Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Sehat jiwa adalah suatu kestabilan emosional yang diperoleh dari kemampuan

seseorang dalam mengendalikan diri dengan selalu berpikir positif dalam menghadapi

stresor lingkungan tanpa adanya tekanan fisik, psikologis baik secara internal maupun

eksternal (Nasir, Abdul., 2011).

Menurut UU RI Nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa adalah

kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial

sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat

bekerja secara produktif dan mampu memberikan konstribusi untuk komunitasnya.

Dampak dari tingginya gangguan jiwa menyebabkan peran sosial yang terhambat dan

menimbulkan penderitaan pada klien karena perilaku yang buruk. Dengan meningkatkan

pelaksanaan pengawasan evaluasi program kegiatan kesehatan jiwa dengan cara

peningkatan pembinaan program kegiatan kesehatan jiwa disarana kesehatan pemerintah,

swasta dan puskesmas terutama upaya promotif dan preventif.

Menurut Muhith (2015) tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi gangguan jiwa

adalah melakukan upaya meningkatkan pandangan pada dirinya berbentuk penilaian

subjektif terhadap dirinya: perasaan sadar dan tidak sadar, presepsi terhadap fungsi, peran

dan tubuh. Pandangan atau penilaian terhadap diri meliputi: ketertarikan talenta dan

ketrampilan, kemampuan yang dimiliki, kepribadian-pembawaan, dan presepsi terhadap

moral yang dimiliki.


World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 450 juta orang diseluruh

dunia mengalami gangguan mental. Terdapat sekitar 10% orang dewasa mengalami

gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa

pada usia tertentu selama hidupnya (WHO, 2017).

Prevelensi gangguan jiwa berat di Indonesia sebesar 1,7 per mil. Prevelensi gangguan jiwa

berat berdasarkan tempat tinggal dan kuintil indeks kepemilikan dipaparkan pada buku

Riskesdas 2018, Di Indonesia dengan penderita gangguan jiwa sekitar 35 juta orang

terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 47,5 juta terkena dimensia serta 21 juta

orang terkena skizofrenia (Kemenkes, 2018). Di Maluku jumlah gangguan jiwa sebanyak

11,6% (4.328 jiwa).

Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap dirinya sendiri menyebabkan

kehilangan rasa percaya diri, pesimis, dan tidak berharga dikehidupan (Dermawan, R &

Rusdi, 2013). Harga diri rendah didefenisikan sebagai evaluasi diri yang berkembang

sebagai respon diri terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan pada seseorang yang

sebelumnya memiliki evaluasi diri negatif (Wahyuni, 2017).

Untuk meningkatkan harga diri seseorang dibutuhkan komunikasi efektif. Komunikasi

efektif adalah pengembangan hubungan antara perawat dan pasien secara efektif dalam

kontak sosial yang berlangsung secara baik, menghargai kemampuan dan keunikan

masing-masing pihak, dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi

pasien secara bersama. Pengembangan hubungan berkaitan erat dengan kepercayaan,

yang dilandasi keterbukaan, kejujuran, saling menghargai, serta memahami kebutuhan dan

harapan masing-masing. Dengan terjalinnya hubungan saling percaya, pasien akan

memberikan keterangan yang benar dan lengkap berkaitan dengan kondisinya, sehingga
dapat membantu penyakit pasien secara baik dan memberi terapi yang tepat bagi pasien

(Yusuf A, 2015).

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah

“Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Harga Diri Rendah Dalam Penerapan

Komunikasi ?”.

TUJUAN UMUM

Melakukan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Harga Diri Rendah Dalam Penerapan

Komunikasi Efektif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kolser.


DAFTAR PUSTAKA

Nasir, Abdul dan Abdul, Muhith. (2011). Dasar-dasar Keperawatan jiwa, Pengantar dan Teori.

Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes RI. (2012). Buku Pedoman Penghapusan Stigma & Diskriminasi bagi Pengelola Program,

Petugas Layanan Kesehatan dan Kader. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan & Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi).Yogyakarta: Andi.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). BadanPenelitiandan Pengembangan

KesehatanKementerian RI Tahun 2018

Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan

Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Wahyuni. (2017). Pemeriksaan Fisioterapi. Surakarta: Muhammadiyah University Press.Yusuf, Ahmad

Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai