Abstrak
Terapi seni adalah bentuk terapi yang menggunakan seni sebagai sarana untuk
membantu individu mengatasi masalah kesehatan mental mereka. Terlepas dari bakat
artistik atau keterampilan seni seorang individu, art therapy menekankan pada proses
kreatif dan ekspresi diri. Di balik praktik ini, ada sejumlah alasan mengapa seni mampu
memulihkan kesehatan mental dengan cara yang unik dan efektif. Salah satu hal utama
yang membuat art therapy efektif adalah kemampuannya untuk memungkinkan ekspresi
yang bebas dan tanpa tekanan. Melalui media seni seperti lukisan, gambar, atau patung,
mereka dapat mengungkapkan emosi yang mungkin sulit diucapkan dengan kata-kata.
Selain itu, art therapy juga memungkinkan proses refleksi yang mendalam. Metode yang
digunakan dalam pengumpulan data melalui studi literasi dan studi pustaka.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui interpretasi terhadap
karya seni mereka sendiri, mereka dapat merenungkan aspek-aspek dari diri mereka
yang mungkin sebelumnya tidak mereka sadari. Proses ini dapat mengarah pada
pemahaman diri yang lebih dalam dan membantu mengidentifikasi akar penyebab
masalah kesehatan mental.
Kata kunci : terapi seni, lukisan, kesehatan mental
PENDAHULUAN
Kesehatan mental merupakan suatu keadaan di mana seorang individu bebas dari
segala bentuk gejala-gejala gangguan mental. Individu yang sehat secara mental dapat
menjalani hidupnya secara normal terutama saat menyesuaikan diri untuk menghadapi
masalah-masalah yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sepanjang ia
masih hidup dengan menggunakan kemampuan mengelola pikirannya agar tidak
mengalami stres. Kesehatan Mental menurut Pieper dan Uden (2006) dalam
repository.umy.ac.id yaitu suatu keadaan di mana seseorang tidak mengalami perasaan
bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri
dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-
masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki
kebahagiaan dalam hidupnya. Definisi lain tentang kesehatan mental juga dalam buku
Kesehatan Mental, Konsep, dan Penerapan Notosoedirjo dan Latipun (2005),
mengatakan bahwa terdapat banyak cara dalam mendefinisikan kesehatan mental
(mental hygene) yaitu: (1) karena tidak mengalami gangguan mental, (2) tidak jatuh
sakit akibat stressor, (3) sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya,
dan (4) tumbuh dan berkembang secara positif. Dilansir dari sebuah artikel berita online
kompas yang terbit pada 9 Desember 2019, menurut Direktur Pencegahan dan
Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa 2 dan Kementrian Kesehatan RI, dr Fidianstah,
Sp. KJ Menyebutkan bahwa, "Tercatat 5 kasus bunuh diri setiap harinya pada tahun
2019 yang terjadi pada generasi milenial usia produktif yaitu 15-29 tahun." Indonesia
sendiri termasuk ke dalam salah satu negara dengan kesehatan mental yang buruk baik
dalam pencegahan maupun penanganan tertinggi di Asia Tenggara karena 1 dari 10
orangnya mengalami gangguan mental.
Pada beberapa dekade terakhir ini, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia
semakin meningkat. Menurut data yang dimuat laman Our Better World dari data
Kementerian Kesehatan 2013, sekitar 9 juta penduduk Indonesia mengalami depresi.
Ada pun sebagai akibatnya ditemukan 3,4 kasus bunuh diri per 100.000 orang di
Indonesia. Sekitar 16 juta orang berusia 15 tahun ke atas, ditemukan kasus bunuh diri
yang diawali gejala kecemasan dan depresi oleh pelakunya. Hal ini juga tidak
memungkiri bahwa persoalan mengenai kehidupan yang dihadapi khususnya pada
kalangan anak muda dengan berbagai tuntutan dalam mempertahankan eksistensinya
seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan menjadi salah satu penyebab
terjadinya gangguan terhadap kesehatan mental.
Gangguan kesehatan mental dapat menjadi lebih buruk apabila tidak segera
ditangani oleh ahlinya, hal ini tidak memungkiri banyaknya kematian yang disebabkan
oleh gangguan kesehatan mental. Dalam upaya menangani dan pengobatan gangguan
kesehatan mental yang sudah cukup buruk tentunya dibutuhkan seorang yang
professional seperti psikiater atau psikolog. Dalam perawatan untuk pemulihannya juga
dibutuhkan konseling dan terapi. Selama ini kita mengenal banyak terapi dalam ilmu
psikologi berdasarkan beberapa teori seperti psikoanalisis dan lain sebagainya
(Haniatussa’adah, 2022). Namun demikian dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
berkembangnya zaman, kebutuhan akan kesehatan mental menuntut berbagai macam
variasi terapi yang menjadikan munculnya berbagai terapi modern, seperti terapi
bermain, terapi tawa, terapi music, terapi menari, terapi dongeng, dan diantaranya ada
terapi seni yang dimana beberapa terapi ini juga sebenarnya merujuk kepada dasar-dasar
teori psikologi (aiyuda, 2019).
Dalam Handbook of Ert Therapy menerangkan bahwa dengan terapi seni dapat
meyakinkan kepada setiap individu memiliki kapasitasnya masing-masing dalam
mengekspresikan dirinya sendri secara kreatif. Terapi seni merupakan wujud dari
aktivitas seni yang mana didalamnya melibatkan proses kreatif dan diharapkan menjadi
ruang untuk pengalaman seni bagi individu maupun kelompok (Sugeng W, 2021) . Teori
terapi seni klinis dan pengaplikasiannya, terdapat beberapa teknik yang lebih umum
dalam karya multimodal menggunakan ekspresi seni sebagai pusat terapi seni ekspresif
dibahas secara spesifik (Burt, 2004) .Terapi seni merupakan salah satu cara rehabilitasi
untuk penyembuhan penderita gangguan mental ringan. Art therapy atau terapi seni ini
juga kini mulai banyak dilakukan dalam upaya penyembuhan gangguan kesehatan
mental.
Dalam penciptaan karya seni terdapat refleksi terhadap proses dan hasil karya
seseorang, antara dalam proses seni yang dialaminya maupun karya seni yang
dihasilkannya (Yulianti, 2021). Menurut Geraldina & Hadiwono (2019) dengan seni,
pengidap menganalisis tema dan konflik yang mungkin memengaruhi pikiran, emosi,
dan perilaku mereka. Selain dengan cara mengerjakan kesenian, penyembuhan dengan
media seni visual juga dapat dilakukan dengan mengamati lukisan-lukisan yang dapat
membantu proses penyembuhan (Salsabila N.T, 2023). Selain konseling dan terapi
dengan psikiater atau psikolog, berkarya seni sendiri juga memiliki fungsi sebagai
kegiatan yang bertitik tolak dari pengalaman batin sebagai Bahkan menurut WHO
(World Health Organization) dan WEF (World Economic Forum) dalam website
resminya http://www.who.int menyebutkan 4 ekonomi global kehilangan sekitar US $ 1
triliun per tahun dalam produktivitas karena depresi dan kecemasan. WHO pun
menegaskan bahwa pemerintah dan seluruh masyarakat memiliki kewajiban bersama
yaitu melakukan pembangunan kesehatan secara fisik dan mental secara berimbang.
Sudah seharusnya seluruh masyarakat maupun pemerintah lebih aware akan pentingnya
kesehatan mental karena berdampak langsung terhadap perekonomian negara. Selain itu,
sebagai sesama manusia sebaiknya kita bisa menerima kekurangan orang lain. Dalam
hal ini termasuk menerima berbagai kondisi yang dialami oleh penderita gangguan
mental seperti tidak memberikan stereotip dan stigma negatif. Perilaku negatif dari
masyarakat dan stereotip bahwa penderita gangguan mental adalah orang aneh dan
berbahaya yang sering diberikan masyarakat kepada para penderita semakin
mempersulit mereka untuk dapat menerima penanganan yang sesuai dan menghambat
proses kesembuhan. Kondisi ini semakin diperburuk dengan sikap masyarakat yang
lebih memilih untuk menjauhi para penderita atau bahkan melakukan pemasungan
daripada mencari psikolog ataupun mental health care. Berbagai kondisi tersebut
membuat para penderita semakin terpuruk dan terisolasi. Sebagian bahkan memberi
label dan membentuk citra diri negatif sehingga para penderita merasa tidak layak untuk
hidup dan memilih untuk melukai diri sendiri bahkan bunuh diri. Banyak hal yang
masyarakat bisa lakukan untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah dengan
mengurangi stigma negatif bahwa mereka aneh atau mengganggu terhadap para
penderita serta menyadari dan menerima bahwa para penderita sebenarnya juga
merupakan seorang manusia dan pantas untuk 5 mendapatkan perhatian dan penanganan
yang sesuai. Selain itu, pemerintah juga dapat memberikan sosialisasi dan edukasi
tentang berbagai gangguan mental untuk mengurangi stigma negatif serta stereotip yang
sudah mengakar di dalam masyarakat kepada penderita.