Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI LANSIA

"Konseling Kesehatan Reproduksi Lansia"

OLEH:
KELOMPOK 4

Aulia Habibi 171121254


Diny Viarezka 1811216027
Miftahul Hikmah 1711213006
Rahmi Umarefi 1711212008
Siti Hadist Nabilla Marta 1711213035
Witri Putri Sari 1811216029

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah mata kuliah “Kesehatan Reproduksi Lansia”. Shalawat
serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan
umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kesehatan
Reproduksi Lansia di program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat dengan judul makalah "Konseling Kesehatan Reproduksi
Lansia ".
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 14 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 5

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 6

1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 7

2.1 Karakteristik Lansia ....................................................................................... 7

2.2 Pengertian Bimbingan Konseling .............................................................................. 8

2.3 Fungsi Bimbingan dan Konseling .............................................................................. 8

2.4 Tujuan Bimbingan dan Konseling ............................................................................ 10

2.5 Tahapan dalam konseling ....................................................................................... 11

2.6 Metode-Metode Bimbingan Konseling ................................................................... 12

2.7 Jenis Layanan dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling ........................................... 13

2.8 Pendekatan Konseling Lansia .................................................................................. 15

2.9 Langkah-langkah Konseling Seksualitas .................................................................. 20

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 22

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 22

3.2 Saran ....................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

LAMPIRAN ......................................................................................................... 24

Lampiran 7 : Catatan Evaluasi Hasil Konseling Lansia ................................. 26

Lampiran 3 : Rujukan Konseling Lansia ......................................................... 28

Lampiran 3 : Panduan Konseling bagi Lansia ................................................. 30

Lampiran 11 : Catatan Kegiatan Sehari-Hari Lansia ..................................... 31


Lampiran 8 : Format Evaluasi Senam Kegel ................................................... 34
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) merupakan salah satu
bentuk kesepakatan ICPD di Koiro pada tahun 1994, dimana dalam
komitmen Internasional ini telah disepakati satu konsensus bahwa hak-hak
kespro disegala usia harus dijamin dengan memberikan informasi dan
konseling mengenai kesehatan dan pelayanan kespro yang benar.
Berdasarkan dengan hal tersebut, di Indonesia sendiri masih sangat
kurang informasi dan konseling untuk usia lanjut. Akibat dari hal itu, makin
maraknya kejahatan-kejahatan seksual yang dilakukan oleh laki-laki yang
sudah usia lanjut. Kondisi ini terdukung juga oleh budaya yang mana
perempuan atau istri hanya sebagai pemuas seks, maka jika perempuan atau
istri telah menopause, laki-laki mencari wanita lain atau penjaja seks untuk
memenuhi kebutuhan seksnya.
Realitas ini ditemukan pada penelitian Latar Belakang Budaya Lansia
di Yogyakarta oleh UNFPA dan BKKBN pada tahun 1999, dengan
responden wanita usia lanjut berumur 57 tahun dengan latar belakang yang
berbeda-beda, menyatakan tidak mau lagi melayani kebutuhan biologis
suaminya dan mempersilakan suaminya untuk mencari wanita yang lain.
Bila ini dibiarkan akan merugikan lansia itu sendiri, dimana nantinya kaan
tertular penyakit menular seperti IMS, mati mendadak karena
mengkonsumsi obat-obatan, serta merusak moralitas keluarga lansia
tersebut.
Keadaan ini mencerminkan bahwa lansia belum mendapatkan
informasi dan konseling kespro dari tenaga kesehatan. Namun, pemerintah
saat ini telah melakngkah maju membuat program buat kespro remaja dan
pralansia. Untuk pelayanan kespro lansia dilaksanakan sebagai bagian dari
pengobatan kesehatan primer.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah adalah
"Bagaimana pendekatan konseling kesehatan reproduksi pada lansia?"
1.3 Tujuan
Yang menjadi tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui
pendekatan konseling kespro pada lansia.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Lansia


Dari pengertian lansia di atas, ada beberapa poin yang sudah
disampaikan bahwa karakteristik lansia atau ciri-ciri dari lansia diantaranya
adalah terjadinya penurunan produktifitas atau terjadinya penurunan fungsi
fisik, sosial dan psikologis, sebagaima dijelaskan oleh Hurlock terdapat
beberapa ciri orang lanjut usia yaitu:
a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran; Kemunduran pada lansia
sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran
dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang
penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia
semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika
memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas; Lansia
memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan
diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat-pendapat klise itu seperti: lansia lebih senang
mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang
lain.
c. Menua membutuhkan perubahan peran; Perubahan peran tersebut
dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala
hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia Perlakuan yang buruk terhadap
orang lanjut usia membuat lansia cenderung mengembangkan konsep
diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk perilaku yang
buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk.
Di samping itu menurut Santrock, karakteristik dari lansia adalah
sebagai berikut: Perubahan fisik-biologi, perubahan psikis, perubahan
social, dan perubahan kehidupan keluarga

2.2 Pengertian Bimbingan Konseling


Dalam liberatur asing, kata Guindance sering disamakan dengan kata
helping, oleh karena itu secara harfiah bimbingan dapat diartikan sebagai
suatu “tindakan menolong” atau “memberikan bantuan”. Bimbingan adalah
batntuan yang diberikan oleh seseorang yang telah terlatih dengan baik serta
memilki kepribadian dan pendidikan yang memadai, bimbingan diberikan
kepada individu dari berbagai kelompok usia agar individu tersebut dapat
mengelola kehidupannya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya
sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung konsekuensi dari
pilihan atau keputusan hidup yang telah dibuatnya.
Istilah konseling berasal dari kata ”Counseling” adalah kata dalam
bentuk mashdar dari “to counsel” secara etimologis berarti “to give advice”
atau memberikan sarana atau nasihat. Konseling adalah bantuan yang
diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupan dengan
wawancara, atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu
yang dhadapi untuk mencapai kesejahteraan hidup. Dalam memecahkan
permasalahan hidunya ini individu memecahkannya dengan kemampuannya
sendiri. Dengan demikian, klien tetap dalam keadaan aktif, memupuk
kesanggupannya didalam memecahkan setiap permasalahan yang
mungkinakan dihadapi didalam kehidupannya.
Berdasarkan uraian diatas yaang diamksud bimbingan konseling
program pemberian bantuan yang disediakan oleh seorang professional
untuk membantu individu (konseli) yang membutuhkan bantuan dalam
menyelesaikan masalah.
2.3 Fungsi Bimbingan dan Konseling
Fungsi Bimbingan dan Konseling ditinjau dari penggunaan atau
manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui
pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi itu banyak dan dapat dikelompokkan
menjadi empat fungsi, yaitu :
a. Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan konseling yang
akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan individu.
b. Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya individu dari
berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat
menggangu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan kerugian-
kerugian tertentu dalam dalam proses perkembangan individu.
c. Fungsi Pengentasan
Proses pengentasan masalah melalui pelayanan konselor yang
tidak menggunakan unsur-unsur fisik yang diluar diri klien, tetapi
menggunakan kekuatan-kekuatan yang berada didalam diri klien
sendiri.
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi
bimbingan dan konsleing yang akan menghasilkan terpeliharanya
dan terkembangkannya beberapa potensi dan kondisi positif individu
atau klien dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah,
mantap, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini, hal-hal yang dipandang
sudah bersifat positif dijaga agar tetap baik dan dimantapkan dengan
demikian, individu diharapkan dapat mencapai perkembangan
kepribadian secara optimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada
4 fungsi dari bimbingan konseling yaitu fungsi pemahaman, fungsi
pencegahan, fungsi pengentasan, dan fungsi pemeliharaan dan
pengembangan. Dari keempat fungsi ini terlihat bahwasannya
dengan adanya bimbingan konseling diharapkan individu dapat
mencegah timbulnya masalah yang akan menghambat
perkembangan dirinya dalam mencapai tujuan hidupnya, selain itu
diharapkan juga individu dapat memahami permasalahan yang
sedang dihadapinya sehingga individu dapat mencari jalan keluar
atau solusi dari masalahnya tersebut sehingga individu dapat
mencapai tujuan hidupnya.
2.4 Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan bimbingan dan konseling terbagi menjadi dua yaitu, tujuan
umum dan tujuan khusus :
1. Tujuan Umum
a. Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi
b. Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan
produktif dalam masyarakat
c. Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan
individu-individu lain
d. Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan
kemampuan yang dimilikinya
Tujuan Khusus
1. Memperkembangkan pengertian dan pemahaman diri dalam kemajuan
dirinya
2. Memperkembangkan untuk memilih, mempertemukan pengetahuan
tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada secara
bertanggung jawab.
3. Mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga diri orang lain

Tujuan konseling berdasarkan penanganan oleh konselor


dikemukakan oleh Shertzer dan Stone yang dikutip oleh Mc Leod (2004)
dapat diperinci sebagai berikut:
1. Mencapai kesehatan mental yang positif
Apabila kesehatan mental tercapai maka individu memiliki
integrasi, penyesuaian, dan identifikasi positif terhadap orang lain.
Individu belajar menerima tanggung jawab, menjadi mandiri, dan
mencapai integrasi tingkah laku.
2. Keefektifan individu
Seseorang diharapkan mempunyai pribadi yang dapat
menyelaraskan diri dengan cita-cita, memanfaatkan waktu dan tenaga
serta bersedia mengambil tanggung jawab ekonomi, psikologis, dan
fisik.
3. Pembuatan keputusan
Konseling membantu individu mengkaji apa yang perlu dipilih,
belajar membuat alternatif-alternatif pilihan, dan selanjutnya
menentukan pilihan sehingga pada masa depan dapat membuat
keputusan secara mandiri.
4. Perubahan tingkah laku

2.5 Tahapan dalam konseling


Tahapan dalam konseling logoterapi mencakup perkenalan,
pengungkapan dan penjajagan masalah, pembahasan bersama, evaluasi dan
penyimpulan, serta pengubahan sikap dan perilaku untuk meningkatkan
kebermaknaan hidup (Bastaman, 2007). Proses dan tahapan konseling
logoterapi sejalan dengan konseling pada umumnya, dan komponen
logoterapi dibahas selama pelaksanaan konseling yang bertujuan agar lansia
menemukan makna dan tujuan hidupnya. Konseling logoterapi merupakan
konseling pada individu yang mengalami ketidakjelasan makna dan tujuan
hidup sehingga menyebabkan kehampaan dan kehilangan gairah hidup,
bukan untuk kasus patologis berat yang membutuhkan psikoterapi
(Bastaman, 2007).
Empat langkah konseling logoterapi yaitu (1) mengambil jarak atas
gejala (distance from symptoms) dimana konselor membantu menyadarkan
subjek bahwa gejala sama sekali tidak identik dan mewakili diri subjek,
namun semata-mata merupakan kondisi yang dialami dan dapat
dikendalikan; (2) modifikasi sikap (modification of attitude) dimana
konselor membantu subjek untuk mendapatkan pandangan baru atas diri dan
kondisinya, selanjutnya subjek menentukan sikap baru untuk menentukan
arah dan tujuan hidupnya; (3) pengurangan gejala (reducing symptoms) di-
mana konselor menggunakan teknik logote-rapi berupa dereflection untuk
menghilangkan atau mengurangi dan mengendalikan gejala pada subjek; (4)
orientasi terhadap makna (orientation toward meaning) dimana konselor
bersama subjek membahas bersama nilai-nilai dan makna hidup yang secara
potensial ada dalam kehidupan subjek, memperdalam dan menjabarkannya
menjadi tujuan yang lebih konkrit. (Bastaman, 2007) melalui langkah-
langkah tersebut, subjek akan menemukan makna hidupnya dan dapat
mengendalikan gejala fisik yang dirasakan subjek.
2.6 Metode-Metode Bimbingan Konseling
Metode bimbingan konseling bila dilihat dari segi komunikasi dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Metode Langsung
Metode langsung adalah metode dimana konselor melakukan
komunikasi secara bertatap muka dengan konseli, metode ini dapat
dilakukan dengan :
a) Metode Individual
Konselor melakukan komunikasi langsung dengan konseli
secara individual, hal ini dapat dilakukan dengan percakapan
pribadi atau dengan kunjungan kerumah serta kunjungan dan
observasi kerja.
b) Metode Kelompok
Konselor melakukan komunikasi dengan konseli secara
berkelompok, hal ini dapat dilakukan dengan diskusi kelompok,
karyawisata dan ceramah, sosiodrama, psikodrama, group teaching.

2. Metode tidak langsung


Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung)
adalah metode bimbingan/konseling yang dilakukan melalui media
komunikasi masa. Hal ini dapat dilakukan secara individual maupun
kelompok, bahkan massal. Metode tidak langsung ini menggunakan
media komunikasi seperti :
a. Media Cetak, yaitu media visual yang pembuatannya melalui
proses percetakan. Media cetak ini menyajikan pesan melalui huruf
dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk memperjelas pesan
atau informasi yang disajikan.
b. Media elektonik, yaitu suatu alat yang digunakan sebagai perantara
untuk menginformasikan suatu hal atau masalah kepada individu
atau masyarakat dalam elektronik. Contoh media elektronik adalah
rekaman vidio, rekaman audio, presentasi multimedia.
c. Media audio, yaitu media yang penyampaian pesannya hanya dapat
diterima melalui indera pendengaran. Pesan atau informasi yang
akan disampaikan dituangkan kedalam lambang-lambang auditif
yang berupa kata-kata, m usik, dan sound effect.
d. Media AudioVisual, yaitu media perantara atau penggunaan materi
dan penyerapannya melalui indra pendengaran dan indera
penglihatan sehingga membangun kondisi yang dapat membuat
individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Contoh media audio visual yaitu televisi.
e. Media Interaktif, dalam media interktif tidak hanya memperhatikan
media atau objek saja, melainkan juga dituntut untuk berinteraksi
selama mengikuti bimbingan dan konseling. Seperti bimbingan
kelompok, konseling kelompok.
2.7 Jenis Layanan dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling
1. Jenis Layanan bimbingan konseling
Ada beberapa jenis layanan bimbingan dan konseling yaitu :
a. Layanan Orientasi
Layanan orientasi merupakan layanan terhadap individu untuk
memperkenalkan tentang sesuatu hal yang baru.
2. Layanan informasi
Layanan informasi merupakan layanan untuk membekali individu
dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang diperlukan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan
lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan, maupun sosialbudaya,
merangsang individu untuk dapat secara kritis mempelajari berbagai
informasi berkaitan dengan hajat hidup dan perkembangannya dan
memungkinkan individu dapat menentukan arah hidupnya.
3. Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang
memungkinkan individu memperoleh penempatan dan penyaluran yang
tepat, seperti halnya membantu individu dalam memperoleh
pengetahuan sebagai persiapan kelak menjalani kehidupan yang baru.
4. Layanan Konseling Perorangan
Layanan konsleing perorangan bermakna layanan konseling yang
diselenggarkan oleh seorang konselor terhadap seorang konseli dalam
rangka pengentasan masalah pribadi konseli.
5. Layanan bimbingan dan konseling kelompok
Layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang
memungkinkan sejumlah individu secara bersama-sama melalui
dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber dan
membahas pokok bahasan tertentu untuk pengembangan diri individu
sedangkan layanan konseling kelompok merupakan layanan yang
memungkinkan individu memperoleh kesempatan untuk pembahasan
dan pengentasan masalah melalui dinamika kelompok dan masalah
yang dibahas adalah masalah yang dialami oleh masing-masing anggota
kelompok.
6. Layanan Konsultasi
Layanan konsultasi merupakan layanan konsleing yang
dialksanakan oleh konselor terhadap konseli yang memungkinkannya
memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu
dilaksanakannya dalam menangani kondisi atau permasalahan pihak
ketiga.
7. Layanan mediasi
Layanan mediasi adalah layanan yang membantu individu
menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.
Berdasarkan pemaparan tentang layanan bimbingan konseling
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya denganadanya layanan
bimbingan konsleing ini individu dapat memperoleh berbagai
pengetahuan, informasi bahkan solusi dari permasalahan yang sedang
dihadapinya.
2.8 Pendekatan Konseling Lansia
Pendekatan atau teori konseling merupakan instrumen yang digunakan
dalam menganalisi dan menetapkan teknik dan solusi apa yang harus
diberikan untuk penyelesaian masalah klien. Secara umum, dasar
pendekatan konseling diwarnai oleh tiga pendekatan, yaitu pendekatan
direktif, pendekatan non-direktif, dan pendekatan eklektik. Pendekatan
direktif cenderung memberikan arahan langsung kepada subjek yang
dilayani berkenan dengan pengembangan KES dan penanganan KEST.
Dalam pendekatan direktif ini konselor cenderung pada posisi sangat
aktif, sedang subjek yang dilayani lebih cenderung pasif dalam memahami
dan menerima berbagai hal dari konselor. Sebaliknya, dalam pendekatan
non-direktif konselor mendorong subjek yang dilayani untuk benar-benar
aktif, sebagaimana dikehendaki dalam asas kegiatan. Dalam pendekatan
non-direktif ini konselor berusaha sekuat tenaga menggerakkan subjek yang
dilayani untuk berpikir, merasa dan bertindak berkenaan dengan materi
yang dibahas dalam layanan konseling. Dalam pelaksanaan konseling
lansia, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan konseling eklektik,
artinya menggabungkan beberapa pendektaan untuk disesuaikan dengan
permasalahan klien.
Sementara itu Kartini Kartono (2000) memberikan saran, agar para
lansia tetap memiliki jiwa yang sehat dan tegar, maka para lansia harus:
1. Mau menerima kondisi diri apa adanya.
2. Usia tua harus disikapi sebagai sebuah keniscayaan dan harus dianggap
sebagai pengalaman baru.
3. Segala kebahagiaan dan puncak kehidupan yang sudah digariskan oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa, juga semua ujian dan duka nestapa sudah
dilalui dengan pasrah hati. Namun perjalanan hidup seterusnya masih
harus dilanjutkan dengan ketabahan dan tawakal. Sebab pada masa usia
tua ini masih saja ada misi-misi hidup yang harus diselesaikan sampai
tuntas; di samping harus memberikan kebaikan dan kecintaan kepada
lingkungan sekitar, misalnya berbuat kebaikan kepada anak-istri, cucu-
cucu, para tetangga, generasi penerus, masyarakat sekitar, dan lain-lain.
4. Usia tua harus diterima dengan kemantapan hati sebagai karunia dari
Tuhan Yang Maha Kuasa.
5. Pada usia tua ini, lansia harus lebih sabar dan tidak lagi bermimpi
melakukan hal-hal yang luar kemampuannya, walaupun harus tetap
berniat untuk selalu berbuat baik.
6. Tidak lagi melakukan perbandingan antara masa jayanya dulu dengan
kondisi barunya yang sekarang. Sebab hal itu hanya akan membuat
dirinya sedih dan kecewa.
7. Setiap hari lansia harus merasa semurni, seindah dan seringan bayi yang
baru lahir dan dilahirkan kembali di dunia dalam kedamaian spritual.
Segala masalah hidup akan dihadapi dengan hati yang lepas gembira
8. Lansia harus bisa membebaskan diri dari segala hawa nafsu, ambisi, dan
keinginan berkuasa, serta nafsu untuk memiliki. Apa yang didambakan
dalam usia yang seperti ini semestinya sesuatu yang bisa menghadirkan
ketenangan, kedamaian dan kesejukan hati.
9. Lansia harus mampu membebaskan diri dari segala bentuk ambivalensi
(kemajemukan).
10. Lansia harus menghadapi hidup ini dengan penuh senyuman dan
keberanian menghadapi masa akhir hayat.

Adapun beberapa pendekatan yang relevan dengan karakteristik lansia


adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Psikoanalisis Kalasik
Pedekatan psikoanalisis klasik merupakan salah satu pendekatan
konseling yang dicetuskan oleh Sigmund Frued. Pendekatan ini adalah
salah teori personaliti, yang paling banyak ditentang oleh ilmuan
psikologi Islam, karena dianggap terlalu merendahkan derajat manusia
yang identik dengan hewan, dan perilaku manusia dikendalikan oleh
nafsu syahwat. Berawal dari pro dan kontranya para ahli terhadap teori
ini, penulis lebih melihat dan memaknai pedekatan atau teori Sigmund
Freud dari dimensi penyebab perilaku salah suai individu yang akan
menjadi sumber permasalahan dalam bertingkah laku. Menurut
Psikoanalisis Klasik individu mengalami masalah karena disebabkan
oleh beberapa hal,yaitu;
a. Proses perkembanagn pada usia lima tahun pertama (0-5 tahun) atau
pola asuh yang salah pada usia keemasan anak,
b. Kondisi masa lalu yang tidak menyenangkan atau trauma di masa
lalu,
c. Ketidak singkronan antara fungsi id, ego dan superego.
Selain itu penulis juga menelaah bahwa yang dimaksud oleh
Frued id (nafsu atau dorongan/instink-instink, id yang berkitan
dengan doorongan pemuasan kebutuhan atau dorongan seksual
menurut Freud disini, penulis maknai dari sudut pandang psikologi,
bahwa dalam diri manusia terdapat kebutuhan-k untuk dapat
terpuaskan secara fisik dan psikis. Dalam teorinya Sigmun Freud
mengklasifikasikan tahapan yang penting dalam perkembangan
individu ada lima tahap, yaitu: tahap Oral, Anal, Falix, Laten dan
Genital.
Tujuan konseling menurut pendekatan psikonanalisa agar proses
reedukasi terhadap ego menjadi lebih realistik dan rasional. Maksudnya
adalah menjadikan hal-hal yang tidak disadari klien menjadi disadarinya.
Dalam hal ini konselor membantu klien menghidupkan kembali
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak dini dengan menembus konflik-
konflik yang direpresi. Setelah pengungkapan materi yang tidak disadari
dan mengganggu itu, kemudian konselor berusaha merasionalkan kesan-
kesan itu, sehingga klien menyadari bahwa kesan yang dibawanya tersebut
tidaklah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Strategi pokok dari konseling Psikoanalisis Klasik ini adalah
“khataris” yaitu adanya perasaan lega dan nyaman pada klien setelah
menyampaikan hal-hal yang selama ini sering ditekaknya, atau dismpannya.
Aplikasi pedekatan atau teori Psikoanalisis klasik dalam konseling terhadap
lansia adalah, pada tahap penjajakan maslah klien.

2. Pendekatan Konseling Realitas


Pensekatan konseling realitas merupakan pendekatan konseling yang
dikembangkan oleh Willean Gleser. Kebalikan dari teori psikoanalisi kalsik
pada pendekatan konseling realitas, justru lebih fokus terhadap kondisi masa
kini, atau masa sekarang, sehingga pendekatan ini sangat relevan di lakukan
pada tahap pembinaan masalah klien. Setelah dijajaki dengan menggunakan
teori psikoanalisis klaisk. Pandangan pendekatan realitas terhadap masalah
klien adalah individu bermasalah atau melakukan tingkah laku salah suai
jika
a. Kebutuhan dasarnya (kebutuhan sandang, pangan, papan
danbiologisnya tidak terpenuhi)
b. Kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi (kebutuhan akan cinta, kasih-
sayang, perhatian, rasa aman dan nyaman, kebutuhan untuk
mengembangkan diri).

Tujuan konseling berdasarkan pendekatan realitas adalah :


a. Right adalah kebenaran dari tingkah laku seseorang dengan standar
norma yang berlaku baik itu norma agama, hukum, dan lain-lain.
b. Reality adalah kenyataan, yaitu individu bertingkah laku sesuai dengan
kenyataan yang ada.
c. Responbility adalah bertanggung jawab, yaitu tingkah laku dalam
memenuhi kebutuhan dengan menggunakan cara yang tidak merugikan
orang lain.
Aplikasi pendekatan konseling realitas dalam proses konseling lansia
adalah kenyataan atau realitas bahwa kondisi lansia yang sudah memasuki
usia enam puluh tahun ke atas, dengan kondisi anak yang sudah besar atau
sudah dewasa bahkan sudah menikah dan punya kehidupan sendiri,
mengharuskan lansia untuk hidup sendiri, apalagi yang sudah ditinggal mati
pasangannya, kenyataan rill di lapangan pada umumnya lansia lebih nyaman
tinggal sendiri di rumahnya, dibandingan tinggal serumah dengan anak,
menantu dan cucunya, namun pilihan ini tentu menimbulkan berbagai
macam permasalahan baru, seperti rasa kesepian, rasa ketidakberdayaan,
kurang perhatian, artinya ini akan menjadi salah satu penyebab dari
permasalahan lansia, yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis dari
orang-orang terdekatanya, dan jika lansia tidak dapat merasionalkan atau
menerima kenyataan dengan penuh ksyukuran tentu hal ini akan menjadi
kondisi stressor yang berat, atau dapat menjadi penyebab defresi ringan
pada lansia. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut ada beberapa
teknik yang dapat dilakukan oleh konselor pada proses atau tahap
pembinaan atau penyelesaian masalah klien lansia dengan menggunakan
pendekatan konseling realitas, yaitu dengan teknik sebagai berikut:
a) Teknik Kontak Psikologis;
Penerapan teknik ini pada lansia dengan cara membina kedekatan,
dan keakraban pada lansia, dengan cara memposisikan diri sebagai
anak, atau cucu mereka, menunjukan rasa empathi yang dalam pada
mereka, serta keterlibatan langsung secara fisik maupun psikologi, jika
memungkinkan dan sesama jenis, bisa kita lakukan juga teknik kontak
fisik, seperti merangkul, menyalami, atau memeluk lansia, sehingga
akan tercipta hubungan emosional yang nyama, dan secara otomatis hal
ini akan menciptakan keterbukaan dna kesukarelaan pada lansia untuk
menyampaikan permasalahnya, dan juga membnatu menyelesaikan
masalhanya, karena lansia merasa ada orang yang memebrikan
perhatian, kasih sayang etrhadap kondisi mereka.
b) Berfokus pada kondisi sekarang dna tingkah laku klien
Penerapan dari teknik ini terhadap klien lansia adalah
memberikan pemahaman pada lansia, bahwa diri mereka tidak seperti
waktu muda dulu, artinya tidak mesti anak-anak mereka harus selalu
bersama mereka, dan harus mereka awasi, namun sebaliknya harus
mampu mengembangkan perilaku yang lebih bertanggungjawab dengan
menerima kenyataan bahwa merek asudah tua, dna anak-anak jg
amemiliki hak untuk bisa hidup mandiri.
3. Pendekatan Konseling Logotraphy (Religius)
Pendekatan konseling logoteraphy merupakan pendekatan konseling
yang dikembangkan oleh Viktor Frankl. Pendekatan Logoteraphy adalah
suatu proses terapi pengobatan atau penyembuhan untuk menemukan makna
hidup dan pengembangan spiritual seseorang. Jika Makna hidup berhasil
ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan
demikian berarti dan berharga, dan tentunya akan meminimlaisir persoalan
atau masalah dalam hidup. Panadangan pendekatan logoteraphy terhadap
masalah. Pendekatan logoteraphy merupakan pendekatan yang diadobsi dari
barat.

2.9 Langkah-langkah Konseling Seksualitas


Konseling menurut Friedman (2004). Langkah-langkah konseling menurut
Friedman (2004) adalah sebagai berikut :
a. Mengajukan pertanyaan kepada anggota keluarga yang sifatnya
menggali persoalan, perasaan mereka tentang masalah kesehatan dan
efek-efeknya terhadap keluarga.
b. Mendengar persoalan dan perasaan mereka secara empati,
menormalkan jika perlu.
c. Mendukung anggota keluarga dalam upaya koping mereka.
d. Membuat nasihat kesehatan dan penyakit menurut kebutuhan,
persoalan, dan perasaan keluarga yang unik.
e. Mengidentifikasi disfungsi keluarga dan melakukan rujukan untuk
memenuhi kebutuhan yang unik dari keluarga.

Model konseling relasi terpadu CACHO dari Gestalt (Geldard, 2011)


a. Komunikasi (C – Communication). Penggunaan pertanyaan-
pertanyaan sirkuler untuk berkomunikasi.
b. Kesadaran (A – Awareness). Para anggota keluarga dapat saling
berbagi gambaran satu sama lain, kesadaran mereka akan meningkat
bukan hanya mengenai pandangan dan kehidupan, tetapi juga
pandangan anggota keluarga lainnya.
c. Pilihan (CH – Choice). Ajakan konselor kepada klien agar bersedia
secara kolaboratif mencermati berbagai kebiasaan, kemungkinan
solusi, dan prospek pilihan untuk masa depan yang lebih mapan.
d. Hasil (O – Outcome). Saat keputusan untuk mengubah pemikiran dan
perilaku sudah dibuat, akan ada hasil dari sistem itu yang bisa diharap.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bimbingan adalah batntuan yang diberikan oleh seseorang yang telah
terlatih dengan baik serta memilki kepribadian dan pendidikan yang
memadai, bimbingan diberikan kepada individu dari berbagai kelompok
usia agar individu tersebut dapat mengelola kehidupannya sendiri,
mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri,
dan menanggung konsekuensi dari pilihan atau keputusan hidupyang telah
dibuatnya. Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam
memecahkan masalah kehidupan dengan wawancara, atau dengan cara-cara
yang sesuai dengan keadaan individu yang dhadapi untuk mencapai
kesejahteraan hidup.
Fungsi-fungsi itu banyak dan dapat dikelompokkan menjadi empat
fungsi, yaitu : Fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan,
fungsi pemeliharaan dan pengembangan, fungsi pemeliharaan dan
pengembangan. Pendekatan atau teori konseling lansia merupakan
instrumen yang digunakan dalam menganalisi dan menetapkan teknik dan
solusi apa yang harus diberikan untuk penyelesaian masalah klien. Secara
umum, dasar pendekatan konseling diwarnai oleh tiga pendekatan, yaitu
pendekatan direktif, pendekatan non-direktif, dan pendekatan eklektik.
3.2 Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas maka, penulis mengajukan
beberapa saran yang ditujukan kepada kelompok kami dan mengajak kepada
teman-teman maupun pembaca lain untuk menjadi bahan pertimbangan dan
masukan demi meningkatkan mutu dan kualitas kita sebagai masyarakat
yang peduli akan kesehatan dan perlu mempelajari secara mendalam tentang
konseling kesehatan reproduksi lansia\ dapat dilakukan dengan membaca
lebih lanjut buku- buku terkait.
DAFTAR PUSTAKA
http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JKI/article/download/2739/1925/diakses
pada 11 Oktober 2019 pukul 13.00
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnaliainponti
anak.or.id/index.php/alhikmah/article/download/847/456&ved=2ahUKEwij
0ci7rJ7lAhUJf30KHaLmDPMQFjABegQIARAB&usg=AOvVaw11507Pw
_Ikk1JtIMnmz5tl. Diakses pada 11 Oktober 2019 pukul 13.05
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://lib.ui.ac.id/file
%3Ffile%3Ddigital/20358735 TAOop %2520R ope. .pdf&ved
=2ahUKEwij0 ci7rJ7lAhUjf30 KHaLmDPMQFjA GegQICB A&
usg=AOvVaw3-37B2bcjSZHoPUTB4O7oE/. Diakses 15 Oktober 2019
pukul 19.00
LAMPIRAN

Catatan Evaluasi Petugas Konseling Lansia

CATATAN PETUGAS KONSELING LANJUT USIA


IDENTITAS No.
Registrasi :...........

Nama :...............................................................
Nama Panggilan :...............................................................
Agama :...............................................................
Pendidikan Terakhir :..............................................................
Pekerjaan :..............................................................
Suku :..............................................................
Jenis Kelamin : L/P
Tempat/Tanggal Lahir :..................................................(Umur ............ th)
Status : Kawin/Duda/Janda
Alamat :...............................................................
Tinggal di : Rumah sendiri/Bersama anak/Bersama cucu Nama
KonseloR :..........................................................
No Tanggal Kuluhan Masalah Utama Alternatif Keputusan
Pemecahan Tindakan
Masalah Klien
Lampiran 7 : Catatan Evaluasi Hasil Konseling Lansia
CATATAN EVALUASI HASIL KONSELING LANJUT USIA
IDENTITAS No. Registrasi
:.....................

Nama :...............................................................
Nama Panggilan :...............................................................
Agama :...............................................................
Pendidikan Terakhir :..............................................................
Pekerjaan :..............................................................
Suku :..............................................................
Jenis Kelamin : L/P
Tempat/Tanggal Lahir :..................................................(Umur ............ th)
Status : Kawin/Duda/Janda
Alamat :...............................................................
Tinggal di : Rumah
sendiri/Bersama anak/Bersama cucu Nama
Konselor
:..................................
............................

Tanggal/ Klasifikasi Komitmen Klien merasa Klien menunjukan


Konseling Kasus klien dalam puas dengan perubahan membaik
ke menjalankan proses setelah konseling
keputusan Konseling
Lampiran 3 : Rujukan Konseling Lansia
RUJUKAN KLIEN KONSELING
IDENTITAS No. Registrasi :...........

Nama :...............................................................
Nama Panggilan :...............................................................
Agama :...............................................................
Pendidikan Terakhir :..............................................................
Pekerjaan :..............................................................
Suku :..............................................................
Jenis Kelamin : L/P
Tempat/Tanggal Lahir :..................................................(Umur ............ th)
Status : Kawin/Duda/Janda
Alamat :...............................................................
Tinggal di : Rumah
sendiri/Bersama anak/Bersama cucu Nama
Konselor
:..................................
............................
Rujukan Keluhan Masalah Keputusan yang Tindakan Nama/Tand
ke- Utama Sudah Dilakukan Hasil rujukan a Tangan
Konseler
Lampiran 3 : Panduan Konseling bagi Lansia
PANDUAN KONSELING LANSIA DENGAN
PERUBAHAN FUNGSI SEKSUALITAS

1) Dapatkah Bapak/Ibu menjelaskan masalah apa yang


dihadapi terkait dengan perubahan fungsi seksualitasnya ?
2) Apakah Bapak/Ibu sudah melakukan tindakan pencegahan
perubahan fungsi seksualitas ?
3) Apakah penyebab belum melakukan tindakan pencegahan
secara optimal?
4) Apa yang diharapkan jika perubahan fungsi seksualitas
Bapak/Ibu dapat dipertahankan normal?
5) Apa kendala yang akan dihadapi untuk melakukan tindakan
pencegahan?
6) Bagaimana menghadapi kendala tersebut?
7) Apa upaya yang dilakukan untuk mencapainya?
8) Apa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi
Bapak/Ibu melakukan tindakan pencegahan perubahan
fungsi seksualitas ?
Lampiran 11 : Catatan Kegiatan Sehari-Hari Lansia
CATATAN KEGIATAN LANSIA
No Kegiatan Waktu

1 Makanan
Berg
izi dan
seimbang
2 Minum air putih
1.5 – 2 liter
3 Olah raga
teratur dan sesuai
4 Istirahat tidur yang
cukup
5 Menjaga
kebersihan
6 Minum suplemen

7 Memeriksa

kesehatan secara
teratur
8 Mental dan batin
tenang
9 Rekreasi

10 Hubungan antar
sesama yang
sehat
11 Kembali ke alam

12 Semua yang
dilakuk
an tidak
berlebihan
Lampiran 5 : Identifikasi Masalah Kesehatan dan Keluhan Lansia

CATATAN KEADAAN KESEHATAN DAN KELUHAN


TANGGAL KEADAAN KESEHATAN / KELUHAN
Lampiran 8 : Format Evaluasi Senam Kegel

PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

FORMAT EVALUASI SENAM KEGEL

HASIL
NO KEGIATAN DILAKUKAN TIDAK KET.
DILAKUKAN
1 Posisi awal : berdiri dengan
kedua kaki terbuka sejajar
pinggul. Punggung tegak,
bahu rileks, pandangan
tegak
2 Perlahan tekuk sedikit
kedua lutut dan lakukan
kontraksi, tahan dua detik
(hembuskan nafas dari
mulut). Posisi punggung
tegak, bahu rileks. Lalu
rilis (tarik nafas dari
hidung) sembil kembali
ke posisi awal. Lakukan
gerakan ini 10
kali, dengan dua kali
repetisi
3 Posisi awal : berdiri
dengan kedua kaki
terbuka sejajar bahu.
Tangan bertolak
pinggang, punggung tegak,
bahu rileks. Pandangan
tegak
4 Perlahan dorong pinggul ke
kanan,
kemudian ke belakang dan
ke kiri dengan perlahan
(seperti arah putaran jarum
jam)
5 Setelah memutar pinggul,
perlahan lakukan
kontraksi selama dua
detik dan rilis.
Lakukan gerakan ini
kembali dengan berputar
ke arah sebaliknya yaitu;
(berlawanan arah jarum
jam), lalu kontraksi dan
lepaskan ulang. Lakukan
kanan dan kiri bergantian
dau kali
bergantungan sebanyak
10 kali dengan dua kaki
repetisi
6 Posisi awal : berlutut
selebar nahu, kedua
telapak tangan di
belakang leher.
Panggung tegak,
pandangan ke depok
bahu rileks
7 Perlahan putar pinggul ke
kanan (tubuh bagian atas
tetap diam), bahu rileks
8 Putar ke belakang (tanpa
melengkungkan pinggang
dan punggung), lalu
lanjutkan dengan memutar
pinggul ke kanan
9 Lakukan kontraksi selama
dua detik lalu rilis.
Lakukan gerakan di atas
dengan kembali memutar
pinggul ke kiri dan kanan
bergantian sebanyak 10
kali , dua kali repetisi
HASIL
No Kegiatan DILAKUKAN TIDAK KET.
DILAKUKAN
10 Posisi awal: duduk tegak,
kaki terbuka sejajar
pinggul. Pandangan tegak,
kedua tangan lurus ke atas
sejajar telinga
11 Perlahan turunkan kedua
tangan ke depan sejajar
bahu. Punggung tetap
tegak.
Lakukan kontraksi dua
detik kemudian rilis.
Kembali keposisi awal.
Lakukan gerakan ini 10
kali, dua kali repetisi
12 Posisi awal : berbaring
terlentang, kedua lutut
ditekuk, telapak kaki
sejajar pinggul, kedua
telapak tangan di belakang
leher, pandangan lurus ke
depan. Seluruh punggung
rapat di matras
13 Perlahan jatuhkan
kedua lutut ke arah
kanan, sementara torso
tetap tegak
14 Lalu perlahan jatuhkan
lutut ke arah kiri
15 Kemudian tutup kedua
lutut rapat sambil kontraksi
dua detik dan rilis.
Lakukan gerakan ini 10
kali, dua kali repetisi
16 Posisi awal : berbaring
telungkup, bokong
menyentuh tumit telapak
kaki, tangan lurus ke
depan, dahi menyentuh
matras. Tahan 10-20 detik
17 Duduk bersila, kedua
tangan lurus ke atas,
bahu rileks, punggung
tegak, pandangan rulus
ke depan. Tahan 10-20
detik
18 Perlahan dorong ke
arah kanan tubuh
bagian atas (torso) dan
kedua tangan. Tahan
10-20 detik. Ulangi ke
arah kiri
19 Kaki kiri ditekuk, kanan
lurus. Putar torso ke arah
kiri dengan tangan kanan
menyentuh lantai di
belakang bokong kiri,
tangan kanan menarik
paha kaki kiri ke arah
dalam, pandangan ke kiri.
Tahan 10-20 detik ulangi
ke arah kanan

Anda mungkin juga menyukai