Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia serta taufik hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ASKEP
MULTIPLE SCLEROSIS”.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan yang jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kami berharap adanya saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat.Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
terhadap pembaca.                                                                               
Jombang ,3 Desember 2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................iii

BAB I  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah................................................................................5

1.3 Tujuan.................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Multiple Sclerosis..................................................................6

2.2 Klasifikasi...........................................................................................6

2.3 Etiologi.................................................................................................7

2.4Manifestasi Klinik.................................................................................8

2.5 Patofisiologi...........................................................................................9

2.6 Pathway.................................................................................................10

2.7 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................10

2.8 Penatalaksaan.........................................................................................10

2.9 Therapi...................................................................................................11
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian………………………………………………………….13

3.2 Diagnosa keperawatan……………………………………………..15

3.3 Intervensi dan Rasional……………………………………………..16

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan...........................................................................................34

4.2 Saran.......................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sklerosis multipel adalah suatu penyakit oto imun yang ditandai oleh pembentukan
antibodyterhadap myelin susunan saraf pusat. System saraf perifer tidak terkena. Respon
peradangan berperan menimbulkan penyakit dengan menyebabkan pembengkakan dan edema
yang merusakneuron neuron dan menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada mielin.

Sklerosis multipel merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai detik ini
belumditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %. Sklerosis
multipelmemang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi
orang laintetapi juga bagi penderitanya sendiri. Gejala gejala yang timbul terjadi secara tiba tiba
dan biasahilang lagi secara sekejap. Atau menetap selama berhari hari atau berminggu minggu
atau bahkan berbulan bulan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah Sklerosis Multipel itu ?

1.2.2 Bagaimanakah Etiologi Sklerosis Multipel ?

1.2.3 Bagaimanakah Klasifikasi Sklerosis Multipel ?

1.2.4 Bagaimanakah Patofisiologi Sklerosis Multipel ?

1.2.5 Bagaimanakah Manifestasai Klinis Sklerosis Multipel ?

1.2.6 Bagaimanakah Komplikasi Sklerosis Multipel ?

1.2.7 Bagaimanakah Pemeriksaan diagnostik Sklerosis Multipel ?

1.2.8 Bagaimanakah Penatalaksanaan Sklerosis Multipel ?

1.2.9 Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada klien dengan Sklerosis Multipel ?


1.3 Tujuan Penulisan

Setelah pembahasan asuhan keperawatan klien dengan sclerosis multipel mahasiswa/idiharapkan


mampu :

1.3.1 Menjelaskan Pengertian Sklerosis Multipel

1.3.2 Menjelaskan Etiologi Sklerosis Multipel

1.3.3 Menjelaskan Klasifikasi Sklerosis Multipel

1.3.4 Menjelaskan Patofisiologi Sklerosis Multipe

l1.3.5 Menjelaskan Manifestasai Klinis Sklerosis Multipel

1.3.6 Menjelaskan Komplikasi Sklerosis Multipel

1.3.7 Menjelaskan Pemeriksaan diagnostik Sklerosis Multipel

1.3.8 Menjelaskan Penatalaksanaan Sklerosis Multipel

1.3.9 Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Sklerosis Multipel


BAB II

KONSEP TEORITIS PENYAKIT

2.1 Definisi Multiple Sclerosis

Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (SSP) kronis yang
meliputikerusakan myelin (material lemak dan protein ). Multiple sclerosis secara umum
dianggap sebagai auto imun dimana system imun tubuh sendiri yang normalnya bertanggung
jawab untukmempertahankan tubuh terhadap terhadap virus dan bakteri, dengan alasan yang
tidak diketahuimulai menyerang atau menghancurkan myelin yaitu lapisan pelindung syaraf yang
melindungisyaraf yang berfungsi untuk melancarkan pengiriman pesan dari otak ke seluruh
bagian tubuh.Ditandai dengan remisi dan ekaserbasi periodic. Multiple sclerosis menghaisilkan
berbagai tandadan gejala tergantung pada lokasi lesi, biasanya disebut sebagai plaque.

2.2 Klasifikasi

Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill, 2000), ada beberapa kategori multiple sclerosis
berdasarkan progresivitasnya adalah :

2.2.1 Relapsing Remitting Multiple Sclerosis

Ini adlah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan atau dua
puluhantahun diawali dengan suatu erangan hebat yang kemudian diikuti dengan keembuhan
semu.Yang dimaksud dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat penderita terlihat
pulih. Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan tingkat kepulihan
sebelumterkena serangan.sebenarnya kondisinya adalah sedikit demi sedikit semakin
memburuk.jikasebelum terkena serangan hebat pertama penderita memiliki kemampuan motorik
dan sensorik100%, maka setelah serangan tersebut mungkin hanya akan pulih 70-95% saja.
Serangan berikutakan terus menurukan kemampuan penderita sampai ke 0%. Setiap serangan
tersebut berakibatsemakin memburuknya kondisi penderita. Interval waktu antara serangan satu
dengan seranganyang selanjutnya sama sekali tidak bisa diduga, bila dalam hitungan hari,
minggu bulan atautahun. Hampir 70% penderita MS pada awalnya mengalami kondisi ini,
setelah beberapa kalimengalami serangan hebat, jenis MS ini akan berubah menjadi Secondary
Progressiv MS.

2.2.2 Primary Progresssiv Multiple Sclerosis

Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk. Ada saat-saat penderita tidak
mengalami penurunan kondisi ,namun jenis MS ini tidak mengenal istilah kesembuhan semu.
Tingkat progresivitanya beragam pada tingakatan yang paling parah , penderita Ms jenis ini bisa
berakhirdengan kematian.

2.2.3 Secondary Progressiv Multiple Sclerosis

Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting MS .Pada jenis ini kondisi penderita
menjadiserupa pada kondisi penderita Primary Progresssiv MS.

2.2.4 Benign Multiple Sclerosis

Sekitar 20% penderita MS jinak ini.Pada jenis MS ini penderita mampu menjalani
kehidupanseperti orang sehat tanpa begantung pada siapapun.Serangan-serangan yang diderita
punumumnya tidak pernah berat,sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa
dirinyamenderita MS.

2.3 Etiologi

Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus
danmekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga yang mengaitkan dengan factor genetic.

Ada beberapa factor pencetus, antara lain :

- Kehamilan

- Infeksi yang disertai demam

- Stress emosional

- Cedera
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyebab Multiple Sclerosis yang paling nyata
adalahfactor genetik (mirip kanker), tapi perkembangan dunia kedokteran terbaru
membantahkesimpulan ini. Penelitian terbaru membuktikan bahwa Multiple SclerosisFaktor
keturunantampaknya berperan dalam terjadinya sklerosis multipel.Sekitar 5% penderita memiliki
saudara laki-laki atau saudara perempuan yang juga menderita penyakit ini dan sekitar 15%
penderita memiliki keluarga dekat yang menderita penyakit ini.Faktor lingkungan juga berperan
dalam terjadinya penyakit ini. Sklerosis multipel hampir tidak pernah menyerang orang-orang
yang tinggal di dekat katulistiwa. Iklim dimana seseorang tinggal pada 10 tahun pertama
kehidupannya tampaknya lebih penting dari pada iklim dimana seseorangtinggal setelah 10 tahun
pertama kehidupannya, Meskipun para ahli menemukan bahwa MS itu berhubungan dengan
infeksi (virus) , imunologis, dan factor genetic serta mengekalkan(menetap) sebagai hasil dari
factor intrinsik (contoh kegagalan imunoregulasi). Hal yang sudahditerima pada MS akan
diturunkan. Derajat pertama, kedua, ketiga relative pada klien denganMS. Yang meningkatkan
resiko secara perlahan. Multipel unlinked genes akan mudah diterima pada MS. Adanya faktor
presifitasi terdiri dari terpaparnya pada agen pathogenik sebagai penyebab dari MS masih
kontroversi. Ini mungkin karena asosiasi mereka masih acak dan tidakadanya hubungan sebab
akibat disana.

Faktor presifitasi yang mungkin termasuk infeksi , cedera fisik dan strees emosional,kelelahan
berlebihan kehamilan ataupun seperti faktor ini :

- Gangguan autoimun ( kemungkinan dirangsag / infeksi virus )

- Kelainan pada unsur pokok lipid myelin

- Racun yang beredar dalam CSS

- Infeksi virus pada SSP ( morbili, destemper anjing )

2.4 Manifestasi Klinik

Tergantung pada area system saraf pusat mana yang terjadi demielinasi :
- Gejala sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia, hilang sensasi sendi dan
proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar.

- Gejala motorik : kelemahan ekstremitas bawah, hilang koordinasi, tremor


intensionalekstremitas atas, ataxia ekstremitas bawah, gaya jalan goyah dan spatis,
kelemahan otot bicaradan facial palsy.

- Deficit cerebral : emosi labil, fungsi intelektual memburuk, mudah tersinggung, kurang
perhatian, depresi, sulit membuat keputusan, bingung dan disorientasi.

- Gejala pada medulla oblongata : kemampuan bicara melemah, pusing, tinnitus,


diplopia,disphagia, hilang pendengaran dan gagal nafas.

- Deficit cerebellar : hilang keseimbangan, koordinasi, getar, dismetria.

- Traktus kortikospinalis : gangguan sfingter timbul keraguan, frekuensi dan


urgensisehingga kapasitas spastic vesica urinaria berkurang, retensi akut dan
inkontinensia.

- Control penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat hilang,
demensia.

- Traktus pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan kehilangan refleks
abdomen.

2.5 Patofisiologi

Multiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis


(bekasluka). Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi
imune,demyelinating proses. Yang beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin mendorong
virussecara genetik mudah diterima individu. Diaktifkannya sel T merespon pada lingkungan,
(ex:infeksi). T sel ini dalan hubunganya dengan astrosit, merusak barier darah otak, karena
itumemudahkan masuknya mediator imun.

Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang membuat mielin)
hasildari penurunan pembentukan mielin. Makrofage yang dipilih dan penyebab lain
yangmenghancurkan sel. Proses penyakit terdiri dari hilangnya mielin, menghilangnya
darioligodendrosyt, dan poliferasi astrosyt. Perubahan ini menghasilkan karakteristik plak ,
atausklerosis dengan plak yang tersebar. Bermula pada sarung mielin pada neuron diotak dan
spinalcord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin tetapi serat saraf
tidakdipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung. Pada poin ini klien dapat
komplain(melaporkan) adanya fungsi yang merugikan (ex : kelemahan).Bagaimanapaun mielin
dapat beregenerasi dan hilangnya gejala menghasilkan pengurangan. Sebagai peningkatan
penyakit, mielin secara total robek/rusak dan akson menjadiruwet. Mielin ditempatkan kembali
oleh jeringan pada bekas luka, dengan bentuk yang sulit, plaksklerotik, tanpa mielin impuls saraf
menjadi lambat, dan dengan adanya kehancuranpada saraf,axone, impuls secara total tertutup,
sebagai hasil dari hilangnya fungsi secara permanen. Pada banyak luka kronik, demylination
dilanjutkan dengan penurunan fungsisaraf secara progresif.

2.6 Pathway
2.7 Pemeriksaan Diagnostik

- Lumbal punction : pemeriksaan elektroforesis terhadap LCS, didapatkan


ikatanoligoklonal yakni terdapat beberapa pita immunoglobulin gamma G (IgG).

- DCT Scan : gambaran atrofi serebral

- MRI : menunjukkan adanya plak-plak kecil dan bisa digunakan mengevaluasi perjalanan
penyakit dan efek dari pengobatan.

- Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius.

- Neuropsikologik : jika mengalami kerusakan kognitifif.

2.8 Penatalaksaan

Ø Bersifat simtomatik : sesuai dengan gejala yang muncul

Ø Farmakoterapi :

- Kortikosteroid, ACTH, prednisone sebagai anti inflamasi dan dapat


meningkatkankonduksi saraf.

- Imunosupresan : siklofosfamid (Cytoxan), imuran, interferon, Azatioprin, betaseron.

- Baklofen sebagai antispasmodic

Ø Blok saraf dan pembedahan dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan kontraktur
untukmencegah kerusakan lenih lanjut.

Ø Terapi fisik untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot

2.9 Therapi

2.9.1 Obat

Secara medis tidak ada yang menyembuhkan Multiple Sclerosis 100%. Obat-obatan yang
adahanyalah menghambat interval serangan, sedikit mengurangi tingkat
keparahanserangan,memperlambat progreifitas atau perburukan MS. Obat yang biasa I berikan
dokteradalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan satu atau dua gejala saja.
Misalnya, jikagejala yang muncul adalah akit kepala maka dokter akan memberikan obat sakit
kepala. Adaobat yang tidak menyembuhkan namun berfungsi untuk memperlambat kerusakan
yaituInterferon beta-1a atau kortikosteroid. Interferon bias disuntikan 1-3 kali seminggu secara
teraturseumur hidup. Penggunaan interferon biasanya menimbulkan gejala-gejala influenza,
sepertisakit kepala, demam dan myalgia (nyeri otot/sendi). Gejala mirip flu ini akan timbul 4-6
jametelah injeksi dan gejala ini akan menetap selama beberapa jam.efek samping yang lain
adalahmoon face, wajah terlihat menjadi bulat seperti bulan ,gemuk)badan gemuk,insomnia
(sulittidur),euporia(perasaan gembira berlebihan),dan perasaan tertekan (depresi ringan).

2.9.2 Bed Rest

Penderita MS membutuhkan banyak istirahat terutama setelah mengalami serangan baikserangan


kecil maupun erangan hebat.lamanya istirahat tergantung kondisi penderita,semakin hebat
serangan yang di alami semakin lama waktu istirahat yang diperlukan.istirahat ini bisadilakukan
di rumahsakit atau dirumah sendiri.

2.9.3 Pengobatan Dengan Transplantasi Sel Induk

Ilmu kedokteran yang terus berkembang membawa harapan besar bagi penderita MS.Berinduk
pada pengalaman penderita MS Amerika yang telah menjalani pengobatan dengan
transplantasisel induk dari sum

sum tulang belakangnya sendiri (sebelum pengobatan tersebut kehidupan penderita dari amerika
terjebak dalam kursi roda lumpuh total setelah pengobatan meskipuntidak 100% sembuh,ia
akhirnya dapat menggunakan kakinya untuk berjalan).Pengobatan dengan sel induk ini memang
tidak menjajikan kesembuhan 100%,sertamengharuskan penderita MS rela merogoh sakunya
dengan sangat dalam,namun setidaknya pengobatan ini mungkin dapat menjadi harapan baru
bagi sebagian kecil penderita MS.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

Pada umunya terjadi pada orang-orang yang hidup di daerah utara dengan temperatus
tinggi,terutama pada dewasa muda (20-40th).

3.1.2 Keluhan Utama

Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas / kekejangan dan
kakuotot, kerusakan penglihatan.

3.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun.

3.1.4 Riwayat Penyakit Sekarang

Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier yang
mengakibatkanerbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif

3.1.5 Riwayat penyakit keluarga

Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang pernah menderita
penyakittersebut, yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering pada keluarga dekat.

3.1.6 Pengkajian psikososiospiritual

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat
sertarespons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun
dalammasyarakat. Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan
untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pada pola persepsi dan konsep diri, didapatkan
klienmerasa tidak berdaya, tidak ada harapan,mudah marah dan tidak kooperatif.perubahan
yangterpenting pada klien dengan penyakit mutiple sclerosis adalah adanya gangguan afek,
berupaeuforia. Keluhan lain yang melibatkan gangguan serebral dapat berupa hilangnya daya
ingat dandimensia.

3.1.7 Pemeriksaan Fisik

3.1.7.1 Keadaan umum

Klien dengan mutiple sclerosis umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya
perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi
pernapasan berhubungan dengan bercak lesi di medula spinalis.

3.1.7.2 B1 (Breathing)

Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan pada sistem
pernapasan.pada beberapa klien yang telah lama menderita mutiple sclerosis dengan tampak
daritirah baring lama, mengalami gangguan fungsi pernapasan. Pemeriksaan fisik yang
didapatmencakup hal-hal sebagai beikut:

- Inspeksi umum : didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif,
peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot bantu napas.

- Palpasi : taktil premitus seimbang kanan dan kiri

- Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru

- Auskultasi : bunyi napas tambahan seperti napas stridor,ronkhi pada klien dengan
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering
didapatkan padaklien dengan inaktivitas

3.1.7.3 B2 (Blood)

Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan pada
sistemkardiovaskuler.akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas biasanya klien mengalami
hipotensi postural.

3.1.7.4 B3 (Brain)
Pengkajian B3 (brain) merupakan pengkajian fokus atau lebih lengkap dibandingkan pengkajian
pada sistem lainnya. Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan
tingkahlaku.

3.1.7.5 B4 (Bladder)

Disfungsi kandung kemih. Lesi pada traktus kortokospinalis menimbulkan gangguan


pengaturanspingtersehingga timbul keraguan, frekuensi dan urgensi yang menunjukkan
berkurangnyakapasitas kandung kemih yang spatis.selalin itu juga timbul retensi dan
inkontinensia.

3.1.7.6 B5 (Bowel)

Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena
kelemahanfisik umum dan perubahan status kognitif. Penurunan aktivitas umum klien sering
mengalamikonstipasi.

3.1.7.7 B6 (Bone)

Pada keadaan pasien mutiple sclerosisbiasanya didapatkan adanya kesuliatan untuk


beraktivitaskarena kelemahan spastik anggota gerak.kelemahan anggota gerak pada satu sisi
tubuh atauterbagi secara asimetris pada keempat anggota gerak.merasa lelah dan berat pada satu
tungkai,dan pada waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah terseret maju, dan pengontrolan
yangkurang sekali. Klien dapat mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara spontan
terutamaapabila ia sedang berada di tempat tidur.keadaan spatis yang lebih berat disertai dengan
spasmeotot yang nyeri.

3.2 Diagnosa keperawatan

3.2.1 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, paresis, dan spastisitas.

3.2.2 Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan sensori dan penglihatan.

3.2.3 Defisit perawatan diri (makan,minum,berpakaian,higiene) berhubungan dengan perubahan


kemampuan merawat diri sendiri, kelemahan fisik spastis.

3.2.4 Resiko tinggi kerusakan intergrasi jaringan berhubungan dengan tirah baring lama.
3.3 Intervensi dan Rasional

3.3.1 Dix 1 : Hambatan mobilitas fisik yang b.d kelemahan, paresis, dan spastisitas

Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai
dengankemampuannya

Kriteria :

- Klien dapat ikut serta dalam program latihan.

- Tidak terjadi kontraktor sendi

- Bertambahnya kekuatan otot

- Klien menunjukkan tindakkan untuk meningkatkan mobilitasIntervensi

- Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan, kaji secara
teraturfungsi motorico

R/ mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas·

- Modifikasi peningkatan mobilitas fisiko

R/ relaksasi dan koordinasi latihan otot meningkatkan efisiensi otot pada klien multipelsklerosis.

- Anjurkan teknik aktifitas dan teknik istirahat

R/ klien dianjurkan untuk melakukan aktifitas melelahkan dalam waktu singkat, karenalamanya
latihan yang melelahkan ekstremitas dapat menyebabkan paresis, kebas, atau tidak ada
koordinasi.

- Ajarkan teknik latihan jalano

R/ Latihan berjalan meningkatkan gaya berjalan, karena umumnya pada keadaan tersebutkaki
dan telapak kaki kehilangan sensasi positif.

- Ubah posisi klien tiap 2 jam


R/ menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek padadaerah
yang tertekan.

- Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak sakito

R/ Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki funsi jantung
dan pernapasan

- Lakukan gerak pasif pada ekstermitas yang sakit.

R/ otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakan.

- Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi

R/ untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuannya

- Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klieno

R/ peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ektremitas dapat ditingkatkan dengan latihanfisik


dari tim fisioterapi

3.3.2 Dix 2 : Resiko cedera yang b.d kerusakan sensori dan penglihatan, dampak tirah baring
lama dan kelemahan spastis

Tujuan : dalam waktu 3x 24 jam resiko trauma tidak terjadi

Kriteria :

- Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan trauma

- Decubitus tidak terjadi

- Kontraktur sendi tidak terjadi

- Klien tidak jatuh dari tempat tidur Intervensi

- Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasio


R/ meminimalkan rangsangan nyeri akibat gesekkan antara fragmen tulang dengan jaringanlunak
disekitarnya·

- Berikan kacamata yang sesuai dengan klieno

R/ tameng mata atau kacamata penutup dapat digunakan untuk memblok implus penglihatan
pada satu mata bila klien mengalami diplopia atau penglihatan ganda

- Minimalkan efek imobilitas.

R/ oleh karena aktifitas fisik dan imobilisasi sering terjadi pada multipel sklerosis,
makakomlikasi yang di hubungkan dengan imobilisasi mencakup dekubitus dan langka
untukmencegahnya

- Modifikasi pencegahan cedera

R/ pencegahan cedera dilakukan pada klien multipel sklerosis jika disfungsi motoric
menyebabkan masalah dalam tidak ada koordinasi dan adanya kekakuan atau jika ataksia
ada,klien resiko jatuh.

- Modifikasi lingkungan

R/ untuk mengatasi ketidak mampuan, klien di anjurkan untuk dengan kaki kosong padaruang
yang luas untuk menyediakan dasar yang luas dan untuk meningkatkan kemampuan berjalan
dengan stabil

- Ajarkan teknik berjalan

R/ jika kehilangan sensasi terhadap posisi tubuh, klien di anjurkan untuk melihat kaki sambil
berjalan

- Berikan terapi okupasio

R/ terapi okupasi merupakan sumber yang membantu individu dalam memberi anjuran
danmenjamin bantuan untuk maningkatkan kemandirian

- Meminimalkan resiko decubitus


R/ oleh karena hilangnya sensori dapat menyebabkan bertambahnya kehilangan
gerakkanmotoric. Decubitus terus diatasi untuk inegritas kulit. Penggunaan kursi roda
meningkatkanresiko.

- Inspeksi kulit dibagian distal setiap hari ( pantau kulit dan membran mukosa
terhadapiritasi, kemerahan, atau lecet-lecet )

R/ deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi resiko tinggi kerusakanintegritas
kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi

- Minimalkan spastisitas dan kontraktur

R/ spastisitas otot biasa terjadi dan terjadi pada tahap lanjut, yang terlihat dalam bentukaddukor
yang berat pada pinggul, dengan spasme fleksor pada pinggul dan lutut.

- Ajarkan teknik latihano

R/ latihan setiap hari untuk menguatkan otot diberikan untuk meminimalkan kontraktursendi.
Perhatian khusus diberikan pada otot-otot paha, otot gatroknemeus, adductor, biseps dan
pergelangan tangan, serta fleksor jari-jari

- Pertahankan sendi 90 derajad terhadap papan kakio

R/ telapak kaki dalam posisi 90 derajad dapat mencegah footdrop

- Evaluasi tanda / gejala perluasan cedera jaringan ( peradangan lokal / sistemik, sperti
peningkatan nyeri, edema dan demam )

R/ menilai perkembangan masalah klien

3.3.3 Dix 3 : Perubahan pola eliminasi urin yang b.d kelumpuhan saraf perkemihan

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam eliminasi urin terpenuhi

Kriteria hasil :

- Pemenuhan eliminasi urin dapat dilaksanakan dengan atau tidak mengguanakan keteter

- Produksi 50 cc/jam
- Keluhan eliminasi urin tidak adaIntervensi

- Kaji pola berkemih dan catat urin setiap 6 jam

R/ mengetahui fungsi ginjal

- Tingkatkan kontrol berkemih dengan cara berikan dukungan pada klien tentang
pemenuhan eliminasi urin, lakukan jadwal berkemih, ukur jumlah urin tiap 2 jamo

R/ jadwal berkemih diatur awalnya setiap 1 sampai 2 jam dengan perpanjangan interfalwaktu
bertahap. Klien diinstruksikan untuk mengukur jumlah air yang di minum setiap 2 jamdan
mencoba untuk berkemih 30 menit setelah minum.

- Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemiho

R/ menialai perubahan akibat dari inkontinensial urin

- Anjurkan klien untuk minum 2000 cc/hario

R/ mempertahankan funsi ginjal


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sklerosis multipel merupakan penyakit pada sistem Persyarafan yang ditandai dengan
lemah,mati rasa, hilnganya fungsi pendengaran dan penglihatan yang biasanya terjdi pada umur
18-40tahun dan kapan saja. Sklerosis multipel timbul karena pola makan yang tidak teratur, pola
diet, penggunaan obat, konsumsi alcohol, merokok dan kurang beraktifitas. Klien perluh
diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan,dan pengobatan agar dapat menjaga
kesehatannya.

4.2 Saran

Pada makalah ini penulis menyarankan mahasiswa kesehatan senantiasa menggunakan metode
proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan
Sklerosismultipel serta memberikan pendidikan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Mc. Graw Hill. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Basic Neurologi. Jakarta. PT: Ghanesa

Clark.1991. Mekanisme Autoimune Manusia. Bandung. Gramedhia

· Mutaqin Arif. 2008. Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system persyarafan ed 6vol.2.
salemba medical. Jakarta

· Brunner & suddarth.2002. keperawatan medikal bedah ed 8 vol.3 EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai