Anda di halaman 1dari 32

Jawaban Pertanyaan Terjaring

Pemicu 4
Lika Hanifah – FAA 116 027
1. Apa yang dimaksud dengan AGD? Jelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi AGD!
Analisa gas darah adalah salah satu tindakan pemeriksaan
laboratorium yang ditujukan ketika dibutuhkan
informasi yang berhubungan dengan keseimbangan
asam basa pasien (Wilson, 1999). Hal ini berhubungan
untuk mengetahui keseimbangan asam basa tubuh yang
dikontrol melalui tiga mekanisme, yaitu system buffer,
sistem respiratori, dan sistem renal (Wilson, 1999).
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan
nama pemeriksaan “ASTRUP”, yaitu suatu pemeriksaan
gas darah yang dilakukan melalui darah arteri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi AGD
• Gelembung udara. Tekanan oksigen udara adalah 158
mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia
cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan
oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka
hasilnya akan meningkat.
• Antikoagulan. Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi
gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang
berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan
pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO 2
terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
• Metabolisme. Sampel darah masih merupakan jaringan yang
hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan
menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa
dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung
diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.
• Suhu. Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang
menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti
perubahan PCO2. Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis
atau alkalosis sedangkan nilai PCO 2 yang abnormal terjadi pada
keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan
saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai
oksigenasi darah
Faktor-faktor yang berkontribusi pada nilai-nilai analisa gas darah
yang abnormal:

• Obat-obatan dapat meningkatkan pH darah: sodium bikarbonat


• Kegagalan untuk mengeluarkan semua udara dari spuit akan
menyebabkan nilai PaCO2 yang rendah dan nilai PaO2 meningkat
• Obat-obatan yang dapat meningkatkan PaCO2: aldosterone, ethacrynic
acid, hydrocortisone, metolazone, prednisone, sodium bicarbonate,
thiazides.
• Obat-obatan yang dapat menurunkan PaCO2: acetazolamide,
dimercaprol, methicillin sodium, nitrofurantoin, tetracycline,
triamterene.
• Obat-obatan yang dapat meningkatkan HCO3-: alkaline salts, Diuretics
• Obat-obatan yang dapat menurunkan HCO3-: ac id salts.
• Saturasi oksigen dipengaruhi oteh tekanan parsial oksigen dalam darah,
suhu tubuh, pH darah, dan struktur hemoglobin.
Sumber:
http://fk.unsoed.ac.id/sites/default/files/img/m
odul%20labskill/genap%20I/Genap%20I%20-%
20Analisa%20Gas%20darah%20dan%20injeksi.p
df
Tujuan dilakukan analisa gas darah
Tujuan dilakukan analisa gas darah adalah untuk
mengetahui: pH darah, Tekanan parsial Karbon
Dioksida (PCO2), Bikarbonat (HCO3-), Base
excess/deficit, Tekanan Oksigen (PO2),
Kandungan Oksigen (O2), dan Saturasi Oksigen
(SO2)
2. Apa saja prosedur pemeriksaan AGD, serta
bagaimana cara membaca hasil AGD?
Prosedur pemeriksaan AGD
1. Berikan penjelasan kepada pasien atau keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan.
2. Angkatlah pergelangan tangan pasien dengan bantal kecil,
dan perintahkan pasien untuk meluruskan jari-jari ke bawah.
3. Rabalah arteri dan gerakkan bagian belakang tangan pasien
hingga teraba denyut nadi yang memuaskan.
4. Lakukan desinfeksi pada area tersebut.
5. Siapkan jarum 20/21 G pada siring yang telah diisi
heparin.Lakukan pungsi arteri dan ambil darah sebanyak 3-5
ml.
6. Setelah menarik jarum kemudian tutuplah lokasi
tersebut dan pertahankan tekanan diatas lokasi
penusukan dengan 2 jari selama 2 menit hingga
tidak ditemukan perdarahan.
7. Pastikan udara yang ada pada sampel darah telah
dikeluarkan secepatnya.T utuplah syringe dan
gulung untuk mencampur darah dan heparin.
8. Berilah label pada sampel tersebut.
9. Letakkan syringe pada es dan kirim ke laboratorium.
Prosedur Tindakan:
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan sebelum memasuki ruangan pasien.
2. Cuci tangan dengan menggunakan tujuh langkah benar.
3. Bila menggunakan peralatan AGD yang sudah siap, buka peralatan tersebut serta
pindahkan labelcontoh dan tas plastik (plastic bag).
4. Catat label nama pasien, nomor ruangan, temperatur suhu pasien, tanggal dan
waktu pengambilan,metode pemberian oksigen, dan nama perawat yang bertugas
pada tindakan tersebut.
5. Beritahu pasien alasan dalam melakukan tindakan tersebut dan jelaskan prosedur
ke pasien untuk membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kooperatif
pasien dalam melancarkantindakan tersebut.
6. Cuci tangan dan setelah itu gunakan sarung tangan.
7. Lakukan pengkajian melalui metode tes Allen.
8. Bersihkan daerah yang akan di injeksi dengan alkohol atau povidoneiodine pad.
9. Gunakan gerakan memutar (circular) dalam membersihkan area injeksi, dimulai
dengan bagian tengah lalu ke bagian luar.
10. Palpasi arterti dengan jari telunjuk dan tengah satu tangan ketika tangan satunya
lagi memegang syringe.
11. Pegang alat pengukur sudut jarum hingga menunjukkan 30-45 derajat. Ketika area
injeksi arteribrankhial, posisikan jarum 60 derajat.
12. Injeksi kulit dan dinding arterial dalam satu kali langkah.
13. Perhatikan untuk blood backflow di syringe.
14. Setelah mengambil contoh, tekan gauze pad pada area injeksi hingga pedarahan
berhenti yaitusekitar 5 menit.
15. Periksa syringe dari gelembung udara. Jika muncul gelembung udara, pindahkan
gelembung tersebut dengan memegang syringe ke atas dan secara perlahan
mengeluarkan beberapa darah ke gauze pad. 
16. Masukan jarum ke dalam penutup jarum atau pindahkan jarum dan tempatkan
tutup jarum pada jarum yang telah digunakan tersebut.
17. Letakkan label pada sampel yang diambil yang sudah diletakkan pada ice-filled
plastic bag
18. Ketika pedarahan berhenti, area yang di injeksi diberikan balutan kecil dan
direkatkan.
19. Pantau tanda vital pasien, dan observasi tanda dari sirkulasi. Pantau atau
perhatikan risiko adanyapedarahan di area injeksi.
• Sumber: https://
www.scribd.com/document/270689678/Analisis-Gas-darah-pdf
Interprestasi hasil pemeriksaan AGD
1. Hipoksia
a. Ringan PaO2 50 – 80 mmHg
b. Sedang PaO2 30 – 50 mmHg
c. Berat PaO2 20 – 30 mmHg
2. Hiperkapnia
d. Ringan PaCO2 45 – 60 mmHg
e. Sedang PaCO2 60 – 70 mmHg
f. Berat PaCO2 70 – 80 mmHg. Harga normal : -pH darah arteri
7,35 – 7,45-PaO2 80 – 100 mmHg-PaCO2 35 – 45 mmHg-
HCO3- 22– 26 mEq/l-Base Excess (B.E) -2,5– (+2,5) mEq/l-O2
Saturasi 90– 100 %
 
3. Batas normal AGD

Rentang nilai normal


• pH             : 7, 35-7,45
• PCO2         : 35-45 mmHg  
• PO2            : 80-100 mmHg 
• HCO3        : 22-26 mEq/L
• Nilai normal gas darah
Arteri Vena
Ph 7,35 - 7,45 7,33 – 7,43
Po2 80 -100 mmHg 34 – 49 mmHg
Saturasi O2 > 95 % 70 – 75 %
Pco2 35 – 45 mmHg 41 – 51 mmHg
HCO3 22- 26 mEq/L 24 – 28 mEq/L
BE -2 s/d +2 0 - +4
Sumber: https://
witristikes.files.wordpress.com/2010/08/bga.ppt
4. Berapakah batas normal pH tubuh?
• Nilai pH normal darah arteri adalah 7,4; sedangkan
pH darah vena dan cairan interstisial sekitar 7,35
akibat jumlah ekstra CO2 yang dibebaskan dari
jaringan untuk membentuk H2CO3 dalam cairan ini.
Oleh karena pH normal darah arteri adalah 7,4;
seseorang dianggap mengalami asidosis bila pH
turun di bawah nilai ini dan mengalami alkalosis bila
pH meningkat di atas 7,4. Seseorang dapat hidup
lebih dari beberapa jam dengan batas bawah pH
sekitar 6,8; dan batas atas pH sekitar 8,0.
• pH intrasel biasanya sedikit lebih rendah
daripada pH plasma karena metabolisme sel
menghasilkan asam, terutama H,CO3.
Bergantung pada jenis sel, pH cairan
intraselular diperkirakan berkisar antara 6,0
dan 7,4. Hipoksia jaringan dan aliran darah
yang buruk ke jaringan dapat menyebabkan
akumulasi asam dan dapat menurunkan pH
intrasel pH urine dapat berkisar dari 4,5
sampai 8,0; bergantung pada status asam-
basa cairan ekstraselular.
• Sumber: fisiologi guyton
5. Bagaimana cara untuk mencegah
terjadinya asidosis ataupun alkalosis?
• Ada 3 faktor utama yang mengatur konsentrasi ion hidrogen
dalam tubuh guna mencegah terjadinya asidosis ataupun
alkalosis. Ketiga faktor tersebut antara lain sistem penyangga
asam-basa (sistem buffer), pusat pernapasan, dan ginjal.
Mekanisme tubuh dalam menjaga keseimbangan pH tubuh
melalui tiga mekanisme di atas berlangsung secara berurutan.
Saat terjadi gangguan keseimbangan asam-basa, sistem buffer
langsung diaktifkan sebagai bentuk pertahanan tahap
pertama. Apabila gangguan tidak dapat dikompensasi,
selanjutnya tubuh mengaktifkan pertahanan tahap kedua
melalui mekanisme pernapasan, terakhir melalui mekanisme
ginjal.
6. Bagaimana mekanisme ginjal untuk
mempertahankan konsentrasi buffer HCO3¯?
Dengan dua cara, yaitu:
1. HCO3- yg difiltrasi semuanya direabsorpsi
di tubulus proksimalis.
2. HCO3- dibentuk lagi dlm tubulus distalis,
untuk menggantikan HCO3- yg dipakai
oleh asam yg tdk menguap (HCL,
H3PO4, H2SO4 dan as. organik) dlm drh
hasil proses metabolisme.
MOBILISASI H+ DI TUBULUS PROKSIMALIS
SEKRESI H+ DI TUBULUS DISTALIS
7. Bagaimana ginjal mengatur keseimbangan
pH?
• Ginjal mengontrol keseimbangan asam-basa dengan
mengeluarkan urine asam atau basa. Mekanisme pengeluaran
urine asam dan basa sesungguhnya merupakan mekanisme
pengontolan ginjal terhadap ekskresi dan reabsorpsi ion
bikarbonat (HCO3¯). Reabsorpsi ion bikarbonat dan ekskresi
ion hidrogen keduanya dicapai melalui proses sekresi ion
hidrogen oleh tubulus sebab ion bikarbonat harus bereaksi
dengan satu ion hidrogen agar dapat direabsorpsi. Sejumlah
besar ion bikarbonat disaring terus-menerus ke dalam tubulus.
Jika kondisi keasaman tubuh meningkat (pH menurun), proses
reabsorpsi bikarbonat akan ditingkatkan untuk
mempertahankan pH tubuh.
• Selain itu, tubuh juga akan memproduksi bikarbonat baru
yang dikeluarkan menjadi asam. Sebaliknya, bila pH
meningkat karena kekurangan ion hidrogen dalam CES
(alkalosis), ginjal tidak akan mereabsorpsi semua ion
bikarbonat yang disaring sehingga akan meningkatkan
ekskresi bikarbonat. Karena ion bikarbonat normalnya
menyangga hidrogen dalam CES , kehilangan satu ion
bikarbonat sama dengan penambahan satu ion hidrogen
dalam CES untuk kembali ke kondisi normal. Jadi, ginjal
mengatur konsentrasi ion hidrogen CES melalui 3
mekanisme dasar, yaitu:
1. Sekresi ion hidrogen
2. Reabsorpsi ion bikarbonat yang difiltrasi
3. Produksi ion bikarbonat baru
8. Bagaimana pengaruh muntah dan diare
terhadap keseimbangan asam basa?
• Selama diare, HCO3- ini hilang dari tubuh dan tidak
direabsorpsi. Karena HCO3- berkurang, HCO3- yang
tersedia untuk mendapar (mengkompensasi
perubahan pH) berkurang, sehingga lebih banyak H+
bebas yang ada di cairan tubuh. Sehingga diare
menyebabkan asidosis metabolik, yaitu keadaan yang
ditandai oleh penurunan [HCO3-] plasma atau bisa
disebut dengan kehilangan basa.
• Muntah menyebabkan pengeluaran abnormal H+ dari
tubuh akibat hilangnya getah lambung yang asam.
Memuntahkan isi lambung saja, tanpa memuntahkan isi
traktus gastrointestinal yang lebih rendah menyebabkan
hilangnya HCl yang disekresikan oleh mukosa lambung.
Hasil netonya adalah hilangnya asam dari cairan
ekstraselular dan terjadinya alkalosis metabolik.
• Sebaliknya, pada muntah yang "lebih dalam", HCO3- di
getah pencernaan yang disekresikan ke dalam usus halus
bagian atas mungkin keluar bersama muntahan sehingga
yang terjadi adalah asidosis bukan alkalosis.
9. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan
diare dan muntah!
• Diare : Suatu Keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari
3x/hari disertai dengan perubahan konsistensi tinja (WHO 1980).
• Muntah : Keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung ataupun isi dari gastrointestinal (Depkes RI).
• Faktor penyebab diare:
a. Faktor Infeksi
b. Faktor psikologis
c. Faktor umur balita
d. Faktor lingkungan
e. Faktor Gizi
f. Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi
g. Faktor terhadap susu kaleng
• Kelainan sistemik: berkaitan dengan kesehatan
pasien
• Faktor psikologik: faktor dari pengalaman
• Faktor fisiologik: faktor eksternal oral dan faktor
internal oral
• Faktor larogenik: faktor dari luar
• Faktor lain: kehamilan, mabuk perjalanan & efek
samping pemakaian obat
10. Ciri-ciri gangguan asam-basa
• Asidosis respiratorik dan metabolik menyebabkan
penurunan rasio HCO3- terhadap H+ dalam cairan
tubulus ginjal.
• Akibatnya, terdapat kelebihan H+ di dalam tubulus
ginjal, menyebabkan reabsorpsi semua HCO3- dan
masih menyisakan H+ yang tersedia untuk berikatan
dengan dapar urine, NH4+ dan HPO4-.
• Jadi, pada asidosis, ginjal mereabsorbsi semua HCO3-
yang difiltrasi dan menyumbangkan HCO3- baru melalui
pembentukan NH4+ dan asam yang dapat dititrasi.
• Pada alkalosis, rasio HCO3- terhadap CO2 di dalam
cairan ekstraselular meningkat, menyebabkan
peningkatan pada pH (penurunan konsentrasi H+),
seperti yang terbukti dari persamaan Henderson-
Hasselbalch
• pada alkalosis, HCO3-dikeluarkan dari cairan
ekstraselular melalui ekskresi ginjal, yang
mempunyai efek yang sama seperti penambahan H+
pada cairan ekstraselular.
• Hal ini membantu mengembalikan konsentrasi H+
dan pH kembali normal.

Anda mungkin juga menyukai