Oleh :
Kelompok 7
Citra Rachmawati 101611133010
Riphyana Novayanti 101611133031
Fransisca Putri I. D. 101611133155
Fitri Azzahrah 101611133202
COVER........................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................2
1.3 Tujuan .................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Bunuh Diri .........................................................................................3
2.2 Riwayat Personal yang Mempengaruhi Percobaan Bunuh Diri .........................4
2.3 Bunuh Diri di Indonesia .....................................................................................5
2.4 Pencegahan Bunuh Diri ......................................................................................6
2.5 Faktor Penyebab Seseorang Melakukan Bunuh Diri ..........................................6
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Analisis Keterkaitan Kasus dengan Teori Kepribadian ......................................8
3.2 Analisis Keterkaitan Kasus dengan Pengukuran Kesehatan ............................15
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .........................................................................................................16
4.2 Saran ...................................................................................................................16
LAMPIRAN...............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA…............................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana keterkaitan kasus bunuh diri dengan teori kepribadian?
2. Bagaimana keterkaitan kasus bunuh diri dengan pengukuran kesehatan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui keterkaitan kasus bunuh diri dengan teori kepribadian
2. Untuk mengetahui keterkaitan kasus bunuh diri dengan pengukuran
kesehatan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ide bunuh diri (suicide ideation) merujuk kepada gagasan, khayalan, pemikiran
mendalam, kekhawatiran akan kematian, mencelakai diri sendiri, kematian yang
ditimbulkan diri sendiri. Niat bunuh diri (suicide intent) merujuk kepada keinginan
pasien dan komitmen untuk mati dengan bunuh diri. Rencana bunuh diri (suicide plan)
merupakan suatu strategi personal termasuk kerangka waktu dan sarana untuk
menyelesaikan tindakan bunuh diri. Pada beberapa orang terdapat jarak antara
pikiran/ide bunuh diri dengan tindakan bunuh diri. Mereka memikirkan ide ini dalam
beberapa waktu, ada yang beberapa hari beberapa minggu, beberapa tahun dan tidak
pernah melakukan, sedangkan beberapa lain melakukannya dengan impulsif.
3
2.2 Riwayat Personal yang Mempengaruhi Percobaan Bunuh Diri
1. Peristiwa hidup (Stressor)
Peristiwa hidup didefinisikan sebagai suatu pengalaman yang
menyebabkan perubahan dan penyesuaian yang substansial dari aktivitas
seharihari seseorang. Sedangkan menurut Ian M. Good peristiwa hidup
didefinisikan sebagai suatu keadaan yang permulaan dan akhirannya dapat
diidentifikasi dan berpotensi mengubah keadaan mental dan fisik seseorang.
Sikap terhadap bunuh diri pertama kali dikenalkan oleh Bayet pada
tahun 1922. Bayet mendefinisikan sikap terhadap bunuh diri menjadi dua garis
besar yaitu: morale simple yaitu merupakan sikap yang menggambarkan
ketidaksetujuan terhadap bunuh diri dalam keadaan apapun, sedangkan morale
nonceé merupakan sikap yang lebih menyambut dan lebih permisif, yaitu
memahami tindakan bunuh diri dalam keadaan tertentu.
a. Dukungan emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang
yang bersangkutan.
4
b. Dukungan penghargaan
Terjadi lewat ungkapan hormat/penghargaan positif untuk orang lain
itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain, misalnya
orang itu kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah harga
diri).
c. Dukungan instrumental
Mencakup bantuan langsung, misalnya orang memberi pinjaman uang
kepada orang yang membutuhkan atau menolong dengan memberi
pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan
d. Dukungan informative
Mencakup pemberian nasihat, saran, pengetahuan, dan informasi serta
petunjuk.
5
2.3 Bunuh Diri di Indonesia
6
2. Pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan terapi yang tepat pada orang yang
telah melakukan percobaan bunuh diri.
3. Pencegahan tersier adalah tindakan untuk mencegah berulangnya percobaan
bunuh diri.
2.5 Faktor Penyebab Seseorang Melakukan Bunuh Diri
1. Tidak adanya harapan untuk lepas dari masalah dan tidak dapat melihat
alternatif lain dari penyelesaian masalah. Bunuh diri dianggap sebagai jalan
keluar untuk mengakhiri penderitaan mereka. Keputusan mereka didasarkan
pada pertimbangan bahwa hidup tidak berharga dan bermakna lagi untuk
dijalani dengan adanya penderitaan yang berkepanjangan.
2. Keyakinan agama atau politik yang tertanam dengan kuat, dengan keyakinan
bahwa tindakannya adalah membela kebenaran, menyelamatkan ideology, dan
yakin akan diberikan penghargaan pada kehidupan setelah mati.
3. Merasa akan mendapatkan simpati dari orang tercinta atau orang lain, jika
“mengancam” akan bunuh diri.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Kepribadian setiap individu pasti sangat berbeda beda karena kepribadian itu
sendiri berasal dari heredity atau dari environment. Bagaimanapun juga, kedua
faktor ini tentu memiliki pengaruh tersendiri. Namun ada penelitian yang
menunjukkan bahwa heredity, memiliki pengaruh yang lebih besar daripada
environment. Terdapat penelitian yang menjelaskan bahwa, meskipun seorang
anak kembar dipisah sejak lahir, dan dipelihara oleh keluarga yang berbeda.
Namun setelah dipertemukan pada usia 31, tidak ditemukan adanya perbedaan
kepribadian antara mereka berdua. Hal ini bukan berarti bahwa kepribadian
seseorang tidak dapat berubah, karena faktor lingkungan juga dapat memberi
pengaruh terhadap kepribadian seseorang. Pada dasarnya setiap orang mempunyai
personality traits yaitu suatu karakteristik yang abadi yang menggambarkan
perilaku individu (Pervin, Cervone, & John, 2005).
SIMULASI :
8
Pengalaman awal ( masa anak-anak) & Pengaruh keluarga
Lingkungana awal keluarga yang secara tidak langsung memberikan
penekanan. Karena dijelaskan pula bahwa orang tuanya memang menaruh
harapan besar pada anak pertamanya itu untuk sukses dan bisa memiliki
pekerjaan yang dapat membantu taraf perekonomian keluarga mereka.
Pengaruh Budaya
Menurut analisis perubahan yang dialami oleh CV akibat dari pengaruh
lingkungan pergaulan di Australia.
Kondisi Fisik
CV memiliki paras yang biasa dan polos, memiliki kulit yang coklat sawo,
postur tubunya pun sedikit pendek dan kurus.
Inteligensia
CV merupakan anak yang berbakat, saat kecil selalu juara kelas. Kuliah di
Australia pun juga merupakan hasil jerih payah dia belajar dan akhirnya
mendapat kesempatan untuk berkuliah disana.
Emosi
Sifat emosional yang dimiliki CV mungkin kurang karena memang
memiliki sifat pendiam.
Penerimaan Sosial
CV sejak kecil pendiam jadi memang sulit untuk bergaul bersama temannya
yang lain. Australia tempat CV berkuliah dia juga hampir belum bisa
menyesuaikan diri dan berteman dengan rakan kuliahnya. Bahkan si CV
telah mendapat perlakuan bullying oleh beberapa mahasiswa penguasa di
kampusnya. Karena memang si CV sulit bergaul dan sifatnya pendiam.
Semakin diperlakukan seperti itu si CV akhirnya semakin menutup diri dan
menjauh dari rekan-rekannya di kelas.
Perubahan fisik
Tidak ada perubahan fisik yang drastis pada CV, mungkin faktor itu juga
yang menimbulkan keresahan terhadap pribadi si CV.
9
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
Kepribadian Menurut Sabri (2001) dalam mempelajari kepribadian perlu
mengetahui bagaimana sifat-sifat atau ciri-ciri kepribadian itu terbentuk dan
bagaimana proses perkembangannya, siapa-siapa dan apa saja peristiwa-peristiwa
yang mempengaruhi perkembangannya. Dalam hubungan ini ada beberapa faktor
yang mempengaruhi, pembentukan/perkembangan, kepribadian, yaitu
pengalaman awal (masa anak-anak), pengaruh budaya, kondisi fisik, inteligensia,
emosi , penerimaan sosial, pengaruh keluarga, dan perubahan fisik.
Ide bunuh diri muncul pada keadaan darurat psikiatri karena individu berada
dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan mekanisme penyesuaian diri
yang salah (simulasi). Bunuh diri merupakan tindakan merusak integrasi diri atau
mengakhiri kehidupan, dimana keadaan ini didahului oleh respon maladaptif dan
kemungkinan keputusan terakhir individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi (Wangmuba, 2009). Pada analisis kasusnya, pelaku memang mengalami
perubahan perilaku disebabkan oleh Pengalaman awal saat masa anak-anak si
pelaku yang merupakan anak paling dibanggakan kedua orang tuanya dan menjadi
panutan bagi saudara yang lain. (simulasi) Menurut keterangan orang tuanya
mungkin karena mereka terlalu banyak menaruh harapan hingga anak tersebut
menjadi sangat tertekan. Tekanan yang dilalui si pelaku ini telah ditumpuk sejak
lama maka dari itu puncak stress nya yaitu pada saat tidak mendapat pekerjaan
hingga akhirnya kejadian bunuh diri itu terjadi.
kasus penyebab
Depresi
Personality internal
Internal Kecewa
individu Harapan yang Bunuh Diri
Bunuh Diri besar
Tidak
mendapat External
External Bulying
pekerjaan Society
10
3. Tipologi kepribadian manusia
11
Sifat kejiwaan tertentu yang khas ini, yang adanya tergantung kepada
dominasi cairan dalam tubuh itu oleh Gelenus disebut temperamental. Pada kasus
ini, (simulasi) sebelum si pelaku meninggal menurut keterangan keluarganya CV
memiliki keseharian kurang baik seperti sering gelisah, murung didalam kamar,
selalu curiga terhadap orang lain dan kadang-kadang sekali gagal langsung
menyerah. Apabila dikaitkan dengan teori ini si CV termasuk ke dalam sifat
melancholi.
Kepribadian dalam kasus ini dilihat berdasarkan the big five personality
yang dikembangkan oleh McCrae. Teori ini didasarkan pada model lima faktor
kepribadian sebagai representasi struktur trait yang merupakan dimensi utama dari
kepribadian (Pervin, Cervone, & John, 2005). Trait kepribadian merupakan
dimensi dari kepribadian yang merupakan kecenderungan emosional, kognitif, dan
tingkah laku, yang bersifat menetap dan ditampilkan individu sebagai respons
terhadap berbagai situasi lingkungan (Westen dalam Seniati, 2006). Berikut ini
Kelima trait kepribadian (Big Five Personality) yaitu extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience. Hasil analisis dari
kasus ini pribadi CV memiliki skor yang tinggi pada neuroticism cenderung mudah
menjadi cemas, temperamental, mengasihani diri, emosional, dan rapuh terhadap
gangguan yang berkaitan dengan stress. Hasil analisis tersebut berdasarkan
penggalian informasi terkait kasus tersebut dengan pihak keluarga. Pribadi yang
skornya rendah biasanya tenang, bertemperamen lembut, dan puas diri (Feist &
Feist, 2008). Karena sifat dasarnya yang negatif, individu neurotik mengalami
peristiwa kehidupan yang lebih negatif dari individu lain (Magnus, Diener, Fujita,
& Pavot, dalam Heller, Mount, & Judge, 2002). Pada hubungannya dengan CV
yang tidak kunjung mendapatkan pekerjaan, personaliti neuroticism yang tinggi ini
dapat memicu terjadinya keinginan bunuh diri akibat dari depresi yang
berkepanjangan. Maka dari itu sebenarnya keadaan seperti ini dapat dicegah baik
melalui individu, keluarga maupun pihak luar yang dapat mendukung atau
memotivasi wanita ini.
12
6. Self Efficacy
Baron dan Byrne (2005) mendefinisikan self-efficacy sebagai evaluasi diri seseorang
terhadap kemampuan atau kompetensi untuk menampilkan tugas, mencapai tujuan dan
mengatasi rintangan. Bandura (1997) mengungkapkan bahwa self-efficacy adalah
penilaian keyakinan diri tentang seberapa baik individu dapat melakukan tindakan
yang diperlukan yang berhubungan dengan situasi yang prospektif. Self-efficacy ini
berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan
yang diharapkan. Bandura juga mengatakan bahwa self-efficacy berkaitan dengan
keyakinan individu dapat atau tidak dapat melakukan sesuatu bukan pada hal apa yang
akan ia lakukan.
Kasus bunuh diri ini termasuk ke dalam dimensi magnitude. Karena pelaku bunuh diri
sudah merasa memiliki pendidikan yang cukup untuk memperoleh pekerjaan. Namun
sayangnya sudah berkali-kali mendaftar pekerjaan, belum memperoleh juga. Belum
lagi tekanan baik dari pribadi maupun lingkungan keluarga dan teman. Sehingga
pelaku tidak bisa menerima kesulitan tersebut.
13
a. Pengalaman Keberhasilan (mastery experiences)
Keberhasilan yang sering didapatkan akan meningkatkan efikasi diri
yang dimiliki seseorang, sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi
dirinya. Apabila keberhasilan yang didapat seseorang lebih banyak
karena faktor-faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan membawa
pengaruh terhadap peningkatan efikasi diri. Akan tetapi, jika
keberhasilan tersebut didapatkan dengan melalui hambatan yang besar
dan merupakan hasil perjuangannya sendiri, maka hal itu akan
membawa pengaruh pada peningkatan efikasi dirinya.
b. Pengalaman Orang Lain (vicarious experiences)
Pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan
individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan
efikasi diri seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. Efikasi diri
tersebut didapat melalui social models yang biasanya terjadi pada diri
seseorang yang kurang pengetahuan tentang kemampuan dirinya
sehingga mendorong seseorang untuk melakukan modeling. Namun,
efikasi diri yang didapat tidak akan terlalu berpengaruh bila model yang
diamati tidak memiliki kemiripan atau berbeda dengan model.
c. Persuasi Sosial (Social Persuation)
Informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh
seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan
seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas.
d. Keadaan fisiologis dan emosional (physiological and emotional states)
Kecemasan dan stres yang terjadi dalam diri seseorang ketika
melakukan tugas sering diartikan sebagai suatu kegagalan. Pada
umumnya seseorang cenderung akan mengharapkan keberhasilan dalam
kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak merasakan
adanya keluhan atau gangguan somatic lainnya. Efikasi diri biasanya
ditandai oleh rendahnya tingkat stres dan kecemasan, sebaliknya efikasi
diri yang rendah ditandai oleh tingkat stres dan kecemasan yang tinggi
pula.
14
Jadi, kasus bunuh diri ini sangat sesuai dengan faktor keadaan fisiologis dan
emoisonal. Karena pelaku bunuh diri mengalami stres akibat tidak
memperoleh pekerjaan. Efikasi diri pelaku menurun dan semakin tidak ada
gairah untuk hidup karena sudah berulang kali usaha untuk memperoleh
pekerjaan tapi tidak mendapatkannya.
15
responden akan menunjukkan tingkat depresi yang dimiliki oleh responden
yang bersangkutan. Nilai total berkisar dari 0 – 63. Indikasinya adalah:
a. Jumlah nilai 0 – 13 : minimal/normal
b. Jumlah nilai 14 – 19 : depresi ringan
c. Jumlah nilai 20 – 28 : depresi sedang
d. Jumlah nilai 29 – 63 : depresi berat
2. Geriatric Depression Scale (GDS)
Menurut Debri Setia Ningrum (2017) Geriatric Depression Scale
(GDS) adalah suatu kuesioner yang terdiri dari 30 pertanyaan yang harus
dijawab. Geriatric Depression Scale (GDS) ini dapat dimampatkan menjadi
hanya 15 pertanyaan yang harus dijawab. Sederhana saja, hanya dengan “Ya
atau Tidak”, suatu bentuk penyederhanaan dari skala yang mempergunakan
lima rangkai respon kategori. Skala ini mendapatkan angka dengan memberi
satu pokok untuk masing-masing jawaban yang cocok dengan apa yang ada
dalam sintesa di belakang pertanyaan tertulis tersebut. Angka akhir antara 10
sampai 11, biasanya dipergunakan sebagai suatu tanda awal untuk memisahkan
pasien tersebut masuk ke dalam kelompok depresi atau kelompok non depresi.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Untuk mencegah terjadinya bunuh diri perlu dilakukannya pencegahan yaitu dengan
pencegahan primer, sekunder dan tersier:
1. Pencegahan primer adalah tindakan mencegah sebelum orang mempunyai niat
melakukan tindakan bunuh diri dengan memperhatikan faktor-faktor risikonya.
2. Pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan terapi yang tepat pada orang yang
telah melakukan percobaan bunuh diri.
3. Pencegahan tersier adalah tindakan untuk mencegah berulangnya percobaan
bunuh diri.
17
Lampiran
18
Gambar 2. Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)
19
Gambar 3. Kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS)
20
DAFTAR PUSTAKA
Bakker, A. B., Van Der Zee, K. I., Lewig, K. A., & Dollard, M. F. (2002). The
Relationship Between The Big Five Personality Factors And Burnout: A Study
Among Volunteer Counselors. The Journal Of Social Psychology , 135. Akses
15 Mei 2019
Baron, R.A. & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial (Edisi ke 10). Jakarta: Erlangga
Bandura, Albert. (1997). Self Efficacy. New York: W.H. Freeman and Company.
Boeree, George.2005. Personality Theories. Jogjakarta: Prisma Sophie.
Feist, J., & Feist, G. J. (2008). Theories Of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Akses 15 Mei 2019
Pervin, L. A., Cervone, D., & John, O. P. (2005). Personality Theory And Research.
New York: John Wiley & Sons, Inc. Akses 15 Mei 2019
Pratama, Dimas Dkk. 2012. Pengaruh Kepribadian Berdasarkan The Big Five
Personality Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Hotel.Jurnal Gema
Aktualita.Vol. 1 No. 1. Akses 15 Mei 2019
21
Riasnugrahani, Missiliana, Mengapa Bunuh Diri?, dalam Euangelion, Edisi 121,
Desember 2010 – Januari 2011
Sabri, M.A. 2001. Pengantar Psikologi Umum Dan Perkembangan. Pedoman Ilmu
Jaya. Jakarta. Akses 6 Mei 2019
Seniati, L. (2006). Pengaruh Masa Kerja, Trait Kepribadian, Kepuasan Kerja, Dan
Iklim Psikologis Terhadap Komitmen Dosen Pada Universitas Indonesia.
Makara, Sosial Humaniora , 88-97. Akses 15 Mei 2019
Setiawan, H 2016, Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Di Apotek Pengharapan Jl.
Raya Tanggulangin 30 Tanggulangin - Sidoarjo 25 Januari 2016 – 27 Februari
2016, Surabaya: Universitas Katolik Widya Mandala
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Edisi Pertama. Jakarta: Egc. Akses 15
Mei 2019
Syafrida, Lis Y. 2013. Mengenal Pribadi Melalui Psikologi Kepribadian. Jurnal Darul
‘Ilmi Vol. 01, No. 02. Akses 15 Mei 2019
Widiarsono, Selvya. 2013. Hubungan Antara Depresi Degan Kualitas Hidup Aspek
Sosial Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) (Studi Korelasi Terhadap
22
Penderita HIV/AIDS di Rumah Cemara Bandung. Skripsi. Bandung:
Universitas Pendidikan Bandung
_____, http://www.depkes.go.id/article/view/16110400002/komunikasi-dan-
kepedulian-antar-anggota-keluarga-dibutuhkan-untuk-cegah-kejadian-bunuh-
diri-.html, diakses pada 15 Mei 2019, pukul 18.20
23
24