MAKALAH
Oleh :
Kelompok
Zainal Yusuf
Dia Rahmatillah
Ceria Bintang
Yunita Pratiwi
Desy Wulandari
Kelas D (Situbondo)
B. Keputusasaan
Sdr. A (24 tahun) didiagnosa oleh dokter menderita penyakit HIV setelah
bekerja di salah satu restoran yang ada di Jakarta sejak 4 tahun yang lalu. Ia merasa
hidupnya sudah tidak berguna lagi dan ia merasa hidupnya sudah tidak akan lama
lagi. Keluarganya selalu memberikan dukungan agar Sdr. A melakukan pengobatan
secara rutin dan percaya bahwa penyakitnya bisa disembuhkannamun, Sdr. A tidak
pernah menghiraukan dukungan dan semangat dari keluarganya, bahkan ia sering
mengurung diri di kamar, tidak mau makan dan uring-uringan pada setiap anggota
keluarga yang mencoba membujuknya. Tetangga sekitar rumahnya sering
menggunjingkan penyakit yang dialami Sdr.A sehingga ia merasa malu. Ia sering
mencoba menyakiti dirinya sendiri dan mencoba bunuh diri, sehingga ia dipasung
oleh keluarganya.
2.2 Pengertian
A. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau
tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau
tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit
mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi
(NANDA, 2011).
Menurut Nanda (2012) Ketidakberdayaan memiliki definisi persepsi bahwa
tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi hasil; persepsi kurang
kendali terhadap situasi saat ini atau situasi yang akan terjadi.
Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang
bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang
penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi.
Menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika
seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau
situasi tertentu.
Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua jenis ketidak-
berdayaan, yaitu;
a. Ketidakberdayaan situasional
Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin
berlangsung singkat.
b. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness)
Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan,
gaya hidup, dan hubungan.
B. Keputusasaan
Menurut NANDA (2015-2017), keputusasaan adalah keadaan subyektif ketika
seorang individu memandang keterbatasan atau tidak adanya pilihan alternative serta
tidak mampu memobilisasi energy untuk kepentingannya sendiri. Keputusasaan
menurut NANDA ini memiliki beberapa batasan karakteristik, diantaranya: gangguan
pola tidur, kurang inisiatif, pasif, meninggalkan orang yang diajak bicara, penurunan
selera makan, kurang kontak mata, dan sebagainya. Factor-faktor yang berhubungan
yakni: isolasi soasial, penurunan kondisi fisiologis, stress jangka panjang, serta
kehilangan nilai kepercayaan.
Keputusasaan merupakan suatu keadaan emosional yang dialami ketika individu
merasa kehidupannya sangat berat untuk dijalani dan dirasa mustahil. Seseorang
tersebut tidak akan memiliki harapan untuk memperbaiki kehidupannya, tidak
memiliki solusi untuk masalah yang dialaminya dan ia merasa tidak aka nada orang
yang dapat membantuya menyelesaikan masalahnya (Carpenito, 563).
Keputusasaan ini berbeda dengan ketidakberdayaan. Orang yang merasa utus asa
tidak mampu melihat adanya solusi untuk masalah yang dihadapinya dan tidak
menemukan cara untuk mencapai sesuatu hal yang diinginkan. Sedangkan
ketidakberdayaan adalah seseorang menemukan solusi masalahnya namun memiliki
keterbatasan untuk melakukannya akibat kurangnya kontrol terhadap kejadian atau
situasi tertentu.
ISOLASI SOSIAL
Biologi : Psikologis : Sosial budaya :
- Genetik - Intelegensia - Umur dan jenis kelamin
- Status nutrisi - Keterampilan verbal - Pendidikan
- Paparan racun - Moral kepribadian - Latar belakang budaya
Timing : Number :
Nature : Origin :
Kapan terjadinya, Stresor akan sulit diatasi
- Biologis Internal atau
berapa lama individu apabila beberapa stressor
- Psikologis eksternal
terpapar stressor, dan yang terjadi secara
- Sosiokultural individu
berapa sering bersamaan.
mengalami stressor
SUMBER KOPING
Kontruksif Destruktif
MEKANISME KOPING
RENTANG RESPON
EMOSIONAL
2.5.2 Keputusasaan
A. Medis
1. Psikofarmaka
Terapi ini menggunakan obat-obatan yang membantu mengurangi atau
meminimalkan gangguan keputusasaan pada pasien.
2. Psikoterapi
Terapi kejiawaan menjadi hal yang penting untuk diberikan pada pasien
setelah pasien meneripa terapi psikofarmaka.
a. Psikoterapi Suportif
Terapi ini diberikan dengan tujuan memberikan motivasi serta semangat
sehingga pasien tidak mengalami putus asa untuk berjuang hingga
mencapai kesembuhannya.
b. Psikoterapi Re-eduktif
Terapi ini dimaksudkan emmberikan pendidikan ulang guna
memperbaiki kesalahan pendidikan sebelumnya.
c. Psikoterapi Rekonstruktif
Terapi ini berguna untuk memperbaiki kepribadian yang sudah rusak
untuk dikembalikan seperti kepribadian sebelum mengalami sakit.
d. Psikoterapi Kognitif
Guna mengembalikan kemampuan dan fungsi kognitif pasien, daya piker
dan daya ngat pasien sehingga pasien dapat membedakan hal baik dan
buruk.
e. Psikoterapi Perilaku
Terapi ini bermaksud mengembalikan perilaku pasien agar pasien
mampu menyesuaikan diri dengan keluarga serta lingkungannya.
3. Terapi Psikososial
Terapi ini diberikan agar pasien dapat kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya dan mampu merawat dirinya agar tidak lagi bergantung
pada orang lain dan tidak menjadi beban keluarganya. Pasien yang menjalani
terapi ini hendaknya masih menjalani terapi farmaka.
4. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan jiwa.
Terapi ini berbentuk sembahyang, memanjatkan doa, puji-pujian kepada
Tuhan, ceramah keagamaan, membaca kitab suci, dan rehabilitasi. Kegiatan
rehabilitasi dimaksudkan agar pasien siapdikembalikan lagi ke keluarga serta
lingkungannya
B. Keperawatan
1. Bantu klien mengenali masalah keputusasaan (penyebabnya, tanda
gejalanya, dampaknya, penanganannya)
2. Fasilitasi klien untuk dapa mengungkapkan perasaan dan keputusasaannya
3. Bantu klien untuk identifikasi tujuan yang realistis dengan kemampuannya
4. Identifikasi sumber dukungan dan alternative pilihan untuk membantu
memecahkan masalah klien, keuntungan, kerugian dari setiap solusi yang
ditetapkan
5. Identifikasi dan latih kemampuan positif pasien
6. Afirmasi positif dan reinforcement positif
7. Identifikasi adanya ide-ide atau rencana bunuh diri pada pasien
8. Berikan terapi Acceptance Commitment Therapy (ACT)
9. Bantu pasien meningkatkan koping, beradaptasi dengan stressor, perubahan
atau ancaman dalam kehidupanBerikan konseling untuk membantu pasien
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi
10. Manajemen perasaan, berikan keamanan pada pasien, stabilisasi, pemulihan
dan pemeliharaan pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik
depresi maupun peningkatan alam perasaan.
BAB 3. Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Capernito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis
Edisi 9 alih bahasa Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna & Akemat. 2007. Model Praktik Keperawatan ```professional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Puwati, Susi. 2013. Analisis Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Masalah Kesehatan
Masyarakat Perkotaan: Ketidakberdayaan pada Klien dengan Gangguan
Penggunaan Opiat di RSKO Jakarta. Jakarta: Universitas Indonesia.