OLEH
KELOMPOK I
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada klien dengan GANGGUAN MOOD DAN BUNUH DIRI ” dengan
sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini,penulis telah mengalami berbagai hal baik
suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak
akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan,
serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya
makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-
pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan
yang berhubungan dengan judul makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien dengan bunuh diri.
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien bunuh
diri.
c. Dapat membuat perencanaan pada klien bunuh diri.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan
yang telah dilakukan pada klien bunuh diri.
e. Menjelaskan konsep dasar depresi
f. Menjelaskan konsep dasar mania
g. Menjelaskan asuhan keperawatan gangguan alam perasaan
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku
sendiri secara sengaja. Pikiran bunuh diri dan usaha percobaan bunuh diri
merupakan kasus yang sering menampilkan diri di UGD. Tema umum yang
menyebabkan bunuh diri termasuk krisis yang membuat penderitaan yang amat
sangat dan rasa putus-asa dan tak berdaya, konflik antara hidup dan stres yang
tak tertahankan, penyempitan dari pilihan jalan keluar yang dilihat pasien serta
keinginan untuk melarikan diri dari hal itu. Pikiran bunuh diri terjadi pada
orang yang rentan dalam reaksi terhadap beraneka stresor pada tiap umur dan
terus merupakan gagasan untuk jangka waktu lama tanpa suatu usaha
percobaan bunuh diri.
Semua perilaku bunuh diri adalah serius, apapun tujuannya. Dalam
pengkajian perilaku bunuh diri, lebih di tekankan padametode latalitas yang
dilakukan atau digunakan. Walaupun semua ancaman dan percobaan bunuh
diri harus ditanggapi secara serius, perhatian yang lebih waspada dan seksama
menjadi indikasi jika seseorang mencoba bunuh diri dengan cara yang paling
mematikan seperti dengan pistol, menggangtung diri, atau loncat. Cara yang
kurang mematikan seperti karbon monoksida dan minum obat dalam jumlah
berlebihan, yang memberikan waktu untuk mendapatkan bantuan saat tindakan
bunuh diri telah dilakukan.
Pengkajian orang yang ingin bunuh diri juga mencakup apakah orang
tersebut telah membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk
melakukan rencana bunuh diri tersebut. Orang yang siap membunuh diri adalah
orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai
rencana spesifik, dan mempunyai alat untuk melakukannya.
Beberapa ahli psikiatri mengemukakan pengertian tentang bunuh diri antara lain :
c. Bunuh diri adalah tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri
kehidupan (Budi Anna Keliat, 1993)
d. Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri
sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping
terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.(Jenny.,
dkk. (2010).
a. Bunuh diri egoistik terjadi pada orang yang kurang kuat integrasinya dalam
suatu kelompok sosial. Misalnya orang yang hidup sendiri lebih rentan
untuk bunuh diri daripada yang hidup ditengah keluarga, dan pasangan
yang mempunyai anak merupakan proteksi yang kuat dibandingkan yang
tidak memiliki anak. Masyarakat di pedesaan lebih mempunyai
integritas sosial daripada di perkotaan.
c. Bunuh diri anomik terjadi pada orang orang yang tinggal di masyarakat
yang tidak mempunyai aturan dan norma dalam kehidupan sosial.
d. Bunuh diri fatalistik terjadi pada individu yang hidup di masyarakat yang
terlalu ketat peraturannya. Dalam hal ini individu dipandang sebagai
bagoan dimasyarakat dari sudut integritasi atau disintegrasi yang akan
membentuk dasar dari sistem kekuatan, nilai nilai, keyakinan, dan moral
dari budaya tersebut.
3. ETIOLOGI
6. KOMPLIKASI
Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia
atau intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi-
poin, reaksi cahaya negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia
urine dan feces, kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya meninggal.
Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik yang jika
tidak dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab
hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple
organ.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
B. GANGGUAN MOOD
1. Definisi
Menurut Jhon W. Santrock dalam Psikologi the Scince of Mind and Behaviour:
kelainan psikologis yang ditandai meluasnya irama emosional seseorang, mulai dari
rentang depresi sampai gembira yang berlebihan (euforia), gerak yang berlebihan
(agitation). Depresi dapat terjadi secara tunggal dalam bentuk mayor depresi atau
dalam bentuk gangguan tipe bipolar.
Kategori Gangguan Mood
Ada beberapa jenis dalam gangguan mood yang terjadi pada manusia ini
umumnya digolongkan sesuai dengan tingkat seberapa lamanya gangguan ini terjadi,
yaitu :
a. Episode manic
Periode ini biasanya muncul secara tiba-tiba, mengumpulkan kekuatan dalam
beberapa hari. Selama satu episode manic ornag tersebut mengalami elevasi atau
ekspansi mood yang tiba-tiba dan merasakan kegembiraan, euphoria, atau optimism
yang tidak biasa. Orang yang mengalami episode manic ini akan memperolok orang
lain dengan memberikan lelucon yang keterlaluan atau bahkan cenderung
memperlihatkan penilaian yang buruk dan menjadi argumentative, dan terkadang
bertindak afektif. Tak hanya itu orang yang mengalami episode manic ini umumnya
mengalami self-esteem yang meningkat, mulai berkisar dari self-confidance yang
ekstreem hingga delusi total akan kebesaran diri sendiri (Nevid, 2003: 237-238).
Dalam episode manic terdapat kesamaan karakteristik dalam afek yang
meningkat disertai dengan peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik
dan mental dalam berbagai derajat keparahan. Dalam episode manic terdapat tipe
hipomania dimana pada gangguan ini derajat gangguan yang lebih ringan dari mania.
Tipe hipomania ini dapat ditandai dengan adanya afek yang meninggi atau berubah
disertai
f) Tidur terganggu,
Depresi sedang
Depresi sedang ini di alami oleh penderita selama kurang 2 minggu, dan orang
dengan depresi sedang ini mengalami kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan
social, pekerjaan dan urusan rumah tangga. Orang dengan depresi sedang ini
setidaknyamemiliki 2-3 dari gejala utama dan 3-4 dari gejala lainnya (Maslim, 2003:
64) Depresi mayor
Depresi mayor merupakan salah satu gangguan yang prevalensinya paling tinggi
di antara berbagai gangguan (Davidson, 2006: 374). Depresi mayor adalah
kemurungan yang dalam dan menyebar luas. Perasaan murung ini mampu menyedot
semangat dan energy serta menyelubungi kehidupan si penderita seperti asap yang
tebak dan menyesakkan dada. Depresi mayor ini dapat berlangsung cukup lama
mulai dari empat belas hari sampai beberapa tahun. Hal ini menyebabkan penderita
akan sangat sulit utnuk berfungsi dengan baik di lingkungannya. Orang dengan
depresi mayor ini juga terkadang disertai dengan keinginan untuk bunuh diri atau
bahkan keinginan untuk mati. Orang yang sangat tertekan, mereka akan
mengalami dampak hal-hal yang mengganggukejiwaan mereka seperti gila,
paranoia atau halusinasi pendengaran (Meier, 2000: 25-26).
Gangguan distimik atau distimia
Gangguan distimik ini merupakan gangguan mood yang berpola depresi ringan
(tetapi nungkin saja menjadi mood yang menyulitkan pada anak-anak atau remaja)
yang terjadi dalam suatu rentang waktu—pada orang dewasa, biasanya dalam
beberapa tahun (Nevid, 2003: 229). Gangguan distimik pada anak-anak dan remaja
terdiri dari mood yang terdepresi atau mudah tersinggung untuk sebagaian besar
hari, lebih banyak hari dibandingkan tidak, selama periode sekurangnya satu tahun.
Pada anak-anak dan remaja, mood yang mudah tersinggung dapat menggantikan
criteria mood terdepresi untuk orang dewasa dan bahwa criteria durasi adalah bukan
dua tahun tetapi satu tahun utnuk anak- anak dan remaja (Kaplan, dkk, 1997: 813).
Ada beberapa gejala atau cirri yang dapat ditandai saat gejala ini muncul, yaitu :
Gangguan bipolar adalah gangguan mental berat, tanpa memandang apakah ada
perubahan mental antara mania dan depresi secara full brown. Gangguan bipolar
merupakan suatu psikosis afektif, ada gangguan emosi, baik akibat kebiasaan
maupun menyembunyikan kecemasan dan perasaan malu. Pada fase depresi,
pendiam, mendendam perasaan, emosional sensitive. Pada fase mania perilakunya
sangat berlawanan, sangat ekstrover. Pada beberapa kasus keadaaan ini mengandung
unsure fanatic dan religious (Jacoby, 2009: 27).
Gangguan bipolar ini sendiri dibagi menjadi dua, yaitu gangguan bipolar 1 dan
gangguan bipolar 2. Gangguan bipolar 1 ini terjadi pada seseorang yang mengalami
setidaknya satu episode manic secara penuh. Di mana seseorang mengalami
perubahan mood antara rasa girang dan depresi dnegan diselingi periode antara
berupa mood yang normal. Sedangkan, gangguan bipolar 2 ini diasosiasikan dengan
suatu bentuk maniak yang lebih ringan. Pada gangguan bipolar 2 ini sesorang
mengalami satu atau lebih episode-episode depresi mayor dan paling tidak satu
episode hipomanik (Nevid, 2003: 237).
d. Gangguan Siklotimik
Gangguan siklotimik ini berasal dari kata Yunani kyklos “lingkaran” dan thymos
“spirit”. Jadi dapat diartikan bahwa siklotimik ini merupakan spirit yang bergerak
secara berputar di mana dapat diartikan sebagai suatu deskripsi yang tepat dari
siklotimik karena gangguan ini melibtatkan suatu pola melingkar yang kronis dari
gangguan mood yang ditandai oleh perubahan mood ringan paling tidak selama 2
tahun (1 tahun untuk anak- anak dan remaja)(Nevid, 2003: 239). Pada gangguan
siklotimik anak dan remaja diperlukan periode satu tahun adanya sejumlah
pergeseran mood. Dan pada beberapa remaja siklotimik dapat memungkinkan untuk
menjadi gangguan bipolar 1(Kaplan, dkk, 1997: 814).
Dan jika pada anak-anak umumnya mereka lebih menarik diri dan terlihat sedih;
dan mereka tidak mudah ditarik meskipun aktivitas itu merupakan aktivitas yang
mereka sukai (Kaplan, dkk, 1997: 815).
f. Bunuh Diri
Perilaku bunuh diri bukanlah suatu gangguan psikologis, tetapi sering merupakan
cirri atau symptom dari gangguan psikologis yang mendasarinya, dan biasanya adalah
gangguan mood yang menjadi alasan dibalik perilaku percobaan bunuh diri. Orang yang
mempertimbangkan untuk bunuh diri pada saat stress kemungkinan kurang memiliki
keterampilan memecahkan masalah dan kurang dapat menemukan cara-cara alternative
untuk copping dengan stressor yang mereka hadapi. Dalam kaitannya, bunuh diri ini
terkait dengan suatu jaringan yang kompleks dari beberapa factor. Namun, jelas bahwa
kebanyakan kasus bunuh diri ini dapat dicegah bila orang dengan perasaan ingin bunuh
diri menerima penanganan untuk gangguan yang mendasari perilaku bunuh diri,
termasuk
didalamnya adalah depresi, skizofrenia, serta penyalahgunaan alcohol dan zat (Nevid,
2003: 262-266)
3. Etiologi
sedangkan riset saat ini berfokus pada keyakinan bahwa gangguan mood
merupakan ketidak seimbangan kimiawi yang bersifat biologis (hormonal, neurologis,
atau genetik). Fakta bahwa tubuh manusia merupakan suatu alat luar biasa yang
mampu mengatur dan memulihkan diri sendiri, yang dapat diperkuat oleh keinginan
individu untuk berubah adalah alasan mengapa kombinasi psikoterapi dan obat-
obatan psikotropik lebih efektif untuk membantu individu yang mengalami gangguan
mood.
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Genetik
b. Faktor Presipitasi
4. patofisiologi
Patofisiologi gangguan mood melibatkan interaksi dari banyak komponen. Gangguan
mood dapat terjadi pada pasien dengan predisposisi genetik, namun tidak menjadi etiologi
tunggal. Paparan terhadap stress, terutama yang bersifat kronis dan tidak dapat dikontrol,
merupakan salah satu faktor yang berperan.
5. Manifestasi klinis
Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai berikut :
a) Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak
semangat, merasa tidak berdaya;
b) Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan;
c) Nafsu makan menurun;
d) Berat badan menurun;
e) Konsentrasi dan daya ingat menurun
f) Gangguan tidur: insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya hipersomnia
(terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai dengan mimpi – mimpi
yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang yang telah meninggal;
g) Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya);
h) Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi,
kreativitas menurun, produktivitas juga menurun;
i) Gangguan seksual (libido menurun);
j) Pikiran – pikiran tentang kematian, bunuh diri.
6. Penatalaksanaan
a. Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati,
pengertian dan optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan hal –
hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya. Identifikasi factor pencetus dan
bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem eksternal (misal,
pekerjaan, menyewa rumah), arahkan pasien terutama selama periode akut dan bila
pasien tidak aktif bergerak. Latih pasien untuk mengenal tanda – tanda dekompensasi
yang akan dating. Temui pasien sesering mungkin (mula – mula 1 – 3 kali per minggu)
dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya.
Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan anda
(melalui kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll.). psikoterapi
berorientasi tilikan jangka panjang, dapat berguna pada pasien depresi minor kronis
tertentu dan beberapa pasien dengan depresi mayor yang mengalami remisi tetapi
mempunyai konflik.
Terapi Kognitif – Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang
dan ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai “ketidakberdayaan yang dipelajari”,
depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan
memberikanpengalaman – pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih
untuk mengenal dan menghilangkan pikiran – pikiran negative dan harapan – harapan
negative. Terapi ini mencegah kekambuhan.
Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan tetap terjaga
sampai malam berikutnya), dapat membantu mengurangi gejala – gejala depresi mayor
buat sementara. Latihan fisik (berlari, berenang) dapat memperbaiki depresi, dengan
mekanisme biologis yang belum dimengerti dengan baik.
b. Terapi Fisik
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang tidak membaik
membutuhkan antidepresan (70 – 80 % pasien berespon terhadap antidepresan),
meskipun yang mencetuskan jelas terlihat atau dapat diidentifikasi. Mulailah dengan
SSRI atau salah satu antidepresan terbaru. Apabila tidak berhasil, pertimbangkan
antidepresan trisiklik, atau MAOI (terutama pada depresi “atipikal”) atau kombinasi
beberapa obat yang efektif bila obat pertama tidak berhasil. Waspadalah terhadap efek
samping dan bahwa antidepresan “dapat” mencetuskan episode manik pada beberapa
pasien bipolar (10 % dengan TCA, dengan SSRI lebih rendah, tetapi semua koonsep
tentang “presipitasi manic” masih diperdebatkan). Setelah semuh dari episode depresi
pertama, obat dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan, meskipun
demikian pada beberapa pasien setelah satu atau lebih kekambuhan, membutuhkan
obat rumatan untuk periode panjang. Antidepresan saja (tunggal) tidak dapat
mengobati depresi psikosis unipolar.
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin
bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar.
Obat ini cukup efektif pada bipolar serta untuk mempertahankan remisi dan begitu
pula pada pasien unipolar. Antikonvulsan tampaknya juga sama baik dengan litium
untuk mengobati kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk rumatan. Antidepresan
dan litium dapat dimulai secara bersama – sama dan litium diteruskan setelah remisi.
Psikotik, paranoid atau pasien sangat agitasi membutuhkan antipsikotik, tunggal
atau bersama –
sama dengan antidepresan, litium atau ECT – antidepresan antipikal yang baru
saja terlihat efektif.
1. Pengkajian
Hal utama yang perlu dikaji adalah tanda atau gejala yang dapat
menentukan tingkat resiko dari tingkah laku bunuh diri. Ditekankan pada
perilaku, faktor prediposisi, stressor presipitasi, penilaian stressor dan
mekanisme koping.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa perilaku destruktif diri memerlukan pengkajian yang cermat.
Penyangkalan dari pasien terhadap sikap merusak diri tidak boleh
mempengaruhi perawat dala melakukan intervensi keperawatan. Diagnosa
keperawatan didasarkan pada hasil pengamatan perawat, data-data yang
dikumpulkan oleh pemberi pelayanan kesehatan lain dan informasi yang
diberikan oleh pasien dan keluarga.
3. Rencana Keperawatan
Tujuan yang diharapkan pasien tidak akan membahayakan diri sendiri
secara fisik. Rencana asuhan keperawatan untuk individu dengan perilaku
bunuh diri difokuskan pada melindungi pasien dari perilakunya yang dapat
membahayakan diri dan mengganti klien mengganti koping yang destruktif
dengan koping yang konstruktif. Rencana keperawatan juga mencakup
penyuluhan tentang penyakit.
4. Pelaksanaan
a. Tindakan keperawatan untuk pasien
1) Tujuan: Pasien tetap aman dan selamat
2) Tindakan: Melindungi pasien Untuk melindungi pasien yang mengancam atau
mencoba bunuh diri, maka dapat kita lakukan :
a) Menemani pasien terus- menerus sampai dia dapat dipindahkan
ketewmpat yangaman
b) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet,
gelas tali pinggang)
c) Mendapatkan orang yang dapat segera membawa pasien ke rumah
sakit untuk pengkajian lebih lanjut dan kemungkinan dirawat
d) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat
e) Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
masalah
- Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik
b. Tindakan Keperawatan untuk keluarga
1) Tujuan: keluarga mampu merawat pasien dengan resiko bunuh diri.
2) Tindakan keperawatan:
a) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh dir
- Menayakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah
muncul
pada pasien
- Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada
pasien
medis.
d) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien
- Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan
- Menganjurkan keluarga untuk mengantar pasien berobat/ kontrol secara
teratur
1. Data demografi
2. Alasan masuk
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
c. Bagaimana hasilnya?
3. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data
signifikan tentang:
a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru dialami
e. Riwayat pengobatan
a. Tujuan klien (misal, agar terlepas dari stress solusi masalah yang sulit)
e. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik
psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami, dan riwayat
penyalahgunaan zat.
6. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar klien atau
keluarga tentang gejala, medikasi, dan rekomendasi pengobatan, gangguan
mood, tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.
Analisis Data
🡓
Resiko perilaku kekerasan
terhadap diri sendiri
WOC
Ketidakefektifan koping
Gangguan Konsep diri : keluarga : ketidakmampuan
Harga diri rendah keluarga merawat klien di
rumah
Diagnosis Perencanaa
NO Keperawata n Interven
n Tujua Kriteria Hasil si
n
1 Risiko TUM:
perilaku
Klien tidak
menceder
mencederai diri
ai diri b.d
sendiri
perilaku
TUK:
kekerasan
Klien mau membalas Beri salam atau
1. Klien dapat
salam anggil nama
membina
KLien mau menjabat Sebutkan nama
hubungan
tangan perawat sambil
saling percaya
Klien mau menyebutkan jabat tangan
nama Jelaskan
Klien mau tersenyum maksud
hubungan
Klien mau kontak mata
interaksi
Klien mau mengetahui
Jelaskan tentang
nama perawat
kontrak yang
akan dibuat
Beri rasa aman dan
sikap empati
1.1.6 Lakukan kontak
singkat
tapi sering
2. Klien dapat Klien Beri kesempatan
mengidentifika mengungkapkan untuk
si penyebab perasaannya mengungkapkan
perilaku Klien dapat perasaannya
kekerasan mengungkap Bantu klien
kan perasaan
mengungkapkan
jengkel
penyebab perasaan
ataupun
jengkel atau kesal
kesal
3. Klien dapat Klien dapat Anjurkan klien
mengidentifika mengungkapkan mengungkapkan
si tanda dan perasaan saat apa yang dialami
gejala perilaku marah atau dan dirasakannya
kekerasan jengkel saat jengkel atau
Klien dapat marah
menyimpulkan Observasi tanda
tanda dan gejala dan gejala
jengkel atau kesal perilaku
yang dialaminya kekerasan pada
klien
3.2.1 Simpulkan bersama
klien yanda dan gejala
jengkel atau kesal yang
dialami klien
4. Klien dapat Klien dapat
4.1.1 Anjurkan klien untuk
mengidentifika mengungkapkan mengungkapkan
si perilaku perilaku kekerasan perilaku kekeraan yang
kekerasan yang biasa biasa dilakukan klien
yang biasa dilakukan 4.2.1 Bantu klien bermain
dilakukan Klien peran sesuai perilaku
dapatbermain kekerasan yang biasa
peran sesuai dilakukan
perilaku 4.3.1 Bicarakan dengan klien
kekerasan yang apakah dengan cara
biasa dilakukan klien lakukan
Klien dapat masalahnya selesai
menngetahui cara
yang biasa
dilakukan untuk
menyelesaikan
masalah
5. Klien dapat 5.1 Klien dapat Bicarakan akibat
mengidentifika menjelaskan akibat atau kerugian dari
si akibat dari cara yang cara yang dilakukan
perilaku digunakan klien: klien
kekerasan akibat pada klien bersama klien
sendiri, akibat pada menyimpulkan
orang lain, dan akibat dari cara yang
akibat pada dilakukan klien
lingkungan Tanyakan pada
klien apakah dia
ingin mempelajari
cara baru
yang sehat
6. Klien dapat klien dapat diskusikan kegiatan
mendemonstr menyebutkan contoh fisik yang biasa
asi kan cara pencegahan perilaku dilakukan klien
fisik untuk kekerasan secara fisik: beri pujian atas kegiatan
mencegah tarik napas dalam, pukul fisik yang biasa
perilaku kasur, dan bantal dilakukan klien
kekerasan klien dapat diskusikan dua cara fisik
mendemonstrasikan yang paling mudah untuk
cara fisik untuk mencegah perilaku
mencegah perilaku kekerasan
kekerasan Diskusikan cara
Klien mempunyai melakukan tarik napas
jadwak untuk melatih dalam dengan klien
cara pencegahan fisik Beri contoh klien cara
yang telah dipelajari menarik napas dalam
sebelumnya Minta klien untuk
Klien mengevaluasi mengikuti contoh yang
kemampuannya dalam diberikan sebanyak 5
melakukan cara fisik kali
sesuai jadwal yang Beri pujian positif atas
disusun kemampuan klien
mendemonstrasikan cara
menarik napas dalam
6.2.5 Tanyakan perasaan
klien setelah selesai
diskusikan dengan
klien mengenai
frekuensi latihan
yang akan dilakukan
sendiri oleh klien
susun jadwal
kegiatan untuk
melatih cara yang
dipelajari
klien mengevaluasi
peaksanaan latihan
validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan
beikan pujian atas
keberhasilan klien
Tanyakan pada klien
apakah kegiatan cara
pencegahan perilaku
kekerasan dapat
mengurangi perasaan
marah
7. Klien dapat K d
mendemonstrasik
an cara social Meminta B
untuk mencegah dengan baik
perilaku Menolak Meminta
kekerasan dengan baik dengan baik
keberhasilan klien
9.3.4 Tanyakan kepada klien :
“Bagaiman perasaan Budi
setelah minum obat
secara teratur? Apakah
keinginan untuk
marah berkurang?”
Terkait dengan
cara mengontrol
perilaku
marah secara
konstruktif
Membantu klien
mengenal
penyebab marah
dan pelaksanaan
cara pencegahan
perilaku
kekerasan
Bantu keluarga
mendemonstrasikan
cara merawat klien
Bantu keluarga
mengngkapkan
perasaannya setelah
melakukan
demonstrasi
Anjurkan keluarga
mempraktikannya
pada klien selama di
rumah sakit dan
melanjutkannya
setelah
pulang ke rumah.
Mania
Pengkajian
a. Data subyektif :
Banyak bicara, kadang waham besar, pembicaraan mudah beralih topik
(flight of ideas), menghasut, tak punya rasa malu / bersalah.
b. Data obyektif:
a. Tujuan umum :
b. Tujuan khusus :
Evaluasi
PENUTUP
A. Ksimpulan
B. Saran
Kesehatan jiwa dapat didapatkan dengan jalan ada kesinkronan antara pasien,
keluarga dan tenaga medis dalam upaya proses penyembuhan. Jika salah satu
dari komponen tersebut, maka akan menghambat proses penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA