Anda di halaman 1dari 19

A.

PROSES MENUA
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai pada satu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Who dan UU Nomor 13/Tahun 1998 menyebutkan bahwa 60 tahun merupakan usia
permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses penurunan daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan
kematian.
Proses menua merupakan kombinasi berbagai macam faktor yang saling berkaitan.
Sampai saat ini banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses menua yang tidak
seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkait waktu,
bersifat universal, intrinsik, profresif dan detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkunga untuk dapat bertahan hidup.
Proses menua yang terjadi bersifat individual yang berarti :
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
2. Setiap lansia memiliki kebiasaan yang berbeda
3. Tidak ada satu faktor pun yang dapat menegah proses menua
TEORI MENUA
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu teori biologi, teori
psikologis, teori sosial dan teori spiritual.
Teori Biologi
1. Teori genetik
Teori genetik ini menyebutkan bahwa manusia dan hewan terlahir dengan program
genetik yang mengatur proses menua selama rentang hidupnya.
2. War and tear theory
Menurut teori pemakaian dan perusakan (wear and tear theory) disebutkan bahwa
proses menua terjadi akibat kelebihan usaha dan stres yang menyebabkan sel tubuh
menjadi lelah dan tidak mampu meremajakan fungsinya. Proses menua merupakan
suatu proses fisiologis.
3. Teori nutrisi
Teori nutrisi menyatakan bahwa proses menua dan kualitas proses menua dipengaruhi
intake nutrisi seseorang sepanjang hidupnya. Semakin lama seseorang mengkonsumsi
makanan bergizi dalam rentang hidupnya, maka ia akan hidup lebih lama dengan
sehat.
4. Teori mutasi genetik

Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat pengaruh
lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi DNA dan RNA
dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus
sehingga kahirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel normal
menjadi sel kanker atau penyakit.
5. Teori stres
Teori stres mengungkapkan bahwa proses menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang
biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan sel yang menyebabkan tubuh lelah terpakai.
6. Slow immunology theory
Menurut teori ini, sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknua virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
7. Teori radikal bebas
Radikal bebas terbentuk id alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidat dan protein. Radikal ini
menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
8. Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua dan usang
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
penurunan elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
Teori Psikologis
1. Teori kebutuhan dasar manusa
Menurut hierarki Maslow tentang kebutuhan dasar manusia, setiap manusia
memiliki kebutuhan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya itu. Dalam
pemenuhan kebutuhannva, setiap individu memiliki prioritas. Seorang individu akan
berusaha memenuhi kebutuhan di pirarnida lebih atas ketika kebutuhan di tingkat
piramida di bawahnva telah terpenuhi. Kebutuhan pada piramida tertinggi adalah
aktualisasi diri. Ketika individu mengalami proses menua. ia akan berusaha memenuhi
kebutuhan di piramida tertinggi yaitu aktualisasi di.
2. Teori individualisme Jung
Menurut teori ini. kepribadian seseorang tidak hanya berorientasi pada dunia
luar namun juga pengalaman pribadi. Keseimbangan merupakan faktor yang sangat
penting untuk menjaga kesehatan mental. Menurul teori ini proses menua dikatakan
berhasil apahila seorang individu melihat ke dalam dan nilai dirinva lebih dari sekedar
kehilangan atau pembiasan fisiknva.
3. Teori pusat kehidupan manusia

Teori ini berfokus pada identifikasi dan pencapaian tujuan kehidupan


seseorang menurut lima fase perkembangan. yaitu:
a. Masa anak-anak; belum memiliki tujuan hidup yang realistik
b. Rernaja dan dewasa muda; mulai memiliki konsep tujuan hidup yang spesifik
c. Dewasa tengah; mulai memiliki tujuan hidup yang lehih kongkrit dan berusaha
untuk rnewujudkannva
d. Usia pertengahan; melihat ke belakang. mengevaluasi tujuan yang dicapai.
e. Lansia; saatnva berhenti untuk melakukan pencapaian tujuan hidup.
4. Teori tugas perkembangan
Menurut tugas tahapan perkembangan ego Ericksson. tugas perkembangan
lansia adalah integrity versus despair. Jika lansia dapat menemukan arti dan hidup
yang dijalaninya, maka lansia akan memiliki integritas ego untuk menyesuaikan dan
mengatur proses menua yang dialaminva, jika lansia tidak memiliki integritas maka ia
akan marah, depresi dan merasa tidak adekuat, dengan kata lain mengalami
keputusasaan.
Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik
antara perbedaan integritas dan keputusasaan.
a. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan pergeseran
sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang
mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia
untuk mengganti peran yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru.
Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka
sendiri sebagai orangtua dan okupasi.
b. Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami
beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan
berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan
terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan
untuk terlibat dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka
mengalami perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa
dalam sistem nilai mereka, sumber-sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa
menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata.
c. Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling
konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : hidup
secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personalthe night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting
dibanding pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang
lebih luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego seseorang.

manusia menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak mereka,


kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ingin
membuat hidup lebih aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang
yang meneruskan hidup setelah kematian. Untuk mengklarifikasi, individu yang
panjang umur cenderung lebih khawatir tentang apa

yang mereka lakukan

daripada tentang siapa mereka sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka
sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara egosentris.
(Stanley & Beare, 2006).
Teori Sosiologi
1. Teori interaksi sosial (social exchange theory)
Menurut teori ini pada lansia terjadi penurunan kekuasaan dan prestise sehingga interaksi
sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga dari dan kemampuan mereka
untuk mengikuti perintah.
2. Teori penarikan diri (disengagement theory) Kemiskinan yang diderita lansia dan
menurunya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik
diri dan pergaulan d sekitarnya. Lansia mengalami kehilangan ganda, yang meliputi:
a. Kehilangan peran
b. Hambatan kontak sosial
c. Berkurangnva komitmen
Pokok.pokok teori menarik diri adalah:
a. Pada pria, terjadi kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa pensiun.
Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran dalam keluarga berkurang,
misalnya saat anak beranjak dewasa serta meninggalkan rumah untuk belajar dan
menikah.
b. Lansia dan masyarakat mampu mengambil manfaat dan hal ini, karena lansia dapat
merasakan hahwa tekanan sosial berkurang, sedangkan kaum muda memperoleh
kesempatan kerja yang lebih luas.
c. Aspek utama dalam teori ini adalah proses menarik diri yang terjadi sepanjang hidup.
Proses ini tidak dapat dihindari serta harus diterima oleh lansia dan masyarakat.
3. Teori aktivitas (activity theory)
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung pada bagaimana seorang
lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas
tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dan pihak
lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk
tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya.
4. Teori berkesinambungan (continuity theory)

Menurut teori ini, setiap orang pasti berubah menjadi tua namun keprihadian dasar dan
pola perilaku individu tidak akan mengalami perubahan. Pengalaman hidup seseorang
pada suatu saat merupakan gambarannva kelak pada saat menjadi lansia.
5. Subculture theory
Menurut teori ini lansia dipandang sebagai bagian dari sub kultur. Secara antropologis.
berarti ansia memiliki norma dan standar budava sendiri. Standar dan norma budava ini
meliputi perilaku. keyakinan. dan harapan yang membedakan ansia dan kelompok
lainnva.
B. KLASIFIKASI LANSIA
Menurut World Health Organization (WHO, (1999) dalam Nurgoho, ( 2008) membagi
lanjut usia menjadi sebagai berikut:
a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b. Usia lanjut (elderly) antara 60 sampai 74 tahun.
c. Usia tua (old) antara 75 sampai 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) di atas usia 90 tahun
C. PERUBAHAN AKIBAT PROSES MENUA
Perubahan Fisik/ Organ Tubuh
Perubahan organ akibat proses menua dijelaskan sesuai sistem organ tubuh. Kata
fungsi mengarah pada kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) dan
aktivitas sehari.hari independen (IADL) yang berpengaruh terhadap kualitas kehidupan
individu lansia. Ketika lansia mengalami perubahan akibat proses menua, fungsi independen
lansia akan mengalami gangguan. Pendekatan keperawatan diperlukan untuk mencegah
kehilangan fungsi lebih lanjut dan meningkatkan kualitas perawatan diri.
Sistem Cardiovaskular
Sistem kardiovaskuler mengalami penurunan efisiensi sejalan dengan proses menua,
Namun karena kebutuhan oksigen lansia saat beristirahat ataupun beraktivitas lebih sedikit,
banyak lansia yang mampu mengkompensasi perubahan pada sistem sirkulasi ini Namun.
tingginya insiden penyakit kardiovaskuler pada populasi lansia membuatnva sulit untuk
dibedakan antara proses menua ataupun penyakit. Saat ini penyakit jantung tidak lagi menjadi
penyebab kematian nomor satu sejak empat dekade silam. Saat ini para lansia umumnya telah
memahami cara merawat kesehatannva sehingga kondisi kardiovaskulernya pun membaik.
Perubahan yang terjadi akibat proses menua :
1. Jantung

Kekuatan otot Jantung menurun


Katup jantung mengalami penebalan dan menjadi lebih kaku
Nodus sinoatrial yang bertanggung jawab terhadap kelistrikan jantung menjadi

kurang efektif dalam menjalankan tugasnya dan impuls yang dihasilkan melemah
2. Pembuluh darah
Dinding arteri menjadi kurang elastis
Dinding kapiler menebal sehingga menyebabkan melambatnya pertukaran antara

nutrisi dan zat sisa metabolisme antara sel dan darah


Dinding pembuluh darah yang semakin kaku akan meningkatkan tekanan darah

sistolik maupun diastolik


3. Darah
Volume darah menurun sejalan penurunan volume cairan tubuh akibat proses

menua
Aktivitas sumsum tulang mengalami penurunan sehingga terjadi penurunan

jumlah sel darah merah. kadar hematokrit dan kadar hemoglobin


Kontraksi jantung melemah. volume darah yang dipompa menurun. Dan cardiac
output mengalami penurunan sekitar 1% per tahun dari volume cardiac output
orang dewasa normal sebesar 5 liter

Sistem Pernafasan
Proses menua memberikan pengaruh minimal terhadap fungsi respirasi. Perubahan
fungsi respirasi akibat proses menua terjadi secara bertahap sehingga umumnya lansia sudah
dapat mengkompensasi perubahan yang terjadi.
Perubahan yang terjadi akbat proses menua:
1. Cavum thorak
Cavum thorak menjadi kaku seiring dengan proses klasifikasi kartilago
Vertebrae thorakalis mengalami pemendekan, dan osteoporosis menyebabkan
postur bungkuk yang akan menurunkan ekspansi paru dan membatasi pergerakan
thorak
2. Otot bantu pernafasan
Otot abdomen melemah sehingga meurunkan usaha nafas baik inspirasi maupun
ekspirasi
3. Perubahan intrapulmonal
Daya recoil paru semakin menurun seiring pertambahan usia. Alveoli melar
dan menjadi lebih tipis, dan walaupun jumlahnya konstan, jumlah alveoli yang
berfungsi menurun secara keseluruhan. Peningkatan ketebalan membran alveoli
kapiler, menurunkan area permukaan fungsional untuk terjadinya pertukaran gas.
Perubahan strukstural pada sistem respirasi berpengaruh terhadap jumlah
aliran udara yang mengalir dari dan ke dalam paru, demikian pula pertukaran gas di

tingkat alveolar. Dengan adanya penurunan daya elastisitas recoil, maka volume residu
meningkat. Artinya pada basis paru terjadi respirasi minimal yang mengakibatkan
peningkatan sisa udara dan sekresi yang tertinggal di paru. Pola nafas lansia yang
dalam, sekunder akibat perubahan postur, berkontribusi terhadap penurunan aliran
udara. Penurunan kekuatan otot dada berkontribus terhadap menurunnya kemampuan
batuk efektif sehingga lansia semakin beresiko mengalami pneumonia. Pola nafas
dalam juga berpengaruh terhadap pertukaran gas. Saturasi oksigen menurun. Sebagai
contoh, tekanan parsial oksigen di alveoli (PaO2) sekitar 90 mmHg untuk orang
dewasa normal, namun PaO2 sebesar 75 mmHg untuk lansia berusia 70 tahun masih
bisa diterima. Penurunan fungsi ini menyebabkan penurunan toleransi saat beraktivitas
dan menyebabkan lansia membutuhkan istirahat sejenak di tengah-tengah aktivitas
yang dilakukannya.
Sistem Muskuloskeletal
Sebagian besar lansia mengalami peruhahan postur, penurunan rentang gerak, dan
gerakan yang melambat. Peruhahan ini merupakan contoh dari banyaknya karakteristik
normal lansia yang berhubungan dengan proses menua.
1. Struktur tulang
Penurunan massa tulang menyebahkan tulang menjadi rapuh dan lemah.
Columna vertebralis mengalami kompresi sehingga menyebabkan penurunan
tinggi badan
2. Kekuatan otot
Regenerasi jaringan otot berjalan lambat dan massa otot berkurang
Otot lengan dan betis mengecil dan bergelambir
Seiring dengan inaktivittas otot kehilangan fleksibilitas dan ketahanannya
3. Sendi
Keterbatasan rentang gerak
Kartilago menipis sehingga sendi menjadi kaku, nyeri dan mengalarni inflamasi
Penurunan massa otot merupakan proses gradual, dan mayoritas lansia dapat
beradaptasi dengan keadaan ini. Aktivitas olahraga telah terbukti mampu menurunkan
laju pengeroposan tulang, meningkaikan kekuatan otot, meningkatkan fleksibilitas dan
koordinasi otot. Sebaliknya, inaktivitas dan gaya hidup sedentari dapat menurunkan
ukuran dan kekuatan otot.
Penurunan massa otot dan densitas tulang menyebabkan osteoporosis, tulang
keropos dan rapuh sehingga beresiko mengalami fraktur. Hal ini terjadi karena
defisiensi estrogen dan penurunan kadar kalsium dalam darah. Perubahan yan
disebabkan oleh osteoporosis, menurunnya pergerakan sendi, serta menurunnya

kekuatan dan ketahanan otot dapat berpengaruh terhadap kemampuan fungionaI lansia.
Program latihan efektif dibarengi dengan intake nutrisi adekuat dan pandangan hidup
sehat mandiri dan aktif dapat memperlambat proses penuaan pada lansia.
Sistem Integumen
Peruhahan yang terjadi pada rambut dan kulit barangkali merupakan perubaha yang
menjadi smbol terjadinya proses penuaan. Kulit keriput, terbentuknya age spot, rambut
beruban dan kebotakan merupakan tanda seseorang telah berubah menjadi tua.
Perubahan akibat proses menua :
1. Kulit
Elastisitas kulit menurun, sehingga kulit berkerut dan kering
Kulit menipis sehingga fungsi kulit sebagai pelindung bagi pembuluh darah yang

terletak di bawahnya berkurang


Lemak subkutan menipis
Penumpukan melanosit, menyebabkan terbentuknya pigmentasi yang dikenal

sebagai aged spot


2. Rambut
Aktivitas folikel rambut menurun sehingga rambut menipis
Penurunan melanin sehingga terjada perubahan warna rambut
3. Kuku
Penurunan aliran darah ke kuku menyebabkan bantalan kuku menjadi tebal, keras dan
rapuh dengan garis Iongitudinal.
4. Kelenjar keringat
Terjadi penurunan ukuran dan jumlah
Kulit yang intak merupakan pertahanan pertama terhadap invasi mikrobakteri.
Kekeringan dan penurunan elastisitas kulit meningkatkan resiko gangguan integritas
kulit yang berpotensi menimbulkan cedera dan infeksi. Regulasi suhu tubuh terganggu
karena penurunan produksi keringat. Sehingga meskipun suhu lingkungan tinggi,
lansia bisa saja tidak berkeringat. Sebaliknya, penurunan insulasi akibat penurunan
ketebalan lemak subkutan membuat lansia mudah merasa dingin sehingga mereka
membutuhkan pakaian yang lebih tebal.
Perubahan sistem integumen akibat proses menua mempengaruhi mekanisme
pertahanan tubuh, regulasi suhu tubuh, dan juga mempengaruhi persepsi seseorang
tentang proses menua.
Sistem Gastrointestinal

Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal, meskipun bukan kondisi yang
mengancam nyawa, narnun tetap menjadi perhatian utama bagi para lansia.
Perubahan akibat proses menua:
1. Cavum oris
Reabsorbsi tulang bagian rahang dapat menyehabkan tanggalnya gigi sehingga
menurunkan kemampuan rnengunyah.
Lansia yang mengenakan gigi palsu harus mengecek ketepatan posisinya
2. Esofagus
Reflek telan melemah sehingga meningkatkan resiko aspirasi
Melemahnya otot halus sehingga memperlambat waktu pengosongan
3. Lambung
Penurunan sekresi asam lambung menyebabkan gangguan absorbsi besi, vitamin B12,
dan protein
4. Intestinum
Peristaltik menurun, melemahnya peristaltik usus menyebabkan inkompetensi
pengosongan bowel
Menurunnya peristaltik usus disertai hilangnya tonus otot lambung menyebabkan
pengosongan lambung menurun sehingga lansia akan merasa penuh setelah mengkonsumsi
makanan meski dalam jumlah sedikit. Pengosongan lambung yang melambat dan penurunan
seksresi asam lambung dapat menyebabkan indigesti, ketidaknyamanan dan penurunan nafsu
makan. Penurunan peristaltik usus juga memperlambat waktu transit di kolon, sehingga
absorbsi air rneningkat dan feses mengeras. Sehingga perawat harus merekomendasikan diet
dengan serat dan cairan yang adekuat.
Sistem Genitourinaria
Perubahan sistem genitourinaria mempengaruh fungsi dasar tubuh dalam BAK dan
penampilan seksual. Kepercayaan yang dipegang masyarakat bahwa masalah pada sistem
genitourinaria merupakan hal yang wajar seiring pertambahan usia. Akibatnya ketika terjadi
masalah pada sistem ini lajut usia terlambat mencari pertolongan. Membantu lansia
mempertahankan fungsi optimal sistem genitourinana merupakan tantangan bagi perawat.
Perubahan akibat proses menua:
1. Fungsi ginjal
Aliran darah ke ginjal rnenurun karena penurunan cardiac output dan laju filtrasi
glomerulus menurun
Terjadi gangguan dalam keampuan mengkonsentrasikan urine
2. Kandung kemih
Tonus otot menghilang dan terjadi gangguan pengosongan kandung kemih.

Penurunan kapasitas kandung kenith


3. Miksi
Pada pria, dapat terjadi peningkatan frekuensi miksi akibat pembesaran prostat
Pada wanita, peningkatan frekuensi miksi dapat terjadi akibat melemahnya otot
perineal.
4. Reproduksi wanita
Terjadi atropi vulva
Penurunan jumlah rambut pubis
Sekresi vaginal menurun, dinding vagina menjadi tipis dan kurang elastik
5. Reproduksi pria
Ukuran testis mengecil dan ukuran prostat membesar.
Perubahan Kondisi Mental
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak
aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu
penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya perasaan kurang
mampu untuk mandiri
Perubahan Psikososial
Pensiun menjadikan lansia terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan
disingkirkan untuk duduk-duduk dirumah. Perubahan psikososial yang lain adalah merasakan
atau sadar akan kematian, perubahan cara hidup: memasuki rumah perawatan, penghasilan
menurun: biaya hidup meningkat dan tambahan biaya pengobatan, penyakit kronis dan
ketidakmampuan, kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial, kehilangan hubungan
dengan teman dan keluarga, perubahan konsep diri dan kematian pasangan hidup.
Perubahan Kognitif
Terjadi kemunduran pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang
memerlukan memori jangka pendek. Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran,
kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan menetap bila tidak ada penyakit.
Perubahan Spiritual
Agama/spiritual makin terintegrasi dalam kehidupannya, hal ini terlihat dalam
berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.

D. UPAYA PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP LANSIA


Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis
pelayanan kesehatan yang diterima.
1. Azas
a. Menurut WHO (1991) adalah Add life to the Years that Have Been Added to Life,
dengan

prinsip

kemerdekaan

(independence),

partisipasi

(Participation),

perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity).


b. Azas yang dianut oleh Depkes RI adalah Add Life to The Years, Add Health to
Life, And Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia,
meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
2. Pendekatan
Menurut WHO (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social development)
b. Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging persons)
c. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nonindependent)
d. Lansia turut memilih kebijakan (Choice)
e. Memberikan perawatan dirumah (home care)
f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accesbility)
g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok/antargenerasi (engaging the aging)
h. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobility)
i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (productivity)
j. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self-help care and
family care)
E. SIKAP PERAWAT TERHADAP LANSIA
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan
pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu
orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat
gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada
lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut
independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan,
malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian
lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan
kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam
prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan
administrasi.

Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut
mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus
menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa
nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan
penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas perawatan jangka panjang memberi
tantangan khusus bagi perawat. Klien ini sering kali memandang diri sendiri sebagai
pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat dapat
meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa hidup tidak lagi berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk memberikan
perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan
seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai anggota
keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan
kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang
positif bagi klien lansia.
Pendekatan perawatan lanjut usia
1. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain.Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit.
2. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab.
3. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan
dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama
klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.
F. ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
1. Pengkajian
Pengkajian umum
1) Identitas klien
2) Status kesehatan saat ini
a) Riwayat kesehatan dahulu

b) Riwayat kesehatan keluarga


3) Pemeriksaan fisik berdasarkan tinjaunan system :
a) Sistem persyarafan : kesimetrisan raut wajah, tingkat kesadaran, mata ;
pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak, pupil ; kesamaan, dilatasi,
ketajaman penglihatan dan pendengaran, gangguan sensori, adanya rasa
sakit/nyeri, pusing
b) Sistem kardiovaskular : sirkulasi perifer, warna dan kehangatan, auskultasi
denyut nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena jugualaris,
sakit/nyeri dada, edema
c) Sistem respirasi : respirasi rate, apakah ada sesak, adakah retraksi interkosta
d) Sistem gastrointestinal : status gizi, asupan diet, anoreksia, tidak dapat
mencerna, mual, muntah, mengunyah, menelan, keadaan gigi, rahang, mulut,
auskultasi bising usus, palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon,
apakah ada konstipasi, diare
e) Sistem reproduksi : seksualitas, apakah sudah menoupause
f) Sistem perkemihan : warna dan bau urine, distensi kandung kemih,
inkontinensia, disuria
g) Sistem integument : temperatur dan tingkat kelembapan kulit, keutuhan kulit,
turgor kulit, perubahan pigmen, adanya jaringan parut
h) Sistem musculoskeletal : kontraktur, tingkat mobilisasi, gerakan sendi,
paralysis, kifosis
i) Sistem endokrin : apakah ada pembesaran kelenjar tiroid
Pengkajian Status Fungsional, Kognitif Dan Afektif, Emosional
1. Identifikasi Masalah Emosional :
PERTANYAAN TAHAP 1
a. Apakah klien mengalami sukar tidur ?
b.Apakah klien sering merasa gelisah ?
c. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ?
d.Apakah klien sering was-was atau kuatir ?
Lanjutkan kepertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1 jawaban ya
PERTANYAAN TAHAP 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
b.Ada masalah atau banyak pikiran ?
c. Ada gangguan / masalah dengan keluarga lain ?
d.Menggunakan obat tidur /penenang atas anjuran dokter?

e. Cenderung mengurung diri ?


Bila lebih dari satu atau sama dengan 1 jawaban ya
Masalah emosional positif (+)
2. Pengkajian status fungsional
Merupakan pengukuran kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas
sehari

hari

secara

mandiri.

Penentuan

kemandirian

fungsional

dapat

mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien, menimbulkan pemilihan


intervensi yang tepat. Situasi klien menentukan beberapa kali dalam sehari tes harus
diberikan, serta jumlah kali klien perlu untuk di tes untuk menjamin hasil yang
akurat.
KATZ Index dari AKS (katz et all, 1963) adalah alat yang secara luas
digunakan untuk menentukan hasil hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan
penyakit kronis. Indeks merentang keadekuatan pelaksanaan dalam enam fungsi
seperti mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen, dan makan. Ini adalah alat
yang berguna bagi perawat karena ini menggambarkan tingkat fungsional klien pada
pokok spesifik dan secara obyektif mengukur efek efek tindakan yang diharapkan
untuk memperbaiki fungsi.
a Indeks KATZ dari AKS
Indeks kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari hari berdasarkan pada
evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien dalam mandi, berpakaian, pergi
kekamar mandi, berpindah, kontinen, dan makan. Definisi khusus dari kemandirian
fungsional dan tergantung tampak pada indeks.
A kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, kekamar kecil, berpakaian,
mandi.
B kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi tersebut
C kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil dan
satu fungsi tambahan
E kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil dan
satu fungsi tambahan
F kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan
G ketergantungan terhadap keenam fungsi tersebut
Lain-lain tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
sebagai C, D, E, atau F.

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi


aktif, kecuali seperti secara spesifik diperlihatkan dibawah ini. Ini didasarkan pada
status actual dan bukan pada kemampuan. Seorang klien yang menolak untuk
melakukan suatu fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi meskipun ia
dianggap mampu.
Mandi (Spon, Pancuran, atau Bak)
Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau ekstremitas
yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Tergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar
dari bak mandi, tidak mandi sendiri.
Berpakaian
Mandiri: mengambil maju dari kloset dan laci; berpakaian, melepaskan pakaian,
mengikat; mengatur pengikat, melepas ikatan sepatu.
Tergantung: tidak memakai baju sendiri sebagian masih tidak menggunakan
pakaian.
Ke Kamar Kecil
Mandiri: ke kamar kecil; masuk keluar dari kamar kecil; merapihkan baju;
membersihkan organ organ eksresi (dapat mengatur bedpan sendiri yang
digunakan hanya malam hari dan dapat atau tidak dapat menggunakan dukungan
mekanis).
Tergantung: menggunakan bedpan atau pispot atau menerima bantuan dalam masuk
dan menggunakan toilet.
Berpindah
Mandiri: berpindah ke dan dari tempat tidur secara mandiri berpindah duduk dan
bangkit dari kursi secara mandiri (dapat atau tidak dapat menggunakan dukungan
mekanis).
Tergantung: bantuan dalam berpindah naik atau turun dari tempat tidur dan/atau
kursi; tidak melakukan satu atau lebih perpindahan.
Kontinen
Mandiri: berkemih dan defekasi seluruhnya dikontrol sendiri.
Tergantung: inkontinensia parsial atau total pada perkemihan atau defekasi; control
total atau parsial dengan enema, kateter, atau penggunaan urinal dan/atau bedpan
teratur.
Makan

Mandiri: mengambil makanan dari piring atau keseksamaan memasukannya ke


mulut, (memotong daging, menyiapkan makanan seperti mengolesi roti dengan
mentega, tidak dimasukkan kedalam evaluasi).
Tergantung: bantuan dalam hal makan (lihat diatas); tidak makan sama sekali atau
makan berparenteral.
b

Barthel Index
Kriteria

Makan
Minum
Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur
Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok
gigi)
Keluar masuk toilet
Mandi
Jalan dipermukaan datar
Naik turun tangga
Mengenakan pakaian
Kontrol BAB
Kontrol BAK
Olahraga / latihan
Rekreasi/ pemanfaatan waktu luang

Dengan

Mandir

Bantuan
5

i
10

5
5-10
0

10
15
5

5
5
0
5
5
5
5
5
5

10
15
5
10
10
10
10
10
10

Ket : 130 : Mandiri,


65 125 : Sebagaian
60 : Ketergantungan total
3. Pengkajian Status Kognitif
Penyebab-penyebab fisiologis, psikologis, dan multiple dari kerusakan
kognitif pada lansia, disertai dengan pandangan bahwa kerusakan mental adalah
normal, proses berhubungan dengan usia, sering menimbulkan pengkajian tak
lengkap terhadap masalah ini. Standarisasi tes pemeriksaan suatu variasi tentang
fungsi kognitif, membantu mengidentifikasi deficit-defisit yang berdampak pada
seluruh kemampuan fungsi. Tes formal dan sistemil dari status mental dapat
membantu perawat menentukan prilaku mana terganggu dan memmerlukan
intervensi.
Short portable mental status questionnaire (SPMSQ), digunakan untuk
mendeteksi adanya dan tinglkat kerusakan intelektual, terdiri dari 10 hal yang

mengetes orientasi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan


diri, memori jauh, dan kemampuan matematis (Pfeiffer, 1975). Metode penentuan
skors sederhana merentangkan tingkat fungsi intelektual, yang membantu dalam
membuat keputusan yang kusus mengenai kapasitas perawatan diri.
a. Pengkajian SPMSQ (Short Portable Mental Status Questioner)
Instruksi : ajukan pertanyaan 1 sampai 10 pada daftar ini, dan catat semua
jawaban. Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Pertanyaan
Tanggal berapa sekarang ?
Hari apa sekarang ?
Apa nama tempat ini ?
dimana alamat anda ?
Berapa umur anda ?
Kapan anda lahir ?
Siapa presiden sekarang ?
Siapa presiden sebelumnya ?
Siapa nama kecil ibu anda ?
Kurangi 3 dari 20dan kurangi

Jawaban

Keterangan :
1.
2.
3.
4.

Kesalahan 0 2 : intelektual utuh


Kesalahan 3 4 : ringan
Kesalahan 5 7 : sedang
Kesalahan 8 10 : berat
b. MMSE (Mini Mental State Exame / Kognitif)
Mini-mental state exam(MMSE) menguji aspek kognitif dari fungsi
mental: orientasi,regristrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali, dan
bahasa. Nilai kemungkinan adalah 30, dengan nilai 21 atau kurang biasanya
indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut.
Pemeriksaan memerlukan hanya beberapa menit untuk melengkapi dan dengan
mudah dinilai, tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk tujuan dianostik .
karena pemeriksaan mini mental mengukur beratnya kerusakan kognitif dan
mendemonstrasikan perubahan kognitif pada waktu dan dengan tindakan, ini
suatu alat yang berguna untuk mengkaji kemajuan klien yang berhibungan
dengan intervensi. Alat pengukur status afektif digunakan untuk membedakan
jenis depresi serius yang mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati rendah
umum pada banyak orang.
Depresi adalah umum pada lansia dan sering dihubungkan dengan kacau

mental dan disorientasi, sehingga seorang lansia depresi sering disalah artikan
dengan dimensia. Pemeriksaan status mental tidak dengan jelas membedakan
antara depresi dengan demensia, sehingga pengkajian afektif adalah alat
tambahan yang penting.
No
1

Aspek

Nilai

Kognitif
Orientasi

Maksimal
5

Orientasi

Registrasi

Perhatian dan

Nilai
Klien

Kriteria
Menyebutkan dengan benar :
Tahun, Musim, Tanggal , Hari, Bulan
Dimana sekarang kita berada :
Negara, Provinsi, Kota, Tempat tinggal,

Wilayah
Sebutkan nama objek yang ditentukan

oleh perawat selama 1 detik :


(Pulpen, buku dan jam tangan)
Minta klien untuk memulai dari angka

kalkulasi

100 kemudian dikurangi 7 sampai 5

Mengingat

kali tingkat :
1. 100 7 = 93
2. 93 7 = 86
Minta klien untuk mengulangi ke 3

objek pada tahap registrasi, bila benar 1

Bahasa

point :
(Pulpen, buku, dan jam tangan)
a. Menyebutkan nama benda

yang

ditunjuk minimal 2 : Pulpen dan


buku
b. Kemampuan mengulang kata
Tanpa, jika, dan, atau tetapi
c. Kemampuan melakukan perintah
- Mengambil : Pulpen
- Melakukan sesuatu terhadap benda
yang diambil : Menulis nama
- Menaruh : meletakan pulpen
d. Kemampuan menutup mata
e. Kemampuan menulis 1 kalimat :
Saya senang makan nasi dan tahu
f. Kemampuan menyalin gambar

Keterangan :
> 23

: Aspek kognitif dari fungsi mental baik

18 22

: Kerusakan aspek fungsi mental ringan

17
: Terdapat kerusakan aspek fungsi
mental berat

4. Pengkajian mobilitas fungsional/ keseimbangan


No a. Perubahan posisi
1 Bangun dari kursi
2 Duduk ke kursi
3 Menahan dorongan sternum
4 Mata tertutup
5 Perputaran leher
6 Gerakan menggapai sesuatu
7 Membungkuk
No b. Komponen gaya berjalan
8 Berjalan sesuai perintah
9 Kemampuan mengangkat kaki saat
10

berjaln
Kontinuitas

11
12

berjalan
Kesimetrisan langkah
Penyimpangan jalur

13

berjalan
Berbalik

langkah

kaki

pada

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

saat

saat

0
0

1
1

Penilaian :
0-5

: Resiko jatuh ringan

6-10

: Resiko jatuh sedang

11.12 : Resiko jatuh berat

2. Diagnosa Keperawatan
Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis keperawatan.
Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan individu, disgnosis keperawatan
keluarga dengan lansia, ataupun disgnosis keperawatan pada kelompok lansia.
Masalah keperawatan yang dijumpai antara lain gangguan nutrisi; gangguan persepsi
sensori; kurangnya perawatan diri; intoleransi aktivitas; gangguan pola tidur; harga diri
rendah; reaksi berduka; marah; serta penolakan terhadap penuaan.

Anda mungkin juga menyukai