Anda di halaman 1dari 7

HOSPITALITAS KRISTEN SEBAGAI UPAYA

PENCEGAHAN BUNUH DIRI

HOSPITALITY CHRISTIAN AS AN SUICIDE PREVENTION


EFFORTS

Andhika Noval Marthin Limbong


Institut Agama Kristen Negeri Toraja
andhikanoval99@gmail.com

ABSTRACT: The pandemic caused by the Corona Virus which has infected major
countries has affected the world community from various sides. This pandemic not
only has a physical impact but also has a psychological impact. The distress of a
few individuals because of this pandemic, so that they justify all means and look for
a more instant solution. Some people have taken the way out of this problem by
committing suicide. This seemingly more instantaneous path became popular and
increased rapidly during the pandemic. In fact, it has become a trend not only
among young people and even among the elderly. In this case, the church seems to
have lost its empathy in the application of the attitude of Christian Hospitality. The
author uses Emile Durkheim's Theory to see the background of this suicide
phenomenon. The writer uses Emile Durkheim's theory because it uses a
sociological perspective, so that this theory is at least able to answer the
phenomenon of suicide. The purpose of writing this article is first, to specifically
involve the church to take part in breaking the chain of this trend and preventing
suicidal intentions by implementing hospitality (Hospitalitas). Second, so that
readers can empathize with various individuals with real hospitalities in various
aspects of life.

KEY WORDS: Hospitality, Suicide, Empathy

ABSTRAK: Pandemi yang disebabkan oleh Virus Corona yang menjangkiti


negara-negara besar telah mempengaruhi masyarakat dunia dari berbagai sisi.
Pandemi ini tidak hanya memberikan dampak fisik namun juga mempengaruhi
psikis. Tertekannya segelintir individu oleh karena pandemi ini sehingga
menghalalkan segala cara dan mencari jalan keluar yang lebih instan. Jalan
keluar dari permasalahan tersebut ditempuh beberapa orang dengan cara bunuh
diri. Jalan yang nampaknya lebih instan ini populer dan meningkat pesat selama
pandemi. Bahkan menjadi tren tidak hanya bagi kalangan orang muda bahkan
dikalangan orang tua. Dalam kasus ini, gereja seakan kehilangan empatinya
dalam penerapan sikap Hospitalitas Kristen. Penulis menggunakan beberapa
teori dan padangan dari beberapa literatur dan salah satunya menggunakan
Teori Emile Durkheim untuk melihat latar belakang fenomena bunuh diri ini.
Teori Emile Durkheim penulis gunakan karena menggunakan pandangan dari
sisi sosiologi, sehingga dari teori ini setidaknya mampu menerka fenomena
bunuh diri. Karena tidak ada teori yang betul-betul mampu menjawab fenomena
bunuh diri tanpa latar belakang yang jelas dari korban fenomena ini.

KATA KUNCI: Hospitalitas, bunuh diri, empati

PENDAHULUAN
Muhammad Adam Hussein dalam “Ebook Kajian Bunuh Diri”
menjelaskan Bunuh diri secara etimologi diartikan sebagai tindakan
mengakhiri hidup sendiri tanpa bantuan aktif orang lain. Adam Hussein
mengutip Sigmund Freud bahwa bunuh diri merupakan tampilan agresi
yang diarahkan ke diri melawan suatu introyeksi, ambivalensi akan
kehilangan objek cinta. Ia melakukan bunuh diri karena sebelumnya ia
merepresi keinginan untuk membunuh seseorang. Adam Hussein juga
mengutip Keliat, bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri
sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan dan merupakan keadaan darurat
psikiatri karena individu berada dalam keadaan stres yang tinggi dan
menggunakan koping maladaptif. Jadi, kesimpulan bunuh diri oleh Adam
Hussein adalah salah satu perbuatan tercela dengan menghakimi diri
sendiri secara berlebihan dan ingin mendahului takdir kematian yang
ditentukan Ilahi Robbi dengan usaha bunuh diri dilakukan dengan
berbagai cara atau langkah.1
Maraknya kasus bunuh diri di Indonesia yang memuncak pada
tahun 2019 sampai awal 2021 menjadikan fenomena ini mendapatkan
perhatian secara khusus dari Kementrian Kesehatan RI. Kementrian
Kesehatan RI secara khusus dalam situs resmi
(www.pusdatin.kemkes.go.id) memberikan penyuluhan kepada
masyarakat terkait bunuh diri yang tengah marak menghantui
masyarakat dunia dan secara khusus bagi Bangsa Indonesia. Secara global,
Kementrian Kesehatan mengungkapkan bahwa jumlah kematian akibat
bunuh diri di dunia mendekati angka 800.000 kematian pertahun atau
kematian setiap 40 detik. Kementrian Kesehatan mengungkapkan bahwa
negara-negara di dunia telah berkomitmen untuk menurunkan 10%
angka kematian karena bunuh diri (Suicide Rate) pada tahun 2020
sebagaimana yang terdapat di dalam WHO Mental Health Action Plan
1
Muhammad Adam Husein,Ebook Kajian Bunuh Diri(Adamssein Media
2021),hlm17-21
2
Fetty Ismandari,dkk,Infodatin Situasi dan Pencegahan Bunuh Diri(Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia 2019),hlm 1
2013-2020. Setiap tanggal 10 September diperingati sebagai Hari
Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. Peringatan ini bertujuan untuk
meningkatkan perhatian dan kepedulian masyarakat akan kebutuhan
orang yang beresiko bunuh diri, dengan beragam kegiatan untuk
mempromosikan pemahaman tentang bunuh diri dan kegiatan
pencegahan yang efektif. 3 Sehingga penulis mengambil tema Bunuh Diri
dengan maksud memutus rantai fenomena ini dengan melihat berbagai
pencegahan yang mampu dilakukan oleh gereja maupun masyarakat
secara umum.

TUJUAN DAN MANFAAT: Artikel ini bertujuan untuk mengemukakan arti


penting Hospitalitas Kristen sebagai pencegahan bunuh diri dan
senantiasa gereja yang turut mewujudkannya kepada anggota jemaat
maupun masyarakat. Artikel ini juga bermanfaat bagi khalayak muda dan
juga masyarakat untuk mencegah bunuh diri

PEMBAHASAN:
LATAR BELAKANG BUNUH DIRI
Secara ringkas Emile Durkheim dalam Luh Ketut Suryani dalam
buku berjudul “Hidup Bahagia - Perjuangan Melawan Kegelapan”
mengajukan teorinya bahwa ada tiga kelompok dalam bunuh diri: egoistic,
mereka melakukan tindakan bunuh diri karena tidak mempunyai ikatan
kuat dengan kelompok sosialnya ;altruistic, mereka melakukan bunuh diri
untuk menunjukkan loyalitas, pengabdian pada kelompoknya; dan
anomic, mereka yang tidak mampu menghadapi perubahan di masyarakat
mengenai nilai dan standar hidup.4
Dalam sebuah buku oleh Elsevier Singapore terbitan Emergency
Nurses Assosiation dan telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
menjadi “Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy”
mengungkapkan hasil penelitian dengan pengkajian yang dikelompokkan.
Melihat dari Gender , kaum perempuan tiga kali melakukan percobaan
bunuh diri lebih sering daripada kaum lelaki, sedangkan kaum lelaki
empat kali lebih sering betul-betul melakukan bunuh diri daripada kaum
perempuan. Faktor risiko lain dalam kasus bunuh diri dipengaruhi oleh
karena penggunaan obat terlarang, memiliki penyakit mental, perasaan
tidak dihargai, putus asa dan merasa tidak berdaya, menarik diri atau

3
Fetty Ismandari,dkk,Infodatin Situasi dan Pencegahan Bunuh Diri(Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia 2019),hlm 1
4
Luh Ketut Suryani, Hidup bahagia – Perjuangan Melawan Kegelapan(Jakarta:
Pustaka Obor Populer 2008),Hlm.12
isolasi sosial.5 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia juga
mengemukakan secara singkat faktor rentannya individu dalam
percobaan bunuh diri, yaitu:6
1. Membicarakan bunuh diri, menyakiti diri sendiri, dan kematian
2. Mulai mencari akses memiliki senjata api
3. Menarik diri dari teman, keluarga dan sahabat
4. Perubahan suasana hati yang parah
5. Merasa putus asa atau terjebak di suatu masalah
6. Konsumsi minuman keras meningkat
7. Tidur jauh lebih lama dari biasanya atau malah memiliki masalah
tidur
8. Mudah marah yang tak terkendali
9. Mulai memberikan barang-barang pribadi untuk orang lain
10. Perilaku merusak atau menyakiti diri sendiri
11. Mengatakan selamat tinggal pada orang-orang seolah mereka tak
akan bersama lagi
12. Berkembangnya perilaku cemas atau gelisah ketika mengalami
beberapa tanda sebelumnya

FENOMENA BUNUH DIRI PADA MASA PANDEMI COVID-19


Melihat data statistik Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
nampak jelas masa Pandemi Covid-19 diliputi kekelaman karena
fenomena ini. Latar belakang yang dikemukakan oleh beberapa ahli dan
secara khusus teori Emile Durkheim mengenai bunuh diri nampak jelas
fenomena ini mewarnai tahun yang kelam yang telah terlewati. Tindakan
kemanusiaan yang semakin menurun oleh karena kepanikan massal
diseluruh dunia juga memberikan dampak psikis yang luar biasa kepada
individu maupun kelompok yang terdampak.
Contoh daerah yang terdampak oleh fenomena bunuh diri ini
adalah Tana Toraja. Berita ini dipublikasikan oleh sindonews.com Tercatat
kasus bunuh diri di Toraja selama kurun waktu awal tahun 2020 hingga
awal tahun 2021 tercatat kasus bunuh diri mencapai 30 orang. Fenomena
ini didasari oleh permasalahan asmara, depresi dan stres hingga faktor
ekonomi. Kasus bunuh diri ini didominasi dengan cara gantung diri.
Penyelesaian masalah kehidupan yang nampaknya instan ini menjadi
wabah yang mengerikan bersama pandemi covid-19 ini.

5
Amelia Kurniati,dkk.Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana
Sheehy(Singapura:Emergency Nurses Asosiation 2018).Hlm.454
6
Fetty Ismandari,dkk,Infodatin Situasi dan Pencegahan Bunuh Diri(Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia 2019),hlm 9-10
Contoh negara besar yang terkait fenomena bunuh diri ini adalah
Jepang. Bahkan media berita www.bbc.com menyatakan selama pandemi
covid-19 jumlah bunuh diri di kalangan perempuan di negara Jepang
meningkat hingga 70% di tahun sebelumnya.

PANDANGAN KEKRISTENAN TERHADAP BUNUH DIRI


Sylva Donna dalam artikelnya “Keselamatan Dari Orang Kristen
yang Bunuh Diri” mengemukakan bagaimana pandangan kekristenan
terhadap fenomena bunuh diri yang tengah marak. Sylva mengambil
contoh dalam Perjanjian Lama dalam kasus bunuh diri yang dikaitkan
dengan hukuman Tuhan, orang-orang yang bunuh diri saat itu adalah
mereka yang melakukan kejahatan dan tidak lagi mengandalkan Tuhan.
Tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama dalam kasus bunuh diri, yaitu:
Abimelekh, Saul, Ahitofel, Zimri, Pembawa senjata Saul, Simson. Dalam
Perjanjian Baru tokoh dalam kasus bunuh diri adalah Yudas Iskariot yang
telah mengkhianati Yesus. Satu kesamaan dalam kasus bunuh diri yang
tercatat tersebut ialah bahwa mereka mengakhiri hidupnya karena
merasa bersalah dan demi mempertahankan harga dirinya. 7
Secara detail didalam Alkitab tidak ada ayat yang secara spesifik
melarang membunuh diri sebagai sebuah tindakan dosa. Tetapi Alkitab
mencatat larangan pembunuhan yaitu pada hukum keenam “Jangan
membunuh”. Allah dalam firman-Nya ini memberikan pemahaman kepada
manusia agar senantiasa menjaga nyawa dan segala aspek kehidupannya.

HOSPITALITAS KRISTEN DALAM PENCEGAHAN BUNUH DIRI


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengemukakan
pencegahan bunuh diri dengan melakukan tindakan pencegahan dini
terhadap remaja sebagai kelompok yang memiliki resiko tinggi dalam
melakukan bunuh diri, ide bunuh diri, ancaman dan percobaan bunuh diri.
Langkah preventif awal yang dapat dilakukan adalah dengan menggali
tentang adanya ide bunuh diri pada remaja. Remaja harus dinyatakan
secara langsung tentang fikiran bunuh diri, dimana pernyataan tersebut
membuat remaja merasa diperhatikan dan memberikan kesempatan pada
mereka untuk mengungkapkan masalahnya. Salah satu ciri rentannya
individu dalam resiko percobaan bunuh diri adalah perubahan drastis
perilaku seseorang. Komitmen, kepekaan, pengetahuan dan kepedulian
terhadap orang lain, keyakinan bahwa hidup ini adalah anugrah yang

7
Sylvia Donna, “Keselamatan Dari orang Kristen yang Bunuh Diri”, VERITAS
Vol.14 No.1,April 2013,Hlm.55
harus dipelihara sebaik-baiknya merupakan modal dasar untuk
membantu mencegah suatu tindakan bunuh diri.8
Mengutip pernyataan Yohanes K. Susanta dalam “Hospitalitas
Sebagai Upaya Mencegah Kekerasan dan Memelihara Kerukunan dalam
Relasi Islam-Kristen di Indonesia” salah satu contoh kecil yang dapat
dilakukan di dalam menyatakan hospitalitas yaitu dengan menyapa orang lain.9
Menyapa dan sedikit berbincang bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Hal
yang nampaknya kecil ini memiliki pengaruh yang luarbiasa bagi individu yang
mungkin saja mengalami pergumulan hidup. Sikap empati terhadap sesama
merupakan langkah lanjutan dalam mewujud nyatakan Hospitalitas. Salah satu
contoh, membantu perekonomian orang yang terdampak pandemi covid-19,
sedikit banyaknya bantuan sangatlah berguna bagi korban yang terdampak.
Dalam hal ini pula gereja juga harus lebih berempati dalam perwujudan
Hospitalitas yang nyata. Fenomena bunuh diri yang nampaknya menjadi
tren ini haruslah dihentikan segera. Sehingga Gereja baik melalui
organisasi pemuda ataupun menyeluruh, hendaknya saling merangkul
baik sesama anggota organisasi maupun mewujud nyatakan hospitalitas
dalam kehidupan beragama yang majemuk.

KESIMPULAN: Melalui artikel ini penulis menyimpulkan bahwa gereja


haruslah berempati dalam mewujud nyatakan sikap Hospitalitas Kristen
sebagai pencegahan bunuh diri. Sehingga bunuh diri tidak lagi menjadi jalan
keluar yang nampak instan melainkan sebuah jalan keluar yang dipandang salah
jika hanya menghadapi pergumulan duniawi. Usia muda yang rentan akan resiko
ini diharapkan mampu dirangkul oleh gereja baik melalui organisasi pemuda
yang ada di gereja atapun melalui program-program yang dilatarbelakangi
perwujudan keramahtaman gereja.

8
Fetty Ismandari,dkk,Infodatin Situasi dan Pencegahan Bunuh Diri(Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia 2019),hlm 8
9
Yohanes K, Susanta,”Hospitalitas Sebagai Upaya Mencegah Kekerasan dan
Memelihara Kerukunan dalam Relasi Islam-Kristen di Indonesia”, Societas Dei: Jurnal
Agama dan Masyarakat Vol. 2, No. 1, (April 2015),hlm.309
DAFTAR PUSTAKA

Husein ,Muhammad Adam.2019.Ebook Kajian Bunuh Diri.Adamssein Media


Ismandari, Fetty.2019.Infodatin Situasi dan Pencegahan Bunuh Diri.Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Suryani ,Luh Ketut.2008.Hidup bahagia – Perjuangan Melawan
Kegelapan.Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Kurniati, Amelia.2018.Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana
Sheehy.Singapura:Emergency Nurses Asosiation.
Donna, Sylvia.2013.Keselamatan Dari orang Kristen yang Bunuh Diri.VERITAS
Vol.14 No.1
Susanta, Yohanes K.2015.Hospitalitas Sebagai Upaya Mencegah Kekerasan
Dalam Memelihara Kerukunan Dalam Relasi Islam - Kristen Di Indonesia.
Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat 2, no. 1.

Anda mungkin juga menyukai