Cika Joyita Patria P3277B

Pembimbing:
Dr. dr. Amel Yanis, Sp.KJ(K)
BAB 1
PENDAHULUAN
Gangguan Bipolar
 gangguan mood yang kronis dan berat yang ditandai
dengan episode mania, hipomania, depresi dan
campuran. Terdiri dari peningkatan afek serta
penambahan energi dan aktivitas, dan pada waktu lainnya
terjadi penurunan afek serta penurunan energi dan
aktivitas.
 Gangguan ini bersifat episode berulang (sekurang-
kurangnya dua episode) dan terdapat waktu
penyembuhan sempurna antar episode
penelitian yang dilakukan Adult psychiatric Morbidity
Survey

 prevalensi seumur hidup gangguan bipolar I sebanyak


0,4-1,6% dan gangguan bipolar II sebanyak 0,5%.
 Gabungan prevalensi gangguan bipolar I dan II adalah
2%.
 Satu dari tiga gangguan bipolar memiliki episode
pertama pada masa remaja.
survey yang dilakukan oleh National Institute of Mental
Health

 pada orang berusia 18 tahun ke atas, didapatkan bahwa


4.4% pernah mengalami bipolar selama masa hidupnya
 prevalensi terjadinya bipolar pada laki-laki dan
perempuan cukup mirip, yaitu 2.9% pada laki-laki dan
2.8% pada perempuan.
 dua rentang usia paling banyak munculnya onset bipolar,
yaitu usia 15-24 tahun dan 45-54 tahun
 Faktor pemberat psikiatri pada pasien gangguan bipolar
terjadi sekitar 50- 70%. Biasanya adalah gangguan
kecemasan sekitar 70% dan penggunaan alkohol dan
gangguan penggunaan zat lain sekitar 40-50%.
Batasan Masalah
Metode Penulisan
01 03
membahas tentang definisi, faktor risiko, Makalah ini ditulis menggunakan
epidemiologi, etiologi patofisiologi, manifestasi metode tinjauan Pustaka yang merujuk
klinis, kondisi medis yang dapat menyebabkan pada berbagai literatur
gangguan bipolar , obat-obatan yang dapat
menyebabkan gangguan bipolar, diagnosis,
diagnosis bnding, tatalaksana, dan prognosis
gangguan bipolar

04 Manfaat Penulisan
Tujuan Penulisan
02
makalah ini bertujuan untuk Diharapkan dapat bermanfaat untuk
mengetahui mulai dari definisi hingga memberikan informasi dan
penatalaksanaan pasien dengan pengetahuan mengenai gangguan
gangguan bipolar
bipolar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi :
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi dan campuran,
biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup.
Epidemiologi
1. Menurut American Psychiatric Association gangguan afektif bipolar I
mencapai 0.8% dari populasi dewasa, dalam penelitian yang dilakukan
dengan komunitas mencapai antara 0,4-1,6%.
2. Gangguan bipolar II mempengaruhi sekitar 0,5% dari populasi.
Etiologi

• Faktor biologi
• Faktor genetik 
• Faktor psikososial
• Faktor kepribadian.
Gambaran klinis

Episode Manik 
▹ Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien
mengalami mood yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki,
secara menetap, tiga atau lebih gejala berikut (empat atau lebih bila
hanya mood iritabel) yaitu:
• Grandiositas atau percaya diri berlebihan
• Berkurangnya kebutuhan tidur
• Cepat dan banyaknya pembicaraan
• Lompatan gagasan atau pikiran berlomba
• Perhatian mudah teralih
• Peningkatan energy dan hiperaktivitas psikomotor
Gejala klinis
Episode Depresi Mayor
▹ Episode depresi mayor ditandai dengan adanya perasaan
sedih atau anhedonia (tidak ada emosi positif) disertai
paling sedikit empat gejala tambahan yang bersifat
pervasive (sepanjang hari, hampir setiap hari) yang
berlangsung paling sedikit dua
▹ Gejala tambahan lainnya yaitu buruknya konsentrasi,
kurangnya tenaga, rendahnya harga diri, rasa berasalah,
ide-ide bunuh diri, gangguan tidur, perubahan berat
badan dan gangguan psikomotor.
DERAJAT
Episode depresif ringan Episode depresif sedang,
- Minimal harus ada 2-3 - Minimal harus ada 2-3
gejala utama depresi dan gejala utama dan 3 gejala
2 gejala lain: Lamanya lain: Lamanya episode
episode minimal minimal berlangsung 2
berlangsung selama 2 minggu, Mulai
minggu, Tidak terlalu mengganggu aktivitas
mengganggu aktivitas
sehari-harinya
Kriteria
Menurut DSM-IV:
Diagnosis
Gangguan mood bipolar I, episode manic
tunggal - Gejala mood
- Hanya mengalami satu kali episode manic menyebabkan
dan tidak ada riwayat depresi mayor penderitaan yang secara
sebelumnya. klinik cukup bermakna
atau menimbulkan
- Tidak bertumpang tindih dengan hendaya dalam social,
skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif, pekerjaan dan aspek
gangguan waham, atau dengan gangguan fungsi penting lainnya.
psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
- Gejala-gejala tidak disebabkan efek
fisiologik langsung zat atau kondisi medic
umum
Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat
ini • Gejala-gejala tidak
▹ disebabkan efek
 Saat ini dalam episode depresi mayor
fisiologik langsung zat
▹  Sebelumnya, paling sedikit, pernah atau kondisi medik
mengalami episode manik dan campuran. umum.
▹ Episode mood pada kriteria A dan B tidak • Gejala mood
dapat dikategorikan sebagai skizoafektif menyebabkan
dan tidak bertumpang tindih dengan penderitaan yang secara
skizofrenia, skizofreniform, Gangguan klinik cukup bermakna
waham, dan dengan Gangguan psikotik atau menimbulkan
yang tidak dapat diklasifikasikan. hendaya dalam social,
pekerjaan, atau aspek
▹  
fungsi penting lainnya..
Penatalaksanaan
kedaruratan agitasi
akut Lini 1
Lini II
▹ Injeksi IM Aripiprazol
▹ Injeksi IM Haloperidol
Dosis : 9,75mg/injeksi.
yaitu 5 mg/kali injeksi.
▹ Injeksi IM Olanzapin
▹ Injeksi IM Diazepam
Dosis 10mg/ injeksi.
yaitu 10 mg/kali injeksi
▹ Injeksi lorazepam 2
mg/injeksi.
Terapi Mania
Penatalaksanaan
episode depresi
akut
Obat yang
digunakan pada
gangguan bipolar Mood stabilizer Indikasi
▹ Litium ▹ Episode mania
▹ Litium sudah akut, depresi,
Memiliki efek akut mencegah bunuh
dan kronis dalam diri, dan
pelepasan bermanfaat
serotonin dan sebagai terapi
norepineprin di rumatan GB.
neuron terminal
sistem saraf pusat.
Pemeriksaan
laboratorium
▹ Sebelum memberikan litium, fungsi ginjal
(ureum dan kreatinin) dan fungsi tiroid, harus
diperiksa terlebih dahulu.
▹ Untuk pasien yang berumur di atas 40 tahun,
pemeriksaan EKG harus dilakukan. Fungsi
ginjal harus diperiksa Setiap Setiap 2-3 bulan
dan fungsi tiroid dalam enam bulan pertama.
BAB III

1. LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
● Nama : Nn. UHZ
● Jenis kelamin : Perempuan
● Usia : 29 tahun
● Agama : Islam
● Suku Bangsa : Minangkabau
● Pendidikan terakhir : Profesi Dokter Gigi
● Status Pernikahan : Belum Menikah
● Pekerjaan : Dokter Gigi
● Alamat : Jl. Sawahan Dalam II No.6, Sawahan Timur, Kec. Padang Timur,
Kota Padang, Sumatera Barat 25121
Identitas Informan
● Nama : Tn. DD
● Jenis kelamin : Laki-laki
● Usia : 31 tahun
● Agama : Islam
● Suku Bangsa : Minangkabau
● Pendidikan terakhir : S1 Teknik Informatika
● Status Pernikahan : Sudah Menikah
● Pekerjaan : Pegawai kantoran
● Alamat : Jl. HL Subrantas Komplek Perukoan Panam Raya Squar Blok A 10.
● Hubungan dengan pasien : Saudara Kandung (Abang)Sudah berapa lama mengenal pasien : Sejak
lahir
● Kesan pemeriksan : dapat dipercaya
Riwayat Psikiatri

Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh


dari (lingkari angka di bawah ini)
1. Autoanamnesis (Pasien sendiri)
2. Alloanamnesis : Abang
Sebab Utama
• Pasien datang ke Poliklinik Jiwa RSUP Dr. M. Djamil Padang untuk kontrol rutin
dengan diagnosis Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala
Psikotik.
Keluhan Utama (Chief Complaint)
Pasien datang dengan keluhan sulit untuk tidur dan
tremor sejak 1 minggu terakhir.
Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke poliklinik RSUP Dr. M. Djamil pada tanggal 28 Juli 2022 yang merupakan kontrol
pengobatan dan penambahan obat. Pasien datang dengan keluhan sulit untuk tidur dan tremor sejak 1
minggu terakhir. Pasien mengeluhkan menjadi sulit tidur dan merasakan tremor bila memikirkan tentang
hal-hal yang sudah lalu dan kelanjutan klinik yang akan dia jalani. Tremor yang dirasakan menyebabkan
setiap barang yang dipegang pasien terjatuh. Selain itu pasien sulit untuk konsentrasi, mudah lupa dan
pada saat bangun tidur badan terasa sakit di seluruh tubuh. Pasien merasa kesal dan marah kepada
orangtua pasien karena masih belum diberikan hak untuk membuat keputusan sendiri dan
memanegemen sebuah klinik yang akan pasien jalani. Pasien mengaku sudah putus obat sejak 1 minggu
yang lalu karena belum sempat untuk kontrol ulang. Pasien mengisi aktivitasnya dengan menonton,
menulis setiap aktivitas yang sudah dilakukan dan hal tersebut membuatnya bahagia.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Awalnya pada tahun 2017, pasien datang ke psikolog atas keinginan sendiri untuk
mengetahui kondisi dirinya yang sebenarnya dan sebelumnya pasien sudah mencari tahu
mengenai gejala yang dialami melalui google. Pasien menceritakan bahwa gejala awal yang
dialaminya adalah suka mengurung diri dan tidak mau berinteraksi, kemudian pasien mulai
tidak mau makan (hanya makan mie 1 kali sehari), pasien mengatakan bahwa dia tidak suka
terhadap cahaya, dan tidur hampir 24 jam atau pasien tidak tidur sama sekali, tidak mau
mandi (hanya mandi 1 kali seminggu) dan datang ke psikolog dengan keluhan utama adanya
keinginan untuk bunuh diri. Pasien menjelaskan bahwa pasien sudah diancam DO, keinginan
tidak terpenuhi, merasa malu karena diancam DO sementara teman-teman menganggapnya
pintar. Menurut keluarga pasien, pasien mengalami gejala tersebut karena ada hal yang
orangtua pasien janjikan kepada pasien namun tidak terpenuhi. Setelah dilakukan
pemeriksaan, psikolog menyarankan pasien untuk berobat ke psikiater karena kemungkinan
pasien mengalami depresi berat.
● Pada saat berobat ke psikiater pasien mengeluhkan mendengar 2 suara yang saling mengomentari setiap hal
yang dilakukan pasien. Psikiater mendiagnosa pasien dengan episode depresi berat dengan gejala psikotik.
Psikiater memberikan obat kepada pasien dan menyarankan pasien untuk berobat selama 6 bulan. Selama
pengobatan keluhan yang dirasakan pasien mulai berkurang dan diakhir bulan ke-6 pasien menganggap
pengobatan sudah selesai dan putus obat pada bulan ke-7 dan mengalami putus obat selama 3 bulan setelah
pengobatan pertama.
● Setelah 3 bulan putus obat, pasien mulai kembali merasakan gejala tidak ingin berinteraksi, tidak mau
berbicara dengan orang lain, mengurung diri di kamar, tidak ada perasaan senang di setiap hari yang dijalani,
kesal saat berbicara dengan orang tua, mudah tersinggung, overthinking, dan suka curiga terhadap orang lain.
Melihat kondisi seperti itu, orangtua pasien berinisiatif untuk membawa pasien berobat ke psikiater lain.
Setelah dilakukan pemeriksaan, psikiater memberikan obat untuk mengurangi gejala dan menyarankan pasien
untuk kontrol seminggu kemudian. Selama pengobatan pasien mulai merasakan gejala yang berbeda, gejala
yang dialami selama pengobatan seperti tidak bisa berhenti bicara, merasa aktivitas selama 24 jam tidak
cukup, muncul ide-ide di pikiran yang saling berhubungan, mulai merasakan senang, dan suka menyetir tanpa
tujuan. Psikiater kemudian mendiagnosa pasien dengan Gangguan Afektif Bipolar Tipe Campuran Ciri
Psikotik.
Riwayat Penyakit Dahulu
b. Riwayat Gangguan Medis
Tidak ada

c. Riwayat Penggunaan NAPZA


Pasien tidak perokok, tidak ada mengonsumsi alkohol dan zat adiktif lainnya.
Riwayat keluarga
Orang Tua
Identitas
Ayah Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Minang Minang
Agama Islam Islam
Pendidikan Tidak tamat SD S2 Pendidikan
Pekerjaan Pengusaha Pensiunan
Umur 71 tahun 61 tahun
Alamat Pekan Baru Pekan Baru
Hubungan pasien* Akrab Akrab
  Biasa Biasa
  Kurang Kurang
  Tak Peduli Tak Peduli
Sifat/ Perilaku Orang tua
kandung/pengganti
• Bapak (dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan)
Pemalas (-), Pendiam ( + ), Pemarah ( + ), Mudah tersinggung ( + ), Tak suka Bergaul
(-), Banyak teman (-), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi(-), Peminum (-),Pecemas (+),
Penyedih ( + ), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-), Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-),
Penakut (-), Tak bertanggung jawab ( + )
• Ibu (dijelaskan oleh pasien dapat dipercaya/ diragukan )
Pemalas ( + ), Pendiam ( - ), Pemarah ( - ), Mudah tersinggung ( - ), Tak suka Bergaul
( - ), Banyak teman ( + ), Pemalu ( - ), Perokok berat ( - ), Penjudi ( - ), Peminum
( - ), Pecemas ( + ), Penyedih ( - ), Perfeksionis ( + ), Dramatisasi ( - ), Pencuriga ( + ),
Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut ( + ), Tak bertanggung jawab ( - ).
Saudara
Jumlah bersaudara 5 orang dan pasien anak ke 2.
Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien sendiri
lingkari nomornya.*

1. LK (31 tahun)
2. Pr ( 29 tahun)
3. LK ( 27 tahun)
4. Pr (25 tahun)
5. LK (23 tahun)
Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan
pasien terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan
serupa dengan yang dinyatakan pada gambaran sikap/ perilaku pada orang
tua.*

Saudara Gambaran sikap dan Kualitas hubungan dengan saudara


ke- perilaku (akrab/biasa/kurang/tak peduli)

1 Biasa, suka bergaul Akrab


3 Biasa, suka bergaul Biasa
4 Biasa, suka bergaul Biasa
5 Biasa, suka bergaul Sulit dinilai
Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan – kebiasaan dan penyakit fisik

Anggota Penyakit
Keluarga Penyakit Jiwa Kebiasaan Fisik
Bapak Tidak ada   Sakit jantung, DM
Ibu Tidak ada - Hyperlipidemia,
hipertensi
Saudara 1 Tidak ada - -
Saudara 2 Tidak ada - -
Saudara 3 Tidak ada - -
Skema Pedigree

Memiliki tempat
tinggal yang sama
Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:

Keadaan rumah
   
Tidak
No. Rumah tempat tinggal Tenang Cocok Nyaman nyaman
1 Rumah di Padang ✓   - -
2 Rumah di PKU ✓
    -
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau kondisi kondisi mental yang
diderita si ibu)
Kesehatan fisik : -
Kesehatan mental : -
- Keadaan melahirkan
Aterm (+), Partus TIndakan SC (+)
Pasien adalah anak yang direncanakan/diinginkan : ya
Jenis kelamin anak sesuai harapan : ya
Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang
Minum ASI : (+) sampai umur 2 tahun
Usia mulai bicara : 2 tahun
Usia mulai jalan : 3 tahun
**Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-), gangguan hubungan ibu-
anak (-), pola tidur baik (-), cemas terhadap orang asing sesuai umum (-), cemas perpisahan
(-), dan lain- lain
• Simptom-simptom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada masa
kanak-kanak, misalnya: **mengisap jari (-), ngompol (-), BAB di tempat tidur (-), night
terror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-), masturbasi (-), mutisme selektif (-), dan lain-
lain.

• Toilet training umur : 2 tahun


• Sikap Orang tua: (memaksa / menghargi/membiarkan)
• Perasaan anak untuk toilet training ini: baik

• Kesehatan fisik masa kanak-kanak: demam tinggi disertai mengigau (-), kejang- kejang(-),
demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai hilangnya kesadaran (-), dan lain-lain.

• Tempramen sewaktu kanak-kanak: pemalu (-), gelisah (-), overaktif (-), menarik diri (-),
suka bergaul (+), suka berolahraga (-), dan lain-lain.
Masa sekolah
SD SMP SMA PT
Perihal
5 tahun 11tahun 15 tahun 18 tahun
Umur
Baik Baik Baik Baik
Prestasi*
Sedang Sedang Sedang Sedang
 
Kurang Kurang Kurang Kurang
 
Baik Baik Baik Baik
Aktifitas Sekolah*
Sedang Sedang Sedang Sedang
 
Kurang Kurang Kurang Kurang
 
Baik Baik Baik Baik
Sikap Terhadap Teman *
Kurang Kurang Kurang Kurang
 
Baik Baik Baik Baik
Sikap Terhadap Guru
Kurang Kurang Kurang Kurang
 
( -) ( -) (-) ( -)
Kemampuan Khusus (Bakat)
( baik ) (baik) ( baik) ( baik)
Tingkah Laku
Masa remaja: **Fobia (+), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-), kenakalan
remaja (-), perokok berat (-, penggunaan obat terlarang (-, peminum minuman keras
(-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), perasaan depresi (-),
rasa rendah diri (-), cemas (-), gangguan tidur (+), sering sakit kepala (+), dan lain-
lain

Riwayat pekerjaan
-Pasien belum pernah bekerja
Percintaan, perkawinan, kehidupan seksual dan rumah
tangga
1. Menarche usia 12 tahun
2. Awal pengetahuan tentang seks tidak diketahui
3. Hubungan seks sebelum menikah (-)
4. Riwayat pelecehan seksual (-)
5. Orientasi seksual (normal)
6. belum menikah
Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal: rumah sendiri (+), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (-), serumah dengan mertua (-), di
asrama (-) dan lain-lain.
2. Polusi lingkungan: bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (+) dan lain-lain.
Ciri Kepribadian

Kepribadian Gambaran Klinis


Skizoid Emosi dingin (-), tidak acuh pada orang lain (+), perasaan hangat atau lembut pada orang
lain (-), peduli terhadap pujian maupun kecaman (+), kurang teman (+), pemalu (+), sering
melamun (-), kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual (-), suka aktivitas yang
dilakukan sendiri (+).

Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan (+), kewaspadaan berlebihan (-), sikap berjaga-jaga atau
menutup-nutupi (-), tidak mau menerima kritik (-), meragukan kesetiaan orang lain (+), secara
intensif mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya (-), perhatian yang berlebihan
terhadap motif-motif yang tersembunyi (-), cemburu patologik (-), hipersensifitas
(-),keterbatasan kehidupan afektif (-).

Skizotipal Pikiran gaib (-), ideas of reference (-), isolasi sosial (-), ilusi berulang (-), pembicaraan yang
ganjil (-), bila bertatap muka dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh (-).
Siklotimik Ambisi berlebihan (+), optimis berlebihan (+), aktivitas seksual yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang
merugikan (-), melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan tanpa menghiraukan
kemungkinan yang merugikan dirinya (-), melucu berlebihan (-), kurangnya kebutuhan tidur (-), pesimis (-), putus
asa (-), insomnia (+), hipersomnia (-), kurang bersemangat (-), rasa rendah diri (-), penurunan aktivitas (-),
mudah merasa sedih dan menangis (-), dan lain-lain.
Histrionik Dramatisasi (-), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya (-), mendambakan rangsangan aktivitas yang
menggairahkan (-), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele (-), egosentris (-), suka menuntut (-), dependen
(-), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya (-), preokupasi dengan fantasi tentang sukses,
kekuasaan dan kecantikan (-), ekshibisionisme (-), membutuhkan perhatian dan pujian yang terus menerus (-),
hubungan interpersonal yang eksploitatif (-), merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila
dikritik (-), dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain (-), sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus
menerus (-), tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari pengalaman (-), tidak peduli
pada norma-norma, peraturan dan kewajiban sosial (-), tidak mampu memelihara suatu hubungan agar
berlangsung lama (-), iritabilitas (+), agresivitas (-), impulsif (-), sering berbohong (-), sangat cenderung
menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat
pasien konflik dengan masyarakat (+).
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil (-), kurangnya pengendalian terhadap
kemarahan (-), gangguan identitas (-), afek yang tidak mantap (-), tidak tahan untuk berada sendirian (-),
tindakan mencederai diri sendiri(-), rasa bosan kronik (-), dan lain-lain.

Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif (-), merasa dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah
dari orang lain (-), keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin disukai (-), preokupasi
yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi sosial (-), menghindari aktivitas sosial atau
pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak (-)k.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan (-), preokupasi pada hal-hal yang rinci (details),
peraturan, daftar, urutan, organisasi dan jadwal (-), perfeksionisme (+), ketelitian yang berlebihan (+), kaku
dan keras kepala (-), pengabdian yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan
kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal (+), pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti
persis caranya mengerjakan sesuatu (-), keterpakuan yang berlebihan pada kebiasaan sosial (-), dan lain-
lain.

Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (+),
membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal dalam hidupnya (-), perasaan
tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang
ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya (-)
Stressor Psikososial (Aksis IV)
persoalan dengan orang tua (+), masalah di sekolah (+), cara
pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau
kakek nenek (+), sikap orang tua yang acuh tak acuh pada
anak (+), campur tangan atau perhatian yang lebih dari orang
tua terhadap anak (+)
Riwayat Suicide (-)
 
Riwayat pelanggaran hukum
Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hokum
Riwayat Agama
Pasien beragama islam, melaksanakan shalat.
 Persepsi dan Harapan Keluarga
Keluarga berharap agar pasien dapat sehat kembali dan dapat beraktivitas seperti biasa.
Persepsi dan Harapan Pasien
Pasien menyadari penyakit jiwa yang dialami, pasien berharap segera sembuh, berdamai
dengan keadaan saat ini dan berusaha untuk mengambil keputusan sendiri dan tidak
bergantung pada siapapun.
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT PASIEN
Status Internus
• Keadaan Umum : Baik
• Kesadaran : CMC
• Tekanan Darah : 113/68 mmHg
• Nadi : 89x/ menit
• Nafas : 18x/menit
• Suhu : 36,5oC
• Tinggi Badan : 155 cm
• Berat Badan : 54 kg
• IMT : 22,5 kg/m2
• Status Gizi : Baik
• Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
• Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
• Kelainan Khusus : Tidak ditemukan
Status Neurologikus
• GCS : E4M5V6
• Tanda rangsangan meningeal : Tidak ada
• Tanda-tanda efek samping piramidal :
• Tremor tangan : Tidak ada
• Akatisia : Tidak ada
• Bradikinesia : Tidak ada
• Cara berjalan : Tidak ada
• Keseimbangan : Tidak ada
• Rigiditas : Tidak ada
• Kekuatan motorik: 5 untuk setiap ekstremitas
• Sensorik : Normal
• Refleks : Bisep (++/++), trisep (++/++), KPR (++/++), APR
(++/++)
Status Mental (pemeriksaan tanggal 17 Maret 2022)
Keadaan Umum
a. Kesadaran/sensorium: composmentis (+), somnolen (-), stupor (-), kesadaran berkabut (-),
konfusi (-), koma (-), delirium (-), kesadaran berubah (-), dan lain-lain.

b. Penampilan
• Sikap tubuh: biasa (+), diam (-), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (-), gelisah (-),
kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-), berpakaian sesuai gender (+).
• Cara berpakaian: rapi (-), biasa (+), tak menentu (-), sesuai dengan situasi (+), kotor
(-), kesan (dapat mengurus diri).
• Kesehatan fisik: sehat (+), pucat (-), lemas (-), apatis (-), telapak tangan basah (-), dahi
berkeringat (-), mata terbelalak (-).
• Kontak psikis
Dapat dilakukan (+) tidak dapat dilakukan (-) wajar (+), kurang wajar (-), sebentar (-), lama (+).

• Sikap
Kooperatif (+), penuh perhatian (+), berterus terang (-), menggoda (-), bermusuhan (-), suka main-main (-), berusaha
supaya disayangi (-), selalu menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil (-), curiga (-), pasif (-), dan lain-lain.

• Tingkah laku dan aktifitas psikomotor


Cara berjalan: biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-), dan lain-lain.
Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-), rigiditas katatonik (-), posturing katatonik
(-), cerea flexibilitas (-), negativisme (-), katapleksi (-), stereotipik (-), mannerisme (-), otomatisme (-), otomatisme
perintah (-), mutisme (-), agitasi (-) psikomotor (-), hiperaktivitas/ hiperkinesis (+), tik (-), somnabulisme (-), akathisia
(-), kompulsi (-), ataksia (-), hipoaktivitas(-), mimikri (-), agresi (-), acting out (-), abulia (-), tremor (-), ataksia (-),
chorea (-
), distonia (-), bradikinesia (-), rigiditas otot (-), diskinesia (-),convulsi (-), seizure (-), piromania (-), vagabondage (-).
Verbalisasi dan Cara Berbicara
• Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat
• Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
• Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak
• Nada pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
• Volume pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
• Isi pembicaraan* : sesuai/ tidak sesuai
• Penekanan pada pembicaraan* : ada/ tidak
• Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
• Logorrhea , poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ), gagap
( - ), afasia ( - ), bicara kacau ( - )
Hidup emosi*: stabilitas (stabil/tidak), pengendalian (adekuat/tidak adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala
diferensiasi (sempit/luas), arus emosi (biasa/lambat/cepat).).

• Afek
Afek appropriate/serasi (+), afek inappropriate/tidak serasi (-), afek tumpul (-), afek yang terbatas (-), afek datar (-),
afek yang labil (-).

• Mood
Mood eutimik (-), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive mood) (-), mood yang iritabel (-), mood yang
labil (swing mood) (-), mood meninggi (elevated mood/hipertim) (+), euforia (-), ectasy (-), mood depresi (hipotim) (-),
anhedonia (-), duka cita (-), aleksitimia (-), elasi (-), hipomania (-), mania (-), melankolia(-), La belle indifference (-),
tidak ada harapan (-).

• Emosi lainnya
Ansietas (-), free floating anxiety (-), ketakutan (-), agitasi (-), tension (ketegangan) (-), panik (-), apati (-), ambivalensi
(-), abreaksional (-), rasa malu (-), rasa berdosa/bersalah (-), kontrol impuls (-).

• Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood


Anoreksia (-), hiperfagia (-), insomnia (+), hipersomnia (-), variasi diurnal (-), penurunan libido (-), konstispasi (-),
fatigue (+), pica (-), pseudocyesis (-), bulimia (-).
Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)
Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat) Mutu proses pikir (jelas/tajam)

Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran


Gangguan mental (-), psikosis (-), tes realitas (terganggu/tidak terganggu), gangguan pikiran formal (-),
berpikir tidak logis (-), pikiran autistik (-), dereisme (-), berpikir magis (-), proses berpikir primer (-).

Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran


Neologisme (-), word salad (-), sirkumstansialitas (-), tangensialitas (-), inkohenrensia (-), perseverasi
(-), verbigerasi (-), ekolalia (-), kondensasi (-), jawaban yang tidak relevan (-), pengenduran asosiasi (-),
derailment (-), flight of ideas (-), clang association (-), blocking (-), glossolalia (-).
Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
Kemiskinan isi pikiran (-), Gagasan yang berlebihan (-)
• Delusi/ waham
Waham bizarre (-), waham tersistematisasi (-), waham yang sejalan dengan mood (-), waham yang tidak
sejalan dengan mood (-), waham nihilistik (-), waham kemiskinan (-), waham somatik (-), waham
persekutorik (-), waham kebesaran (-), waham referensi (-), though of withdrawal (-), though of
broadcasting (-), though of insertion (-), delution of control (-), waham cemburu/ waham ketidaksetiaan
(-), waham menyalahkan diri sendiri (-), erotomania (-), pseudologia fantastika (-), waham agama (-),
waham curiga (-),
• Idea of reference
Preokupasi pikiran (-), egomania (-), hipokondria (-),obsesi (-),kompulsi (-),koprolalia (-), hipokondria
(-), obsesi (-), koprolalian (-), fobia (-), noesis (-), unio mystica (-).
Persepsi
1. Halusinasi Non patologis: Halusinasi hipnagogik (-), halusinasi hipnopompik (-)
2. Halusinasi auditorik (-), halusinasi visual (-) saat ini masih ada, halusinasi olfaktorik (-),
halusinasi gustatorik (-), halusinasi taktil(-), halusinasi somatik(-),halusinasi liliput (-), halusinasi
sejalan dengan mood (-), halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (-), halusinosis (-), sinestesia
(-), halusinasi perintah (command halusination), trailing phenomenon (-).
3. ilusi (-)
4. Depersonalisasi (-), derealisasi (-)
1. Mimpi dan Fantasi Mimpi : Memimpikan apa yang aka ingin dilakukan namun berakhir tidak
menyenangkan. Fantasi : tidak ada
2. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
3. Orientasi waktu (baik), orientasi tempat (baik), orientasi personal (baik), orientasi situasi (baik).
4. Atensi (perhatian) (-), distractibilty (+), inatensi selektif (-), hipervigilance (-), dan lain-lain.
5. Konsentrasi (terganggu), kalkulasi (baik)
6. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote (-), gangguan memori jangka
menengah/ recent past (-), gangguan memori jangka pendek/ baru saja/ recent (-), gangguan
memori segera/ immediate (-), amnesia (-), konfabulasi (-), paramnesia (-).
7. Luas pengetahuan umum: baik
8. Pikiran konkrit: terganggu
9. Pikiran abstrak: terganggu
10. Kemunduran intelek: (tidak), retardasi mental (-), demensia (-), pseudodemensia(-)
11. Dicriminative Insight VI
Discriminative Judgement :
Judgment tes : tidak terganggu
Judgment sosial : tidak terganggu
Ikhtisar Penemuan Bermakna
• Pasien datang ke psikiater atas kemauan sendiri dengan keluhan suka mengurung diri dan tidak
mau berinteraksi dengan siapapun 5 tahun lalu.
• Pasien juga tidak suka terhadap cahaya
• Pasien mengalami gangguan tidur, seperti banyak tidur (hampir 24 jam) atau bahkan tidak tidur
sama sekali
• Pasien juga tidak mau makan
• Pasien memiliki keinginan untuk bunuh diri
• Selama pengobatan pasien merasakan ada perubahan pada moodnya menjadi lebih senang
• Pasien banyak bicara
• Pasien merasa aktivitas selama 24 jam tidak cukup
• Pasien merasakan muncul ide-ide di pikiran yang saling berhubungan,
• Pasien melakukan sesuatu tanpa tujuan, seperti suka menyetir tanpa tujuan
Formulasi Diagnosis
• Diagnosa pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan pada pasien,
ditemukan adanya perubahan, perilaku, dan perasaan, yang secara klinis bermakna dan menimbulkan hendaya
(disability) dalam fungsi sosial. Dengan demikian berdasarkan PPGDJ III dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami suatu gangguan jiwa. Untuk memastikan diagnosis gangguan jiwa, diperlukan wawancara yang baik
untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai gejala yang bermakna, jangka waktu, awitan, episode dan
perjalan penyakitnya.
• F0, gangguan mental organik, merupakan gangguan mental yang disebabkan oleh penyakit primer di otak atau
penyakit sekunder di luar otak yang menyebabkan disfungsi otak. Dari allo dan autoanamesis serta rekam medis
pasien, tidak ditemukan adanya riwayat penyakit hipertensi, DM, trauma kepala, kejang
• atau penyakit berat lainnya yang mungkin menyebabkan disfungsi otak. Dengan demikian diagnosa F.0 dapat
disingkirikan.
• Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien tidak pernah mengkonsumsi obat_x0002_obatan terlarang. Oleh sebab
itu diagnosa gangguan mental dan prilaku akibat zat psikoaktif (F.1) dapat disingkirkan.
• Dari keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pasien ini ditemukan
gangguan dalam perilaku pasien yaitu banyak bicara, bicara cepat, tidak bisa tidur malam. Saat dilakukan
autoanamnesis, pasien tampak afek appropriate, semangat, banyak bicara, dan mood hipertim
● Dari autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan bahwa pasien pernah tidak mau keluar (F31.1).
● Pada riwayat pasien tidak didapatkan diagnosis adanya riwayat gangguan kepribadian. Pada pasien
ini tidak ditemukan kondisi medis umum yang bermakna sehingga tidak ada diagnosis pada axis III.
Pada pasien ditemukan adanya beberapa masalah dengan primary support group (keluarga) yaitu
dengan ayah dan ibunya. Ayah bersikap tidak bertangung jawab dan tidak peduli terhadapnya dan ibu
bersikap otoriter terhadapnya. Hal ini menyebabkan perubahan perilaku, perasaan dan pikiran yang
rentan pada pasien sehingga axis IV pada pasien ini adalah masalah berkaitan dengan primary support
group (keluarga).
● Pada axis V, menurut penilaian GAF (Global Assesment of Functional Scale) saat ini pasien berada
pada nilai 40-31 dimana terdapat beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi
Diagnosis Multiaksial
1. Axis I : F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik tanpa Gejala Psikotik
2. Axis II : Gangguan Kepribadian Skizoid
3. Axis III : Tidak ada diagnosis
4. Axis IV : Masalah berkaitan dengan primary support group (keluarga)
5. Axis V : GAF 40 – 31
Diagnosis Banding Axis I
F30.1 Mania tanpa gejala psikotik

Daftar Masalah
• Organobiologik
Tidak ada
• Psikologik
• banyak bicara, bicara cepat dan jelas, tidur kurang, dan disertai tremor
• Lingkungan psikososial
• masalah dengan keluarga
Penatalaksanaan
Farmakoterapi
● Terapi yang sudah diberikan
● Farmakologi:
● -Risperidone 1 mg 1x1/2
● -Carbamazepin 200 mg 2x1/2
● -Nopres 15 mg + vit B6 1x1 cap
● -Diazepam 5 mg (bila perlu saat sulit tidur)

● Non farmakologi
● -Istirahat yang sukup
● -Makan yang seimbang dan teratur
● -Olahraga teratur
● Terapi yang dianjurkan
● A.Psikoterapi
Psikoterapi
1. Psikoterapi suportif
Memberikan dukungan, kehangatan, empati dan optimistik kepada pasien, membantu pasien mengidentifikasi faktor pencetus
dan membantu memecahkan permasalahan secara terarah.
2. Psikoedukasi
• Kepada pasien: Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang gangguan yang dialaminya, diharapkan pasien dapat
secara efektif mengenali gejala dan penyebab serta terapi yang dibutuhkanya untuk menghindari kekambuhan atau
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
 
• Kepada keluarga: Diberikan pengetahuan kepada keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien, terapi perilaku
keluarga, dukungan, sosial, dan perhatian dari keluarga kepada pasien dan terapi serta kepatuhan minum obat pasien
Prognosis

● Quo et vitam : dubia ad bonam


● Quo et fungsionam : dubia ad bonam
● Quo et sanationam : dubia ad bonam
DISKUSI
Seorang pasien perempuan berusia 29 tahun datang dengan keluhan sulit tidur dan
tremor sejak 1 minggu lalu. Keluhan pertama kali muncul saat pasien sedang menjalani
kegiatannya menjadi mahasiswa koass di Fakultas Kedokteran Baiturrahmah. Pasien suka
mengurung diri dan tidak mau berinteraksi, kemudian pasien mulai tidak mau makan
(hanya makan mie 1 kali sehari), pasien mengatakan bahwa dia tidak suka terhadap
cahaya, dan tidur hampir 24 jam atau pasien tidak tidur sama sekali, tidak mau mandi
(hanya mandi 1 kali seminggu) dan datang ke psikolog dengan keluhan utama adanya
keinginan untuk bunuh diri. Pasien menjelaskan bahwa pasien sudah diancam DO,
keinginan tidak terpenuhi, merasa malu karena diancam DO sementara teman-teman
menganggapnya pintar. Menurut keluarga pasien, pasien mengalami gejala tersebut karena
ada hal yang orangtua pasien janjikan kepada pasien namun tidak terpenuhi.
Setelah berobat 6 bulan pasien berhenti berobat dan mengalami putus obat selama 3
bulan, kemudian timbul gejala yang sama dan mencoba berobat ke psikiater lain. Setelah
dilakukan pemeriksaan, psikiater memberikan obat untuk mengurangi gejala dan
menyarankan pasien untuk kontrol seminggu kemudian. Selama pengobatan pasien mulai
merasakan gejala yang berbeda, gejala yang dialami selama pengobatan seperti tidak bisa
berhenti bicara, merasa aktivitas selama 24 jam tidak cukup, muncul ide-ide di pikiran
yang saling berhubungan, mulai merasakan senang, dan suka menyetir tanpa tujuan.
Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan
pemeriksaan pada pasien. Berdasarakan keluhan diatas, menurut PPDGJ-III pasien memenuhi criteria
diagnosis Gangguan Afektif Bipolar, Episode kini Manik tanpa Gejala Psikotik dengan tanda episode
yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan, harus ada
sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa
lampau. Tanda dari mania tanpa gejala psikotik adalah episode sekurang-kurangnya 1 minggu, dan
cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas social yang
biasa dilakukan. Perubahan afek harus disertai dengan energy yang bertambah sehingga terjadi
aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide
perihal kebesaran/”grandiose ideas” dan terlalu optimistic. Serta tidak ditemukan delusi, iritabilitas,
halusinasi ataupun ilusi.
• Sedangkan menurut DSM-IV pasien dapat didiagnosis Gangguan mood bipolar I, episode manic
sekarang ini, yakni dengan criteria diagnosis :saat ini dalam episode manic, sebelumnya, paling
sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik, depresi, atau campuran dimana episode mood
pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan ,gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum, gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau
menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek fungsi penting lainnya.
• Saat ini pasien mendapatkan Risperidone , Carbamazepin , Nopres dan vit B6 , Diazepam (bila
perlu saat sulit tidur).
● Terapi non farmakologis memegang peranan yang juga penting pada pasien ini.
Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah
psikoterapi suportif, dan psikoedukasi. Psikoterapi suportif bertujuan untuk
memperlihatkan minat kita pada pasien, memberikan perhatian, dukungan, dan
optimis. Dalam psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan terhadap
kasus dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah namun tetap
berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima dan dilindungi
THANK YOU
“There is hope, even when your brain tells you there isn’t.”
- John Green

Anda mungkin juga menyukai