Oleh :
Nadya Karlina Megananda (196070300111005)
Sigit Yulianto (196070300111007)
Wahyu Sholehah Erdah S (196070300111034)
KATA PENGANTAR
Puji syukurkepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan tugas mandiri yang berjudul “Problem
Solving pada Study Kasus Pasien Resiko Bunuh Diri” tepat waktu. Laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas kelompok mahasiswa pada mata kuliah Ilmu
Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Laporan ini berisi ringkasan materi tentang konseptual model yang dapat
diaplikasikan pada suatu kasus dan digunakan sebagai acuan dalam menganalisis,
menyusun problem solving pada masalah kesehatan jiwa. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun diperlukan demi perbaikan penulisan
selanjutnya. Selanjutnya, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Amin.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Keperawatan jiwa merupakan suatu proses interpersonal yang
berupaya untuk meningkatkan dan mepertahankan perilaku yang
berkontribusi terhadap fungsi terintegrasi. Setiap perawat jiwa dituntut
untuk mampu memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan
paripurna kepada pasien. Perawat perlu mempelajari bidang ilmu yang
berkaitan untuk mendukung penggunaan diri secara terapeutik kepada
pasien. Bidang ilmu yang berkaitan dengan keperawatan jiwa dapat berupa
ilmu dasar dan terapan. Ilmu dasar yang harus dikuasai seperti ilmu
psikologi, ilmu perilaku, dan ilmu komunikasi, sedangkan ilmu terapan
dapat berupa teori dan model konseptual keperawatan jiwa seperti teori
psikoanalisis, teori medikal, teori eksistensial, teori interpersonal, teori
suportif, model stres dan adaptasi dan sebagainya (Stuart, 2013).
b. Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah:
c. Manfaat
Manfaat penulisan laporan ini bagi mahasiswa magister keperawatan yaitu:
Adaptif Maladaptif
1. Pemeriksaan diagnostik
2. Terapi somatik
3. Farmakoterapi
4. Terapi interpersonal
c. Model Psikoanalisa
d. Model Suportif
Sehingga peran perawat dalam hal ini dapat terlaksana jika sudah ditentukan
diagnose pasien oleh dokter. Penatalaksanaan kesehatan jiwa seharunya bersifat
holistic yaitu mempertimbangkan kebutuhan fisik, emosi, sosial, ekonomi dan
spiritual. Maka, peran perawat sesuai dengan model medical dalam asuhan
keperawatan pada kasus ini terfokus pada kebutuhan fisik. Kebutuhan fisik jika
dikerucutkan kembali pada model medical adalah berupa pemenuhan KDM dan
health education pada pasien dan keluarga tentang asuhan keperawatan serta
farmakoterapi yang akan dilakukan.
Diagnosa keperawatan yang pertama yang dapat diambil dari kasus diatas
adalah pola nafas tidak efektif didukung dengan pernyataan pasien yang susah
bernafas. Pola nafas tidak efektif pada kasus ini berhubungan dengan
perubahan/gangguan pada sistem pernafasan bagian atas dibuktikan dengan
adanya kerusakan pada ulkus laring yang berfungsi menyaring, menghangatkan
dan melembabkan udara yang dihirup. Intervensi keperawatan yang dapat
diberikan adalah yang pertama dengan monitor vital sign, catat apabila terdapat
perubahan respirasi rate seperti bradipnea, dispneu, atau ortopneu. Peningkatan
atau penurunan suhu tubuh, hipertensi atau hipotensi, kecepatan nadi dan detak
jantung. Yang kedua auskultasi suara nafas dan catat adanya suara nafas
tambahan berupa wheezing, ronkhi, gargling, stridor, crackles, . Yang ketiga
dengan posisikan pasien semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi sehingga
udara yang masuk pada paru-paru pasien lancar. Yang keempat dengan
pertahankan jalan nafas yang paten. Yang kelima observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi, tanda-tanda hipoventilasi antara lain adalah pusing, nyeri kepala
(dapat dirasakan di daerah oksipital hanya saat terjaga), letargi, disorientasi,
penurunan kemampuan mengikuti instruksi , disritmia jantung,
ketidakseimbangan elektrolit, konvulsi, koma, henti jantung. Yang keenam
dengan kolaborasi dalam pemberian terapi oksigen sesuai dengan advis dokter.
Konsep yang terahir yang dapat digunakan dalam kasus ini yaitu teori suportif.
Peran perawat membantu klien dalam mengenal dan mengidentifikasi hal positif
dan kekuatan kekuatan yang ada didalam diri klien dengan pendekatan hubungan
saling percaya dan empati untuk mencari jalan alternative pemecahan masalah
dengan memperhatikan tanda tanda yang muncul berdasarkan faktor
biopsikososial dan respon maladaptif pada klien, sehingga dapat merubah
mekanisme koping klien dari maladaptif menjadi adaptif.
Klien mencoba melakukan aksi bunuh diri. Tanda gejala menyimpang yang
ada pada klien dalam segi aspek biologis seperti kesulitan bernafas, ulkus laring,
mulut, dan lambung, penyimpangan psikologis yang muncul pada klien seperti
terjadi perubahan suasana hati, menolak makan dan emosional, klien mengatakan
stress serta perilaku impulsive. Sedangkan tanda gejala sosial kultural adalah
terjadinya perselisihan antara keluarga dan klien.
Perawat memberikan rasa empati kepada klien agar klien terbuka dengan
permasalahannya, perawat mengkaji aspek positif yang ada dalam diri klien, dan
menguatkan aspek postif tersebut sebagai koping adaptif untuk memecahkan
masalah yang mungkin muncul lagi, dimana seseorang yang pernah melakukan
resiko bunuh diri berkemungkinan melakukan bunuh diri lagi.
Tahap ketiga dalam terapi suportif adalah berfokus pada integritas sosial
dengan mengidentifikasi langkah untuk mencapai tujuan interpersonal. Setelah
klien diarahkan dengan menguatkan aspek positif dan keluarga berperan dalam
memberikan dukungan kepada klien.
BAB 4
PENUTUP
a. Kesimpulan
Perilaku bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk
mengakhiri hidup melibatkan ambivalensi antara keinginan untuk hidup
atau mati. Seseorang yang melakukan tindakan menyakiti, menciderai diri
dan mengancam jiwanya memiliki risiko tinggi bunuh diri dan merupakan
keadaan kegawatdaruratan psikiatri.
b. Saran
Disarankan perawat tidak hanya berfokus menyelesaikan masalah
keperawatan hanya dengan menggunakan satu metode saja. Sebab sejatinya
asuhan keperawatan harus bersifat holistic yang didalamnya memuat
seluruh aspek. Sehingga metode pendekatan sebenarnya saling melengkapi
satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.