Anda di halaman 1dari 8

Lembar Kerja 7: Pengambilan Dan Interpretasi Analisa Gas Darah (AGD)

Tujuan pembelajaran:
Mahasiswa mampu melakukan pengambilan darah arteri dan menginterpretasi analisa
hasil darah arteri.

Kegiatan Sebelum Praktikum

a. Definisi
Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa),
oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai
pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang
dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas
darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.

b. Gangguan asam basa sederhana


Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan dengan memakai
persamaan yang dikenal dengan persamaan Henderson-Hasselbach. Persamaan asam basa
adalah sebagai berikut:
HCO3 merupakan komponen metabolik yang
pH = (HCO3) / PaCO2 = 20 / 1 dikendalikan oleh ginjal
PaCO2 merupakan komponen pernafasan yang
dikendalikan oleh paru-paru

Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1 agar pH dapat
dipertahankan dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal untuk
mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan kemampuan paru untuk mengubah
PaCO2 (tekanan parsial CO2 dalam darah arteri) melalui respirasi. Nilai normal pH adalah 7,35-
7,45. berikut ini adalah gambaran rentang pH:

1
Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan basa. Penilaian
keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah membutuhkan pendekatan yang
sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis, sedangkan peningkatan
keasaman (pH) > 7,45 disebut alkalosis. Jika gangguan asam basa terutama disebabkan oleh
komponen respirasi (pCO2) maka disebut asidosis/alkalosis respiratorik, sedangkan bila
gangguannya disebabkan oleh komponen HCO3 maka disebut asidosis/alkalosis metabolik.
Disebut gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya melibatkan satu komponen saja
(respirasi atau metabolik), sedangkan bila melibatkan keduanya (respirasi dan metabolik) disebut
gangguan asam basa campuran.
 Rentang nilai normal
pH : 7, 35-7, 45 TCO2 : 23-27 mmol/L
PCO2 : 35-45 mmHg BE : 0 ± 2 mEq/L
PO2 : 80-100 mmHg saturasi O2 : 95 % atau lebih
HCO3 : 22-26 mEq/L

 Tabel gangguan asam basa:

2
Kegiatan Saat Praktikum

1. Perlengkapan yang disiapkan:


 Spuit 2 ml atau 3ml dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak) dan nomor
20 atau 21 untuk dewasa
 Heparin
 Yodium-povidin
 Penutup jarum (gabus atau karet)
 Kasa steril
 Kapas alkohol
 Plester dan gunting
 Pengalas
 Handuk kecil
 Sarung tangan sekali pakai
 Obat anestesi lokal jika dibutuhkan
 Kertas label untuk nama
 Bengkok

2. Tujuan
 Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
 Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
 Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh

3. Indikasi
 Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
 Pasien deangan edema pulmo
 Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
 Infark miokard
 Pneumonia
 Klien syok
 Post pembedahan coronary arteri baypass
 Resusitasi cardiac arrest
 Klien dengan perubahan status respiratori
 Anestesi yang terlalu lama

4. Lokasi pungsi arteri


 Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)
 Arteri brakialis
 Arteri femoralis
 Arteri tibialis posterior
 Arteri dorsalis pedis
3
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain,
karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi
spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak
digunakan karena adanya risiko emboli otak.
Contoh allen’s test:

Cara allen’s test:


Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada arteri
radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri,
observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam
15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan
tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan
tersebut dan periksa tangan yang lain.

5. Komplikasi
 Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulkan nyeri
 Perdarahan
 Cidera syaraf
 Spasme arteri

6. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD


 Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah
maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah
kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
 Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin
yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh
karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.

 Metabolisme
4
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia
membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel
diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa,
dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.
 Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO 2 dan
PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2
yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan
dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah

7. Hal-hal yang perlu diperhatikan


 Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
 Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk
mencegah darah membeku
 Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan
anestesi lokal
 Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui kepatenan
arteri
 Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang
keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri
 Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata
dan tidak membeku
 Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras
daripada vena)
 Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung
jarum dengan karet atau gabus
 Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil
 Segera kirim ke laboratorium ( sito )

8. Persiapan pasien
 Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan
 Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa
sakit
 Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul
 Jelaskan tentang allen’s test

9. Prosedur kerja
 Baca status dan data klien untuk memastikan pengambilan AGD
 Cek alat-alat yang akan digunakan
 Cuci tangan
5
 Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
 Perkenalkan nama perawat
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
 Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
 Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
 Tanyakan keluhan klien saat ini
 Jaga privasi klien
 Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
 Posisikan klien dengan nyaman
 Pakai sarung tangan sekali pakai
 Palpasi arteri radialis
 Lakukan allen’s test
 Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk
 Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
 Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-povidin, kemudian diusap
dengan kapas alkohol
 Berikan anestesi lokal jika perlu
 Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian kosongkan
spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit
 Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45 ° sambil menstabilkan
arteri klien dengan tangan yang lain
 Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah tidak bisa
naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena)
 Ambil darah 1 sampai 2 ml
 Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit
 Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet
 Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin
 Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah
 Ukur suhu dan pernafasan klien
 Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang digunakan
klien jika kilen menggunakan terapi oksigen
 Kirim segera darah ke laboratorium
 Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah (untuk
klien yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu yang lama)
 Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan
 Cuci tangan
 Kaji respon klien setelah pengambilan AGD
 Berikan reinforcement positif pada klien
 Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
 Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
6
 Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari sebelah
mana darah diambil dan respon klien

Contoh gambar cara mengambil AGD:

Video Pembelajaran:
https://www.youtube.com/watch?v=narzmREihWI
https://www.youtube.com/watch?v=UEVVUpz30RQ

Kegiatan setelah praktikum


Jelaskanlah interpretasi AGD pasien dibawah ini:
1. Pasien Tn. X mempunyai hasil analisa gas darah sebagai berikut ; pH: 7.44 (Normal) ,
paCO2; 30 (turun) , HCO3: 21 (turun)
ALKOLOSIS RESPIRATORIK TERKOMPENSASI
2. Pasien Tn. X mempunyai hasil analisa gas darah sebagai berikut ; pH: 7.26 (Turun), paCO2;
32 (turun) , HCO3: 18 (turun)
ASIDOSIS METABOLIK TERKOMPENSASI SEBAGIAN
3. Laki2 30 tahun, dirawat sejak 2 hari yang lalu dengan pneumonia. Pasien sedang dalam
masa penyembuhan tetapi sekarang terjadi diaporesis, dypsnoe, dan hipotensi, pasien
mendapat therapi o2 nasal 4 lpm
pH : 7.4 (normal) ureum : 39
PaCO2 : 20 (turun) Na : 139
PaO2 : 80 K : 5.1
BE : -8 creatinin : 100
SaO2 : 95 Cl : 117
HCO3- : 12 ( turun)
ALKALOSIS RESPIRATORIK TERKOMPENSASI PENUH

4. Laki2 60 tahun, diketahui seorang drugs abuser, mengeluh sesak nafas yang progresif
pH : 7.03 (turun) ureum : 14
7
PaCO2 : 79 (naik) Na : 134
PaO2 : 128 K : 4.1
BE : -28 (turun) creatinin : 90
SaO2 : 97 Cl : 102
HCO3- : 15 (turun)
GABUNGAN ASIDOSIS RESPIRATORIK METABOLIK
5. Perempuan 16 tahun, mengeluh sesak nafas, dizziness (pusing), konfusi, dan spasme pada
jari.
pH : 7.5 (naik) ureum : 15
PaCO2 : 20 (turun) Na : 140
PaO2 : 150 K : 4.8
BE :4 creatinin : 80
SaO2 : 100 Cl : 100
HCO3- : 25 (normal)
ALKALOSIS RESPIRATORIK TIDAK TERKOMPENSASI
6. Laki2 70 tahun, riwayat perokok berat, mengeluh sesak nafas.
pH : 7.35 (NORMAL) ureum : 23
PaCO2 : 48 NAIK Na : 129
PaO2 : 60 K : 3.1
BE : -1.6 creatinin : 110
SaO2 : 92 Cl : 102
HCO3- : 30 NAIK
ASIDOSIS RESPIRATORIK TERKOMPENSASI
7. Laki2 30 tahun, tidak memiliki riwayat penyakit, mengalami kecelakaan lalu lintas, dari CT
scan didapat SDH dan udem serebri. Pasien telah di intubasi dan menunggu program operasi
pH : 7.4 ureum : 14
PaCO2 : 33 Na : 135
PaO2 : 200 K : 4.1
BE : -1.2 creatinin : 60
SaO2 : 100 Cl : 103
HCO3- : 24
ASIDOSIS METABOLIK

Anda mungkin juga menyukai