Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Untuk memiliki gaya hidup yang sehat, rekreasi adalah satu keutamaan. Rekreasi juga
adalah aspek penting di dalam kehidupan seharian seseorang. Selain nutrisi, olahraga, rekreasi
merupakan salah satu faktor pendukung gaya hidup sehat.
Salah satu terapi digunakan pada pasien gangguan jiwa adalah terapi rekreasi.
Dikarenakan terapi ini membuat pasien menjadi bahagia, senang, dan dapat bersosialisasi antara
pasien, perawat, dan lingkungan sekitar.
Tetapi terapi rekreasi ini di indonesia belum begitu terkenal di bandingkan dengan terapi-
terapi yang sudah ada saat ini. Terapi rekreasi ini bisa di kombinasikan dengan terapi-terapi lain,
seperti terpi lingkungan, terapi musik, terapi seni dan terapi gerak.
Terapi rekreasi merupakan cara baru untuk memberikan perawatan kepada orang-orang
yang menderita berbagai cacat dan penyakit. Terapi rekreasi digunakan di beberapa daerah
penyakit seperti Alzheimer, Parkinson, gangguan kognitif dan neurologis.
Terapi rekreasi sangat efektif bagi pasien yang menarik diri, dikarenakan pada pasien
yang menarik diri interaksi sosialnya kurang. Diharapkan setelah mengikuti terapi rekreasi ini,
pasien yang awalnya menarik diri dapat merubah sikap dan prilakunya untuk bersosialisasi
dalam interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar.
BAB II
Pembahasan

Para peneliti di university college London, inggris, menemukan hubungan antara


keterlibatan seseorang dalam kegiatan yang berkaitan dengan seni dan budaya serta
kemungkinan depresi pada orang yang berusia 50 tahun atau lebih. Study ini menyebutkan
kunjungan rutin ke bioskop, teater, atau museum dapat mengurangi kemungkinan depresi pada
seseorang yang berusia diatas 50tahun. Kegiatan budaya di sebut tak hanya membantu orang
mengelola dan memulihkan diri dari depresi, tapi juga membantu mencegahnya. Peneliti ini
mendapati orang-orang yang menonton film di bioskop, menonton pertunjukan , atau melihat
pameran setiap beberapa bulan sekali memiliki resiko terkena depresi 32% lebih rendah.
Sedangkan mereka yang menghardiri kegiatan itu sebulan sekali atau lebih memiliki resiko 48%
lebih rendah. Study ini melihat data pada lebih dari 2000 orang diatas usia 50 tahun yang ambil
bagian dalam English Longitudinial Study Of Aging (ELSA). ELSA berisi data kesehatan,
kesejahteraan social, dan kondisi mental orang tua di inggris selama 10 tahun. Data itu termasuk
berisi informasi tantang seberapa sering orang menghadiri pementasan opera, mengunjungi
bioskop, galeri seni, museum, dan sejenisnya, serta mencatat peserta yang telah di diagnosis
mengidap depresi. Hasil study itu bahkan telah memeprtimbangkan factor lain yang dapat
mempengaruhi kecendrungan seseorang mengalami depresi : usia, masalah kesehatan, dan
kegiatan olah raga. Para peneliti menemukan kegiatan masih menawarkan manfaat yang
signifikan bagi kesejahteraan mental. Manfaat itu juga terlepas dari apakh orang orang itu
memeliki kontak dengan teman dan keluarga atau mengambil bagian dalam kegiatan sosial,
seperti klub , dan masyarakat secara individual .

Seorang peneliti, Daisy Fancourt mengatakan hasil penelitian itu diharapkan bisa
mendorong kesadaran yang lebih besar untuk lebih mengendalikan kesehatan mental diri sendiri.
Melihat data yang di kumpulkan dari jawaban orang orang atas pertanyaan dalam questioner
yang di bagikan dan wawancara selama 10 tahun. Ia menuturkan secara umum orang mengetahui
olahraga bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental, tetapi sangat sedikit yang sadar bahwa
terlibat dalam kegiatan budaya juga memiliki manfaat yang sama. Para peneliti percaya kekuatan
kegiatan budaya terletak pada kombinasi interaksi social , kreatifitas, rangsangan mental , dan
aktifitas fisik lembut yang mereka dorong. Fancourt semapat meresa terkejut dengan hasil
penelitian terutama ketika menemukan hubungan keterlibatan dalam kegiatan budaya dengan
depresi pada mereka yang kaya atau miskin serta pada tingkat pendidikan yang berbeda. Agar
memiliki manfaat jangka panjang terhadap kesehatan mental, seseorang perlu terlibat dalam
kegiatan itu secara teratur. Ia mengiliustrasikan , berkunjung ke museum dan menonton di
bioskop layaknya latihan berat, yang hasilnya baru akan terlihat ketika dilakukan secara teratur.

Fancourt mengungkapkan depresi merupakan masalah besar yang mempengaruhi jutaan orang.
Jika anda mulai terasa keberadaan di titik terendah atau terisolasi , kegiatan-kegiatan yang di
rekomendasikan itu merupakan hal sederhana yang dapat di lakukan untuk membantu kesehatan
mental diri sebelum sampai di titik memerlukan bantuan medis professional.

Rekreasi pasif adalah jenis rekreasi yang banyak melibatkan aktivitas relaksasi dan tidak
memerlukan banyak tenaga. Contoh: menonton TV, mendengarkan music, kuliner.

Berbagai masalah yang timbul pada lanjut usia, baik masalah fisik dan psikososial. Masalah
psikososial yang sering menyertai adalah depresi. Depresi sering disebut suatu perasaan sedih
dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan
pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho, 2000, dalam Aspiani, 2014). Lanjut
usia yang mengalami depresi tentu akan mengurangi produktifitas dan peran serta dalam
pembangunan bangsa, selain depresi pada lanjut usia adalah menurunnya harapan dan kualitas
hidup pada lanjut usia itu sendiri, serta meningkatkan ratio ketergantungan usia lanjut (old age
ratio dependency). Sehingga diperlukan penanganan serius terhadap masalah psikologis yang
dialami lanjut usia khususnya depresi (Mensos, 2012, dalam Khana & Kasra, 2012). Depresi
mengalami berbagai macam perasaan, seperti sedih, cemas, kesepian dan mudah tersinggung.
Perasaan tersebut merupakan masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada lanjut usia (Maryam, et
al., 2008). Ada beberapa faktor yang menyebabkan lanjut usia mengalami depresi seiring dengan
meningkatnya usia harapan hidup seperti factor fisik yang berhubungan dengan adanya penyakit,
factor psikologis ditandai dengan adanya faktor yang tidak terselesaikan dan faktor sosial pada
usia lanjut yang disebabkan kehilangan orang-orang yang dicintai dan bahkan kehilangan
pekerjaan (Erita, 2014).
Peran perawat sebagai pendidik lanjut usia dengan depresi, peran perawat disini dapat
diartikan perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan.
Peran perawat sebagai motivator harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi lanjut usia
dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa dan rasa tidak berdaya sehingga lanjut usia
dapat merasakan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungan panti. Peran perawat sebagai
konselor diartikan sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan masalah lanjut
usia. Konselor merupakan suatu proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan
psikologi atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang. Peran perawat salah satunya adalah pemecahan masalah
di fokuskan pada masalah keperawatan (Azizah, 2011, hlm.35). Tindakan keperawatan melalui
asuhan keperawatan pada lanjut usia dengan depresi diantaranya dengan menggunakan terapi
komplementer.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Terapi rekreasi membantu untuk menyembuhkan orang dengan cara yang positif dan juga
sebagai per umpan balik dari pasien dan penelitian, orang-orang yang menggunakan terapi ini
jarang depresi atau stres karena penyakit mereka. Aktifitas di atas dapat memenuhi banyak
kebutuhan dan keinginan dari suatu individu, serta penting untuk perkembangan fisik maupun
psikososialnya. Perubahan pola aktifitas dapat merubah dari disfungsional dari suatu individu
dikarenakan individu itu unik. Perubahan tersebut dilakukan melalui motorik, kognitif dan sosial
learning.
Salah satu cara yang digunakan dalam terapi rekrasi yaitu terapi relaksasi berupa mandi rempah-
rempah. Hal tersebut bertujuan untuk meredakan stress.

B. Saran.
Dalam suatu proses pasti seseorang individu akan mengalami suatu kekurang bahkan suatu
kelebihan. Diantara kelebihan itu terdapat suatu kekurangan, seperti didalam hal yang kelompok
kami hadapi. Maka dari itu kelompok kami mengharapkan saran khususnya dari dosen
pembimbing dan umumnya dari rekan-rekan.
DAFTAR PUSTAKA

http//www.skripsi-tesis.com/07/02/terapi-rekreasi.doc.htm diakses pada tanggal 30 april 2010.


“Logoterapi Sebagai Terapi”,  tersedia dalam
http://www.atmajaya.ac.id/content diakses tanggal 30 april 2010.
http://library.usu.ac.id/download/fk/06009832.pdf di akses tanggal 15 Mei 2010.
http://anaktebidah.blogspot.com/2012/07/pengertian-terapi-rekreasi-dan-manfaat.html

Anda mungkin juga menyukai