Anda di halaman 1dari 10

.

Teori Imunitas

Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang


berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka
terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan
untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan
berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun
tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit
autoimun seperti artritis reumaoid dan alergi terhadap makanan dan faktor
lingkungan yang lain. Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran kelenjar
timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring dengan bertambahnya
umur, seperti halnya kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T. karena hilangnya
diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai
benda asing dan menyerangnya.
Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
promosi kesehatan terhadap npelayanan kesehatan, terutama pada saat penuaan
terjadi tidak dapat diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan pemeriksaan
rutin untuk memastikan deteksi dini dan perawatan seawal mungkin, tetapi pada
orang lanjut usia kegagalan melindungi sistem imun yang telah mengalami
penuaan melalui pemeriksaan kesehatan ini dapat mendorong ke arah kematian
awal dan tidak terduga. Selain itu, program imunisasi secara nasional untuk
mencegah kejadian dan penyebaran epidemi penyaki, seperti pneumonia dan
influenza diantara orang lanjut usia juga mendukung dasar teoritis praktik
keperawatan.
f. Teori Neuroendokrin
Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara
sistem saraf dan sistem endokrin menghasilkan persamaan yang luar biasa. Pada
kasus selanjutnya para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena
adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu
dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan
dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi.
Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara universal akibat
penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan
bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai perlambatan tingkah laku, respon ini
kadang-kadang
diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya
pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal
tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah mereka
tidak kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses pemberian
perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu respon mereka.
g. Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari
industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam
proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat
penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan
merupakan faktor utama dalam penuaan. Perawat dapat mempunyai pengetahuan
yang mendalam tentang dampak dari aspek ini terhadap penuaan dengan cara
mendidik semua kelompok umur tentang hubungan antara faktor lingkungan dan
penuaan yang dipercepat. Ilmu pengetahuan baru mulai untuk mengungkap
berbagai faktor lingkungan yang dapat memengaruhi penuaan.
2. Teori psikososia logis
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku
yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada
kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau
nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan memiliki
pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan melalui banyak
peristiwa. Salama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk
menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat
memengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini
disebut proses "penuaan yang sukses" contoh dari teori ini termasuk teori
kepribadian.
a. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-
tahun akhir kehidupannya yang telah merangsang penelitian yang pantas
dipertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan
psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Juga
mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang
memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert ia
berteori bahwa keseimbangan antara keddua hal tersebut adalah penting
kesehatan. Didalam konsep intoritas dari Jung, separuh kehidupan manusia
berikutnya digambarkan dengan memeiliki tujuannya sendiri yaitu untuk
mengembangkan kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat
merefleksikan diri sendiri.
b. Teori Tugas Perkembangan
Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya dengan
tugas yang harus dikuasai pada tahap sepanjang rentang hidup manusia. Hasil
penelitian Ericson mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini. Tugas
perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang
pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses.
Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisis tidak
adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik,
maka lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus
asa. Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada saat ahli gerontologi
dan perawat gerontologi memeriksa kembali tugas perkembanagn lansia.
c. Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali
pada awal tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari
peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses
penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting
untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan
bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil
oleh generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia
adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian
hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan
manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan
generasi tua pada generasi muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena penelitian ini
dipandang cacat dan karena banyak lansia yang menentang "postulat" yang
dibangkitkan oleh teori untuk menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan
ikatan atau hubungan. Sebagai
contoh, dibawah kerangka kerja teori ini, pensiun wajib menjadi kebijakan sosial
yang harus diterima. Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan alami,
pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa seorang lanjut usia yang sehat dapat
berharap untuk hidup 20 yahun lagi. Bagi banyak individu yang sehat dan
produktif, prospek diri suatu langkah yang lebih lambat dan tanggung jawab yang
lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan. Jelasnya, banyak lansia dapat
terus menjadi anggota masyarakat produktif yang baik sampai mereka berusia 80
sampai 90 tahun.
d. Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang
berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap
aktif. Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara
sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada tahun
1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan positif
antara mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan oranglain dan
kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan
seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang
lain.
e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan
suatu kelanjutan dari dua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan
dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar
mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini
menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian
sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan
diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap
tidak berubah walaupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian secara
khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut bertambah tua. Seseorang yang
menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif
akan terus menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut. Orang yang
menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin akan
menemukan kepuasan dalam melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa
memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan
mudah menyerahkan peran ini hanya karena usia mereka yang telah lanjut. Selain
itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi
dalam interaksi interpersonal mereka selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba
mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda didalam masa akhir
krhidupannya.
f. Teori kebutuhan manusia
Banyak teori psikologis yang memberi konsep motivasi dan kebutuhan manusia.
Teori Maslow merupakan salah satu contoh yang diberikan pada lansia. Setiap
manusia yang berada pada levelpertama akan mengambil prioritas untuk
mencapai.
Level yang lebih tinggi; aktualisasi diri akan terjadi apabila seseorang dengan
yang lebih rendah tingkat kebutuhannya terpenuhi untuk beberapa derajat, maka ia
akan terus bergerak di antara tingkat, dan mereka selalu berusaha menuju tingkat
yang lebih tinggi.
2.4 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Usia Lanjut
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degenerative
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
b. Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguanpada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti
kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
c. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak
elastiskering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis
dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
d. Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara
lain sebagai berikut: Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. pada diri manusia,
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual
(Azizah, 2011).1)Perubahan Fisik
e. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah di obserfasi adalah bagian dari
penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan
nyeri, deformitas dan fraktur. (f)Otot: perubahan struktur otot pada penuaan
sangat berfariasi, penurunan

jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan
lemak
pada otot mengakibatkan efek negatif.
f. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.
2. Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi
Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup:
a. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan kemampuan
peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan
penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nudedan jaringan konduksi berubah
menjadi jaringan ikat.
b. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap,
tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang
rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago
dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dankemampuan
peregangan toraks berkurang.
c. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
1) Kehilangan gigi,
2) Indra pengecap menurun,
3) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
4) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
d. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya lajufiltrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh
ginjal.
e. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. f. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus.
Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
3. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quocient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decission Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
2.5 Faktor-Faktor Perubahan Proses Menua
Faktor-faktor perubahan proses menua dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal pada perubahan proses menua.
1. Faktor internal
Pengaruh faktor-faktor internal seperti terjadinya penurunan anatomik, fisiologik
dan perubahan psikososial pada proses menua makin besar, penurunan ini akan
menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit dimana batas antara penurunan
tersebut dengan penyakit seringkali tidak begitu nyata. Penurunan anatomik dan
fisiologik dapat meliputi sistem saraf pusat, kardiovaskuler, pernapasan,
metabolisme, ekskresi, musculoskeletal serta kondisi psikososial.
Kondisi psikososial itu sendiri meliputi perubahan kepribadian yang menjadi
faktor predisposisi yaitu gangguan memori, cemas, gangguan tidur, perasaan
kurang percaya diri, merasa diri menjadi beban orang lain, merasa rendah diri,
putus asa dan dukungan sosial yang kurang. Faktor sosial meliputi perceraian,
kematian, berkabung, kemiskinan, berkurangnya interaksi sosial dalam kelompok
lansia mempengaruhi terjadinya depresi. Respon perilaku seseorang mempunyai
hubungan dengan kontrol sosial yang berkaitan dengan kesehatan. Frekuensi
kontak sosial dan tingginya integrasi dan keterikatan sosial dapat mengurangi atau
memperberat efek stress pada hipotalamus dan sistim saraf pusat. Hubungan
sosial ini dapat

mengurangi kerusakan otak dan efek penuaan. Makin banyaknya jumlah jaringan
sosial padausialanjut mempunyai hubungan dengan fungsi kognitifatau
mengurangi rata-rata penurunan kognitif 39%.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh pada percepatan proses menua antara lain gaya
hidup, faktor lingkungan dan pekerjaan. Gaya hidup yang mempercepat proses
penuaan adalah jarang beraktifitas fisik, perokok, kurang tidur dan nutrisi yang
tidak teratur. Hal tersebut dapat diatasi dengan strategi pencegahan yang
diterapkan secara individual pada usia lanjut yaitudengan menghentikan merokok.
Serta faktor lingkungan, dimana lansia manjalani kehidupannya merupakan faktor
yang secara langsung dapat berpengaruh pada proses menua karena penurunan
kemampuan
3.1 Kesimpulan
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan.
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia
permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses
menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
tubuh.
Teori penuaan secara umummenurut Lilik Ma'rifatul (2011)dapat dibedakan
menjadidua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial. Teori biologis
mencoba untuk
menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur,
pengembangan,
panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk
perubahan
molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk
berfungsi
secara adekuat dan melawan penyakit.
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku
yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada
kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau
nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis.
Faktor-faktor perubahan proses menua dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal pada perubahan proses menua.
2.2 Saran
Semoga makalah ini, menjadi sumber referensi, baik acuan sebagai pembelajan,
maupun sebagai pedoman dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan kepada
lanjut usia.

Al Husna, C.H. Teori Proses Menua dan Permasalahannya; Diakses tanggal


14/05/2019 dari http://s1keperawatan.umm.ac.id/files/file/Teori%20Proses
%20Menua%20dan %20Permasalahannya.pdf
Notoadmodjo, S.2012. Motodologi Penelitian Kesehatan, penerbit, PT
RINEKACIPTA, jakarta
Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung
Seto.
Watson, R. 2003; Perawatan pada Lansia, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC,

Anda mungkin juga menyukai