I. Pendahuluan Dalam Kitab Keluaran ini Pandangan terhadap Allah merupakan satu-satunya Allah sebagai penyelamat bangsa Israel, Allah yang maha tinggi dan Allah yang berkuasa atas bangsa Israel,“AKU ADALAH AKU”. Perintah Allah dimulai dengan fakta tindakan Allah dalam sejarah bangsa Israel. Allah telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir (ay 2). Dengan demikian, Ia adalah pemilik sejati umat-Nya. Tuntutan-Nya agar Israel hanya menyembah Dia (ay 3) adalah tindakan yang selayaknya. Perintah pertama ini memang wewenang Allah dan kewajiban Israel untuk menaatiNya. Israel seharusnya berkata, “Engkau adalah Allah kami. Engkau adalah pemilik, penebus, dan pembebas hidup kami. Hanya Engkaulah Allah dan tidak ada Allah yang lain.” Perintah agar jangan ada allah lain di hadapan Allah Israel bukan lahir dari teori keesaan Allah (monoteis) melainkan dari kenyataan bahwa hanya Dialah satu-satunya Allah. Israel sudah menyaksikan fakta ini ketika mereka melihat satu per-satu dewa dewi Mesir hancur tidak berdaya menghadapi Allah. Oleh karena itu, Allah berhak menerima ketaataan dan kesetiaan total dari bangsa Israel. II. Penjelasan Nats Ada beberapa hal perlu dicatat untuk dapat mengerti dengan baik maksud pemberian hukum taurat, yang menandai hubungan antara Allah dan bangsa Israel, yang dinamakan perjanjian Musa. Bahwa perjanjian Musa itu sebenarnya bukanlah perjanjian baru, melainkan perkembangan dalam dan dari perjanjian Abraham. Tatkala perjanjian Sinai diiringi perintah memelihara perjanjian, maka perintah hukum taurat maksudnya bukan untuk mengubah dasar iman menjadi dasar amal. Karena mengenal hati manusia berdosa, maka Allah menyuruh Israel menjalankan hukum kesusilaan tidak dengan maksud untuk menjadikan TAURAT sebagai dasar yang baru lagi perdamaian dengan Allah. Bahwa dasar firman itu diucapkan oleh Allah sendiri tanpa pengantaraan siapapun juga, adalah suatu kesaksian tentang kekuasaan-Nya yang tetap. Ini selanjutnya ditekankan oleh firman-firman itu yang dua kali dituliskan oleh Allah pada loh loh batu (31:18; 32:15,16; 34:1,28; bnd Ul 10:4). Prinsip-prinsip ini membuat seluruh tata tertib kehidupan dalam pertalian-pertaliannya yang terarah kepada Allah dan kepada manusia. Taurat merupakan protes Allah terhadap dosa di tengah-tengah kehidupan umat-Nya yang telah ditebus itu, tetapi juga merupakan suatu petunjuk kepada kemenangan kasih karunia, karena protes ini menjadi peraturan hidup dan bukan menjadi perkakas maut. Susunan perintah/taurat itu sungguh mengesankan. Itu merupakan suatu seri hukum yang secara langsung menetapkan perintah kepada individu dan mewajibkan untuk melakukan tindakan yang diharapakan oleh si pembuat hukum (sering disebut hukum apodiktik). Orang Israel terikat pada perintah itu tidak hanya karena menjamin kepentingan umum, tetapi lebih-lebih karena Allah yang meyampaikan perintah itu adalah Allah yang ikut campur tangan dalam kehidupan mereka secara sangat menentukan. 1. Maksud Hukum Taurat Diberikan a. Untuk menjadi ukuran kebenaran Apabila Allah menyatakan kehendak-Nya kepada Abraham dan bapak-bapak leluhur Israel cukup dengan lisan, namun zaman sekarang tidak mungkin lagi. Dimana Israel telah menjadi suatu bangsa dan diperintahkan secara teokrasi, maka sekarang dibutuhkan suatu ukuran kesulilaan tertulis dan permanen, yang menggunakan cita-cita Ilahi mengenai tabiat dan kelakuan (Ul 4:8; Maz 19:7-9; 119:142). b. Untuk menunjukkan dan menandakan Dosa Suatu benda akan nampak hitam jika diletakkan di depan latar belakang yang putih dan terang; demikian juga dosa akan segera nampak dan dapat dikenal, jika diterangi dengan hukum Taurat. Tapi hati manusia tidak mungking mengenali dosa, sebab hati manusia telah bercacat dosa. Sebab itu Paulus berkata, ‘Hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak’ (Rom 5:20). ‘Karena justru oleh hukum taurat orang mengenal dosa’ (Rom 3:20). ‘Oleh hukum taurat aku telah mengenal dosa’ (Rom 7:7). ‘Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran’ (Gal 3:19) artinya, supaya dosa nampak menjadi kesalahan kepada Allah. c. Untuk menyatakan kesucian Allah Suatu keharusan mutlak ialah bahwa hak-hak istimewa Israel yang unik, yang diberikan kepadanya selaku bangsa yang teripilih untuk memenuhi panggilannya yang mulia, harus dilindungi oleh pengakuan rendah hati dan khidmat akan kesucian Allah yang tak terganggu gugat, agar hak-hak itu jangan membuat bangsa menjadi sombong. Tidak percuma bahwa pernyataan Alkitab, ditinjau secara keseluruhan, pertama-tama mengutarakan KUAT KUASA Allah sebagaimana nampak khusus dalam penjadian alam semesta, air bah, babel, kehancuran Sodom, dan keluaran Israel. Kemudian KESUCIAN Allah sebagaimana nampak khusus dalam Taurat Musa dan dalam injil Kristus. Dari urutan ini nyatalah bahwa kasih Allah harus dilindungi oleh perasaan khidmat, karena menyadari kuat kuasa-Nya yang maha hebat dan kesucian-Nya. III. Refleksi Jemaat Tuhan yang terkasih dalam Yesus Kristus, hal yang penting kita tanamkan dalam hati dan kepercayaan kita melalui sermon ini. Ingin mengajar serta menguatkan Iman kita bahwa, taurat tidak diberikan sebagai sarana untuk mencapai keselamatan. Taurat diberikan kepada bangsa yang sudah selamat (19:4; 20:2) untuk mengajar mereka tentang kehendak Tuhan supaya mereka dapat memenuhi maksud Allah bagi mereka sebagai sebuah “kerajaan Imam dan bangsa yang kudus” (19:6), Penyataan tersebut diberikan “bukan untuk memberikan kehidupan tetapi untuk menuntun kehidupan” menaati perintah-perintah ini membuka jalan bagi kita untuk menanggapi Allah dengan benar selaku ucapan syukur karena pembebasan mereka dari tanah Mesir; pada saat bersamaan, ketaatan semacam itu dituntut agar bisa tetap tinggal di tanah yang dijanjikan. Perintah/hukum meringkas hukum moral Allah bagi Israel dan menguraikan tugas-tugas mereka kepada Allah dan sesama. Ketika seseorang bertanya, mengapa saya harus mengasihi Allah?; apa yang menyenangkan dari Allah?; atau apa yang dapat saya peroleh dengan mengasihi Allah? Karena itu jika seseorang bertanya mengapa Allah berhak atas kasih kita, inilah jawabannya: “Karena Allah terlebih dahulu mengasihi Kita”(1 Yoh 4: 10, 19). Kita mengasihi Allah karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Kasih kepada Allah tidak dapat terpisahkan dari kasih kepada sesama. Kasih kita kepada Allah harus juga dibuktikan kepada sesama. Karena kasih kepada sesama merupakan tuntutan kasih sejati kita kepada Allah. Karena tidak ada kasih sejati kepada Allah, apabila melupakan kasih kepada sesama! Kasih kita kepada Allah akan menjadi asli atau otentik, apabila kasih itu kita laksanakan dengan mengasihi sesama.