Anda di halaman 1dari 5

Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan kehilangan peran kerja.

Duka cita maladaptive yang berhubungan dengan urusan yang tidak terselesaikan

dengan kematian.
Keputuasaan yang berhubungan dengan reintegrasi peristiwa hidup yang tidak

berhasil.
Distress spiritual yang berhubugan kurangnya makna dan tujuan hidup.

3. Intervensi
Clayton mengemukakan beberapa keraguan, bahwa integritas merupakan tugas akhir
dari lansia, atau setidaknya hal terakhir yang dapat dicapai. Ia menyimpulkan bahwa
kebanyakan orang mencari penghindaran atau memasuki penundaan yang berkepanjangan.
Dengan kata lain mereka tidak memilih untuk melanjutkan maturasi mereka, memilih untuk
tidak menghadapi atau menyelesaikan konflik perkembangan dimasa yang akan datang. Tesis
clayton mengarah pada kebutuhan intervensi untuk membantu orang dewasa terutama lansia,
menyelesaikan perkembangan tahap akhir.
Kebenyakan intervensi untuk membantu lansia mencapai tugas perkembangan
terakhirnya melibatkan mereka dalam merefleksikan hidup mereka. Intervensi yang dibuat
melalui penelitian yang baik adalah tinjauan hidup yang dibuat oleh Butler yang melihat
proses tersebut sebagai cara untuk mencapai reintegrasi ego. Stimulasi memori hidup
membantu lansia mengatasi kehilangan mereka dan mempertahankan harga diri. Tinjauan
hidup memberi kesempatan kepada lansia untuk mengatasi rasa bersalah dan penyesalan dan
untuk memunculkan perasaan yang baik tentang harga diri mereka sendiri.
Haight membuat daftar pertanyaan komprehensif yang dirancang untuk memunculkan
memori tentang masa kanak- kanak, masa remaja, keluarga dan rumah serta masa dewasa.
Format haight life review and experiencing juga mencakup pertanyaan- pertanyaan ringkas
yang bertujuan untuk memunculkan persepsi tentang hidupnya. Diakhir wawancara, perawat
mampu menentukan tingkat pencapaian integritas ego klien. Tijauan hidup juga memiliki
efek yang signifikan pada kepuasaan hidup dan kesejahteraan psikologis.
Wysocki memberikan panduan rinci kepada perawat tentang bagaimana melakukan
tinjauan hidup dengan lansia. Ia memberikan anjuran- anjuran spesifik untuk melakukan
proses tersebut., melaksanakan setiap kunjungan, mengatasi kesulitan- kesulitan khusus
seperti klien yang apatis dan menarik diri, mengakhiri wawancara, dan mengakhiri sesi
tersebut.

Lansia akan mendapatkan keuntungan dari meuliskan pengalaman hidup mereka


sendiri. Autobiografi merupakan cara yang sangat membantu dalam memberi makna pada
kehidupan seseorang. Birren menyatakan bahwa menulis autobiografi merupakan suatu
kontraindikasi menempatkan paradoks dan ambevalensi kehidupan kedalam perspektif.
Sesuatu terjadi ketika seseorang jugan mengumpulkan kembali dan menuliskan pengalamanpengalaman mereka untuk berbagi bersama orang lain. Interaksi yang terjadi ketika orangorang membuka diri mereka secara mendalam dengan orang lain dalam lingkungan social
mereka memunculkan demensi baru pada mereka. Perawat perlu menganjurkan pada lansia
untuk menulis cerita fenomologi dari pengalaman mereka dari proses penuaan. Tekhnik
autobiografi dapat digunakan pada lansia yang berada di institusi dan yang tidak di institusi.
Birren menyatakan bahwa autobiografi terbimbing merupakan autobiografi yang paling
bermamfaat. Perawat dapat memberikan topik- topic seperti peran uang, kesehatan, latihan,
makanan dan honur pada kehidupan lansia. Setelah diberi waktu satu minggu untuk
mengingat- ingat dan menuliskan atau merekam pengalaman hidup mereka, lansia diminta
untuk berbagi pengalaman- pengalaman tersebut dengan orang lain yang ada dalam
kelompok.
Ebersole dan Hess memberikan sesuatu yang lain intervensi yang bersifat lebih
langsung guna membantu lansia mencapai maturitas perkembangan yang utuh. Mereka
menganjurkan perawat untuk bertanya kepada lansia tentang bagaimana mereka
mendefinisikan tugas tugas penuaan bagi diri merka sendiri.

Pada presentasi paling awal dari teori perkembangannya, Erikson menyatakan bahwa
hanya mereka sudah merawat sesuatu dan orang lain yang pada akhirnya mencapai maturitas
melaui tahap integritas. Erikson dan istrinya, bersama Kivnick melanjutkan pekerjaan
terawatt Erikson dan percaya bahwa kepedulian terutama merawat anak dan cucu merupakan
kualitas yang memberikan rasa kontiunitas paling besar pada lansia. Dengan merawat lansia
mengalami kebutuhan akan keterikatan yang kemudian menantang lansia untuk menerima
dari orang lain yang memerlukan perawatan, dan un tuk melakukannya seperti hajnya
merawat itu sendiri. Hal ini mendorong perawat untuk membantu klien lansia terus
mengungkapkan rasa peduli mereka dan menun jukkan penghormatan pada penerimaan
meraka terhadap kepedulian dari orang lain.

Kebanyakan

lansia

memiliki

konsep

dikotomi

tentang

kemandirian

dan

ketergantungan. Kecenderungan terbaru adalah memandang konsep- konsep sebagai


kontinuitas yang terus ada sehingga banyak orang yang hidup dalam berbagai tingkat
ketergantungan. OBryant menyatakan bahwa masyarakat yang terlalu berlebihan dalam
menilai kemandirian tanpa disadari dapat memebrikan tekanan pada lansia untuk terlalu
dalam mandiri. Dalam masyarakat ideal dan system pendukung mereka akan bergerak kearah
pertukaran layanan yang aktif, sehingga ketergantungan akan jadi gaya hidup yang paling
berharga. Perawat dapat membantu klien lansia, mereka untuk mengakui bahwa mereka
memiliki hubungan ketergantungan dan dapat terus melakukan hubungan tersebut.

4.

Evaluasi Asuhan Keperawatan, Proses dan Hasil


Untuk mengevalusi proses, perawat- perawat harus melihat apa yang terjadi diantara

mereka (perawat) dengan klien, apakah perawat turut berpartisipasi dengan berbai cerita
tentang hidupnya sperti halnya yang diminta dilakukan klien, apakah perawat mengalami
perasan keterikatan dengan klien, apakah klien mengungkapkan adanya perasaan keterikatan
tersebut, secara lebih spesifik, apakah klien mengungkapkan rasa senang terhadap intervensi
yang digunakan.
Hasil intervensi perkembangan terbik pada lansia yang sudah diteliti sampai sejauh ini adalah
kepuasaan hidup. Indicator lain dari apakah klien sudah mencapai integritas ego adalah
ungkapan rasa muak terhadap diri sendiri atau orang lain dan pandangan mereka terhadap
kematian. Apakah mereka mengungkapkan rasa takut terhadap kematian yang meluas
melebihi ketahuan normal terhadap proses meninggal yang menyakitkan, bagaimana mereka
menghabiskan hari- hari mereka meskipun aktivitas social tidak dapat dijadikan indicator
integritas, lansia harus memiliki sesuatu untuk dilakukan yang membuat mereka senang.
Mungkin tindakan yang paling signifikan bagi keefektifan upaya perawat dalam
mendukung perkembangan yang kontinu dari lansia yang akan signifikan dalam menurunkan
angka bunuh diri. Akhir- akhir ini lansia amerika yang merupakan 12,6 % dari pupolasi,
menunjukkan 20,3% angka bunuh diri keseluruhan (data tahun 1990) U.S department of
health and human services memasukkan hal ini dalam tujuan healthy people 2000 national
helth promotion and disease prevention objectives untuk menurunkan angka bunuh diri
sampai tidak lebih dari 39,2 per 100.000. pada tahun 2000 jika tujuan ini berhasil dicapai,

kepuasan hidup pada lansia harus segera dan benar- benar ditargetkan untuk tindakan
intervensi khusus.
C. Pokok- Pokok Penelitian
Bangkitnya minat terhadap perkembangan lansia sudah dimulai. Minat tersebut telah
memicu dilakukannya lenih banyak upaya penelitian pada perkembangan lansia baik lansia
sehat maupun sakit.
Dengan ditemukannya teori- teori perkembangan manusia, yang sebagian besar hanya
terbatas dampaknya pada orang yang sehat dan tidak cukup membahas tentang dampak
penyakit atau disabilitas pada proses perkembangan. Wright el al mencari penjelasan melalui
eksplorasi dan analisis leteratyr terbaru penyakit alzaimer kronis dan stroke diselidiki untuk
menggambarkan perubhan- perubahan yang terjadi pada perkembangan manusia selama
perjalanan penyakit tersebut. Mereka menyimpulkan bahwa diantara lansia yang sakit dan
anggota keluarganya, interaksi dengan dan keterikatan dengan orang lain baik anggota
keluarga ataupun pemberi asuhan professional, semakin meningkat tingkat kepentingannya.
Karana keterikatan ini menghubungkan lansia sakit dengan lingkungannya, maka
melanjutkan perkembangan menjadi hal yang sangat penting.
Leidy dan Darling-fisher mempelajari mamfaat modified erikson psychosocial stage
inventory (MEPSI) sebagai alat untuk mengoprasionalkan dan menguji teori perkembangan
erikso pada orang dewasa. MEPSI adalah alat survey sederhana yang dirancang untuk
mengkkaji kekuatan sifat psikososial yang muncul dari perkembangan erikson, penelitian
mempelajari delapan sampel yang berbeda, dewasa muda sehat, pria- pria hemophilia, lansia
sehat dan lansia dengan penyakit paru obstruksi menahun.
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, angka bunuh diri pada lansia cukup tinggi. Hal
ini menunjukkan bahwa mendeteksi lansia yang berisiko menderita gangguan mental serius
merupakan hal yang vital. Depresi merupakan gangguan mental yang banyak terjadi pada
lansia. Mereka dapat menglami depresi pada saat mereka mengonfrontasikan tugas
perkembangan. Zauszniewski berpendapat bahwa langkah pertama dalam membantu lansia
agar menghadapi keadaan mereka secara lebih positif dan melakukan koping yang lebih
efektif terhadap kehilangan mereka adalah dengan pengkajian proses kognitif yang dapat
mencetuskan atau turut berperan terhadap perkembangan penyakit depresi. Zauszniewski
membuat alat untuk menyelesaikan tugas ini, Depressive cognitive Scale (DCS) untuk lansia.
Skala ini diambil dari teori psikososial Erikson setiap hal mencerminkan kognisi depresi

yang dapat muncul dari resulosi yang kurang berhasil pada salah satu fase perkembangan
Erikson. Tes psikometrik persiapan dari DCS pada sampel yang tepat yang terdiri dari 60
lansia sehat dapat memberikan bukti reabilitas dan validitas dari skala tersebut.
D. Implikasi untuk Penelitian
Dengan ceapatnya pertumbuhan jumlah orang yang berusia lebih dari 85 tahun ,
Negara juga melihat peningkatan yang semakin cepat dalam jumlah orang yang menjadi
centenarian (orang yang berusia 100 tahun lebih). Terdapat 35 tahun potensi pertumbuhan
antara usia 65 tahun dan 100 tahun > sebelum tugas perkembangan lansia menganggap
periode ini sebagai tahapan tunggal. Adakah perbedaan antara tugas perkembangan untuk
kelompok usia lansia muda, lansia pertengahan dan lansia akhir apakah usia kelomppok
merupakan cara terbaik untuk membagi tugas- tugas tersebut, atau adakah kriteria lain yang
lebih baik.
Adakah intervensi- intervensi lain yang akan membantu lansia menyelesaikan tugas
tugas perkembangan lansia, bagaimana autobiografi terbimbing dibandingkan dengan
tinjauan hidup sebagai teknik intervensi yang digunakan pada lansia, perawat hanya perlu
meneliti sedikit saja dari banyak bidang untuk memperluas badan keilmuan tentang
perkembangan dan tugas erkembangan selama tahun tahun akhir kehidupan.
Wright et al menganjurkan dilakukannya penelitian dimasa datang pada bidangbidang studi berikut ini : bagaimana kita dapat menstrukturkan lingkungan, baik lingkungan
rumah maupun institudi, guna menfasilitasi perilaku mencari bantuan pada lansia yang
ketergantungan. Menggangap bahwa ketakutan terhadap pengabaian menyebabkan igitasi,
sikap yang manja dan menuntut, depresi dan secara keseluruhan kurangnya kerja sama dari
orang yang sedang sakit, bagaimana kita dapat memberi wewenang pada pemberi asuhan
untuk meminimalkan dampak ketakutan ini pada anggota keluarga, menganggap bahwa
ketersediaan orang dekat lain atau pemberi asuhan professional yang berganti- ganti tetapi
konsisten dapat menurunkan sikap acuh, adakah cara untuk mengganti figure ketrikatan jika
pemberi asuhan primer meniggakl atau secara emosinal atau fisik tidak dapat memberikan
interaksi social yang positif.

Anda mungkin juga menyukai