Anda di halaman 1dari 2

Bahan Sermon HKI Daerah XI Sumatera Timur III

Minggu OKULI 07 Maret 2021


EV. Keluaran 20:1-11 Ep. Matius 22:37-40

“KASIH KEPADA ALLAH”


I. Pendahuluan
Dalam Kitab Keluaran ini Pandangan terhadap Allah merupakan satu-satunya Allah sebagai penyelamat
bangsa Israel, Allah yang maha tinggi dan Allah yang berkuasa atas bangsa Israel,“AKU ADALAH AKU”.
Perintah Allah dimulai dengan fakta tindakan Allah dalam sejarah bangsa Israel. Allah telah membebaskan
mereka dari perbudakan di Mesir (ay 2). Dengan demikian, Ia adalah pemilik sejati umat-Nya. Tuntutan-Nya agar
Israel hanya menyembah Dia (ay 3) adalah tindakan yang selayaknya. Perintah pertama ini memang wewenang
Allah dan kewajiban Israel untuk menaatiNya. Israel seharusnya berkata, “Engkau adalah Allah kami. Engkau
adalah pemilik, penebus, dan pembebas hidup kami. Hanya Engkaulah Allah dan tidak ada Allah yang lain.”
Perintah agar jangan ada allah lain di hadapan Allah Israel bukan lahir dari teori keesaan Allah (monoteis)
melainkan dari kenyataan bahwa hanya Dialah satu-satunya Allah. Israel sudah menyaksikan fakta ini ketika
mereka melihat satu per-satu dewa dewi Mesir hancur tidak berdaya menghadapi Allah. Oleh karena itu, Allah
berhak menerima ketaataan dan kesetiaan total dari bangsa Israel.
II. Penjelasan Nats
Ada beberapa hal perlu dicatat untuk dapat mengerti dengan baik maksud pemberian hukum taurat, yang
menandai hubungan antara Allah dan bangsa Israel, yang dinamakan perjanjian Musa. Bahwa perjanjian Musa itu
sebenarnya bukanlah perjanjian baru, melainkan perkembangan dalam dan dari perjanjian Abraham. Tatkala
perjanjian Sinai diiringi perintah memelihara perjanjian, maka perintah hukum taurat maksudnya bukan untuk
mengubah dasar iman menjadi dasar amal. Karena mengenal hati manusia berdosa, maka Allah menyuruh Israel
menjalankan hukum kesusilaan tidak dengan maksud untuk menjadikan TAURAT sebagai dasar yang baru lagi
perdamaian dengan Allah. Bahwa dasar firman itu diucapkan oleh Allah sendiri tanpa pengantaraan siapapun
juga, adalah suatu kesaksian tentang kekuasaan-Nya yang tetap. Ini selanjutnya ditekankan oleh firman-firman itu
yang dua kali dituliskan oleh Allah pada loh loh batu (31:18; 32:15,16; 34:1,28; bnd Ul 10:4). Prinsip-prinsip ini
membuat seluruh tata tertib kehidupan dalam pertalian-pertaliannya yang terarah kepada Allah dan kepada
manusia. Taurat merupakan protes Allah terhadap dosa di tengah-tengah kehidupan umat-Nya yang telah ditebus
itu, tetapi juga merupakan suatu petunjuk kepada kemenangan kasih karunia, karena protes ini menjadi peraturan
hidup dan bukan menjadi perkakas maut. Susunan perintah/taurat itu sungguh mengesankan. Itu merupakan suatu
seri hukum yang secara langsung menetapkan perintah kepada individu dan mewajibkan untuk melakukan
tindakan yang diharapakan oleh si pembuat hukum (sering disebut hukum apodiktik). Orang Israel terikat pada
perintah itu tidak hanya karena menjamin kepentingan umum, tetapi lebih-lebih karena Allah yang meyampaikan
perintah itu adalah Allah yang ikut campur tangan dalam kehidupan mereka secara sangat menentukan.
1. Maksud Hukum Taurat Diberikan
a. Untuk menjadi ukuran kebenaran
Apabila Allah menyatakan kehendak-Nya kepada Abraham dan bapak-bapak leluhur Israel cukup dengan
lisan, namun zaman sekarang tidak mungkin lagi. Dimana Israel telah menjadi suatu bangsa dan diperintahkan
secara teokrasi, maka sekarang dibutuhkan suatu ukuran kesulilaan tertulis dan permanen, yang menggunakan
cita-cita Ilahi mengenai tabiat dan kelakuan (Ul 4:8; Maz 19:7-9; 119:142).
b. Untuk menunjukkan dan menandakan Dosa
Suatu benda akan nampak hitam jika diletakkan di depan latar belakang yang putih dan terang; demikian
juga dosa akan segera nampak dan dapat dikenal, jika diterangi dengan hukum Taurat. Tapi hati manusia tidak
mungking mengenali dosa, sebab hati manusia telah bercacat dosa. Sebab itu Paulus berkata, ‘Hukum Taurat
ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak’ (Rom 5:20). ‘Karena justru oleh hukum taurat orang
mengenal dosa’ (Rom 3:20). ‘Oleh hukum taurat aku telah mengenal dosa’ (Rom 7:7). ‘Ia ditambahkan oleh
karena pelanggaran-pelanggaran’ (Gal 3:19) artinya, supaya dosa nampak menjadi kesalahan kepada Allah.
c. Untuk menyatakan kesucian Allah
Suatu keharusan mutlak ialah bahwa hak-hak istimewa Israel yang unik, yang diberikan kepadanya selaku
bangsa yang teripilih untuk memenuhi panggilannya yang mulia, harus dilindungi oleh pengakuan rendah hati dan
khidmat akan kesucian Allah yang tak terganggu gugat, agar hak-hak itu jangan membuat bangsa menjadi
sombong. Tidak percuma bahwa pernyataan Alkitab, ditinjau secara keseluruhan, pertama-tama mengutarakan
KUAT KUASA Allah sebagaimana nampak khusus dalam penjadian alam semesta, air bah, babel, kehancuran
Sodom, dan keluaran Israel. Kemudian KESUCIAN Allah sebagaimana nampak khusus dalam Taurat Musa dan
dalam injil Kristus. Dari urutan ini nyatalah bahwa kasih Allah harus dilindungi oleh perasaan khidmat, karena
menyadari kuat kuasa-Nya yang maha hebat dan kesucian-Nya.
III. Refleksi
Jemaat Tuhan yang terkasih dalam Yesus Kristus, hal yang penting kita tanamkan dalam hati dan
kepercayaan kita melalui sermon ini. Ingin mengajar serta menguatkan Iman kita bahwa, taurat tidak diberikan
sebagai sarana untuk mencapai keselamatan. Taurat diberikan kepada bangsa yang sudah selamat (19:4; 20:2)
untuk mengajar mereka tentang kehendak Tuhan supaya mereka dapat memenuhi maksud Allah bagi mereka
sebagai sebuah “kerajaan Imam dan bangsa yang kudus” (19:6), Penyataan tersebut diberikan “bukan untuk
memberikan kehidupan tetapi untuk menuntun kehidupan” menaati perintah-perintah ini membuka jalan bagi kita
untuk menanggapi Allah dengan benar selaku ucapan syukur karena pembebasan mereka dari tanah Mesir; pada
saat bersamaan, ketaatan semacam itu dituntut agar bisa tetap tinggal di tanah yang dijanjikan. Perintah/hukum
meringkas hukum moral Allah bagi Israel dan menguraikan tugas-tugas mereka kepada Allah dan sesama. Ketika
seseorang bertanya, mengapa saya harus mengasihi Allah?; apa yang menyenangkan dari Allah?; atau apa yang
dapat saya peroleh dengan mengasihi Allah? Karena itu jika seseorang bertanya mengapa Allah berhak atas kasih
kita, inilah jawabannya: “Karena Allah terlebih dahulu mengasihi Kita”(1 Yoh 4: 10, 19).
Kita mengasihi Allah karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Kasih kepada Allah tidak dapat
terpisahkan dari kasih kepada sesama. Kasih kita kepada Allah harus juga dibuktikan kepada sesama. Karena
kasih kepada sesama merupakan tuntutan kasih sejati kita kepada Allah. Karena tidak ada kasih sejati kepada
Allah, apabila melupakan kasih kepada sesama! Kasih kita kepada Allah akan menjadi asli atau otentik, apabila
kasih itu kita laksanakan dengan mengasihi sesama.

Anda mungkin juga menyukai