Anda di halaman 1dari 22

KEKURANGAN KALORI PROTEIN PADA ANAK

MAKALAH

Diajukan sebagai bahan penilaian pada mata kuliah Keperawatan Anak I yang diampu oleh
Ibu Sulastini, M.Kep

Disusun Oleh :

Erlangga Surya P

Ega Wahdiana

Gina Sya’adillah A

Mia Sumiyati

Prodi S-1 Keperawatan 2A


STIKes Karsa Husada Garut
2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………..


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………..
1.3 Tujuan Masalah…………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….

2.1 Definisi…………………………………………………………………………………..

2.2 Etiologi…………………………………………………………………………………..

2.3 Manifestasi Klinik……………………………………………………………………….

2.4 Patofisiologi……………………………………………………………………………..

2.5 Pathway………………………………………………………………………………….

2.6 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………………….

2.7 Penatalaksanaan………………………………………………………………................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN……………………………………………………..

3.1 Pengkajian……………………………………………………………………………….

3.2 Diagnosa Keperawatann………………………………………………………………...

3.3 Intervensi Keperawatan………………………………………………………………….

3.4 Implementasi Keperawatan……………………………………………………………

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………

4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di era globalisasi ini, semua hal dituntut sempurna. Mulai dari bidang teknologi,
pendidikan, kesehatan dan yang lainnya. Salah satu faktor yang dapat memenuhi kriteria
sempurna untuk hal diatas adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas,
tak lepas dari unsur yang mempengaruhinya yaitu status gizi. Gizi sangat berpengaruh terhadap
kecerdasan suatu bangsa. Gizi yang cukup adalah salah satu pilar dalam mewujudkan sumber
daya manusia yang berkualitas (Almatsier, 2010). Sebaliknya, kekurangan gizi pada anak dapat
mengakibatkan beberapa penyakit antara lain kurang kalori dan protein (KKP), anemia, penyakit
gondok endemic, xerophtalmia (Notoatmojo, 2011).

Gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan, yang
dapat memberikan konstribusi dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas
sehingga mampu berperan secara optimal dalam pembangunan (Farida dan Baliwati, 2004). Di
Indonesia terdapat empat masalah gizi yang utama yaitu Kurang Kalori Protein (KKP), Kurang
Vitamin A (KVA), gondok endemik dan kretin serta anemia gizi (Bapelkes Salaman, 2000).

Menurut Supariasa (2012), penyebab kurang gizi, dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu
penyebab langsung dan penyebab tak langsung. Penyebab langsung menlingkupi kurangnya
asupan gizi dari makanan dan penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung terdiri atas ketersediaan
makanan, pelayanan kesehatan serta perawatan anak ketika sakit, pengetahuan ibu, pendidikan
ibu, status sosial ekonomi dan lainnya.

Penyakit KKP merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat terutama pada anak-anak
dibawah umur 5 tahun dan kebanyakan di negara-negara yang sedang berkembang. Berdasarkan
hasil penyelidikan di 254 desa di seluruh Indonesia, Tarwotjo, dkk (1999), memperkirakan
bahwa 30 % atau 9 juta diantara anak-anak balita menderita gizi kurang, sedangkan 3% atau 0,9
juta diantara anak-anak balita menderita gizi buruk. Berdasarkan “Rekapitulasi Data Dasar Desa
Baru UPGK 1982/1983” menunjukkan bahwa prevalensi penderita KKP di Indonesia belum
menurun. Hasil pengukuran secara antropometri pada anak-anak balita dari 642 desa
menunjukkan angkaangka sebagai berikut: diantara 119.463 anak balita yang diukur, terdapat
status gizi baik 57,1%, gizi kurang 35,9%, dan gizi buruk 5,9%. Tingginya prevalensi penyakit
KKP disebabkan pula oleh faktor tingginya angka kelahiran.

Menurun Morley (1968) dalam studinya di Nigeria, insidensi kwashiorkor meninggi pada
keluarga dengan 7 anak atau lebih. Studi lapangan yang dilakukan oleh Gopalan (1964) pada
1400 anak prasekolah menunjukkan bahwa 32% diantara anak-anak yang dilahirkan sebagai
anak keempat dan berikutnya memperlihatkan tanda-tanda KKP yang jelas, sedangkan anakanak
yang dilahirkan terlebih dahulu hanya 17% memperlihatkan gejala KKP. Ia berkesimpulan
bahwa 62% dari semua kasus kekurangan gizi pada anak prasekolah terdapat pada anak-
anak keempat dan berikutnya. Mortalitas KKP berat dimana-mana dilaporkan tinggi. Hasil
penyelidikan yang dilakukan pada tahun 1955/1956 (Poey, 1957) menunjukkan angka kematian
sebanyak 55%, 35% diantara mereka meninggal dalam perawatan minggu pertama, dan 20%
sesudahnya. Menurut WHO, 150 juga anak berumur di bawah 5 tahun menderita KKP dan 49%
dari 10,4 juga anak berumur di bawah 5 tahun meninggal karena KKP yang kebanyakan terjadi
di negaranegara yang sedang berkembang.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana konsep dari Kekurangan Kalori Protein ?


2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada Kekurangan Kalori Protein ?

1.3 Tujuan

1. Mampu memahami konsep dari Kekurangan Kalori Protein


2. Mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada Kekurangan Kalori Protein
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat
masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurangdalam waktu yang
cukup lama (Ngastiyah, 1997). Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi
yang dikarenakan adanyadefisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada
defisiensi protein maupunenergi (Sediatoema, 1999).

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau
status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara
efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.

Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Secara umum, kurang
gizi adalah salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu penyakit yag diakibatkan kekurangan
energi dan protein. KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat kekurangan energy protein yang
terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. Penyakit KKP ringan sering
diistilahkan dengan kurang gizi.

Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara


berkembang. Gejala kurang gizi ringan relative tidak jelas, hanya terlihatbahwa berat badananak
tersebut lebih rendah disbanding anak seusianya. Kira-kira berat badannya hanya sekitar 60%
sampai 80% dari berat badan ideal. Berdasarkan berat dan tidaknya, KKP dibagi menjadi:
a. KKP ringan/sedang disebut juga gizi kurang (undernutrition) ditandai oleh adanya
hambatan pertumbuhan.
b. KKP berat, meliputi:
1. Kwashiorkor (bentuk kekurangan protein yang berat, yang amat sering terjadi pada anak
kecil umur 1 dan 3 tahun) adalah suatu sindroma klinik yang timbul sebagai suatu akibat
adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang
dibutuhkan (Behrman dan Vaughan, 1994). Kwashiorkor adalah penyakit gangguan
metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan perlemahan hati yang disebabkan karena
kekurangan asupan kalori dan protein dalam waktu yang lama (Ngastiyah, 1997).
2. Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi (kalori) sedangkan
kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997). Marasmus merupakan gambaran KKP
dengan defisiensi energi yang ekstrem (Sediaoetama, 1999).
3. Marasmik-kwashiorkor merupakan kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis campuran
antara marasmus dan kwashiorkor (Markum, 1996). Marasmik-kwashiorkor merupakan
malnutrisi pada pasien yang telah mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10%,
penurunan cadangan lemak dan protein serta kemunduran fungsi fisiologi (Graham L. Hill,
2000). Marasmik-kwashiorkor merupakan satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori,
maupun protein. Ciri-cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya
lemak subkutan dan dehidrasi.

2.2 Etiologi

Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup serta kebiasaan
makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu, karena kelainan
metabolik, atau malformasi congenital. Pada bayi dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI
dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.

Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa faktor, yang paling dominan
adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun KKP tidak akan terjadi
bila kesejahteraan rakyat terpenuhi. Berikut beberapa faktor penyebabnya :
1. Faktor sosial. Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya makana bergizi bagi pertumbuhan anak, sehingga banyak balita tidak
mendapatkan makanan yang bergizi seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal
kenyang. Selain itu, hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan
tertentu dan berlangsung turun-temurun dapat menjad hal yang menyebabkan terjadinya
kwashiorkor.
2. Kemiskinan. Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini di
negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat menyababkan kebutuhan
paling mendasar, yaitu pangan pun sering kali tidak biasa terpenuhi apalagi tidak dapat
mencukupi kebutuhan proteinnya.
3. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersedian
bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi penyebab munculnya
penyakit KKP.
4. Infeksi. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan
malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi
malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada gilirannya akan
mempermudah masuknya beragam penyakit. Tindakan pencegahan otomatis sudah
dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya, ketersediaan pangan
yang tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat membeli bahan pangan, dan
pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita serta faktor infeksi dan penyakit lain.
5. Pola makan. Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh
dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein atau asam amino yang memadai. Bayi yang masih
menyusui umumnya mendapatkan protein dari Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan ibunya.
Namun, bayi yang tidak memperoleh ASI protein dari suber-sumber lain (susu, telur,
keju, tahu, dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai
keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadinya kwashiorkor terutama
pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
6. Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuhan balita. Para
ibu kurang mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak
mereka.
7. Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang merupakan bagian
dari system imun mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan anak-anak.

2.3 Manifestasi klinis

1. KKP Ringan :
a. Pertumbuhan linear terganggu
b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun
c. Ukuran lingkar lengan atas menurun
d. Maturasi tulang terlambat
e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun
f. Anemia ringan atau pucat
g. Aktifitas berkurang
h. Kelainan kulit (kering, kusam)
i. Rambut kemerahan

2. KKP Berat :
a. Gangguan pertumbuhan
b. Mudah sakit
c. Kurang cerdas
d. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian

Gejala dari KKP adalah :


1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Abdomen dapat kembung dan datar. BB me nurun
3. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni.
4. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat,
5. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
6. Ubun-ubun cekung pada bayi

2.4 Patofisiologi
1. Marasmus
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejummlah energi yang dalam keadaan
normal dapat dipenuhhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenhi pada
masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan protein senagai
sumber energi. Pengahancuran jaringan pada defesiensi kalori tidak saja membantu
memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit
esensial lainnya, seperti berbagai asam amino.
2. Kwashiorkor.
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat lebih, karena
persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.kelianan yang mencolok
adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edem dan perlemakan hati.
Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino
esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan
asam amnino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar
yang kemudian berakibat edem.perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-
lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya
penimbunan lemah dalam hati.
2.5 Pathway
2.6 Pemeriksaan penumjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

a) pemeriksaan darah tepi memperlihatkan anemia ringan sampai sedang, umumnya berupa
anemia hipokronik atau normokromik.
b) Pada uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat rendah, trigliserida normal, dan
kolesterol normal atau merendah.
c) Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau menurun.
d) Kadar gula darah umumnya rendah.
e) Asam lemak bebas normal atau meninggi.
f) Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau meninggi.
g) Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapat normal, merendah
maupun meninggi.
h) Analisis asam amino dalam urine menunjukkan kadar 3-metil histidin an indeks
hidroksiprolin menurun.
i) Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang dijumpai dengan kasus
perlemakan berat.
j) Kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
k) Kadar imunoglobulin A sekretori rendah.
l) Penurunan kadar berbagai enzim dalam serum seperti amilase, esterase, kolin esterase,
transaminase dan fosfatase alkali. Aktifitas enzim pankreas dan xantin oksidase berkurang.)
Defisiensi asam folat, protein, besi.
m) Nilai enzim urea siklase dalam hati merendah, tetapi kadar enzim pembentuk asam amino
meningkat.

2. Pemeriksaan Radiologik

Pada pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan osteoporosis ringan.


2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kurang kalori protein (Suriand & Rita Yuliani, 2001)

1. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin


2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
3. Penannganan diare bila ada : cairan, antidiare, dan antibiotic

Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin (Arief Mansjoer, 2000)
1. Atasi atau cegah hipoglikemi
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat celciul suhu rektal
35,5 derajat celcius). Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegahkedua
kondisi tersebut. Bila kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, berikan : a. 50 mlbolus glukosa 10 %
atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 adm air) secara oral atau sonde / pipa nasogastrik b.
Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali berikan ¼ bagian
dari jatah untuk 2 jam) c. Berikan antibiotik d. Secepatnya berikan makanan setiap 2 jam, siang
dan malam

2. Atasi atau cegah hipotermi


Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius : a. Segera berikan makanan cair / formula khusus
(mulai dengan rehidrasi bila perlu) b. Hangatkan anak dengan pakaian atau seelimut sampai
menutup kepala, letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk
anak di dasa ibu, selimuti. c. Berikan antibiotik d. Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5
derajat celcius

3. Atasi atau cegah dehidrasi


Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali keadaan syok/rentan.
Lakukan pemberian infus dengan hati – hati, tetesan pelan – pelan untuk menghindari beban
sirkulasi dan jantung. Gunakan larutan garam khusus yaitu resomal (rehydration Solution for
malnutrition atau pengantinya).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

A. Identitas klien dan penanggung jawab

Meliputi pengkajian nama, alamat, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan klien dan
penanggung jawab klien.

B. Riwayat kesehatan
 Keluhan Utama

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat
badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.

 Riwayat kesehatan sekarang

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan
yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh8kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji
dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein
dankalori dalam waktu relatif lama).

 Riwayat imunisasi

 Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,


pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan
kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang
penyakitklien dan lain-lain.
C. Pola fungsi kesehatan

D. Pemeriksaan fisik

Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi keadaan
umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan waajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-kwashiorkor
adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal
lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:

1. Penurunan ukuran antropometri


2. Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
3. gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
4. tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
5. Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
6. Edema tungkai
7. kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada
bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat
paha)

E. pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium: albumin, creatinine dan nitrogen.
2. Elektrolit
3. Hb
4. Ht
5. Transferin
F. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1. DS :
- Keluarga pasien mengatakan
anak tidak mau makan dan
minum serta semua makanan Asupan yang tidak adek Ketidakseimbangan
yang diberikan tidak mau uat, anoreksia dan diare. nutrisi kurang dari
DO : kebutuhan
- Lemah
- Nadi lambat
2. DS :
-
DO : Tidak adanya Gangguan integritas
- Tugor Kulit kandungan makanan kulit
- Kulit terlihat kering yang cukup
- Keriput
3. DS : Asupan kalori dan Keterlambatan
- protein yang tidak pertumbuhan dan
DO : adekuat dan proses perkembangan
- Atrofi pengecilan otot penyakit kwashiokor
- Tulang pipi dan dagu dan marasmus.
menonjol
- Kurus
4. DS : Tidak tahu memberikan Kurangnya
- Keluarga pasien mengatakan pengetahuan
intake nutrisi yang
anak terus terpasang infus
adekuat pada anak.
dan tidak mau makan
DO :
-
3.2 Diagnosa keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia
dan diare.
2. Gangguan integritas kulit b/d tidak adanya kandungan makanan yang cukup
3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak
adekuat dan proses penyakit kwashiokor dan marasmus.
4. Kurangnya pengetahuan b/d tidak tahu memberikan intake nutrisi yang adekuat pada anak.

3.3 Intervensi keperawatan

No DX NOC NIC
1 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. kaji adanya alergi makanan
kurang dari kebutuhan b/d keperawatan selama 1x24 jam 2. kolaborasi dengan ahli gizi
asupan yang tidak adekuat, diharapkan masalah dapat untuk menentukan jumlah kalori
anoreksia dan diare teratasi dengan kriteria hasil: dan nutrisi yangdibutuhkan
1. Adanya peningkatan BB pasien
sesuai dengan tujuan 3. Berikan substansi gula
2. BB ideal sesuai dengan tinggi 4. Ajarkan pasien bagaimana
badan membuat catatan makanan
3. Mampu mengidentifikasi harian
kebutuhan nutrisi 5. monitor jumlah nutrisi dan
4. Tidak ada tanda-tanda kandungan kalori
malnutrisi 6. Berikan informasi tentang
5. Menunjukkan peningkatan kebutuhan nutrisi
fungsi pengecapan dari menelan
6. Tidak terjadi penurunan BB
yang berarti
2. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasienmenggunakan
b/d tidak adanya kandungan keperawatan selama 1x24 jam pakaian yang longgar
makanan yang cukup diharapkan masalah dapat 2, Bindari kerutan pada tempat
teratasi dengan kriteria hasil: tidur
1. Integritas kulit yang baik bisa 3. Jaga kebersihan kulit agar
dipertahankan( sensasi, tetap bersih dan tetap kering
elastisitas, temperature, hidrasi, 4. Mobilisasi pasien
pigmentasi) 5. Monitor kulit akan adanya
2. tidak ada luka, lesi pada kulit kemerahan
3. Perfusi jaringan baik 6. Oleskan lotion atau minyak
4. Menunjukkan pemahaman baby oil pada daerah yang
dalam proses perbaikan kulit dan tertekan
mencegah terjadinya cedera 7. Mandikan pasien dengans
berulang abun dan air hangat
5. Mampu melindungi kulitdan
mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatan alami
3. Keterlambatan pertumbuhan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji faktor penyebab
dan perkembangan b/d keperawatan selama 1x24 jam gangguan perkembangan anak
asupan kalori dan protein diharapkan masalah dapat 2. Identifikasi dan gunakan
yang tidak adekuat dan teratasi dengan kriteria hasil: sumber pendidikan untuk
proses penyakit kwashiokor 1. Anak berfungsi optimal sesuai memfasilitasi perkembangan
dan marasmus. tingkatannya anak yang optimal
2. Keluarga dan anak mampu 3. Tingkatkan komunikasi verbal
menggunakan koping terhadap dan stimulasi taktil
tantangan karena adanya 4. Berikan instruksi berulang
ketidakmampuan. dan sederhana
3. Keluarga mampu 5. Dorong anak melakukan
mendapatkan sumber - sumber sosialisasi dengan kelompok
sarana komunitas 6. Berikan reinforcement positif
4. Kematangan fisik: wanita: atas hasil yang dicapai anak.
perubahan fisik normal pada 7. Kaji keadekuatan asupan
wanita yang terjadi dengan nutrisi
transisi dari masa kanak - kanak 8. Tentukan makanan
ke dewasa yangdisukai anak
5. Kematangan fisik : pria: 9. Pantau kecenderungan
perubahan fisik normal pria yang kenaikan dan penurunan BB
terjadi dengan transisi dari masa anak
kanak - kanak ke dewasa
6. Status nutrisi seimbang
4. Kurangnya pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan penilaian tentang
b/d tidak tahu memberikan keperawatan selama 1x24 jam tingkat pengetahuan pasien
intake nutrisi yang adekuat diharapkan masalah dapat tentang proses penyakit yang
pada anak. teratasi dengan kriteria hasil: spesifik
1. orang tua memahami 2. Jelaskan patofisiologi dari
pemenuhan kebutuhan nutrisi penyakit dan bagaimana hal ini
pada anak. berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi, dengan cara yang
tepat
3. Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada
penyakit dengan cara yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit
dengan cara yang tepat
5. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi dengan
cara yang tepat
6. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
3.4 Implementasi Keperawatan

N Hari/ Dx TTD
O Tanggal Ke
/Jam -

1. 1
2. 2
3. 3
4. 4
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat
masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurangdalam waktu
yang cukup lama (Ngastiyah, 1997). Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit
gangguan gizi yang dikarenakan adanyadefisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang
bervariasi pada defisiensi protein maupunenergi (Sediatoema, 1999).
2. Kwashiorkor (bentuk kekurangan protein yang berat, yang amat sering terjadi pada anak
kecil umur 1 dan 3 tahun) adalah suatu sindroma klinik yang timbul sebagai suatu akibat
adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang
dibutuhkan (Behrman dan Vaughan, 1994). Kwashiorkor adalah penyakit gangguan
metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan perlemahan hati yang disebabkan karena
kekurangan asupan kalori dan protein dalam waktu yang lama (Ngastiyah, 1997).
3. Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi (kalori) sedangkan
kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997). Marasmus merupakan gambaran KKP
dengan defisiensi energi yang ekstrem (Sediaoetama, 1999).
4. Marasmik-kwashiorkor merupakan kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis campuran
antara marasmus dan kwashiorkor (Markum, 1996). Marasmik-kwashiorkor merupakan
malnutrisi pada pasien yang telah mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10%,
penurunan cadangan lemak dan protein serta kemunduran fungsi fisiologi (Graham L. Hill,
2000). Marasmik-kwashiorkor merupakan satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori,
maupun protein. Ciri-cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat, hilangnya
lemak subkutan dan dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Juall. 2013.Kekurangan Kalori Protein Malnutrisi.Universitas Muhammadiyah


Surakarta: Surakarta

NANDA INTERNASIONAL. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Etiologi 2012-2014.EGC :


Jakarta

NANDA NIC NOC. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis, jilid 2. EGC :
Jakarta

https://www.scribd.com/document/144012067/Kekurangan-Kalori-Protein

Anda mungkin juga menyukai