Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Demi memenuhi tugas yang diberikan, kami berterimakasih atas bimbingan
dan ilmu yang telah di berikan oleh Bapak Dr. Sutangsa, S.Pd., MAP selaku dosen
kami. Kami juga berterimakasih kepada teman dan keluarga yang sudah memberikan
ide-idenya serta dukungan untuk kami menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu besar harapan kami untuk diberi kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Bandung, 26 oktober 2019


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................... 1
BAB II Landasan Teori .............................................................................................. 2
A. Definisi Suicidal Thought ........................................................................ 2
B. Faktor Penyebab Suicidal Thought .......................................................... 3
C. Gejala Psikis Suicidal Thought ................................................................ 4
D. Gejala Fisik Suicidal Thought .................................................................. 5
E. Pencegahan Munculnya Suicidal Thought ............................................... 5
F. Penanganan Ketika Suicidal Thought Muncul ......................................... 6
G. Penanganan Suicidal Thought Kepada Orang Lain ................................. 8
BAB III Penutup ...................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ............................................................................................ 10
B. Saran ....................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kasus bunuh diri menyumbang lebih dari 800.000 kematian di setiap
tahunnya meskipun upaya pencegahan bunuh diri telah banyak dilakukan.
Menurut hasil survey seorang psikiater di rumah sakit di Kota Bandung, 30,5
% mahasiswa mengalami depresi, 20% berpikir untuk bunuh diri, dan 6 %
sudah melakukan percobaan untuk bunuh diri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan suicidal thought ?
2. Faktor apa saja yang memengaruhi suicidal thought ?
3. Gejala apa yang dialami korban suicidal thought ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari suicidal thought
2. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi suicidal thought
3. Mengetahui gejala suicidal thought

1
BAB II
LANDASAN TEORI

Benny Prawira Siauw, seorang aktivis komunitas pemerhati kasus bunuh


diri, Into the Light, (Kuwado, Maret 24, 2017) menjelaskan bahwa setidaknya
terdapat 227.625 orang di Indonesia yang memiliki kecenderungan bunuh diri. Hal ini
diperparah dengan pemberitaan bunuh diri yang mengarah pada paparan media yang
salah dan masih sangat terbatasnya akses konseling bagi mereka. Untuk memahami
lebih jauh mengenai fenomena perilaku bunuh diri, kita perlu mengenali tahapan
proses sebelumnya, yaitu ide bunuh diri.
Bunuh diri bisa berawal dari pemikiran bunuh diri (suicidal thought) yang
muncul begitu saja. Suicidal Thought bisa muncul setiap hari dalam bentuk keinginan
pasif, reaksi emosional, maupun rencana yang sudah pasti. Menurut sebuah studi
yang dilakukan oleh Institute for Health Metrics anda Evaluation, University of
Washington pada tahun 2019, pemikiran bunuh diri merupakan salah satu faktor
pendorong tertinggi terhadap terjadinya tindakan bunuh diri atau suicide behavior.

A. Definisi Suicidal Thought


Secara umum, bunuh diri berasal dari bahasa Latin “suicidium”,
dengan “sui” yang berarti sendiri dan “cidium” yang berarti pembunuhan.
Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai sebuah perilaku pemusnahan
secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri oleh seorang individu yang
memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari sebuah isu. Schneidman
juga mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang cenderung
melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan perasaan
frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat bunuh diri sebagai
satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa
menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk., 2000).

2
Sedangkan menurut Corr, Nabe, dan Corr (2003), agar sebuah
kematian bisa disebut bunuh diri, maka harus disertai adanya intensi untuk
mati. Meskipun demikian, intensi bukanlah hal yang mudah ditentukan,
karena intensi sangat variatif dan bisa mendahului , misalnya untuk
mendapatkan perhatian, membalas dendam, mengakhiri sesuatu yang
dipersepsikan sebagai penderitaan, atau mengakhiri hidup.
Beck (dalam Salkovskis, 1998) mendefinisikan percobaan bunuh diri
sebagai sebuah situasi dimana seseorang telah melakukan sebuah perilaku
yang sebenarnya atau kelihatannya mengancam hidup dengan intensi
menghabisi hidupnya, atau memperlihatkan intensi demikian, tetapi belum
berakibat pada kematian.
Pada dasarnya pikiran memiliki kaitan yang erat dengan emosi dan
perilaku. Maka tidak jarang kita menemukan sebuah ide (pemikiran) bisa
menimbulkan sebuah motivasi yang besar sehingga seseorang terdorong untuk
mewujudkan pemikiran tersebut menjadi nyata, termasuk suicidal thought.
Berdasarkan definisi diatas, diapat disimpulkan bahwa Suicidal
thought atau suicidal ideation adalah pikiran tentang bagaimana untuk
membunuh diri sendiri yang dapat berupa rencana rinci atau pertimbangan
sekilas untuk bunuh diri yang dapat berupa rencana rinci ataupun
pertimbangan sekilas untuk bunuh diri yang tidak berakhir dengan tindakan
bunuh diri. Dalam beberapa kasus, hal ini hanya bersifat sementara dan dapat
ditangani. Tetapi dalam kasus lainnya, suicidal thought dapat mengantarkan
seseorang untuk melakukan percobaan atau bahkan tindakan bunuh diri.

B. Faktor Penyebab Suicidal Thought


Schneidman menyebut bunuh diri sebagai hasil dari “psychache”.
Psychache merupakan rasa sakit dan derita yang tidak tertahankan dalam jiwa
dan pikiran. Rasa sakit tersebut pada dasarnya berasal dari jiwa seseorang
ketika merasakan secara berlebih rasa malu, rasa bersalah, penghinaan,

3
kesepian, ketakutan, kemarahan, kesedihan karena menua, atau berada dalam
keadaan sekarat (dalam Maris dkk., 2000).
Pada dasarnya, seseorang yang memiliki pemikiran untuk bunuh diri
sedang berada dalam kerangka dan cara berpikir yang berbeda. Maksudnya,
seseorang tersebut tidak mampu lagi mengatasi beberapa situasi tertentu
sehingga berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena merasa akan terbebas
dari hal yang mengganggu pikiran dan mentalnya. Kondisi tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya :
1. Depresi
2. Stressful moment yang terjadi dalam kehidupan, misalnya
penyesalan, duka yang mendalam, ketidakberdayaan, atau
kehilangan seseorang yang dicintai.
3. Perasaan putus asa
4. Faktor genetik dari sesorang yang keluarganya mempunyai riwayat
bunuh diri.
5. Penyalahgunaan penggunaan obat-obatan.

C. Gejala Psikis Suicidal Thought


Sesaat sebelum keinginan suicidal thought muncul, korban akan
mengalami beberapa perasaan dan gejala yang mengganggu keadaan
mentalnya, antara lain :
1. Merasa terkurung dan terjebak
2. Merasa tidak punya masa depan
3. Membenci diri sendiri
4. Tingkat kecemasan yang tinggi dan kondisi mood yang berubah-
ubah

4
D. Gejala Fisik Suicidal Thought
Selain gejala psikis, ada beberapa gejala fisik yang terlihat dari
beberapa korban yang memiliki pemikiran untuk bunuh diri, diantaranya :
1. Tingkat adrenalin rendah, cenderung tidak bersemangat
2. Malas untuk bergerak
3. Menolak bangun pagi
4. Malas untuk bergaul
5. Nafsu makan menurun
6. Perubahan rutinitas
7. Pergeseran dan rusaknya pola tidur
8. Mengalami gangguan konsentrasi
9. Pengisolasian diri
10. Banyak melakukan gerakan indikasi kecemasan, seperti mondar-
mandir, meremas-remas tangan, dan terkadang mengucapkan
selamat tinggal kepada orang-orang
11. Sering membicarakan soal kematian
12. Sering mengungkapkan penyesalan dalam hidup

E. Pencegahan Munculnya Suicidal Thought


Terlepas dari faktor biologis dan genetic yang bisa memengaruhi
suicidal thought, faktor lainnya seperti penyakit dan stressfull moment masih
mungkin untuk ditangani dengan cara pengelolaan emosi yang baik. Selain itu
ada beberapa upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah atau
menurunkan resiko pemikiran untuk bunuh diri, diantaranya :
1. Pengobatan rutin bagi seseorang yang memiliki penyakit
2. Menghindari penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang
3. Mencoba tetap terhubung dengan dunia luar
4. Menjaga hubungan sosialisasi dengan keluarga dan kawan
5. Melibatkan keluarga jika ada permasalahan

5
6. Menjaga pola hidup, pola makan, dan pola tidur yang sehat.

F. Penanganan Ketika Suicidal Thought Muncul


Berdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa pikiran memiliki kaitan
yang erat dengan emosi dan perilaku sehingga tidak jarang kita menemukan
sebuah ide (pemikiran) bisa menimbulkan sebuah motivasi yang besar bagi
seseorang terdorong untuk mewujudkan pemikiran tersebut menjadi nyata,
termasuk suicidal thought. Lalu apa yang bisa kita lakukan jika muncul
keinginan bunuh diri dalam pikiran kita ?
Berikut hal-hal yang dapat dilakukan jika keingin untuk bunuh diri
muncul, antara lain :
1. Relaksasi pernapasan
Salah satu cara sederhana untuk menangani ketika pikiran bunuh
diri muncul adalah relaksasi pernapasan. Relaksasi pernapasan
adalah cara sederhana namun memiliki efek yang luar biasa.
Penelitian menyatakan bahwa dengan relaksasi pernapasan secara
sadar dapat meningkatkan vitalitas, detoksifikasi fisik, dan
peningkatan imunitas. Selain itu, relaksasi pernapasan juga
membantu dalam usaha memperoleh kedamaian batin dan
kejernihan pikiran karena mampu menyadarkan pikiran ke situasi
sekarang.
2. Ekspresikan emosi dan perasaan yang muncul
Emosi dan pikiran yang dipendam dapat menumpuk dan menjadi
sampah. Tumpukan tersebut dapat menyebabkan perasaan tidak
nyaman, gelisah, sensitive, reaktif, frustasi hingga berpikir untuk
mengakhiri hidup. Memendam emosi dan perasaan dapat
menyebabkan ledakan emosi yang berujung pada hal-hal negative
seperti self-harm.

6
Cara pengekspresian emosi yang baik adalah dengan cara belajar
memahami dan menyadari emosi yang muncul. Emosi tersebut
dapat diekspresikan dengan kata-kata secara langsung, atau
melalui bantuan media, seperti menulis, menggambar
mendengarkan music atau cara-cara adaptif lainnya.
3. Berbagi dengan orang yang dipercaya
Ketika berbagi dengan orang lain yang kita percaya dapat
mengeluarkan sedikit tekanan yang ada di dalam diri meskipun
tidak langsung sekaligus menyelesaikan masalah. Dengan berbagi
kita bisa mendapatkan dukungan, masukan, ataupun sudut pandang
baru dari orang yang mampu diajak berbagi.
4. Mengunjungi praktisi professional
Apabila merasa tidak ada orang yang tepat untuk diajak berbagi,
maka bisa mencari bantuan alternative lainnya, seperti
berkonsultasi dengan para professional baik psikolog ataupun
psikiater di rumah sakit atau biro terdekat.
5. Menerima dan memaafkan diri sendiri
Hal sederhana lainnya yang dapat dilakukan adalah tidak
menyangkal dan mulai menerima serta memaafkan diri sendiri dari
perasaan bersalah, sedih, frustasi, dan keadaan emosi negatif
lainnya. Memaafkan dan menerima dapat membuat berpikir lebih
baik dan jernih untuk melanjutkan hidup dengan perasaan yang
lebih positif terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Memaafkan dan menerima juga dapat menggeser kesadaran kita
bahwa segala peristiwa yang terjadi seperti penderitaan, kegagalan,
ketidakmampuan, ketidaksempurnaan merupakan bagian dari
kehidupan perlu dijalani.

7
G. Penanganan Suicidal Thought Kepada Orang Lain
Selain penanganan kepada diri sendiri, kita juga bisa berperan untuk
membantu saudara, teman, atau keluarga yang sedang berada di masa-masa
sulit seperti kesepian, depresi, atau sedang dalam fase quarter life crisis.
Apalagi jika mereka memiliki riwayat melakukan self-harm sehingga
memungkinkan juga memiliki suicidal thought.
Bagaimana cara menyelamatkan mereka yang sedang memiliki
suicidal thought? Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan :
1. Mendengar tanpa menjudge
Hal sederhana pertama yang dapat dilakukan adalah mendengar
dengan catatan tanpa menjudge korban. Kecenderungan manusia
adalah menjudge orang lain berdasarkan data seadanya dan
meremehkan apa yang dialami dan dirasakan korban.Dengan
menjudge korban dapat membuat situasi menjadi lebih buruk.
2. Memberikan rasa aman
Buat korban merasa aman dan nyaman dengan kehadiran kita. Hal
ini dapat mengurangi sedikit beban dan tekanan yang dirasakan oleh
korban.
3. Menyarankan untuk mendapatkan bantuan professional.
Jika dirasa perlu, menyarankan untuk mendapatkan bantuan dari
professional sepeti psikolog atau psikiater dapat dipertimbangkan.
Dukungan moral dan social sangat dibutuhkan pada momen seperti
ini.
4. Berpikir dengan kemungkinan lebih buruk
Berdasarkan penelitian, kondisi mental dan pikiran para korban yang
mengalami suicidal thought selalu dalam kondisi negatif. Oleh
karena itu, tidak jarang saran positif dan membangun dari kita
ditolak mentah-mentah. Dengan memanfaatkan kondisi pikiran yang
selalu negatif, kita dapat mengarahkan pikiran korban ke hal negatif

8
lainnya dari tindakan bunuh diri seperti apa yang akan dirasakan dan
kesedihan keluarga, orang tua, dan orang-orang terdekatnya jika
korban memutuskan bunuh diri.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Suicidal thought atau suicidal ideation adalah pikiran tentang
bagaimana untuk membunuh diri sendiri yang dapat berupa rencana rinci atau
pertimbangan sekilas untuk bunuh diri yang dapat berupa rencana rinci
ataupun pertimbangan sekilas untuk bunuh diri yang tidak berakhir dengan
tindakan bunuh diri.
Suicidal thought disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
depresi, stressful moment, perasaan putus asa, faktor genetik, dan
penyalahgunann penggunaan obat-obatan.
Suicidal thought menunjukkan beberapa gejala, baik gejala psikis
maupun gejala fisik. Beberapa gejala psikis yang dialami adalah perasaan
terjebak, perasaan tidak punya masa depan, perasaan membenci diri sendiri,
merasa cemas dan kondisi mood yang tidak stabil. Sedangkan gejala fisik
ditandai oleh malas bergerak, malas bersosialisasi, perubahan rutinitas harian,
mengalami gangguan konsentrasi dan lain-lain.

B. Saran
Terkait dengan suicidal thought, penulis menyarankan untuk bisa mengamati
berbagai permasalahan dari banyak sudut pandang dan tidak menjadikan
bunuh diri sebagai satu-satunya jalan. Penulis juga menyarankan untuk
meyakini bahwa segala permasalahan yang datang merupakan bagian dari
kehidupan dan tetap menjalani kehidupan sebaik-baiknya serta menjaga
hubungan baik dengan orang-orang terdekat agar pemikiran bunuh diri tidak
muncul.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://pijarpsikologi.org/apa-yang-bisa-kamu-lakukan-ketika-muncul-pemikiran-bunuh-
diri/
https://pijarpsikologi.org/selamatkan-temanmu-dari-pemikiran-bunuh-diri/
https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/180-suicidal-ideation-titik-kritis-hilangnya-
makna-hidup
https://tirto.id/satu-dari-tiga-mahasiswa-jakarta-punya-suicidal-thought-deXw
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/penyakit-mental/mengenali-orang-orang-yang-
memiliki-kecenderungan-bunuh-diri/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/18244/Chapter%20II.pdf;jsessioni
d=6F29947C1B50DFF44E3314E20820CE91?sequence=4
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp/article/view/4445/4100

11

Anda mungkin juga menyukai