Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

H DENGAN
MALNUTRISI (MARASMUS)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah keperawatan luka

Disusun oleh :

 Muhamad Herdiansyah : 12 17 0029

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INDONESIA

(STKINDO) WIRAUTAMA

BANDUNG

2021
KONSEP DASAR MARMUS

A. Pengertian

1. Marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein energi karena kelaparan, semua

unsur diet kurang. Hal ini dikarenakan masukan kalori yang tidak adekuat, diet

“Faddy”, penyakit usus menahun, kelainan metabolik/infeksi menahun separti

tuberkulosis. (Pincus catzel dan Ian roberts, 1991 : 106).

2. Marasmus adalah bila kekurangan kalori dalam diet yang berlangsung lama yang

akan menimbulkan gejala undernutrition yang sangat ekstrim. (FKUI, 1985 :

361).

3. Marasmus adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena rendahnya

konsumsi energi kalori dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga

mengakibatkan tidak adekuatnya intake kalori yang dibutuhkan oleh tubuh.

( Nelson, 1999 : 298 ).

4. Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini

merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit

infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri

yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.

( http://dokterfoto. com, diperoleh tanggal 4 Juni 2008).

B. Etiologi

Menurut Behrman (1999: 122) etiologi marasmus antara lain:

1. Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat kekurangan dalam susunan

makanan.
2. Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pada hubungan

orang tua-anak yang terganggu atau sebagai akibat kelainan metabolisme atau

malformasi bawaan.

3. Gangguan setiap sistem tubuh yang parah dapat mengakibatkan terjadinya

malnutrisi.

4. Disebabkan oleh pengaruh negatif faktor-faktor sosioekonomi dan budaya yang

berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang

negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik malabsorpsi protein, hilangnya

protein air kemih ( sindrom neprofit ), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit

hati.

C. Tanda dan Gejala

Menurut FKUI (1985 : 361), Ngastiyah (2005 : 259) dan Markum (1991 : 166)

tanda dan gejala dari marasmus adalah :

1. Anak cengeng, rewel, dan tidak bergairah.

2. Diare.

3. Mata besar dan dalam.

4. Akral dingin dan tampak sianosis.

5. Wajah seperti orang tua.

6. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu.

7. Terjadi pantat begi karena terjadi atrofi otot.

8. Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput dan turgor kulit jelek..

9. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.

10. Nadi lambat dan metabolisme basal menurun.


11. Vena superfisialis tampak lebih jelas.

12. Ubun-ubun besar cekung.

13. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol.

14. Anoreksia.

15. Sering bangun malam.

D. Patofisiologi

Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan

manghilangkan lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian

merupakan prosesn fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh

memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan cadangan protein digunakan

juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran jaringan pada

defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga

untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam

amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat

kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih

dapat membentuk cukup albumin. (Ngastiyah, 2005 : 259).

E. Pathway
 

F. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Markum : 1999 : 168) defisiensi

Vitamin A, infestasi cacing, dermatis tuberkulosis, bronkopneumonia, noma,

anemia, gagal tumbuh serta keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor.

a. Defisiensi Vitamin A

Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi yang

terganggu. Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita malnurtrisi, sering

terjangkit infeksi enteritis, salmonelosis, infeksi saluran nafas) atau pada penyakit

hati. Karena Vitamin A larut dalam lemak, masukan lemak yang kurang dapat

menimbulkan gangguan absorbsi.

b. Infestasi Cacing
Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi infeksi

khususnya gastroenteritis. Pada anak dengan gizi buruk/kurang gizi investasi

parasit seperti cacing yang jumlahnya meningkat pada anak dengan gizi kurang.

c. Tuberkulosis

Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkolosis, anak akan

membentuk “tuberkolosis primer”. Gambaran yang utama adalah pembesaran

kelenjar limfe pada pangkal paru (kelenjar hilus), yang terletak dekat bronkus

utama dan pembuluh darah. Jika pembesaran menghebat, penekanan pada bronkus

mungkin dapat menyebabkanya tersumbat, sehingga tidak ada udara yang dapat

memasuki bagian paru, yang selanjutnya yang terinfeksi. Pada sebagian besar

kasus, biasanya menyembuh dan meninggalkan sedikit kekebalan terhadap

penyakit ini. Pada anak dengan keadaan umum dan gizi yang jelek, kelenjar dapat

memecahkan ke dalam bronkus, menyebarkan infeksi dan mengakibatkan

penyakit paru yang luas.

d. Bronkopneumonia

Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan kelemahan otot

yang menyeluruh atau menderita poliomeilisis dan kelemahan otot pernapasan.

Anak mungkin tidak dapat batuk dengan baik untuk menghilangkan sumbatan

pus. Kenyataan ini lebih sering menimbulkan pneumonia, yang mungkin

mengenai banyak bagian kecil tersebar di paru (bronkopneumonia).

e. Noma

Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikasi kekurangan kalori-

protein berat yang perlu segera ditangani, kerena sifatnya sangat destruktif dan
akut. Kerusakan dapat terjadi pada jaringan lunak maupun jaringan tulang sekitar

rongga mulut. Gejala yang khas adalah bau busuk yang sangat keras. Luka

bermula dengan bintik hitam berbau diselaput mulut. Pada tahap berikutnya bintik

ini akan mendestruksi jaringan lunak sekitarnya dan lebih mendalam. Sehingga

dari luar akan terlihat lubang kecil dan berbau busuk.

G. Pemeriksaan Penunjang

1.Menurut FKUI (1985:364) pada pemeriksaan laboratorium memperlihatkan :

a. Karena adanya kelainan kimia darah, maka :

1) kadar albumin serum rendah

2) kadar globumin normal atau sedikit tinggi

3) peningkatan fraksi globumin alfa 1 dan globumin gama

4) kadar globumin beta rendah

5) kadar globumin alfa 2 menetap

6) kadar kolesterol serum menurun

7) uji turbiditas timol meninggi

b. Pada biopsi hati ditemukan perlemahan yang kadang-kadang demikian hebatnya

sehingga hampir semua sela hati mengandung vakual lemak besar. Sering juga

ditemukan tanda fibosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononukleus.

c. Pada hasil outopsi penderita kwashiorkor yang berat menunjukan hampir semua

organ mengalami perubahan seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang

dan sebagainya.

2. Menurut Markum (1996:167) pada pemeriksaan

a. Laboratorium menunjukan
1) Penurunan badan albumin, kolesterol dan glukosa dalam serum

2) Kadar globumin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan albumin dan

globumin dapat terbalik kurang dari 1.

3) Kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih rendah daripada asam amino

non esensial.

4) Umumnya kadar imunoglubin serum normal atau meningkat.

5) Kadar Ig A serum normal, kadar Ig A sekretori rendah.

6) Uji toleransi glukosa menunjukan gambaran tipe diabetik.

7) Pemeriksaan air kemih menunjukan peningkatan sekresi hidroksiprolin dan adanya

aminoasi dunia.

b. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis dan

infiltrasi sel mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua selhati

mengandung vakual lemak yang besar.

c. Pemeriksaan outopsi menunjukan kelainan pada hampir semua organ tubuh,

seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi virus usus, detrofi

sistem limfold dan atrofi kelenjar timus.

d. Pada pemeriksaan otopometri berat badan dibawah 90%, lingkar lengan di

bawah 14 cm.

H. PENATALAKSANAAN

Menurut Mansjoer (2000 : 514 – 517) penatalaksanan marasmus adalah :

1. Atasi / cegah hipoglikemia

Periksa gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila <>oC, suhu rektal 35,5 oC).

Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah kondisi tersebut.
2. Atasi/cegah hipotermia

Bila suhu rektal <>oC

a. Segera beri makanan cair/fomula khusus.

b. Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala.

3. Atasi/cegah dehidrasi

Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati dengan tetesan pelan-pelan

untuk mengurangi beban sirkulasi dan jantung.

4. Koreksi gangguan keseimbang elektrolit

Pada marasmus berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar natrium

plasma rendah.

a) Tambahkan Kalium dan Magnesium dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan

ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1 liter

formula.

5. Obati / cegah infeksi dengan pemberian antibiotik

6. Koreksi defisiensi nitrien mikro, yaitu dengan :

Berikan setiap hari :

1). Tambahkan multivitamin.

2). Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).

3). Seng (Zn) 2 mg/KgBB/hari.

4). Bila berat badan mulai naik berikan Fe (zat besi) 3 mg/KgBB/hari.

5). Vitamin A oral pada hari 1, 2, dan 14.

Umur > 1 tahun : 200 ribu SI (satuan Internasional).

Umur 6-12 bulan : 100 ribu SI (satuan Internasional).


Umur 0-5 bulan : 50 ribu SI (satuan Internasional).

6). Mulai pemberian makan

Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan harus dirancang

sedemikian rupa sehingga cukup energi dan protein untuk memenuhi metabolisme

basal.

I. Pencegahan

Tindakan pencegahan terhadap marasmus menurut (Lubis, U.N.http:

//www.cermin dunia kedokteran. diperoleh tanggal 4 Juni 2008) dapat dilaksanakan

dengan baik bila penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan

prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi,

antara lain :

1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi

yang paling baik untuk bayi.

2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun

ke atas.

3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan

kebersihan perorangan.

.4. Pemberian imunisasi.

5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.

6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan

usaha pencegahan jangka panjang.

7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis

kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN MARASMUS

A. Pengkajian

1. Identitas

a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan

klien tentang : nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien,

tujuan waktu, tempat, pertemuan, dan topik yang akan dibicarakan.

b. Usia dan nomor Rekam Medik.

c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat.

2. Alasan Masuk

a. Tanyakan kepada klien / keluarga yang datang :

b. Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?

3. Focus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :

a. Data Subjektif

1) Rasio berat badan

a) Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.

b) BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan & bentuk tubuh yang

normal.
2) Tinggi aktivitas

Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus. Anak tampak

lesu dan tidak bergairah & pada anak yang lebih tua terjadi penurunan

produktivitas kerja.

3) Masukan atau intake nutrisi

a) Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah harian yang

dianjurkan.

b) Melaporkan / terlihat kurang makan.

4) Diet

Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.

5) Pengetahuan tentang nutrisi

Memperlihatkan / terobservasi kurangnya pengetahuan dalam perilaku

peningkatan kesehatan.

b. Data Objektif

1) Data umum

a) Perubahan rambut

Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus, panjang, halus, mudah

lepas bila ditarik).

b) Warna kulit lebih muda

Seluruh tubuh / lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna lebih muda

daripada warna kulit anak sehat.

c) Tinja encer

Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.


d) Adanya ruam “bercak bersepih”

Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang

sangat muda / bahkan ulkus di bawahnya.

e) Gangguan perkembangan & pertunbuhan

f) Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang mengandung kalori

dan protein.

g) Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.

h) Adanya anemia yang berat

Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan

berbagai vitamin.

i) Mulut dan gigi

Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.

j) Kaji adanya anoreksia, mual.

1. Assessment

1. Identity

a. Nurses caring for clients doing introductions & contact with the client regarding: the

nurse's name, client name, call the nurse, client calls, destination time, place,

meetings, and topics to be discussed.

b. Age and Medical Record number.

c. Students write the source data in the can.

2. Reasons Login

a. Ask the client / family to come:

b. What causes the client / family to come to this hospital?


3. Focus assessment of marasmus by Mi Ja Kim are:

a. Subjective Data

1) The ratio of body weight

a) Loss of BB with adequate food intake.

b) BB 20% or more below the ideal weight for height & normal body shape.

2) High activity of

The reduced activity seen in most cases of marasmus. Child seems lethargic and listless

& the older children decreased work productivity.

3) Enter or nutrient intake

a) Reported inadequate food intake is less than the recommended daily amount.

b) Reporting / look underfed.

4) Diet

Reported changes in taste food.

5) Knowledge of nutrition

Show / observed a lack of knowledge in health promotion behaviors.

b. Objective Data

1) General Data

a) Changes in hair

The color is younger (brown, reddish and straight, long, smooth, easy to loose if pulled).

b) The color of the skin younger

The whole body / more often in the face, the color may reveal younger skin color than

healthy children.

c) watery stools

Absorption due to eating disorders, especially sugar.

d) There was a rash "spotting bersepih"


Dark stain on the skin, when peeled off leaving the skin color of the very young / and

even ulceration underneath.

e) Developmental disabilities & pertunbuhan

f) The loss in muscle & fat under the skin because the food contains less calories and

protein.

g) The belly or concave with a clear picture of the intestine.

h) The existence of severe anemia

Lack of consumption of foods containing iron, folic acid and various vitamins.

i) Mouth and teeth

The existence of injury marks on the corners of the mouth.

j) Assess the presence of anorexia, nausea.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

yang kurang.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.

4. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan

pengobatanberhubungan dengan kurangnya informasi.

B. Nursing Diagnosis

1. Nutrition imbalance less than body requirements related to the intake is less.

2. Damage to the integrity of the skin associated with changes in nutritional status.

3. Risk of infection associated with decreased immune system.

4. Developmental delays associated with malnutrition.


5. Lack of knowledge about the

condition, diit, maintenance, and pengobatanberhubunganwith the lack of information.

C. Fokus Intervensi

1. Diagnosa : Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan

dengan intake yang kurang.

NOC : status nutrisi : intake nutrisi dan cairan.

Kriteria hasil :

a Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan berat badan ideal sesuai

dengan tinggi badan.

b Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.

c Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

d Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

Skala Nilai :

1 : tidak pernah menunjukkan

2 : jarang menunjukkan

3 : kadang-kadang menunjukkan

4 : sering menunjukkan

5 : selalu menunjukkan

NIC : Nutrition Monitoring

Intervensi :

1. BB pasien dalam batas normal.

2. Monitor adanya penurunan berat badan.

3. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi.


4. Monitor turgor kulit.

5. Monitor kekeringan,rambut kusam dan mudah patah.

6. Monitor pertumbuhan dan perkembangan.

7. Monitor kalori dan intake nutrisi.

C. focus Intervention

1. Diagnosis: Nutrition imbalance of less than tubuhberhubungan needs with less intake.

NOC: nutritional status: nutritional and fluid intake.

Expected outcomes:

a There is an increasing weight in accordance with the purpose of ideal weight according

to height.

b Able to identify nutritional needs.

c No sign of malnutrition.

d No significant weight loss.

Rating Scale:

1: never show

2: rarely show

3: sometimes shows

4: often show

5: always show

NIC: Nutrition Monitoring

intervention:

1. BB patients within normal limits.

2. Monitor change in body weight.

3. Monitor dry skin and pigmentation changes.
4. Monitor skin turgor.

5. Monitor drought, dull and brittle hair.

6. Monitor growth and development.

7. Monitor calories and nutritional intake.

2. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.

NOC : Tissue Integrity : skin and mucous membranes.

Kriteria hasil :

a. Integritas kulit yang baik bias dipertahankan.

b. Tidak ada luka / lesi pada kulit.

c. Perfusi jaringan baik.

d. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya

cedera berulang.

e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan

alami.

Skala Nilai :

1 : tidak pernah menunjukkan

2 : jarang menunjukkan

3 : kadang menunjukkan

4 : sering menunjukkan

5 : selalu menunjukkan

NIC : Tissue integrity;skin and mucous.

Intervensi :

1. Monitor kulit akan adanya kemerahan.

2. Oeskan lotion pada derah yang tertekan.


3. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali.

4. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.

2. Diagnosis: Damage to the integrity of the skin associated with changes

in nutritionalstatus.

NOC: Tissue Integrity: Skin and mucous membranes.

Expected outcomes:

a. A good skin integrity is maintained biased.

b. No injuries / lesions on the skin.

c. Good tissue perfusion.

d. Demonstrate an understanding in the process of skin repair and

prevent recurring injury.

e. Able to protect skin and maintain moisture levels and natural treatments.

Rating Scale:

1: never show

2: rarely show

3: sometimes shows

4: often show

5: always show

NIC: Tissue Integrity: Skin and mucous.

intervention:

1. The monitor will be a reddish skin.

2. Oeskan of Regional lotion in distress.
3. Mobilization of the patient every 2 hours.

4. Keep your skin clean and dry to keep them clean.

3. Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun

NOC : Risk Control

Kriteria hasil :

a. Kenali faktor resiko infeksi

b. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko.

c. Monitor perubahan status kesehatan.

d. Mendorong gaya hidup status kesehatan (dari status kesehatan yang buruk ke status

kesehatan yang baik).

e. Menunjukan perilaku hidup sehat.

Skala Nilai :

1 : tidak pernah dilakukan

2 : jarang dilakukan

3 : kadang dilakukan

4 : sering dilakukan

5 : selalu dilakukan

NIC : Infection Protection

Intervensi :

1. Monitor tanda dan gejala infeksi.

2. Monitor kerentanan terhadap infeksi.

3. Batasi pengunjung.
4. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan dan panas.

5. Ajarkan cara menghindari infeksi.

6. Instrusikan pasien untuk minum obat antibiotik sesuai resep.

3. Diagnosis: Risk of infection associated with decreased immune

NOC: Risk Control

Expected outcomes:

a. Recognize the risk factors of infection

b. Changing your lifestyle to reduce risk.

c. Monitor changes in health status.

d. Lifestyle encourages health status (from poor health status to good health status).

e. Show healthy behavior.

Rating Scale:

1: is never done

2: rarely done

3: sometimes performed

4: frequent

5: always be done

NIC: Infection Protection

intervention:

1. Monitor signs and symptoms of infection.

2. Monitor susceptibility to infection.

3. Limit visitors.

4. Inspection of skin and mucous membranes of the redness and heat.

5. Teach how to avoid infection.

6. Instrusikan patients to take medication as prescribed antibiotic.


4. Diagnosa : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan denganmalnutrisi

NOC : Neglect Recorvery

Kriteria hasil :

a. Nutrisi adekuat.

b. Mendapatkan diet yang dianjurkan.

c. Pertumbuhan & perkembangan dalam batas normal.

d. Kemampuan kognitif dalam batas yang sesuai.

e. Mendapat perawatan yang sesuai.

Skala Nilai :

1 : tidak pernah menunjukkan

2 : jarang menunjukkan

3 : kadang menunjukkan

4 : sering menunjukkan

5 : selalu menunjukkan

NIC : Management behavior

Intervensi :

1.Gunakan suara yang lembut dan pelan dalam berbicara dengan pasien.

2. Tingkatkan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan.

3. Diskusikan dengan keluarga untuk membuat dasar kognitif prainjury.

4. Buat rutinitas untuk pasien.

5. Hindari untuk menyudutkan pasien.

6. Hindari untuk membantah pasien.


4. Diagnosis: Delay in growth and development of related denganmalnutrisi

NOC: Neglect Recorvery

Expected outcomes:

a. Adequate nutrition.

b. Getting the recommended diet.

c. Growth & development within normal limits.

d. Cognitive abilities within appropriate limits.

e. Receive appropriate treatment.

Rating Scale:

1: never show

2: rarely show

3: sometimes shows

4: often show

5: always show

NIC: Management behavior

intervention:

1.Gunakan voice soft and gentle in talking with patients.

2. Increase your physical activity according to ability.

3. Discuss with the family to make a basic cognitive prainjury.

4. Create a routine for patients.

5. Avoid cornering the patient.

6. Avoid to deny the patient.

5. Diagnosa : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

NOC : Knowledge : disease process


Kriteria hasil :

a. Menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program

pengobatan.

b. Mampu malaksanakan prosedur yang dijelaskan.

c. Mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnya.

Skala Nilai :

1 : tidak pernah dilakukan

2 : jarang dilakukan

3 : kadang dilakukan

4 : sering dilakukan

5 : selalu dilakukan

NIC : Teaching ;Disease Process

Intervensi :

1.Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit.

2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit.

3. Gambarkan proses penyakitnya.

4. sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara tepat.

5. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.

D. Evaluasi

1 Diagnosa : Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang kurang.

Kriteria hasil : Skala


a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan berat 5

badan ideal sesuai dengan tinggi badan. 5


b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi. 5

c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. 5

d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.


2 Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.

Kriteria hasil : Skala


a. Integritas kulit yang baik bias dipertahankan. 5

b. Tidak ada luka / lesi pada kulit. 5

c. Perfusi jaringan baik. 5

d. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan 5

mencegah terjadinya cedera berulang. 5

e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan

kulit dan perawatan alami.


3 Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun

Kriteria hasil : Skala


a. Kenali faktor resiko infeksi 5

b. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko. 5

c. Monitor perubahan status kesehatan. 5

d. Mendorong gaya hidup status kesehatan (dari status 5

kesehatan yang buruk ke status kesehatan yang baik). 5

e. Menunjukan perilaku hidup sehat.


4 Diagnosa : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan denganmalnutrisi

Kriteria hasil : Skala


a. Nutrisi adekuat. 5

b. Mendapatkan diet yang dianjurkan. 5

c. Pertumbuhan & perkembangan dalam batas normal. 5

d. Kemampuan kognitif dalam batas yang sesuai. 5


e. Mendapat perawatan yang sesuai. 5
5 Diagnosa : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya informasi.

Kriteria hasil : Skala


a. Menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, 5

prognosis, dan program pengobatan. 5

b. Mampu malaksanakan prosedur yang dijelaskan. 5

c. Mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat /

tim kesehatan lainnya.

 Diagnosis: Nutrition imbalance less than body requirements related

to the intake is less.

Expected outcomes: Scale

a. An increase in body weight in accordance with the purpose

of ideal weight according toheight.

b. Able to identify nutritional needs.

c. No signs of malnutrition.

d. Weight loss did not occur significantly.

2 Diagnosis: Damage to the integrity of the skin associated with

changes in nutritionalstatus.

Expected outcomes: Scale

a. A good skin integrity is maintained biased.

b. No injuries / lesions on the skin.

c. Good tissue perfusion.

d. Demonstrate an understanding in the process of skin repair and

prevent recurring injury.

e. Able to protect skin and maintain moisture levels and natural


treatments.

3 Diagnosis: Risk of infection associated with decreased immune

Expected outcomes: Scale

a. Recognize the risk factors of infection

b. Changing your lifestyle to reduce risk.

c. Monitor changes in health status.

d. Lifestyle encourages health status (from poor health

status to good health status).

e. Show healthy behavior.

4 Diagnosis: Delay in growth and development

of related denganmalnutrisi

Expected outcomes: Scale

a. Adequate nutrition.

b. Getting the recommended diet.

c. Growth & development within normal limits.

d. Cognitive abilities within appropriate limits.

e. Receive appropriate treatment.

5 Diagnosis: Lack of knowledge about the

condition, diit, care, and treatment related to the lack of

information.

Expected outcomes: Scale

a. Stating understanding of the disease, condition, prognosis, and

treatment programs.

b. Able malaksanakan procedure described.

c. Able to explain again what was described nurses / other health


team.
BAB IV

PENUTUP

Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemui

pada balita terutama di daerah perkotaan. Penyebabnya merupakan multifaktorial

antara lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan untuk menentukan

penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit yang lalu.

Pencegahan terhadap marasmus ditujukan pada penyebab dan memerlukan

pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah

pemberian diet, tinggi kalori dan tinggi protein, dan penatalaksanaan di rumah

sakit dibagi atas tahap awal, tahap penyesuaian, dan rehabilitasi. 

Kian banyaknya temuan kasus gizi buruk, baik kwashiorkor, maramus maupun

marasmus kwashiorkor menunjukkan bahwa persoalan gizi di Indonesia belum

dapat menorehkan tinta emas. Revitalisasi posyandu dan sosialisasi akan

kesadaran gizi masyarakat tampaknya perlu terus digaungkan agar penapisan

terhadap status gizi dapat berlangsung lebih dini.

(http://dokterfoto.com/2008/04/06/marasmus)

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol

1.Jakarta:EGC

Johnson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby


Lubis, N. U. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar Pada

Balita.http://www.cermin dunia kedokteran.com. diperoleh tanggal 4 Juni 2008

Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2.Jakarta:

Media Aescullapius.

Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.

McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Interventions Classification

(NIC).Mosby

NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi

& Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima Medika

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC

No Name. 2008. Marasmus. http://www.dokterfoto.com. diperoleh tanggal 4

Juni 2008

Staf pengajar ilmu keperawatan anak. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan

Anak. Jakarta : FKUI.

1. Activity intolerance related to impaired oxygen transport system

secondary to malnutrition. (Carpenito, 2001:3)

2. Excess fluid volume related to lower protein intake (malnutrition).

(Carpenio, 2001:143).

3. Deficient fluid volume related to diarrhea. (Carpenito, 2001:140)

4.

Anda mungkin juga menyukai