Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DENGAN ARTRITIS REUMATOID (REUMATIK)

I. Konsep lansia

A. Definisi

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000)

Usia lanjut adalah golongan penduduk atau populasi berumur 60 tahun

atau lebih (Bustan, 2000).

Usia lanjut adalah masa yang dimulai sekitar usia 60 hingga 65 tahun dan

berlanjut hingga akhir kehidupan (Stolte, 2003).

B. Batasan-Batasan Lansia

1. DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:

a. Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 th) sebagai masa

VIRILITAS

b. Kelompok usia lanjut (55 – 64 th) sebagai masa

PRESENIUM

c. Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM

2. WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:

a. Usia lanjut : 60 – 74 tahun

1
b. Usia Tua : 75 – 89 tahun

c. Usia sangat lanjut : > 90 tahun

C. Teori-Teori Proses Penuaan

1. Teori Biologis

a. Teori Genetik dan Mutasi

Teori genetik menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara

genetik untuk spesies tertentu. Teori ini menunjukkanbahwa menua terjadi

karena perubahan molekul dalam sel tubuh sebagai hasil darimutasi

spontan yang tidak dapat dan yang terakumulasi seiring dengan usia.

Sebagai contoh mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan

kemampuan fungsional sel (Suhana,1994; Constantinides,1994).

b. Teori Imunologis

Teori imunologis menua merupakan suatu alternatifyang diajukan oleh

Walford 1965. Teori ini menyatakan bahwa respon imun yang tidak

terdiferensiasi meningkat seiring dengan usia. Mutasi yang berulang dapat

menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali

dirinya sendiri. Jika mutasi merusak membran sel akan menyebabkan

sistem imun tidak mengenal dirinya sendiri sehingga merusaknya. Hal

inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia

(Goldstein,1989).

c. Teori Stres

2
Teori stres menyatakan bahwa menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang

biasanya digunakan oleh tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan

stress yang menyebabkan sel-sel tubuh lemah.

d. Teori Pakai dan Usang

Dalam teori ini, dinyatakan bahwa sel-sel tetap ada sepanjang hidup

manakala sel-sel tersebut digunakan secara terus-menerus. Teori ini

dikenalkan oleh Weisman (1891). Hayflick menyatakan bahwa kematian

merupakan akibat dari tidak digunakannya sel-sel karena dianggap tidak

diperlukan lagi dan tidak dapat meremajakan lagi sel-sel tersebut secara

mandiri.Teori ini memandang bahwa proses menua merupakan proses

pra–program yaitu proses yang terjadi akibat  akumulasi stress dan injuri

dari trauma. Menua dianggap sebagai “Proses fisiologis yang ditentukan

oleh sejumlah penggunaan dan keusangan dari organ seseorang yang

terpapar dengan lingkungan (Matesson, Mc.Connell, 1988)

2. Teori Psikologis

a. Teori Tugas Perkembangan

Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua

antara lain adalah :

1)   Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

2)  Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan

3)   Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup

3
4)   Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya

5)   Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan

6)   Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes

Selain tugas perkembangan diatas, terdapat pula tugas perkembangan yang

spesifik yang dapat muncul sebagai akibat tuntutan :

1)   Kematangan fisik

2)   Harapan dan kebudayaan masyarakat

3)   Nilai-nilai pribadi individu dan aspirasi

b. Teori Delapan Tingkat Kehidupan

Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya

kondisi dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan

tertentu. Ericson (1950) yang telah mengidentifikasi tahap perubahan

psikologis (depalan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa pada usia tua,

tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk mencapai

keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa.

Peck (1968) menguraikan lebih lanjut tentang teori perkembangan erikson

dengan mengidentifikasi tugas penyelarasan integritas diri dapat dipilah

dalam tiga tingkat yaitu : pada perbedaan ego terhadap peran pekerjaan

preokupasi, perubahan tubuh terhadap pola preokupasi, dan perubahan ego

terhadap ego preokupasi.

Pada tahap perbedaan ego terhadap peran pekerjaan preokupasi, tugas

perkembangan yang harus dijalani oleh lansia adalah  menerima identitas

4
diri sebagai orang tua dan mendapatkan dukungan yang adekuat dari

lingkungan untuk mengnhadapi adanya peran baru sebagai orang tua

(preokupasi). Adanya pensiun dan atau pelepasan pekerjaan merupakan

hal yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang menyakitkan dan dapat

menyebabkan perasaan penurunan harga diri dari orang tua tersebut.

Perubahan fisik dan pola fikir pada usia lanjut juga dapat menjadi salah

satu gangguan yang berarti bagi kehidupan lanjut usia. Kondisi fisik/pola

fikir yang menurun kadang tidak disadari oleh lanjut usia dan hal ini dapat

mengkibatkan konflik terhadap peran baru dari lanjut usia yang harus

dijalaninya.

Tugas perkembangan terakhir yang harus diterima oleh lanjut usia adalah

bahwa mereka harus mampu menerima kematian yang bakal terjadi pada

dirinya dalam kesejaheraan. Pemanfaatan sisa keefektifan tubuh untuk

aktivitas sehari-hari dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan

moral individu dalam menerima perubahan ego menuju keselarasan diri.

c. Teori Jung

Carl Jung merupakan psikolog swiss yang mengembangkan teori bahwa

perkembangan personal individu dilalui melalui tahapan-tahapan : masa

kanak-kanak, masa remaja dan remaja akhir, usia pertengahan, dan usia

tua. Kepribadian personal ditentukan oleh adanya ego yang dimiliki,

ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran kolektif. Teori ini

mengungkapkan bahwa sejalan dengan perkembangan kehidupan, pada

5
masa usia pertengahan maka seseorang mulai mencoba menjawab hakikat

kehidupan dengan mengeksplorasi nilai-nilai, kepercayaan dan

meninggalkan khayalan. Pada masa ini dapat terjadi “krisis usia

pertengahan” yang dapat mempengaruhi/menghambat proses ketuaan itu

sendiri secara psikologis. Adanya sikap ekstrovert maupun introvert sangat

berpengaruh sekali terhadap peran dan penyelesaian masalah kehidupan

saat usia pertengahan. Pencapaian keselarasan hidup merupakan salah satu

indikator telah tereksplorasinya nilai-nilai kehidupan oleh individu dan

pencapaian ini sangat dipengaruhi oleh kepribadian (introvert maupun

ekstrovert). Berdasar pada pemahaman diatas, maka Jung menilai bahwa

seseorang mampu dianggap sukses dalam proses menua manakala

individu mampu untuk menjadi “orang yang berfokus pada orang lain”

dan memiliki kepedulian yang penuh terhadap kehidupan sosial.

3. Teori sosial

a. Teori Aktivitas

Teori ini menyatakan bahwa seorang individu harus mampu eksis dan

aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan

di hari tua. (Havigurst dan Albrech. 1963). Aktivitas dalam teori ini

dipandang sebagai sesuatu yang vital untk mempertahankan rasa kepuasan

pribadi dan kosie diri yang positif. Teori ini berdasar pada asumsi bahwa :

(1) aktif lebih baik daripada pasif (2) Gembira lebih baik daripada tidak

6
gembira (3) orang tua merupakan adalah orang yang baik untuk mencapai

sukses dan akan memilih alternatif pilihan aktif dan bergembira.

b. Teori Kontinuitas

Teori ini memandag bahwa kondisi tua merupakan kondisi yang selalu

terjadi dan secara berkesinambungan  yang harus dihadapi oleh orang

lanjut usila.

D. Karakteristik Penyakit Pada Lansia

1. saling berhubungan satu sama lainPenyakit sering multiple

2. Penyakit bersifat degeneratif

3. Gejala sering tidak jelas berkembang secara perlahan

4. Sering bersama-sama problem psikologis dan social

5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut

6. Sering terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan

oleh konsumsi obat yang tidak sesuai dengan dosis)

E. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

1. perubahan fisik

a. Sel.

1) Lebih sedikit jumlahnya.

2) Lebih besar ukurannya.

3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan

intraseluler.

4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.

7
5) Jumlah sel otak menurun.

6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

7) Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.

b. Sistem pernafasan pada lansia

1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume

udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk

sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.

3) Penurunan aktivitas paru (mengembang & mengempisnya) sehingga

jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan,

kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.

4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas

permukaan normal 50m²), sehingga menyebabkan terganggunya prose

difusi.

5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg mengganggu

proses oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua

kejaringan.

6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri

juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

7) Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret &

corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial

terjadinya obstruksi.

8
c. Sistem persyarafan.

1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.

2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.

3) Mengecilnya syaraf panca indera.

4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya

syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu

dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

d. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.

1) Penglihatan

a) Kornea lebih berbentuk skeris.

b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap

sinar.

c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).

d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya

gelap.

e) Hilangnya daya akomodasi.

f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.

g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau

pada skala.

2) Pendengaran.

9
a) Presbiakusis (gangguan pendengaran) : hilangnya kemampuan

(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi

suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,

sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65

tahun.

b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.

c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena

meningkatnya kreatin.

3) Pengecap dan penghidu.

a) Menurunnya kemampuan pengecap.

b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan

selera makan berkurang.

4) Peraba.

a) Kemunduran dalam merasakan sakit.

b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

e. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.

1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah

berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan

volumenya.

3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah sehingga kurangnya

efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan

10
posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan

darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).

4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh

darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).

f. Sistem genito urinaria

1) Ginjal mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal

menurun sampai 50%, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50%,

fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan

mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya +

1) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap

glukosa meningkat.

2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,

kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi

BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut

usia sehingga meningkatnya retensi urin.

3) Pembesaran prostat ±75% dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.

4) Atropi vulva.

5) Vagina, selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga

permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya

lebih alkali terhadap perubahan warna.

11
6) Daya seksual, Frekwensi sexsual intercouse cenderung menurun tapi

kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.

g. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.

1) Produksi hampir semua hormon menurun.

2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tak berubah.

3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada

di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH

dan LH.

4) Menurunnya aktivitas tiriod sehingga BMR turun dan menurunnya

daya pertukaran zat.

5) Menurunnya produksi aldosteron.

6) Menurunnya sekresi hormon gonads : progesteron, estrogen,

testosteron.

7) Defisiensi hormonal dapat menyebabkan hipotirodisme, depresi dari

sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa

(stess).

h. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut

1) Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal disease yang

biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan

gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

12
2) Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput

lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari

syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.

3) Esofagus melebar.

4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam

lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.

6) Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).

7) Liver (hati)makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah.

i. Perubahan sistem muskuloskeletal

1) Tulang kehilangan densikusnya sehingga rapuh.

2) Resiko terjadi fraktur.

3) Kyphosis.

4) Persendian besar & menjadi kaku.

5) Pada wanita lansia > resiko fraktur.

6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.

7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan

berkurang).

j. Perubahan sistem kulit & karingan ikat

1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

13
2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya

jaringan adiposa.

3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga

tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.

4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran

darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.

5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan

luka luka kurang baik.

6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.

7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna

rambut kelabu.

8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang

menurun.

9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang

menurun.

10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

yang banyak rendahnya akitfitas otot.

k. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan seksual

1) Perubahan sistem reprduksi

a) Selaput lendir vagina menurun/kering.

b) Menciutnya ovarium dan uterus

c) Atropi payudara.

14
d) Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan

secara berangsur berangsur.

e) Dorongan seks menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi

kesehatan baik.

2) Kegiatan seksual.

Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi

kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang

mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga

sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara

biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses

reproduksi, 2) rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai

manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan

seksualitas melalui pola-pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial,

Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain

yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani

seksualitas.

Seksualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu

dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain

mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak

yang lebih tua tanpa harus berhubungan badan, masih banyak cara lain

untuk dapat bermesraan dengan pasangan. Pernyataan pernyataan lain

15
yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih

fungsi hubungan seksualitas dalam pengalaman seks.

2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a.Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. Kesehatan umum

c.Tingkat pendidikan

d. Keturunan (herediter)

e.Lingkungan

f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian

g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan

h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman

dan famili

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran

diri dan perubahan konsep diri

Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering

berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin

oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.Kenangan (memory) ada

dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu,

mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika

(0-10 menit), kenangan buruk.

16
Intelegentia Quation; 1) tidak berubah dengan informasi matematika dan

perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan

psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-

tekanan dari faktro waktu.

Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial:

a. Perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi,

kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan

kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.

b. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.

c. Gangguan halusinasi.

d. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.

e. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.

3. Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami

penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses

belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga

menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara

fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan

dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat

bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami

perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian

17
lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe

kepribadian lansia sebagai berikut:

a. Tipe kepribadian konstruktif (Construction personality), biasanya tipe ini

tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

b. Tipe kepribadian mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada

kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa

lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada

dirinya

c. Tipe kepribadian tergantung (Dependent personality), pada tipe ini

biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan

keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi

jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan

menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

d. Tipe kepribadian bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini

setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya,

banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara

seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-

marit.

e. Tipe kepribadian kritik diri (Self Hate personality), pada lansia tipe ini

umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu

orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

18
II. Konsep dasar penyakit

A. Definisi

Menurut Nugroho (2012: 41) reumatik atau dalam istilah kedokteran artritis

reumatoid merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun

manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini

juga melibatkan seluruh organ.

Menurut Sholeh Naga (2012: 378) reumatik adalah suatu peradangan sendi

yang sifatnya kronis dan tidak akan pernah sembuh dan progresif. Penderitanya

akan merasakan kekakuan dan nyeri pada tangan maupun jari-jari.

Reumatik merupakan peradangan/inflamasi sendi akibat adanya reaksi

autoimun, pergelangan tangan dan kaki yang mengalami peradangan akan

membengkak, terjadi kerusakan bagian sendi dan ciri khas yamg mudah dikenali

adalah menyerang sendi secara simetris. Mula-mula sendi-sendi kecil di jari tangan

dan kaki, tangan dan kaki mengalami peradangan dilanjutkan terjadinya kaku

terutama saat bangun tidur ata setelah lama tidak mlakukan aktivitas tertentu (Ika

puspitasari, 2006 : 37).

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa reumatik adalah

penyakit akibat reaksi autoimun yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan

penunjang yang bersifat kronik dan progresif serta tidak akan pernah sembuh.

B. Anatomi dan Fisiologi

Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, fasia,

bursae dan persendian (Saifuddin, 2006 : 298- 30).

19
a. Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal

dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses “osteogenesis”

menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses

mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut:

1) Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.

2) Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak.

3) Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan

pergerakan )

4) Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis).

5) Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, fosfor.

Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya:

1) Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis.

Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh

spongi bone (Cacellous atau trabecular )

2) Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy)

dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.

3) Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat

dengan lapisan luar adalah tulang cancellous.

4) Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.

20
5) Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang

yang berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan

fasial,missal patella (kap lutut)

b. Otot

Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan

untuk menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok

otot terdiri dari:

a. Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi

untuk memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan

menghasilkan panas

b. Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran

perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraf otonom

dan kontraksinya tidak dibawah control keinginan.

c. Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak

dibawah control keinginan.

c. Kartilago

Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat.

Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai

kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang

berada di perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-

serat kolagen didapatkan pada kartilago.

d. Ligament

21
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan

ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.

e. Tendon

Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang membungkus

setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang

mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit.

Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synofial yang memberikan lumbrikasi

untuk memudahkan pergerakan tendon.

f. Fasia

Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan

langsung dibawah kulit sebagai fasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal,

jaringan penyambung yang membungkus fibrous yang membungkus otot, saraf

dan pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai fasia dalam.

g. Bursae

Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat,

dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan

tulang, antara tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai

penampang antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak

antara presesus dan kulit.

h. Persendian

22
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak

ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, Bentuk dari

persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang

memungkinkan dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang

dilakukan.

Berdasarkan klasifikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:

1) Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)

2) Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)

3) Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)

C. Etiologi

Faktor penyebab Reumatik yakni faktor usia, jenis kelamin, serta faktor

genetik. Semakin bertambahnya usia, semakin tinggi resiko terkena Reumatik.

Wanita lebih rawan terkena Reumatik dibandingkan pria, dengan faktor resiko

60%. Reumatik yang terjadi pada orang dalam masa usia produktif disebabkan

karena peradangan. Peradangan ini bisa karena asam urat atau sebab-sebab lain. Hal

ini disebabkan karena hasil dari metabolisme purin yang tertimbun di persendian

sehingga menyebabkan sakit di persendian (Arif Muttaqin, 2008).

D. Tanda dan Gejala Reumatik

Menurut (Ika puspitasari, 2006 : 37) Pasien-pasien dengan RA akan

menunjukan tanda dan gejala seperti

a. Keluhan sakit bahkan kadang disertai bengkak pada persendian, terutama sendi

penumpu berat badan seperti sendi panggul, lutut, dan pergelangan kaki.

23
b. Keluhan morning stiffness atau kaku pagi hari saat bangun tidur, disertai nyeri

sendi dan bengkak yang membaik apabila sendi diistirahatkan, dan nyeri ini

berlangsung sekitar 30-60 menit.

c. Bengkak dan nyeri, umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada

sendi yang sama di kedua sisi tubuh)

d. Atralgia yaitu gejala yang ditemukan pada sendi, berupa pegal linu Pada tahap yang

lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

a. Gerakan menjadi terbatas

b. Adanya nyeri tekan

c. Deformitas bertambah pembengkakan

d. Kelemahan

e. Depresi

(Ika puspitasari, 2006 : 37).

Gejala Extraartikular :

a. pada jantung :

 Rheumatoid heard diseasure

 Valvula lesion (gangguan katub)

 Pericarditis

 Myocarditis

b. pada mata :

 Keratokonjungtivitis

24
 Scleritis

c. pada lympa : Lhymphadenopathy

d. pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis

e. pada otot : Mycsitis

(Ika puspitasari, 2006 : 38)

E. Patofisiologi

Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium

merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang

menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan

jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus

privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan

menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa.

25
F. Pathway

(Arif Muttaqin, 2008)

Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :

a. Stadium Sinovisis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai

hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak,

bengkak dan kekakuan.

b. Stadium Destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada

jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

26
c. Stadium Deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas

dan gangguan fungsi secara menetap.

G. Komplikasi

Penyakit Reumatik dapat menimbulkan kematian, tetapi sangat jarang terjadi

dan biasanya telah diderita selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Yang

paling ditakuti dari penyakit Reumatik adalah akan menimbulkan kecacatan baik

ringan seperti kerusakan sendi maupun berat seperti kelumpuhan. Hal ini mungkin

akan menyebabkan berkurangnya kualitas hidup seseorang yang berakibat

terbatasnya aktivitas dan terjadinya depresi (Smart, 2010).dampak dari Reumatik

juga menimbulkan kegagalan organ bahkan kematian atau mengakibatkan masalah

seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta Resiko tinggi

akan terjadinya cidera(Kisworo, 2008:108).

H. Penatalaksanaan Reumatik

Menurut (Ika puspitasari, 2006 : 40) penatalaksanaan pada pasien-pasien reumatik

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Terapi Medis

Berikut ini adalah obat-obatan yang biasa diberikan dokter untuk

pengobatan penyakit Reumatik :

a). Golongan Analgesic (penghilang rasa nyeri)

27
Obat golongan ini dapat menekan prostaglandin yang menjadi

penyebab timbulnya peradangan namun disisi lain obat ini dapat

menimbulkan gangguan lambung.

b). Celecoxib adalah obat yang lebih spesifik dan memiliki efek samping yang

lebih kecil terhadap lambung.

c). Golongan obat kortikosteroid digunakan sebagai obat anti peradangan. Obat

ini menekan sistem kekebalan tubuh sehingga reaksi radang pada Reumatik

berkurang.

b. Senam Reumatik

Senam Reumatik merupakan metode senam yang dapat membantu

mengurangi resiko timbulnya Reumatik yang sekaligus berfungsi sebagai terapi

tambahanbagi penderita Reumatik dalam fase tenang. Terapi senam ini adalah

program olah raga ringan yang terdiri dari beberapa tahapan seperti pemanasan,

latihan inti satu (low impact untuk menguatkan kerja jantung dan paru-paru),

latihan inti dua (latihan dasar pencegahan dan terapi Reumatik), dan

pendinginan. Dengan melakukan latihan ini secara teratur, diharapkan dapat

mengurangi gejala kekakuan sendi dan nyeri pada Reumatik (Ika puspitasari,

2006 : 40).

c. Terapi Pemijatan

Terapi ini sering di pilih oleh sebagian besar orang untuk menghilangkan

rasa pegal dan linu yang juga dapat melancarkan peredaran darah. Sebenarnya

manfaat pemijatan bukan hanya itu, pemijatan juga berfungsi untuk mengobati

28
Reumatik. Jenis pemijatan yang dapat digunakan untuk mengobati Reumatik

adalah jenis chiropractic. Jenis terapi pemijatan ini menggunakan teknik terapi

jasmani yaitu perpaduan antara gerakan pijat spesifik, massage, dan jenis

gerakan pijat yang dapat mengatasi masalah tulang dan syaraf (Ika puspitasari,

2006 : 40).

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. pengkajian psikososial dan spiritual

1) Psikososial

a) Menunjukan tanda-tanda meningkatnya ketergantungan

b) Fokus-fokus pada diri bertambah

c) Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian

d) Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan

2) Identifikasi masalah emosional

a) Apakah klien mengalami sulit tidur ?

b) Apakah klien sering merasa gelisah ?

c) Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ?

d) Apakah klien sering was-was atau kuatir ?

Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1

jawaban “ya”.

Pertanyaan tahap 2

a) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?

29
b) Ada masalah atau banyak pikiran ?

c) Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain ?

d) Menggunakan obat tidur penenang atas anjuran dokter ?

e) Cenderung mengurung diri ?

Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban “ya”

c) Spiritual

Kaji agama, kegiatan tentang kematian, harapan- harapan klien dan lain-lain.

b. Pengkajian Fungsional Klien

1) Katz Indeks

Termasuk/kategori yang manakah klien ?

a) Mandiri dalam makan, kontinensia mengunakan pakaian, pergi ke toilet,

berpindah dan mandi.

b) Mandiri, semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas mandiri.

c) Mandiri kecuali mandi dan satu lagi funsi yang lain mandi, berpakaian.

2) Modifikasi dari Barthel Indeks

Termasuk yang manakah klien?

(Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro, 2003)

Tabel 2.1

Modifikasi Barthel Indeks

Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan

30
1 Makan 5 10 Frekuensi :
Jenis :
2 Minum 5 10 Frekuensi :
Jenis :
3 Berpindah dari kursi roda 5-10 15
ke tempat tidur/sebaliknya
4 Personel toilet cuci muka, 0 5 Frekuensi
nyisir rambut, gosok gigi
5 Keluar masuk toilet (cuci 5 10
baju, menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15
7 Jalan dipermukaan datar 0 5
8 Naik turun tangga 5 10
9 Memakai pakaian 5 10
10 Control bowel (BAB) 5 10 Frekuensi :
Konsistensi:
11 Control bloder (BAK) 5 10 Frekuensi :
Warna :
12 Olahraga/latihan 5 10 Frekuensi :
Jenis :
13 Rekreasi/pemanfaatan 5 10 Frekuensi :
waktu luang Jenis :
Sumber : Wahyudin Nugroho (2000 : 23)

Keterangan :
a) 130 : Mandiri
b) 65-125 : Ketergantungan sebagian
c) 60 : Ketergantungan total
b. Pengkajian status mental gerontik

1) Identifikasi tingkat intelektual dengan sistem Short Portable Mental Status

Questioner (SPSMQ)

Instruksi

31
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan cacat semua jawaban. Catat

jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

Tabel 2.2

Pengkajian Status Mental Gerontik

Benar Salah No Pertanyaan


1 Tanggal berapa sekarang ?
2 Hari apakah sekarang ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir ? (minimal tahun)
7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu ?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara
menurun.
∑= ∑=
Sumber : Wahyudin Nugroho (2000 : 23)

Score total =

Keterangan :

Interpretasi hasil

a) 0-3 : Fungsi intelektual utuh


b) 4-5 : Kerusakan intelektual ringan
c) 6-8 : Kerusakan itelektual sedang
d) 9-10 : Kerusakan intelektual berat

32
2) Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan sistem Mini Mental

Status Examination (MMSE).

a. Orientasi d. kalkulasi

b. Registrasi e. mengingat kembali

c. Perhatian f. bahasa

Tabel 2.3

Identifikasi Aspek Kognitif (MMSE)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


kognitif Maksimum Klien
1 2 3 4 5
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
2 Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada :
 Negara Indonesia
 Provinsi Jawa Barat
 Kota Cirebon
 PSTW Nazaret
 Wisma.
3 Perhatian 5 Minta klien untuk memulai dari angka
dan 100 kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali
kalkulasi atau tingkat :
 93
 86
 79
 72
 65
4 Mengingat 3 Minta klien untuk memulai lagi ketiga
obyek pada no.2 (registrasi) tadi. Bila
benar 1 point untuk masing-masing obyek

33
5 Bahasa 9 Tunjukan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien :
 (misal jam tangan)
 (misal pensil)
Minta klien mengatakan kata berikut “tak
ada jika dan atau tetapi” bila bener, niai 1
point.
 Pertnyaan benar 2 buah : tak ada,
tetapi
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah :
“Ambil kertas di tangan anda lipat dua
dan taruh di lantai”.
 Ambil kertas di tangan anda
 Lipat dua
 Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk, hal berikut
(bila aktivitas sesuai perintah nilai 1
point)
 “Tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar.
 Tulis satu kalimat
 Menyalin gambar
Total Nilai
Sumber : Tinneti, ME, dan Ginter, SF, 1998 : 16

Keterangan :

Interpretasi Hasil :

> 23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik

18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan

≤ 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat

c. Pengkajian keseimbangan untuk klien lansia (Tinneti, ME, dan Ginter, SF, 1998 :

16)

34
Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam bergerak, dari

kedua komponen tersebut dibagi lagi dalam beberapa gerakan yang perlu diobservasi

oleh perawat. Kedua komponen tersebut adalah

1) Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukan kondisi dibawah ini, atau diberi nilai 1

jika menunjukan salah satu dari kondisi di bawah ini.

a) Bangun dari kursi (dimasukan dalam analisis)*

Tidak bangun dari duduk dengan satu kali gerakan, tetapi mendorong tubuhnya

keatas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih dahulu,

tidak stabil pada saat berdiri pertama.

b) Duduk ke kursi (dimasukan dalam analisis)*

Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi

Keterangan : (*) kursi yang keras dan tanpa lengan

c) Menahan dorongan pada sternum (pemeriksa mendorong sternum perlahan-

lahan sebanyak 3 kali)*

Klien menggerakan kaki, memegang obyek untuk dukungan, kaki tidak

menyentuh sisi-sisinya.

35
d) Mata tertutup

Sama seperti di atas (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan

untuk keseimbangan).

e) Perputaran leher

Menggerakan kaki, mengenggam obyek untuk dukungan, kaki tidak

menyentuh sisi-sisinya, keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil.

f) Gerakan menggapai sesuatu

Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya

sementara berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil, memegang sesuatu

untuk dukungan.

g) Membungkuk

Tidak mampu membungkuk untuk mengambil obyek-obyek kecil (misal

pulpen) dari lantai, memegang obyek untuk bisa berdiri lagi, memerlukan

usaha-usaha multiple untuk bangun.

2) Komponen gaya berjalan atau gerakan

Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukan kondisi di bawah ini, atau diberi nilai 1

jika menunjukkan salah satu dari kondisi di bawah ini.

a) Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan

Ragu-ragu, tersandung, memegang obyek untuk dukungan.

b) Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)

36
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),

mengangkat kaki terlalu tinggi (>5 cm).

c) Kontinuitas langkah kaki (lebih baik di observasi dari samping klien)

Setelah langkah-langkah awal, langkah menjadi tidak konsisten, memulai

mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh kaki

d) Kesimetrisan langkah (lebih baik diobsevasi dari samping klien)

Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi

e) Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari belakang

klien) Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi

f) Berbalik

Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang dan

memegang obyek untuk dukungan.

Intervensi hasil :

Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien dan dapat diinterpretasikan sebagai

berikut :

0-5 : Resiko jatuh rendah

6-10 : Resiko jatuh sedang

11-15 : Resiko jatuh tinggi

2. Diagnosa Keperawatan

37
a. Nyeri b.d agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
Data : Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan,

berfokus pada diri sendiri, Perilaku distraksi/ respons autonomic, perilaku yang

bersifat hati-hati/ melindungi.

Kriteria Hasil: Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol, Terlihat rileks, dapat

tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan, Mengikuti

program farmakologis yang diresepkan, Menggabungkan keterampilan relaksasi

dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONAL


Mandiri
Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan Membantu dalam menentukan kebutuhan
intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang manajemen nyeri dan keefektifan program
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non
verbal
Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar
Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh
yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang
sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan
tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri
Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan
pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace mempertahankan posisi netral. Penggunaan
brace dapat menurunkan nyeri dan dapat
mengurangi kerusakan pada sendi
Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu Mencegah terjadinya kelelahan umum dan
untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi
yang menyentak
Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau Panas meningkatkan relaksasi otot, dan
mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas
untuk mengompres sendi-sendi yang sakit pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal

38
beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, dapat disembuhkan
air mandi, dan sebagainya
Berikan masase yang lembut meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri
Dorong penggunaan teknik manajemen stres, Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa
misalnya relaksasi progresif,sentuhan kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan
terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman koping)Libatkan dalam aktivitas hiburan yang
imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian sesuai untuk situasi individu. (R/ Memfokuskan
napas kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan
sehat
Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan
direncanakan sesuai petunjuk otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta
dalam terapi
Berikan kompres dingin jika dibutuhkan Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan
bengkak selama periode akut
Kolaborasi
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis: sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan
asetil salisilat dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan
mobilitas

b. Gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan kekuatan otot.

Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan

untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik. Membatasi rentang gerak,

ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan massa

( tahap lanjut ).

Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan : Mempertahankan fungsi

posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur, Mempertahankan ataupun

meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian tubuh,

Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

39
TINDAKAN /INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
inflamasi/ rasa sakit pada sendi perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi
Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika Istirahat sistemik dianjurkan selama
diperlukan jadwal aktivitas untuk eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
memberikan periode istirahat yang terus yang penting untuk mencegah kelelahan
menerus dan tidur malam hari yang tidak mempertahankan kekuatan
terganmggu
Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
demikiqan juga latihan resistif dan isometris sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
jika memungkinkan Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang
berlebihan dapat merusak sendi
Ubah posisi dengan sering dengan jumlah Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
personel cukup. Demonstrasikan/ bantu meningkatkan sirkulasi. Mempermudah
tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan perawatan diri dan kemandirian pasien.
mobilitas, mis, trapeze Tehnik pemindahan yang tepat dapat
mencegah robekan abrasi kulit
Posisikan dengan bantal, kantung pasir, Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko
gulungan trokanter, bebat, brace cidera ) dan memerptahankan posisi sendi
yang diperlukan dan kesejajaran tubuh,
mengurangi kontraktor
Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher Mencegah fleksi leher
Dorong pasien mempertahankan postur tegak Memaksimalkan fungsi sendi dan
dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan mempertahankan mobilitas
Berikan lingkungan yang aman, misalnya Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh
menaikkan kursi, menggunakan pegangan
tangga pada toilet, penggunaan kursi roda
Kolaborasi
konsul dengan fisoterapi Berguna dalam memformulasikan program
latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada
kebutuhan individual dan dalam
mengidentifikasikan alat
Berikan matras busa/ pengubah tekanan Menurunkan tekanan pada jaringan yang
mudah pecah untuk mengurangi risiko
imobilitas
berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid) Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem
inflamasi akut

c. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan

perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan

penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas

40
Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit. Bicara

negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.,

Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan

pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat, Perubahan pada keterlibatan sosial;

rasa terisolasi. Perasaan tidak berdaya, putus asa.

Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan : Mengungkapkan

peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,

perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan, Menyusun rencana

realistis untuk masa depan.

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONAL


Mandiri
Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa
proses penyakit, harapan masa depan takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara
langsung
Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada Mengidentifikasi bagaimana penyakit
pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan
pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap
gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek intervensi/ konseling lebih lanjut
seksual
Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat
orang terdekat menerima keterbatasan mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana
pasien memandang dirinya sendiri
Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan
ketergantungan marah dan bermusuhan umum terjadi

Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan Dapat menunjukkan emosional ataupun metode
menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih
lanjut
Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol
pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri

41
dapat membantu koping
Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong
dan membuat jadwal aktivitas kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam
terapi
Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan Mempertahankan penampilan yang dapat
meningkatkan citra diri
Berikan bantuan positif bila perlu Memungkinkan pasien untuk merasa senang
terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku
positif. Meningkatkan rasa percaya diri
Kolaboratif
Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan
spesialis psikiatri, psikolog dukungan selama berhadapan dengan proses jangka
panjang/ ketidakmampuan
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi
ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan
koping yang lebih efektif

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan

kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi

Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.

Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan : Melaksanakan aktivitas

perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual,

Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan

perawatan diri, Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat

memenuhi kebutuhan perawatan diri.

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONAL


Mandiri
Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum
sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dengan melakukan adaptasi yang diperlukan
dan potensial perubahan yang sekarang pada keterbatasan saat ini
diantisipasi

42
Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap Mendukung kemandirian fisik/emosional
nyeri dan program latihan
Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam Menyiapkan untuk meningkatkan
perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk kemandirian, yang akan meningkatkan harga
modifikasi lingkungan diri
Kolaboratif
Konsul dengan ahli terapi okupasi Berguna untuk menentukan alat bantu untuk
memenuhi kebutuhan individual. Mis;
memasang kancing, menggunakan alat bantu
memakai sepatu, menggantungkan pegangan
untuk mandi pancuran
Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum Mengidentifikasi masalah-masalah yang
pemulangan dengan evaluasi setelahnya mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan
aktual
atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: Mungkin membutuhkan berbagai bantuan
pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi tambahan untuk persiapan situasi di rumah

e. Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi

informasi.

Dapat dibuktikan oleh : Pertanyaan/ permintaan informasi, pernyataan kesalahan

konsep. Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan : Menunjukkan pemahaman

tentang kondisi/ prognosis, perawatan, Mengembangkan rencana untuk perawatan

diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau

pembatasan aktivitas.

TINDAKAN /INTERVENSI RASIONAL


Mandiri
Tinjau proses penyakit, prognosis, dan / Memberikan pengetahuan dimana pasien
harapan masa depan dapat membuat pilihan berdasarkan informasi

43
Diskusikan kebiasaan pasien dalam kontrol penyakit adalah untuk menekan
penatalaksanaan proses sakit melalui inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk
diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, mempertahankan fungsi sendi dan mencegah
latihan dan istirahat deformitas
Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas Memberikan struktur dan mengurangi
terintegrasi yang realistis,istirahat, perawatan ansietas pada waktu menangani proses
pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, penyakit kronis kompleks
dan manajemen stres
Anjurkan mencerna obat-obatan dengan Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri
makanan, susu, atau antasida pada waktu pada HS akan meningkatkan tidur dan
tidur m,engurangi kekakuan di pagi hari
Identifikasi efek samping obat-obatan yang Memperpanjang dan memaksimalkan dosis
merugikan, mis: tinitus, perdarahan aspirin dapat mengakibatkan takar lajak.
gastrointestinal, dan ruam purpuruik Tinitus umumnya mengindikasikan kadar
terapeutik darah yang tinggi
Tekankan pentingnya membaca label produk Banyak produk mengandung salisilat
dan mengurangi penggunaan obat-obat yang tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko
dijual bebas tanpa persetujuan dokter takar layak obat/ efek samping yang
berbahaya
Tinjau pentingnya diet yang seimbang Meningkatkan perasaan sehat umum dan
dengan makanan yang banyak mengandung perbaikan jaringan
vitamin, protein dan zat besi
Dorong pasien obesitas untuk menurunkan Pengurangan berat badan akan mengurangi
berat badan dan berikan informasi penurunan tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut,
berat badan sesuai kebutuhan pergelangan kaki, telapak kaki
Berikan informasi mengenai alat bantu Mengurangi paksaan untuk menggunakan
sendi dan memungkinkan individu untuk ikut
serta secara lebih nyaman dalam aktivitas
yang dibutuhkan
Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: Mencegah kepenatan, memberikan
duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian
makanan dan mandi
Dorong mempertahankan posisi tubuh yang mekanika tubuh yang baik harus menjadi
benar baik pada sat istirahat maupun pada bagian dari gaya hidup pasien untuk
waktu melakukan aktivitas, misalnya mengurangi tekanan sendi dan nyeri
menjaga agar sendi tetap meregang , tidak
fleksi, menggunakan bebat untuk periode
yang ditentukan, menempatkan tangan dekat
pada pusat tubuh selama menggunakan, dan
bergeser daripada mengangkat benda jika
memungkinkan
Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit
dan perawatan kulit lainnya dibawah bebat,
gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian
bantalan yang tepat

44
Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/
pemeriksaan laboratorium, mis: LED, Kadar perbaikan yang terus menerus untuk
salisilat, PT. menjamin efek optimal dan mencegah takar
lajak, efek samping yang berbahaya
Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan Informasi mengenai posisi-posisi yang
berbeda dan tehnik atau pilihan lain untuk
pemenuhan seksual mungkin dapat
meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan
harga diri/ percaya diri
Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: bantuan/ dukungan dari oranmg lain untuk
yayasan arthritis (bila ada). meningkatkan pemulihan maksimal

3. Implementasi

Fokus tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan

implementasi dari perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik

dan emosional. Pendekatan asuhan keperawatan meliputi intervensi

independen, dependen, dan interdependen.

a. Independen

Asuhan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang

dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dari instruksi dari dokter atau

profesi kesehatan lainnya. Tipe dari aktivitas yang dilaksanakan perawat

secara independen didefinisikan berdasarkan diagnosis keperawatan.

b. Interdependen

Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan kegiatan yang

memerlukan kerja sama dengan profesi kesehatan lainnya seperti tenaga

social,ahli gizi,fisioterapi,dan dokter.

c. Dependen

45
Asuhan keperawatan dependen berhubungan dengan pelaksanaan

rencana tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana

tindakan medis dilaksanakan.

4. Evaluasi

Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan mengukur

pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan dengan cara

membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan.

a. Evaluasi Proses

Fokus pada evaluasi proses atau formatif adalah aktivitas dari

proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan.

Evaluasi proses harus dilaksanakan segera setelah   perencanaan

keperawatan diimplementasikan  untuk membantu menilai efektifitas

intervensi tersebut.

b. Evaluasi hasil

Fokus evalusi hasil ( sumatif ) adalah perubahan perilaku atau stasus

kesahatan klien pada akhir asuhan keperawatan . Tipe evalusi ini di

laksnakan pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna.

46
47
DAFTAR PUSTAKA

Hartono., 2001., Upaya-upaya Hidup Sehat Sampai Tua, Depot Informasi Obat, Jakarta.

Hurlock, 1999., Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Erlangga, Jakarta.

Kiat-kiat Hidup Sehat., http://www.geocities.com/aguscht/tipdua.html.

Monks, dkk, 2002., Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.


Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Nugroho, 2000., Keperawatan Gerontik. EGC, Jakarta.

Nugroho., (1995)., Perawatan Lanjut Usia, EGC, Jakarta.

http://www.infokes.com/today/artikelview.html?item_ID=223&topik =usialanjut 2×4


Cara Hidup Yang Alami Untuk Sehat., http://www.rasopareso.i-
p.com/sehat8.html

http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita/asp?id=2003111205501906

http://www.idionline.org/arsip/list_makalah.php?offset=90

Watson, 2003., Perawatan pada Lansia. EGC, Jakarta.

Bustan (2000). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Nugroho, Wahjudi (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Stolte, Karen M. (2003). Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC

sumber : http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-lanjut-usia.html

48

Anda mungkin juga menyukai