Kelompok 1:
1. Achmad Aziz Saifullah 21102001
2. Ainun Karimah 21102003
3. Ayu Nur Komariyah 21102008
4. Babun Liana 21102009
5. Krismanda Dynasti M K P 21102022
6. Laila Amma Liana 21102023
7. Naffa Aprillia Pramesti 21102033
8. Nurul Fitria 21102035
9. Pandu Fakkarun J. D 21102036
10. Puji Rizky P 21102037
11. Putri Wahyuni 21102040
12. Sayie Pramudyta 21102046
13. Siti Nur Qoriah 21102049
14. Yunita Anggraeni 21102059
b. Tujuan Khusus
• Menganalisis Faktor Internal penyebab ide bunuh diri
• Menganalisis Faktor Eksternal penyebab ide bunuh diri
b. Manfaat Praktis
1. Pelayanan Keperawatan
Memberikan kontribusi berupa sumber informasi dan bahan masukan terkait
mengembangkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
keperawatan dengan memperhatikan spiritualitas pada pasien dengan resiko
bunuh diri.
2. Pendidikan
Menjadi bahan masukan dan sumber informasi bagi ilmu keperawatan dalam
mengembangkan konsep spiritualitas pada pasien dengan resiko bunuh diri serta
meningkatkan pengetahuan dan perkembangan ilmu keperawatan.
3. Bagi Pasien
Menambah wawasan pasien yang berkaitan dengan kesehatan jiwa dan
spiritualitas yang dapat ditingkatkan pada pasien dengan resiko bunuh diri
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai pengembangan selanjutnya dibidang keperawatan khususnya yang
berkaitan dengan keperawatan jiwa dalam memperhatikan spiritualitas bagi
pasien dengan resiko bunuh diri serta untuk memberikan asuhan keperawatan
pada pasien, dan salah satu sumber bacaan bagi penelitian lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Bunuh diri akibat kewajiban, dimisalkan dengan tradisi masyarakat India kuno
yang mensyaratkan istri turut mati bersama suaminya dan jika sang istri
menolaknya maka akan menuai cemoohan masyarakat dan dianggap aib dalam
masyarakat.
2. Bunuh diri akibat dukungan masyarakat, hal tersebut dapat dicontohkan melalui
seorang prajurit mengorbankan dirinya pada peperangan demi menyelamatkan
teman-temannya. Tipe bunuh diri terkait perihal yang “didukung” masyarakat,
dalam arti, siapa yang melakukannya bakal menuai penghargaan berikut
penghormatan masyarakat.
3. Bunuh diri akibat kepuasan diri, menurut Durkheim, tak ada penjelasan ilmiah
bagi tindakan bunuh diri dengan tipe ini. Pada bunuh diri tipe ini,pelaku sekedar
merasa bangga dan puas mempertontonkan tindakan bunuh dirinya
di hadapan publik.
Bunuh diri sebagai akibat dari perilaku ekstrim memiliki banyak faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi bunuh diri terdiri dari dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Akumulasi dan interaksi faktor
tersebut meningkatkan risiko bunuh diri, adapun faktor internal dan eksternal
tersebut menurut (Guo & Zhu, 2019) adalah sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Faktor Biologi
Dalam hal riwayat keluarga, individu dengan riwayat bunuh diri juga
lebih mungkin memiliki penyakit mental dan pernah mencoba bunuh
diri atau pernah bunuh diri daripada individu tanpa riwayat
keluarga bunuh diri.
b. Gangguan Jiwa
Sekitar 90% kasus bunuh diri mengalami gangguan jiwa. Di antara
mereka, bunuh diri yang disebabkan oleh depresi atau episode depresi
dari gangguan bipolar menyumbang setidaknya setengah dari total
kejadian dan merupakan gangguan mental paling umum yang
menyebabkan bunuh diri.
c. Karakteristik Kepribadian
Sebuah studi menunjukkan bahwa dengan mengontrol kesehatan,
keramahan, keterbukaan, tanggung jawab dan ekstroversi menurunkan
risiko bunuh diri diperkirakan menjadi 56,7%
d. Faktor Kognitif
Penelitian menyatakan bahwa individu yang pernah mencoba bunuh
diri, memiliki tingkat kekakuan kognitif (kecenderungan bertahan,
ketidakmampuan mengubah kebiasaan, konsep dan sikap setelah
dikembangkan) yang lebih tinggi daripada individu yang tidak pernah
mencoba bunuh diri
e. Faktor Perilaku
Sikap seseorang yang semakin tegas setuju dengan perilaku bunuh diri,
maka semakin kuat pula keinginan untuk bunuh diri
2. Faktor Eksternal
a. Pengalaman hidup yang negative
Model teori stres menunjukkan bahwa stres adalah salah satu penyebab
munculnya keinginan untuk bunuh diri
b. Faktor Keluarga
Faktor keluarga berdampak besar pada bunuh diri. Pertama-tama,
pengalaman pelecehan masa kanak-kanak atau pengalaman yang
terabaikan, stabilitas keluarga dan gaya pengasuhan keluarga juga
dapat
memengaruhi ide bunuh diri individu
c. Faktor Sosial dan Lingkungan
Penelitian menunjukkan bahwa Internet dan forum sosial memiliki
potensi besar dalam mempopulerkan dan intervensi pengetahuan
tentang bunuh dir
d. Faktor Kebudayaan
Suasana budaya yang kuat dapat memengaruhi ide bunuh diri dengan
memengaruhi sikap individu terhadap bunuh diri
2.4 Tanda dan Gejala Bunuh Diri
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan perawatan pasien dengan
risiko bunuh diri adalah tanda dan gejala risiko bunuh diri yang
ditunjukkan
pasien pada masa perawatan, adapun gejala yang muncul menurut Yusuf
et all (2015) antara lain:
1. Keputusasaan
2. Celana terhadap diri sendiri, perasaan gagal, dan tidak berharga
3. Alam perasaan depresi
4. Agitasi dan gelisah
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan berat badan
7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
2.5 Tahapan Bunuh Diri
Menurut Davidson, Neale & Kring (2004) Perilaku bunuh diri merupakan
ekspresi stres pada seseorang. Perilaku ini berkembangmelalui beberapa
rentang diantaranya ialah;
1. Suicidal ideation, yang merupakan suatu proses kontemplasi bunuhdiri
atau sebuah cara yang digunakan dengan tidak melakukan sebuah aksi/
tindakan mencederai diri. Individu dalam tahap ini jarang untuk
mengungkapkan idenya tersebut.
2. Suicidal intent, yaitu tahap dimana individu sudah mulai berpikirdan
melakukan suatu perencanaan dalam tindakan mencederai diri sendiri.
3. Suicidal threat, yaitu tahap pada saat individu sudah mulai
mengekspresikan keinginan atau hasratnya untuk mengakhiri hidup.
4. Suicidal gesture, merupakan tahapan saat ia menunjukkan perilaku
destruktif atau menyakiti diri sendiri. Tujuannya untuk membahayakan
diri tetapi pada umumnya tidak mematikan. Contohnya individu
tersebut meminum beberapa pil, menyayat lengannya dan tindakan-
tindakan membahayakan lainnya. Ia melakukan tindakan tersebut
dengan maksud ingin diselamatkan dan masih ingin untuk hidup.
Tahap suicidal gesture ini sering juga disebut “crying for help” karena
hal tersebut merupakan caranya untuk mengungkan stress yang tidak
mampu diselesaikan.
5. Tahap kelima adalah suicidal attempt, yaitu tahap dimana individu
melakukan perilaku destruktif yang mengindikasikan bahwa ia ingin
mati dan tidak ingin diselamatkan. Contohnya dengan meminum obat
yang mematikan.
BAB III
STRATEGI PELAKSANAAN
A. Topik
Pencegahan Resiko Bunuh Diri
Sesi 1 : Melindungi pasien dari bunuh diri
Sesi 2 : Meningkatkan Harga Diri pasien
Sesi 3 : Menggunakan mekanisme koping yang adaptif
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Peserta TAK mampu meningkatkan hubungan interpersonal anggota kelompok,
berkomunikasi, mampu berinteraksi maupun berespon terhadap stimulasi yang
diberikan
2. Tujuan Khusus
Sesi 1
a. Klien dapat meningkatkan harga diri
b. Klien dapat berpikir positif terhadap dirinya
Sesi 2
C. Landasan Teori
Bunuh diri adalah segala sesuatu perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan
dirinya sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tau akan akibatnya
yang mungkin pada waktu yang singkat. (W.F. Maramis, 1992) Bunuh diri adalah
tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan. (Budi Anna Keliat,
1993)
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. ( Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa ) Resiko bunuh diri
adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapatmengancam kehidupan.Bunuh
diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri
kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan
berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri
kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi
stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/
gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri
dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan
(Stuart, 2006).
D. Klien
1. Kriteria
a. Klien yang sehat fisik
b. Klien dengan harga diri rendah kronis
c. Klien yang memiliki perasaan negatif pada dirinya
d. Klien dengan resiko bunuh diri
2. Proses Seleksi
a. Berdasarkan observasi klien sehari- hari
b. Berdasarkan informasi dan diskusi dengan perawat ruangan
mengenai perilaku klien sehari- hari
c. Hasil diskusi kelompok
d. Berdasarkan asuhan keperawatan
e. Adanya kesepakatan dengan klien
E. Pengorganisasian
1. Waktu
a. Hari/ tanggal :
b. Jam :
c. Acara :
1) Pembukaan
2) Perkenalan pada klien :
3) Perkenalan TAK :
4) Penutup
d. Tempat:
e. Jumlah pasien :
2. Tim Terapis
a. Leader
Tugas Leader:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Memimpin jalannya terapi kelompok.
3) Memimpin diskusi.
4) Kontrak waktu
5) Menyimpulkan hasil kegiatan
6) Menutup acara
b. Co Leader
Tugas Co Leader
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
4) Menggantikan leader jika terhalang tugas.
e. Anggota
Tugas Anggota
1) Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi
3. Metode dan media
a. Metode
1) Diskus
2) Permainan
b. Alat
1) Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK.
2) Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK.
c. Setting
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
F. Pelaksanaan
1. Sesi 1
Stimulasi persepsi : Pencegahan Bunuh Diri Mencegah Keinginan untuk Bunuh
Diri Tujuan :
a. Klien dapat mengendalikan saat ada keinginan atau dorongan untuk bunuh
diri
b. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Setting
Alat
Metode
a. Persiapan
1) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan Resiko Bunuh Diri
2) Membuat kontrak dengan klien.
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
2) Salam dari terapis kepada klien.
3) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
4) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
c. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
d. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah keinginan
untuk bunuh diri
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut :
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
b. Lama kegiatan30 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
e. Tahap kerja
1) Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan serta memakai
papan nama.
2) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
3) Terapis menanyakan apakah klien masih ada keinginan bunuh diri
4) Terapis menanyakan apa yang dilakukan klien saat keinginan tersebut muncul
5) Terapis menjelaskan cara mengalihkan bila keinginan untuk bunuh diri muncul
dengan modifikasi lingkungan psikis.
6) Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien.
f. Tahap terminasi.
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
2) Tindak lanjut.
Terapis meminta klien menceritakan kembali cara mengalihkan bila keinginan
bunuh diri muncul secara tertulis.
a) Evaluasi
Untuk TAK sesi 2 stimulasi persepsi : pencegahan resiko bunuh diri, kemampuan
klien yang diharapkan adalah mampu menceritakan kembali cara mencegah bila
keinginan bunuh diri terulang. Formulir evaluasi sebagai berikut :
b) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki oleh klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi, TAK stimulasi persepsi
pencegahan resiko bunuh diri. Klien mampu menuliskan cara mengalihkan bila
keinginan bunuh diri muncul dan tingkatkan reinforcement (pujian).
Sesi 2
Stimulasi persepsi : Pencegahan Bunuh Diri Meningkatkan Harga Diri Klien
Tujuan
a. Klien dapat mengidentifikasi pengalaman yang tidak menyenangkan.
b. Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya
Setting
Alat
Metode
a. Diskusi
b. Permainan
Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan gangguan konsep
diri, harga diri rendah.
2) Membuat kontrak dengan kien.
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi
1) Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien.
b. Perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama).
c. Menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan nama )
2) Evaluasi/validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini.
3) Kontrak
a. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bercakap-cakap tentang hal
positif diri sendiri.
b. Terapis menjelaskan aturan main berikut.
• Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
• Lama kegiatan 45 menit.
• Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c. Tahap Kerja
1) Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama panggilan
serta memakai papan nama.
2) Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien.
3) Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan.
4) Terapis memberi pujian atas peran serta klien
5) Terapis membagikan kertas yang kedua.
6) Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri,
kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasanya dilakukan di
rumah dan dirumah sakit.
7) Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis
secara bergiliran sampai semua klien mendapat giliran.
8) Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien
d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
2) Tindak lanjut.
Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis.
3) Kontrak yang akan dating.
a. menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal positif diri
yang dapat diterapkan dirumah sakit dan dirumah.
b. Menyepakati waktu dan tempat.
3) Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperaawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 3, TAK stimulasi persepsi
harga diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal pengalaman yang tidak
menyenangkan, mengalami kesulitan menyebutkan hal positif diri.Anjurkan
klien menulis kemampuan dan hal positif dirinya dan tingkatkan rinforcement
(pujian).
Sesi 3
Stimulasi persepsi : Pencegahan Bunuh Diri Menggunakan mekanisme
koping yang adaptif
Tujuan
a. Klien dapat mengenali hal-hal yang ia sayangi
b. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
c. Klien dapat merencanakan dan menetapkan masa depan yang realistis
Setting
a. Terapis dan klien duduk bersama secara melingkar
b. Tempat nyaman dan tenang.
Alat
Metode
Langkah kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 4.
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi
1. Salam terapiutik.
a. Salam dari terapis kepada klien.
b. Klien dan terapis pakai papan nama.
2. Evaluasi / validasi: Menanyakan perasaan klien saat ini.
3. Kontrak
a. Terapis menjelaskan tujuan TAK
b. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
• Jika ada kien yang meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
• Lama kegiatan30 menit.
• Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c. Tahap kerja
1) Terapis membagikan kertas HVS dan spidol, masing-masing
satu buah untuk setiap klien
2) Terapis meminta klien menuliskan siapa orang yang paling
disayangi dan dicintai
3) Terapis meminta klien memilih dari salah satu orang yang
dicintai, siapa yang paling dekat dan paling dipercaya oleh
klien
4) Terapis menjelaskan pentingnya koping yang adaptif dan
menganjurkan klien untuk berbagi masalah kepada orang
yang paling dekat dan dipercaya agar klien tidak merasa
tertekan dan terbebani
5) Terapis menjelaskan pentingnya memiliki tujuan hidup (masa
depan) agar bersemangat berusaha mewujudkan dan
optimistis
6) Terapis meminta klien menuliskan masing-masing tujuan
hidup (masa depan) klien di kertas yang telah dibagikan.
7) Terapis meminta klien untuk membacakan tujuan hidup (masa
depan) yang telah ditulisnya secara bergantian
8) Terapis memberikan pujian dan mengajak tepuk tangan klien
lain jika satu orang klien telah selesai membacakan.
9) Terapis meminta klien melihat lagi tujuan hidupnya (masa
depannya), mencoret tujuan yang sulit (tidak mungkin)
dicapai.
10) Terapis meminta klien membaca ulang tujuan hidup (masa
depan) yang benar-benar realistis ( seperti langkah d).
a. Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai membacakan tujuan
hidupnya.
d. Tahap terminasi.
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK.
b. Terapis memberikan pujian kepada kelompok.
2) Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk menyimpan kertas tersebut dan
menuliskan lagi tujuan hidup yang mungkin masih ada dan
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan bersama orang
yang dicintai dan membacanya kembali agar bisa
menggunakan mekanisme koping yang adaptif
3) Kontrak yang akan dating
a. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang,
b. Menyepakati waktu dan tempat untuk TAK
4) Evaluasi dan dokumentasi
a) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi : Menggunakan mekanisme koping
yang adaptif pada sesi III, kemampuan klien yang
diharapkan adalah mampu menggunakan mekanisme
koping yang adaptif dan mampu menentukan masa depan
yang realistis. Formulir evaluasi sebagai berikut :
3 Menyebutkan cara
menggunakan koping yang
adaptif
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (X) jika klien tidak mampu.
b) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK
pada catatan proses keperawatan tiap klien.Contoh : klien
mengikuti sesi 4, TAK stimulasi persepsi : Menggunakan
Mekanisme Koping yang Adaptif. Misalnya : Klien mampu
berbagi masalah dengan keluarga. Anjurkan dan jadwalkan
agar klien melakukannya serta berikan pujian
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA