Anda di halaman 1dari 29

LITERATUR REVIEW GAMBARAN JENIS JAMUR

PENYEBAB Tinea unguium PADA PROFESI YANG


SELALU KONTAK DENGAN AIR

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Politeknik Kesehatan Kendari

Oleh:

SRI RAHAYU PUSPITA


P00341017095

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2020
HALAMAN PERSETUJUAN
LITERATUR REVIEW GAMBARAN JENIS JAMUR
PENYEBAB Tinea unguium PADA PROFESI YANG
SELALU KONTAK DENGAN AIR

Disusun dan Diajukan Oleh :

SRI RAHAYU PUSPITA


P00341017095

Telah Mendapat Persetujuan Tim Pembimbing


Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Satya Darmayani, S.Si,.M.Eng Ahmad Zil Fauzi, S.Si.,M.Ke


NIP. 198709292015032002 NIP.198510292018011001

Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium Medis

Anita Rosanty, S.ST., M.Kes


NIP.196711171989032001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

LITERATUR REVIEW GAMBARAN JENIS JAMUR


PENYEBAB Tinea unguium PADA PROFESI YANG
SELALU KONTAK DENGAN AIR

Disusun dan diajukan oleh:

SRI RAHAYU PUSPITA


P00341017095

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji pada tanggal


dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui

Pembimbing I : Satya Darmayani, S.Si,.M.Eng ( )


Pembimbing II : Ahmad Zil Fauzi, S.Si.,M.Kes ( )
Penguji I : Fonnie E. Hasan, DCN., M.Kes ( )
Penguji II : Reni Yunus, S.Si,. M.Sc ( )

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium Medis

Anita Rosanty, S.ST., M.Kes


NIP.196711171989032001
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

iv
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Sri Rahayu Puspita


NIM : P00341017095
Institusi Pendidikan : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Poltekkes Kemenkes Kendari
Judul Literatur Review : Literatur Review Gambaran Jenis Jamur
Penyebab Tinea unguium Pada Profesi Yang
Selalu Kontak Dengan Air

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari , Juni 2017


Yang Menyatakan

Sri Rahayu Puspita


P00341017095

MOTTO

“If you want changes the world, first changes your selfs”

v
Jika kamu ingin mengubah Dunia
Maka hal pertama yang yang harus kamu lakukan
adalah mengubah dirimu sendiri.

Kupersembahkan Untuk Almamaterku


Ayah Dan Ibu Tercinta
Keluargaku Tercinta
Doa Dan Nasehat Untuk Menunjang Keberhasilan

RIWAYAT HIDUP

vi
A. Identitas Diri
Nama : Sri Rahayu Puspita
Nim : P00341017095
TTL : Nario Indah, 03 Maret 1999
Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam

B. Pendidikan
1. SD Negeri 1 Nario Indah, tamat tahun 2010
2. SMP Negeri 3 Wawotobi, tamat tahun 2013
3. MA Al-Muhajirin Darussalam Pondidaha, tamat tahun 2017
4. Sejak Tahun 2017 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
kemenkes Kendari Jurusan Teknologi Laboratorium Medis

LITERATUR REVIEW GAMBARAN JENIS JAMUR


PENYEBAB Tinea unguim PADA PROFESI YANG
SELALU KONTAK DENGAN AIR

Sri Rahayu Puspita

vii
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Email : srirahayupuspita33@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Tinea unguium adalah infeksi jamur Dermatofita yang menyebabkan


kelainan pada kuku. Selalu kontak dengan air dengan tanpa menggunakan alas kaki
menjadikan petani, kuli pasir, buruh genteng, tukang cuci dan nelayan rentan
terinfeksi Tinea unguium.
Tujuan : Untuk mengetahui jenis jamur penyebab Tinea unguium pada profesi yang
selalu kontak dengan air.
Metode : Literatur review dilakukan berdasarkan jurnal penelitian. Pencarian artikel
menggunakan Google scholar untuk menemukan artikel sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi kemudian dilakukan review. Dari lima artikel jurnal yang digunakan
masing-masing menggunakan metode yang berbeda yaitu deskriptif dan cross-
sectional.
Hasil : Setelah dilakukan review menunjukkan bahwa Trichophyton mentagrophytes
sebagai spesies jamur yang paling sering menyebabkan infeksi Tinea unguium pada
profesi yang selalu kontak dengan air.
Kesimpulan : Hasil review dari kelima jurnal yang digunakan sebagai bahan kajian
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa profesi yang selalu kontak dengan air
diantaranya petani, kuli pasir, buruh genteng, tukang cuci dan nelayan rentan
terinfeksi Tinea unguium, dimana spesies jamur yang paling sering menginfeksi pada
profesi yang selalu kontak dengan air yaitu Trichophyton mentagrophytes.
Kata kunci : Profesi yang selalu kontak dengan air, Tinea unguium, Trichophyton
mentagrophytes.

LITERATURE REVIEW DESCRIPTION OF MUSHROOM TYPE


CAUSES OF Tinea Unguim ON THAT PROFESSION
ALWAYS CONTACT WITH WATER

Sri Rahayu Puspita

viii
Departemen of Medical Laboratory Technology
Email : srirahayupuspita33@gmail.com

ABSTRACK

Introduction: Tinea unguium is a fungal infection of dermatophytes which causes


abnormalities in the nails. Always contact with water without using footwear makes
farmers, sand coolies, tile laborers, washer washers and fishermen vulnerable to
being infected with Tinea unguium.
Objective: To determine the type of fungus that causes Tinea unguium in the
profession that is always in contact with water.
Method: Literature review is based on a research journal. Article search uses Google
scholar to find articles according to inclusion and exclusion criteria then a review is
conducted. Of the five journal articles used, each uses a different method, namely
descriptive and cross-sectional.
Results: After a review showed that Trichophyton mentagrophytes as a species of
fungus that most often causes Tinea unguium infection in the profession that is
always in contact with water.
Conclusion: The results of a review of the five journals used as study material in this
study indicate that professions that are always in contact with water include farmers,
sand coolies, tile laborers, washers and fishermen susceptible to infection with Tinea
unguium, in which the mushroom species most often infect the profession which is
always in contact with water is Trichophyton mentagrophytes.
Keywords: Professionals that are always in contact with water, Tinea unguium,
Trichophyton mentagrophytes.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayahnya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Gambaran Jenis Jamur Penyebab Tinea unguium Pada Profesi

ix
Yang Selalu Kontak Dengan Air”. Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi
salah satu syarat untuk menyelesaikan program Diploma III (D III) Teknologi
Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari. Proses penulisan
Karya Tulis ini telah melewati perjalanan panjang yang telah banyak memberikan
pelajaran bagi penulis serta penulisan Karya Tulis ini tak luput dari bantuan dan
arahan dari berbagai pihak yang telah banyak berpartisipasi dalam penyusunan Karya
Tulis ini. Maka dari itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi.
Ucapan terima kasih penulis tunjukkan kepada:
1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes, Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Ibu Anita Rosanty, S.ST., M.Kes, Selaku ketua Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Poltekkes Kemenkes Kendari.
3. Ibu Satya Darmayani, S.Si M.Eng dan bapak Ahmad Zihl Fauzi S.Si,. M. Kes,
Selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
dengan penuh kesabaran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan KTI ini.
4. Ibu Fonnie E. Hasan, DCN., M.Kes dan Ibu Reni Yunus, S.Si,. M.Sc, Selaku
penguji yang telah banyak memberikan masukan berupa saran dalam
penyusunan KTI ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Polteknik Kesehatan
Kendari yang telah banyak berperan dalam pelayanan akademik selama penulis
menuntun ilmu.
6. Almarhum Ayah Ruslan Jaya dan ibu Tuminah, Selaku Kedua orang tuaku yang
telah melahirkan, membesarkan, merawat, dan selalu memotivasi dalam keadaan
apapun serta doa yang selalu dipanjatkan demi kesuksesan studi yang penulis
jalani selama ini.
7. Kepada sahabatku tersayang “Novy” dan sahabatku Anak Rantau “ Karlina,
Wilda, Putri, Vermi, Selmi, Ardianti dan Dinar ” Dan juga kepada Awall, Serta
Rahman, Mien dan teman-teman MELACLAB yang lain yang tidak dapat saya
sebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu, memberikan
semangat dan dukungan dalam penulisan Karya Tulis ini.

x
Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan keterbatasan
yang ada pada penulis, sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan Karya Tulis ini. Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat
khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peneliti selanjutnya.

Kendari, Juni 2020

Penulis

DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................iii

xi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..............................................iv
MOTTO.................................................................................................................v
RIWAYAT HIDUP................................................................................................vi
ABSTRAK..............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR............................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................x
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................3
BAB II METODE PENELITIAN
A. Strategi Pencarian Literatur......................................................................4
B. Kriteria Inklusi dan Eksklusi.....................................................................4
C. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas.........................................................5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian........................................................................................9
B. Pembahasan.............................................................................................10
BAB IV KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN...........................14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Sintesis/Ekstraksi Data Hasil Penelitian.........................................5

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi penyakit, yang hingga kini masih menjadi salah satu permasalahan di
dunia. Dermatofitosis merupakan salah satu infeksi jamur yang paling banyak
menginfeksi di berbagai negara-negara tropis. Dermatofitosis adalah penyakit
yang disebabkan oleh kolonisasi jamur dermatofit yang menyerang jaringan
yang mengandung keratin seperti stratum korneum, kulit, rambut dan kuku
pada manusia yang digunakan sebagai sumber nutrisi (Bertus dkk, 2015).
Dermatofitosis tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi yang berbeda –
beda di tiap negara. Penelitian World Health Organization (WHO) terhadap
insiden dari infeksi dermatosit menyatakan 20% orang dari seluruh dunia
mengalami infeksi Kutaneus dengan infeksi Tinea korporis, yang paling
dominan dan diikuti dengan Tinea Kruris, Tinea pedis dan Onikomikosis
(Pravitasari dkk, 2019).
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis dengan
suhu dan kelembaban yang tinggi, sehingga memberi dukungan bagi
pertumbuhan jamur. Di Indonesia dermatofitosis menempati urutan kedua
setelah Pityriasis versikolor. Dermatofitosis didapatkan sebanyak 52% dengan
kasus terbanyak Tinea kruris, Tinea pedis, Tinea korporis serta Tinea unguium
(Agustine, 2012).
Tinea unguium merupakan salah satu dermatofitosis yang menginfeksi pada
lempeng kuku yang di sebabkan oleh jamur dermatofita, spesies jamur
dermatofita yang paling sering menginfeksi kuku yaitu spesies Trichophyton
mentagrophytes dan Trichophyton rubrum. Infeksi Tinea unguium menjadikan
kuku menjadi rusak diantaranya kuku menjadi lebih tebal dan nampak
terangkat dari dasar perlekatannya atau Onycholysis, pecah-pecah, tidak rata
dan tidak mengkilat lagi serta perubahan warna lempeng kuku menjadi putih,
kuning, cokelat, hingga hitam (Bintari dkk, 2019).

1
2

Prevalensi terjadinya infeksi Tinea unguium di Indonesia masih sangat


rendah yakni 5 %, hal ini dibuktikan berdasarkan penelitian sebelumnya yang
dilakukan di beberapa rumah sakit di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian
Pradana (2019), di RSUD UNDATA Palu Sulawesi Tengah dari tahun 2013-
2018 di dapatkan 3 kasus Tinea unguium sebanyak 0,3 % dari 1.205 kasus
Dermatofitosis. Dan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fajri (2017),
tentang Karakteristik Pasien Dermatofitosis Superfisialis di Poliklinik Kulit
dan Kelamin RSUP Wahidin Sudirohusodo pada tahun 2016 didapatkan 3
kasus Tinea unguium sebanyak 3,8% dari 53 kasus Dermatofitosis
superfisialis. Serta hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pravitasari
(2019), tentang Profil Dermatofitosis Superfisialis Periode Januari-
Desember 2017 di Rumah Sakit Islam Aisyah didapatkan 4 kasus Tinea
unguium sebanyak 21% dari 19 kasus Dermatofitosis. Dan pada Sulawesi
Tenggara sendiri Khususnya Kota Kendari pada tahun 2018 dilaporkan infeksi
yang disebabkan oleh jamur sebanyak 1,16% (Data Dinkes Kota Kendari
2018).
Walaupun Tinea unguium tidak menyebabkan mortalitas, namun Tinea
unguium bersifat kronis, sulit diobati, dapat mengurangi estetika sehingga
dapat mempengaruhi kenyamanan sekaligus mempengaruhi kualitas hidup
dalam berinteraksi, selain itu juga adanya infeksi jamur dapat menjadi reservoir
bagi infeksi mikroorganisme lainnya (Setianingsih dkk, 2015).
Faktor yang mempengaruhi epidemiologi infeksi Tinea unguium, selain
pengaruh iklim diantaranya adalah personal hygiene yang buruk dikarenakan
kurangnya kepedulian terhadap kebersihan baik lingkungan sekitar maupun
pada diri sendiri, selain itu juga frekuensi bepergian dapat menjadi penyebab
infeksi Tinea unguium yang dikarenakan lamanya penggunaan alas kaki dalam
hal ini sepatu ataupun tanpa menggunakan alas kaki yang kontak langsung
dengan tanah, serta pekerjaan juga dapat menjadi agen terjadinya Tinea
unguium, yaitu pekerjaan yang selalu kontak dengan air dapat mempengaruhi
terjadinya Tinea unguium (Amalia dkk, 2016).
3

Pekerjaan yang selalu kontak dengan air diantaranya yaitu petani, tukang
cuci, kuli pasir, buruh genteng serta nelayan, kelima profesi tersebut sangat
rentan untuk terinfeksi Tinea unguium. Selalu kontak dengan air secara terus
menerus membantu peranan air yang terus menerus akan merusak pelindung
kulit di dasar kuku sehingga menyebabkan jamur mudah masuk dan
berkembang. Tidak memakai alas kaki bahkan bertelanjang kaki saat
melakukan pekerjaan, menjadikan lumpur dengan mudah masuk ke dalam
kuku kaki dan menyebabkan perkembangan jamur untuk menyerang keratin
pada kuku dan menyebabkan kelainan pada kuku yaitu Tinea unguium
( Zulkoni, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
literature review Gambaran Jenis Jamur Penyebab Tinea unguium Pada
Profesi Yang Selalu Kontak Dengan Air.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran
jenis jamur penyebab Tinea unguium pada profesi yang selalu kontak dengan
air?”
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui jenis jamur penyebab Tinea unguium pada profesi yang
selalu kontak dengan air .
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti adalah untuk mengetahui cemaran jamur penyebab
Tinea unguium pada profesi yang selalu kontak dengan air, serta
mendapatkan ilmu pengetahuan yang baru yang dapat diaplikasikan di
dalam kehidupan sehari- hari.
2. Manfaat bagi masyarakat adalah memberikan informasi kepada masyarakat
untuk meningkatkan personal hygiene di lingkungan sekitar, agar terhindar
dari infeksi jamur penyebab Tinea unguium.
3. Manfaat bagi institusi adalah untuk menambah referensi akademik.
4. Manfaat bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai bahan informasi dan bahan
acuan penelitian selanjutnya.
BAB II
METODE PENELITIAN

A. Strategi Pencarian Literatur


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh bukan dari pengamatan yang
langsung dilakukan, akan tetapi data tersebut diperoleh dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang
dimaksud berupa jurnal dan artikel ilmiah yang terdapat hasil pemeriksaan
jamur penyebab Tinea unguium pada profesi yang selalu kontak dengan air
diantaranya petani, kuli pasir, nelayan, buruh genteng dan tukang cuci.
Literature review ini disusun melalui penelusuran artikel penelitian yang
sudah terpublikasi. Penelitian dilakukan menggunakan Google scholar. Penulis
membuka website www. google scholar. com. Pencarian dilakukan dengan
memasukkan semua kata yang ada dalam judul literature review ke dalam
pencarian dan didapatkan 176 hasil kemudian dispesifikkan dengan kata kunci
“Tinea unguium” dan “petani, nelayan, buruh genteng dan tukang cuci”
didapatkan 84 hasil kemudian dispesifikkan lagi dalam 5 tahun terakhir
didapatkan 27 hasil. Pencarian berbatas mulai dari tahun 2016 hingga tahun
2020 yang diakses fulltext dalam bentuk pdf.
Artikel yang ditemukan dibaca dengan cermat untuk melihat apakah artikel
memenuhi kriteria inklusi penulis untuk dijadikan sebagai literatur dalam
penulisan literature review. Artikel yang masuk dalam kriteria inklusi
dianalisis, diekstraksi dan disintesis kemudian ditentukan evidancenya. Dari
hasil ekstraksi dan analisis diharapkan akan ditemukan sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan intervensi.
B. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah profesi yang selalu kontak
dengan air diantaranya petani, kuli pasir, tukang cuci, buruh genteng dan
nelayan yang mengalami infeksi Tinea unguium.

5
6

2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah profesi yang lingkup kerjanya
tidak kontak dengan air.
C. Seleksi Studi dan Penentuan Kualitas
1. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi
Penulusuran menggunakan Google scholar

Memasukkan semua kata yang ada


176 hasil
dalam judul literature review

Dispesifikkan dengan kata kunci


84 Hasil
tiap variable

Dispesifikkan dalam
27 Hasil
5 tahun terakhir
(2016-2020)

12 Hasil
Hasil dengan kriteria inklusi

Hasil artikel literatur untuk dianalisis 5 Hasil


7

2. Daftar Artikel Hasil Pencarian

Tabel 1. Sintesis/Ekstraksi Data Hasil Penelitian


No Penulis/ Tujuan Desain Jumlah Tempat Hasil Penelitian Kesimpulan
Tahun Penelitian Penelitian Responden/ Penelitian
Sampel
1. Mahyudi, Untuk Deskripti 10 Desa Rikit Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil
Hestina mengetahui f Cross responden Bur pemeriksaan jamur penelitian dari 10
(2017) jamur sectional Kecamatan pada 10 orang kuli sampel kerokan kuku
penyebab . Bukit Tusam pasir didapatkan 2 di dapat 2 kuli pasir
Tinea Kabupaten sampel terinfeksi terinfeksi jamur
unguium Aceh jamur Trichophyton golongan dermatofita
pada kuku Tenggara mentagrophytes dan genus Trichophyton
kaki kuli 1 sampel terinfeksi spesies
pasir jamur aspergillus sp. mentagrophytes
penyebab Tinea
unguium.
2. Mei Untuk Deskripti 30 Desa Bunter Berdaasarkan Berdasarkan hasil
Widiati, mengetahu f responden Blok hasil pemeriksaan pemeriksaan pada
Ary i Cileudug jamur pada petani sampel kuku kaki
Nurmalas jamur Kecamatan dari 30 orang petani di Desa Bunter
ari, Rizki dermatofita Sukadana terinfeksi jamur Blok Ciledug
Gusti kuku kaki Kabupaten Trichophyton Kecamatan Sukadana
Andani petani Ciamis mentagrophytes Kabupaten Ciamis
(2016) sebanyak 21 orang ditemukan adanya
(70%), terinfeksi jamur dermatofita
jamur Trichophyton Trichophyton

7
8

rubrum sebanyak 6 mentagrophytes dan


orang (20%) dan Trichophyton rubrum.
terinfeksi jamur
Aspergillus sebanyak
3 orang (10%).
3. Winda Mengetahui Deskriptif 3 responden Desa Gondekan Berdasarkan hasil Hasil identifikasi dari
Lestari jenis jamur Kelurahan penelitian yang ketiga sampel kuku
(2017) dermatofita Wirun dilakukan pada 3 buruh pembuat genteng
yang terdapat Kecamatan sampel kuku buruh yang mengalami
pada kuku Mojolaban pembuat genteng di kerapuhan dan perubahan
buruh pembuat Kabupaten ditemukan 2 sampel warna, di Desa Gondekan
genteng yang Sukoharjo positif jamur Kelurahan Wirun
mengalami Dermatofita yaitu Kecamatan Mojolaban
kerapuhan. Trichophyton Kabupaten Sukoharjo
mentagrophytes dan 1 ditemukan satu sampel
sampel positif jamur adanya jamur
Fusarrium dermatofita.
sporotrichioides.
4. Yunita Untuk Deskriptif 10 responden Kelurahan Berdasarkan hasil Hasil penelitian jamur
Purba mengetahui Rengas Pulau penelitian pada tukang pada kerokkan kuku kaki
(2016) jamur Lingkungan 23 cuci di dengan jumlah Pekerja Tukang Cuci dari
penyebab Kecamatan 10 orang pekerja. 10 sampel dilakukan
infeksi pada Medan Marelan dengan metode kultur kultur dengan media
kuku kaki pada media Sabouraud Sabouraud Dextrose
pekerja tukang Dextrose Agar dan hasil Agar ditemukan 3 sampel
cuci penelitian ditemukan 3 terinfeksi jamur
sampel positif yang Dermatofitaspesies
disebabkan oleh Trichophyton
9

Trichophyton mentagrophtes dan


mentagrophytes dan Epidermophyton
Epidermaphyton floccosum
floccusum
5. Tria Untuk Deskriptif 47 responden Sungai Bawang Berdasarkan hasil Hasil pemeriksaan jamur
Monika mengetahui latak Kecamatan pemeriksaan secara penyebab tinea unguium
(2019) gambaran menggala langsung pada 47 pada 47 nelayan sungai
penderita Kabupaten sampel diperoleh 8 didapatkan 8 sampel
Tinea unguium Tulang Bawang sampel positif jamur positif dengan spesies
pada kuku dermatofita penyebab keseluruhan adalah
nelayan di Tinea unguium Trichophyton
sungai Bawang keseluruhan adalah mentagrophytes.
latak spesies Trichophyton
Kecamatan mentagrophytes
Menggala
Kabupaten
Tulang
Bawang.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Berdasarkan hasil pencarian artikel atau jurnal pada database Google
Schoolar dengan menggunakan kata kunci, telah ditemukan 5 jenis artikel,
metode penelitian artikel yang dianalisis beragam, masing-masing
menggunakan metode penelitian berbeda yaitu deskriptif dan deskriptif
cross-sectional. Begitu pula objek dan tempat penelitian juga berbeda. Untuk
artikel pertama dilakukan pada kuli pasir di Desa Rikit Bur Kecamatan Bukit
Tusam Kabupaten Aceh Tenggara, artikel kedua dilakukan pada petani diDesa
Bunter Blok Cileudug Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis, artikel ketiga
dilakukan pada buruh genteng Desa Gondekan Kelurahan Wirun Kecamatan
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, artikel keempat dilakukan pada tukang cuci
di Kelurahan Rengas Pulau Lingkungan 23 Kecamatan Medan Marelan, dan
artikel kelima dilakukan pada nelayan di Sungai Bawang latak Kecamatan
menggala Kabupaten Tulang Bawang.
Hasil penelitian yang dilakukan Mahyudi (2017), yang melakukan
pemeriksaan jamur penyebab Tinea unguium pada kuli pasir, dari 10 sampel
yang diperiksa didapatkan 2 sampel terinfeksi jamur dermatofita spesies
Trichophyton mentagrophytes dan 1 sampel positif jamur Aspergillus sp yang
diduga sebagai jamur kontaminan.
Hasil penelitian Widiati (2016), yang melakukan pemeriksaan jamur
dermatofita pada petani, dari 30 sampel yang diperiksa didapatkan sebanyak 21
orang (70 %) terinfeksi jamur Trichophyton mentagrophytes, sebanyak 6 orang
(20%) terinfeksi jamur Trichophyton rubrum dan juga ditemukan infeksi
jamur kontaminan jamur Aspergillus sp sebanyak 3 orang (10%) .
Serta hasil penelitian lestari (2017), yang melakukan pemeriksaan jamur
pada buruh genteng, dari 3 sampel yang diperiksa didapatkan 2 sampel
terinfeksi jamur dermatofita spesies Trichophyton mentagrophytes dan juga 1
sampel terinfeksi jamur kontaminan Fusarrium sporotrichioides.

10
11

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Yanti (2016), yang melakukan


pemeriksaan jamur pada kuku tukang cuci, dari 10 sampel yang diperiksa
didapatkan 2 sampel terinfeksi jamur Trichophyton mentagrophytes dan 1
sampel terinfeksi jamur Epidermophyton floccosum.
Serta hasil penelitian yang dilakukan Monika (2019), yang melakukan
pemeriksaan jamur dermatofita pada nelayan sungai, dari 47 sampel yang
diperiksa didapatkan 8 sampel terinfeksi jamur Trichophyton mentagrophytes
secara keseluruhan.
Dari ke lima hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Trichophyton
mentagrophytes sebagai spesies jamur yang paling sering menyebabkan Tinea
unguium, pada beberapa profesi yang lingkup kerjanya selalu kontak dengan
air tanpa menggunakan alas kaki.
B. Pembahasan
Penetapan kriteria yang ketat pada metode sangat mempengaruhi jumlah
artikel yang didapat. Penentuan artikel yang diambil awalnya dengan cara
memasukkan semua kata yang terdapat dalam Literatur review kemudian
dilakukan pencarian menggunakan google scholar. Setelah dilihat bahwa
jumlah artikel yang didapatkan terbatas, maka kriteria pengambilan artikel
selanjutnya dispesifikkan dengan kata kunci tiap variable, kemudian
dispesifikkan lagi menjadi 5 tahun terakhir. Hasil artikel yang didapatkan di
ambil, kemudian dianalisis yang dapat memenuhi kriteria inklusi dan dapat
dijadikan sebagai artikel yang dapat mengacu pada artikel yang terkait dengan
gambaran hasil pemeriksaan jamur penyebab Tinea unguium pada profesi yang
selalu kontak dengan air diantaranya petani, kuli pasir, buruh genteng, tukang
cuci dan nelayan.
Lingkungan kerja yang lembab dapat menjadi sumber penyakit yang
disebabkan oleh jamur. Pada umumnya jamur tumbuh dengan baik pada
tempat yang lembab. Sehingga jika selalu kontak dengan lingkungan yang
lembab dan berlangsung lama, akan semakin berpotensi sebagai tempat jamur
berkembang. Pekerjaan yang selalu kontak dengan air tanpa penggunaan alas
kaki dapat menjadi faktor pemicu terjadinya infeksi Tinea unguium.
12

Penelitian yang dilakukan oleh Mahyudi (2017), yang melakukan


pemeriksaan jamur pada kerokan kuku kaki kuli pasir, selalu kontak dengan
air tanpa menggunakan alas kaki menjadikan kuku kuli pasir mengalami
kelainan di antaranya kuku mengalami kerapuhan dan perubahan warna. Kuku
yang mengalami kelainan tersebut di kultur pada media Sabouroud Dextrose
Agar (SDA), dari 10 sampel yang dikultur ditemukan 3 sampel yang
mengalami pertumbuhan jamur, dimana didapatkan 2 sampel yang tampak
seperti tepung berwarna putih dan 1 sampel tampak seperti tepung berwarna
putih kehijauan. Ketiga sampel yang menunjukkan adanya pertumbuhan jamur
tersebut kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan Direct smear
menggunakan Lactophenol cotton blue untuk mengetahui morfologi jamur,
dari hasil pemeriksaan didapatkan 2 sampel positif Trichophyton
mentagrophytes dengan ditemukannya mikrokonidia bulat seperti buah anggur,
menumpuk dan hifanya tidak jelas. Sedangkan pada satu sampel didapatkan
spesies Aspergillus sp yang menunjukkan bentuknya bulat seperti bola dan
hifanya terlihat sangat jelas.
Perlakuan yang sama juga dilakukan oleh Purba (2016), yang melakukan
analisis jamur pada kuku kaki 30 orang tukang cuci yang kontak kerjanya
selalu kontak dengan air tanpa menggunakan alas kaki, menunjukkan kuku
menjadi kusam dan rapuh, yang kemudian dikerok dan dikultur pada media
Sabouroud Dextrose Agar (SDA). Hasil kultur menunjukkan adanya
pertumbuhan jamur pada 3 sampel, dimana didapatkan bentuk koloni seperti
tepung yang melebar berwarna putih dan kuning kecokelatan. Adanya
pertumbuhan koloni tersebut kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan Direct
Smear menggunakan Lactophenol Cotton Blue, dari hasil pemeriksaan 2 koloni
didapatkan mikrokonidia bulat seperti buah anggur yang terpisah-pisah
menunjukkan morfologi Trichophyton mentagrophytes. Dan 1 koloni
mikrokonidia lebar seperti gada terdiri 2-4 sel yang menunjukkan morfologi
Epidermophyton floccosum.
Sedangkan penelitian yang dilakukan widiati (2016), yang melakukan
pemeriksaan jamur dermatofita pada 30 orang petani yang selalu kontak
13

dengan air dan tidak menggunakan alas kaki ketika bekerja, menjadikan kuku
tebal, rapuh, dan berwarna coklat kekuningan. Kerokan kuku yang mengalami
kelainan tersebut diperiksa secara langsung terlebih dahulu menggunakan
KOH 20% untuk melihat adanya elemen jamur, namun hasil pemeriksaan
menunjukkan hasil negative yaitu tidak ditemukan adanya elemen jamur,
sehingga untuk memastikan hasil benar-benar negative maka dilanjutkan
pemeriksaan secara kultur menggunakan media Sabouroud Dextrose Agar
(SDA). Hasil kultur menunjukkan adanya pertumbuhan jamur dimana dari 30
sampel didapatkan 21 sampel yang berbentuk seperti kapas, permukaan koloni
berwarna putih dan dasar koloni berwarna kuning, dan 6 sampel yang
berbentuk seperti kapas, permukaan koloni berwarna putih dan dasar koloni
berwarna merah anggur, serta 3 sampel yang berbentuk seperti kapas,
permukaan koloni berwarna putih dan dasar koloni berwarna putih. Adanya
pertumbuhan jamur tersebut kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan Direct
Smear menggunakan NaCl 0,85% untuk mengetahui morfologi jamur, dimana
dari 21 sampel tersebut didapatkan koloni Trichophyton mentagrophytes
ditandai dengan adanya mikrokonida bulat, bergerombol, dengan bentuk cerutu
yang jarang dan 6 sampel didapatkan koloni Trichophyton rubrum ditandai
dengan adanya mikrokonida berbentuk air mata, dengan sedikit makrokonidia
berbentuk pensil, serta 3 sampel positif Aspergillus sp ditandai dengan hifa
bersekat, bentuk seperti kipas konidiospora, sterigma.
Perlakuan yang sama juga dilakukan Lestari (2017), yang melakukan
pemeriksaan jamur dermatofita pada 3 buruh genteng, selalu kontak dengan air
tanpa penggunaan alas kaki pada saat bekerja menjadikan kuku mengalami
kerapuhan dan perubahan warna. Kuku yang mengalami kelainan tersebut
diperiksa secara langsung menggunakan KOH 40%, hasil pemeriksaan
menunjukkan adanya elemen jamur yang nampak tidak jelas. Untuk
memastikan bahwa pada sampel benar-benar terdapat elemen jamur maka
sampel dikultur pada media Sabouroud Dextrose Agar (SDA). Hasil kultur
didapatkan 2 koloni berbentuk seperti kapas, permukaan koloni berwarna
putih dan dasar koloni berwarna kuning. Serta didapatkan 1 sampel koloni
14

berbentuk kapas, permukaan koloni berwarna putih dan dasar koloni berwarna
putih. Untuk mengetahui morfologi jamur tersebut dilakukan pemeriksaan
Direct smear menggunakan Lactophenol Cotton Blue, dari hasil pemeriksaan
didapatkan 2 koloni Trichophyton mentagrophytes yang memiliki
mikrokonidia bulat yang bergerombol seperti buah anggur, dan 1 koloni
Fusarrium sporotrichioides yang memiliki konidiofor bercabang, terdapat
banyak mikrokonidia dan makrokonidia berbentuk sabit.
Akan tetapi penelitian yang dilakukan Monika (2019), yang melakukan
pemeriksaan jamur pada 47 nelayan, didapatkan kuku nelayan mengalami
kelainan diantaranya kuku mengalami perubahan warna menjadi kuning ,
rapuh, keras, menebal dan permukaan kuku tidak rata. Kuku yang mengalami
kelainan tersebut hanya diperiksa secara langsung menggunakan KOH 10 %,
tanpa menggunakan media kultur. Dari 47 sampel yang diperiksa didapatkan 8
sampel positif Trichophyton mentagrophytes ditandai dengan ditemukannya
elemen jamur berupa hifa spiral dan mikrokonidia bulat bergerombol.
Tinea unguium merupakan kelainan pada kuku yang disebabkan oleh jamur
dermatofita yaitu spesies Epidermophyton floccosum, dan genus Trichophyton.
Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton rubrum merupakan spesies
yang paling sering menyebabkan Tinea unguium. Gejala klinis dari Tinea
unguium, yaitu permukaan kuku tidak rata, kuku menjadi rapuh atau keras,
lempeng kuku menjadi tebal, rapuh, dan berwarna coklat kekuningan. (Sutanto,
2008).
Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya, telah membuktikan bahwa
spesies Trichophyton mentagrophytes sebagai spesies jamur yang paling sering
menyebabkan Tinea unguium pada beberapa profesi yang lingkup kerjanya
selalu kontak dengan air dengan tanpa menggunakan alas kaki di antaranya
petani, kuli pasir, buruh genteng, tukang cuci dan nelayan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

Hasil literature review ini menunjukkan bahwa beberapa profesi yang selalu
kontak dengan air diantaranya petani, kuli pasir, buruh genteng, tukang cuci dan
nelayan ditemukan adanya gejala infeksi Tinea unguium diantaranya kuku
mengalami perubahan warna dan juga kerapuhan, setelah dilakukan pemeriksaan
didapatkan jamur dermatofita yaitu Trichophyton mentagrophytes sebagai spesies
jamur yang paling sering menginfeksi kuku khususnya kuku yang selalu kontak
dengan air tanpa penggunaan alas kaki.
Dengan sedikitnya hasil penelitian dengan menggunakan penelitian yang
terbaik yang dilakukan pada beberapa profesi, penelitian selanjutnya dengan
kualitas lebih baik akan sangat membantu proses pemeriksaan jenis jamur
penyebab Tinea unguium khususnya.
Jika sudah ditemukan evidence yang terbaru dengan kualitas penelitian yang
lebih baik maka literature review ini dapat diupgrade sebagai pedoman dalam
memberikan metode pemeriksaan jenis jamur penyebab Tinea unguium
khususnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amalia Reski, dkk.2016. Hubungan Personal Hygiene Terhadap Infeksi Tinea


unguium Pada Kuku Kaki Petani Penggarap Sawah Di Kelurahan Kebun Sari
Kecamatan Amuntai Tengah. Jurnal Ergaterio.3

Agustine R.2012. Perbandingan Sensitivitas dan Spesifisitas Pemeriksaansediaan


Langsung Koh 20% Dengan Sentrifugasi Dan tanpa Sentrifugasi pada Tinea
Kruris. {Thesis}. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang

Bertus PVN, Pandeleke JEH. 2015. Profil Dermatofitosis di Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Prof. DR. RD. Kandou Manado Periode Januari-Desember
2012. Jurnal e-Clinic.3(2).

Bintari DWN, Suasarna A, dkk. 2019. Onychomicosis Non-Dermatofita Pada


Peternak Babi Di Paang Kaja Dan Banjar Semaga Desa Penatih Kecamatan
Denpasar Timur. Jurnal Kesehatan Terpadu.3(1):8-14.

Dinkes Provinsi Sultra .2018. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.


Kendari: Dinas Kesehatan Provinsi Sultra.

Fajri muhammad. 2017. Karakteristik Pasien Dermatofitosis Superfisial di


Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo pada Periode
Januari-Desember 2016.{Skripsi}. Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar.

Mahyudi, Hestina. 2016. Identifikasi Jamur Penyebab Tinea unguium pada


Kerokan Kuku Kaki Petani di Desa Rikit Bur Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara. Jurnal Analis Laboratorium Medik.1(2).

Monika, Tria. 2019. Gambaran Penderita Tinea unguium Pada Kuku Nelayan di
Sungai Bawang Latak Kecamatan Manggala Kabupaten Tulang Bawang.
{Thesis}. Poltekkes Tanjung Karang.

Pradana Yoga Made. 2018. Penyakit Kulit yang Disebabkan Infeksi Jamur di
RSUD UNDATA Palu periode 2013-2019.{KTI}.Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Palu.

Pravitasari ND, Hidayatullah AT, dkk. 2019. Profil Dermatofitosis Superfisialis


Periode januari-Desember 2017 di Rumah Sakit Islam Aisyah Malang. Jurnal
Saintika Medika. 15(1).

Purba, Yunita. (2016). Analisa Jamur Penyebab Infeksi Pada Kuku


Kaki Pekerja Tukang Cuci Di Kelurahan Rengas Pulau Lingkungan
23 Kecamatan Medan Marelan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Dan
Lingkungan Hidup.2(1).

Retnoningsih Arie. 2017. Analisis faktor-Faktor Penyebab Dermatitis Kontak


Pada Nelayan. (Skripsi). Semarang: Universitas Muhamadiyah Semarang.

Setianingsih Ika, Arianti CD, dkk. 2015. Prevalence And Risk factor Analysis Of
Tinea unguium Infection on Pig Farmer in The Tanah Siang Sub-district,
Central Kalimantan. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber
Binatang.5(3): 155-161.

Sutanto, dkk. (2008) Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi keempat. Jakarta:
Balai FKUI.

Widiati Mei, dkk. 2016. Pemeriksaan Jamur Dermatofita Kuku Kaki Petani di
Desa Bunter Blok Ciledug Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis. Jurnal
Analis Kesehatan. 3(1): 31-32.

Zulkoni, Akhsin. (2010). Parasitologi. Yogyakarta: Muha Medika

Anda mungkin juga menyukai