Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

Herpes zoster merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus


varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster terjadi pada
orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela dan herpes
zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah
sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam
keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari
2/3 usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun. Kurnia
Djaya pernah melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11 bulan.

Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi
pada dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang
timbulnya erupsi. Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam,
terjadi pada 5% penderita (terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum
terjadi erupsi. Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang
lokalisata dan unilateral.

Pengobatan herpes zoster yaitu diberikan antivirus berupa aciklovir tablet


dengan dosis 800 mg lima kali sehari selama tujuh sampai 10 hari. Selain itu
diberikn analgetik untuk menghilangkan rasa nyerinya dan bedak salicyl talk
untuk memantu mengurangi gesekan sehingga menghindari pecahnya vesikel.
Komplikasi yang paling sering terjadi yaitu timbulnya Post Herpetic Neuralgia
(PHN).
2

BAB II
STATUS PASIEN

2.1. Identitas Pasien


Nama : Ny. N
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Sukoanyar
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status Perkawinan: Menikah
Suku : Jawa
Tanggal Periksa : 7 November 2014
2.2. Anamnesis
1) Keluhan Utama : bintil-bintil di sekitar bibir
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Ny.N datang ke Puskesmas Wajak karena muncul bintil-bintil di
sekitar bibir sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengeluhkan awalnya
gatal-gatal, kadang terasa nyeri di sekitar bibir, dan juga
mengeluhkan badan sumer-sumer sejak ± 4 hari yang lalu setelah
sebelumnya pasien merasa kelelahan dikarenakan ikut membantu
acara pernikahan di tetangganya. Kemudian 3 hari yang lalu
muncullah bintil-bintil tersebut di sekitar bibir, tidak tumbuh di
tempat lain. Bintil-bintil tersebut semakin bertambah dan berisi
cairan jernih. Pasien mengira karena gigitan serangga seperti yang
pernah dialami suaminya beberapa bulan yang lalu, lalu dibiarkan
saja. Oleh karena pasien takut keluhan semakin memberat sehingga
pasien memutuskan pergi ke Puskesmas Wajak dengan harapan
penyakitnya bisa cepat sembuh.

3) Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat sakit serupa sebelumnya disangkal. Pasien pernah
menderita cacar air waktu kecil. Riwayat alergi makanan maupun
obat-obatan disangkal. Riwayat sakit jantung, kencing manis, dan
riwayat sakit kronis lainnya disangkal.
4) Riwayat Pengobatan
3

Pasien belum berobat sebelumnya untuk sakit ini. Jika sakit, pasien
biasanya berobat ke dokter.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat serupa dengan pasien, yaitu suami pasien beberapa bulan
yang lalu. Riwayat alergi makanan maupun obat-obatan disangkal.
Riwayat sakit jantung, kencing manis, dan riwayat sakit kronis
lainnya disangkal.
6) Riwayat Kebiasaan
Riwayat olahraga: pasien jarang olah raga. Riwayat pengisian waktu
luang: kumpul bersama keluarga, nonton TV, dan mengerjakan
pekerjaan rumah tangga.
7) Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang istri yang memiliki seorang suami dan satu
orang anak. Pasien tidak bekerja, sehari-hari hanya mengerjakan
pekerjaan rumah tangga di rumah. Hubungan sosial baik, Ny.N
masih mengikuti kegiatan di lingkungan rumah, misalnya pengajian
seminggu sekali. Penghasilan satu bulannya cukup untuk kehidupan
sehari-hari. Penghasilan keluarga Rp. 1.300.000,00 - Rp.
1.500.000,00.
8) Riwayat Gizi
Makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk, buah dan minum
air putih. Kesan gizi baik.
2.3. Anamnesis Sistem
1) Kulit : kelainan kulit sekitar bibir (+), gatal (+), nyeri (+).
2) Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut rontok (-), luka
pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)
3) Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-/-),
penglihatan kabur (-/-), ketajaman penglihatan
dalam batas normal
4) Hidung : tersumbat (-/-), mimisan (-/-)
5) Telinga : pendengaran berkurang (-/-), berdengung (-/-), keluar
cairan (-/-)
6) Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-).
7) Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
8) Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)
9) Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)
10) Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), BAB (-), nafsu makan
menurun (-), nyeri perut (-).
4

11) Genitourinaria : BAK lancar, warna dan jumlah dalam batas


normal.
12) Neurologik : kejang (-), lumpuh (-), kesemutan dan rasa tebal
pada kedua kaki (-)
13) Psikiatri : emosi stabil, mudah marah (-)
14) Muskuloskeletal: kaku sendi (-), nyeri/linu-linu pada lutut kanan-kiri
(-), nyeri otot (-)
15) Ekstremitas :
o Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
o Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
o Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
o Bawah kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
2.4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : cukup
Derajat kesadaran : compos mentis, GCS 4-5-6
Status gizi : gizi baik

2) Vital sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, regular
Respirasi : 20 x/menit.
Suhu : 37,8 °C
BB : 46 kg
TB : 155 cm
3) Kulit
Sawo matang, kelembaban baik, turgor (< 2 detik).
4) Kepala
Bentuk kepala mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut,
keriput (-), macula (-), papula (-), nodula (-).
5) Mata
5

Mata cowong (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), reflek cahaya (+/+), tanda radang (-/-).
6) Hidung
Pernapasan cuping hidung (-/-), sekret(-/-), epistaksis (-/-), deformitas
hidung(-/-), hiperpigmentasi(-/-).
7) Mulut
Bibir pucat(-), bibir kering(-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-),
tepi lidah hiperemi (-), gusi berdarah (-), sariawan (-), vesikel (+) di
sekitar bibir.
8) Telinga
Nyeri tekan mastoid (-/-), sekret (-/-), pendengaran berkurang (-/-),
cuping telinga dalam batas normal.
9) Tenggorokan
Tonsil membesar (-/-), hiperemi faring(-/-).
10) Leher
JVP meningkat (-). Trakea di tengah, pembesaran KGB (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-), lesi pada kulit (-).

11) Toraks
Normochest, simetris, pernapasan thorakoabdominal, retraksi (-),
spider navi (-), pulsasi intrasternalis (-), sela iga melebar (-).
 Cor
Inspeksi : iktus kordis tak tampak
Palpasi : iktus kordis tak kuat angkat
Perkusi :
batas kiri atas : ICS II parastrenalis line sinistra
batas kanan atas : ICS II parasternalis line dextra
batas kiri bawah : ICS V midclavicularis line sinistra
batas kanan bawah: ICS IV parastrenalis line dextra
pinggang jantung : ICS II parastrenalis line sinistra
(kesan jantung tidak melebar)
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-).
 Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri
Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri
Perkusi :
Sonor Sonor
Sonor
Sonor Sonor
6

Auskultasi : vesikuler
+ +
+
+ +

suara tambahan: ronkhi wheezing


- - - - -
- - - -
- - - - -

12) Abdomen
Inspeksi : soefl, flat, dinding perut sejajar dengan dinding
dada.
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : meteorismus (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba.
Perkusi : timpani
13) Ekstremitas
 Palmar eritema (-/-)
 Akral dingin Edem Ulkus

- - - - - -
- - - - - -
14) Sistem genitalia
Tidak diperiksa.
15) Pemeriksaan neurologik
Kesadaran : GCS 4-5-6
Fungsi Luhur : dalam batas normal
16) Pemeriksaan psikiatrik
Penampilan : perawatan diri baik
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses Pikir : bentuk: realistis; isi: waham (-), halusinasi (-), ilusi (-);
arus: koheren; insight: baik.
7

17) Status dermatologis


Regio facialis terdapat gerombolan vesikel di atas kulit yang
eritematous, antar gerombolan vesikel yang satu dengan yang lain
dipisahkan oleh kulit yang normal, vesikel (+), bulla (+).

2.5. Pemeriksaan Laboratorium (Penunjang)


Tidak dilakukan.

2.6. Resume
Ny.N datang ke Puskesmas Wajak karena muncul bintil-bintil di
sekitar bibir sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengeluhkan awalnya gatal-
gatal, kadang terasa nyeri di sekitar bibir, dan juga mengeluhkan badan
sumer-sumer sejak ± 4 hari yang lalu setelah sebelumnya pasien merasa
kelelahan sehabis ikut membantu acara nikahan di tetangganya.
Kemudian 3 hari yang lalu muncullah bintil-bintil tersebut di sekitar
bibir, semakin bertambah dan berisi cairan jernih. Suaminya pernah sakit
serupa beberapa bulan yang lalu.
Pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak cukup baik,
kesadaran compos mentis. Suhu tubuh meningkat, tanda vital lainnya
dalam batas normal. Status dermatologis: Regio facialis terdapat
gerombolan vesikel di atas kulit yang eritematous, antar gerombolan
8

vesikel yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh kulit yang normal,
vesikel (+), bulla (+).

2.7. DIAGNOSA HOLISTIK


1. Aspek Personal
 Keluhan Utama : bintil-bintil di sekitar bibir
 Harapan : segera sembuh
 Kekhawatiran : khawatir semakin parah
 Persepsi : pasien peduli terhadap penyakitnya
2. Aspek Klinis
Ny.N, 24 tahun, datang dengan keluhan bintil-bintil di sekitar bibir,
diagnosis kerja Herpes Zoster.
3. Aspek Risiko Internal
 Kelelahan
 Pasien pernah menderita cacar air waktu kecil.
4. Aspek Risiko Eksternal
 Riwayat serupa dengan pasien, yaitu suami pasien beberapa bulan
yang lalu.
5. Aspek Fungsional
Skor 2 = mampu melakukan pekerjaan sehari-hari di dalam dan di luar
rumah. Mulai mengurangi aktivitas pekerjaan.

2.8. PENATALAKSANAAN
1. Nonmedikamentosa
a. Edukasi
Edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai :
- Perjalanan penyakit herpes zoster.
- Komplikasi dari herpes zoster.
- Intervensi farmakologi dan non-farmakologi.
- Luka dijaga agar tetap bersih dan kering, jangan sampai pecah
sehingga akan menyebar.
- Pasien tetap disarankan mandi untuk menjaga kebersihan badan.
b. Diet adekuat

c. Cukup istirahat
Penderita sebaiknya tidur yang cukup 6-8 jam setiap harinya dan
tidak memaksakan diri dalam melakukan aktivitas sehari- hari.
9

d. Mengurangi stress dan beban pikiran


2. Medikamentosa
a. Terapi sistemik
Asiklovir tablet 5x800 mg selama 7 hari
Parasetamol tablet 3x500 mg
b. Terapi topikal
Bedak salisil talk 2 %

2.9. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam.

2.10. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah
No. Nama Kedudukan L/P Usia Pendi- Pekerjaan Pasien Kete-
dikan PKM rangan
1. Tn. H Suami L 30 SMA Pedagang - Sehat
(Kepala tahun
Keluarga)
2. Ny.N Istri P 24 SMP Ibu Rumah + Sakit
tahun Tangga
3. An.B Anak P 2 tahun - - Sehat
Bentuk Keluarga: Nuclear family

2.11. IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA


Fungsi Holistik
1. Diagnosis dari segi biologis
Pasien, Ny.N (24 tahun) adalah seorang istri yang memiliki seorang
suami, saat ini sebagai masyarakat biasa dan tinggal bersama
dengan suami dan anaknya dalam satu rumah, yaitu Tn.H(30
tahun) dan An.B (2 tahun).

2. Diagnosis dari segi psikologis


Hubungan dengan keluarga baik, ada komunikasi yang baik antar
anggota keluarga, tidak ada masalah dalam keluarga. Sering
berkumpul dengan keluarga. Saling mencurahkan kasih sayang
antara anggota keluarga.
10

3. Diagnosis dari segi sosial


Hubungan dengan masyarakat baik, aktif mengikuti kegiatan di
lingkungan rumah, misalnya pengajian seminggu sekali.

Fungsi Fisiologis (APGAR)


1. Adaptation
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari
anggota keluarga yang lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi
antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh
keluarga tersebut.
3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut.
4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih dan interaksi antar anggota
keluarga.
5. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan
dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Nilai APGAR Keluarga Ny.N


APGAR terhadap Keluarga Tn.H Ny.N
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 2 2
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas 2 2
dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima 2 2
dan mendukung keinginan saya untuk
11

melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang


baru.
A Saya puas dengan cara keluarga saya 2 2
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian, dll.
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 2 2
membagi waktu bersama-sama
SKOR 10 10

Keterangan:
 Hampir selalu : 2 poin
 Kadang – kadang : 1 poin
 Hampir tak pernah : 0 poin
Total APGAR score: 10+10+10=30/3=10
Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga baik

Fungsi Patologis (SCREEM)


Nilai SCREEM Keluarga Ny.N
SUMBER PATOLOGIS Tn.H Ny.N
Social Interaksi dengan tetangga - -
sekitar.
Cultural Kepuasan keluarga terhadap - -
budaya, tata krama, dan
perhatian terhadap sopan santun.
Religius Ketaatan anggota keluarga - -
dalam menjalankan ibadah
sesuai dengan ajaran agama.
Economy Status ekonomi anggota - -
keluarga.
Educatio Tingkat pendidikan anggota - +
n keluarga.
Medical Kemampuan anggota keluarga + +
untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang memadai.
Kesimpulan : SCREEM score = Fungsi patologis keluarga Ny.N
adalah adanya masalah pada education pada Ny.N karena hanya
mengenyam pendidikan SMP sebelumnya sehingga pemahaman
terhadap penyakit masih kurang dan masalah medical pada semua
anggota keluarga dalam serumah karena tidak menggunakan asuransi
kesehatan sehingga masih kurang memperhatian kesehatan dan untuk
12

mendapatkan pengobatan dengan cara pembayaran umum jika berobat


ke puskesmas.

Pola Interaksi Keluarga

Ny.N

An. B

Tn.H

Gambar 1.3. Pola Interaksi Keluarga Ny.N

Keterangan gambar:
Hubungan baik :
Hubungan kurang baik :
Hubungan antara Ny.N dengan keluarga baik.

Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan


Identifikasi Faktor Perilaku dan Nonperilaku
13

Gambar 1.4. Identifikasi Faktor Perilaku dan Nonperilaku

Keterangan:
: Faktor Nonperilaku
: Faktor Perilaku

Identifikasi Lingkungan Rumah


Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 8 m2,. Tidak


terdapat pagar pembatas. Rumah ini terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang
tamu, dapur dan ruang bersama. Rumah terbuat dari dinding bata dan lantai
di semua ruangan terbuat dari plester (semen). Atap rumah pasien terbuat
dari genteng dan seng. Ruang tamu memiliki jendela dengan ukuran 2 X 1
m. Kamar tidur rumah pasien memiliki jendela dengan ukuran 2mx0,5m.
Rumah pasien mempunyai kamar mandi di dalam rumah.

2. Denah Rumah
14

J Kamar
Dapur Ruang tidur
mandi

l Ruang TV (R. Ruang Tidur


Keluarga) Ruang Tamu
a

n Ruang Tamu
Ruang Tamu

Ruang Tamu
Pekarangan rumah
Jalan

Denah Rumah Ny.N


15

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. DEFINISI
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Varisela-
Zoster yang sifatnya localized, terutama menyerang orang dewasa dengan
ciri khas berupa nyeri radikuler, unilateral dan gerombolan vesikula yang
tersebar sesuai dermatom yang diinervasi oleh satu ganglion saraf sensoris
(Murtiastutik, dkk., 2010).
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer (Handoko, 2009).
Herpes zoster ditandai oleh vesikel-vesikel unilateral yang nyeri dan
seringkali tersusun seperti pita. Vesikelnya sama dengan yang dijumpai pada
herpes simpleks (Steigleder dan Howard, 1995).
Seringkali, zoster mulai timbul sebagai eritema atau rasa nyeri. Biasanya,
vesikel-vesikelnya terletak unilateral, mengikuti persarafan sensorik karena
virus lewat melalui ganglion spinalis. Nervus oftalmikus (trigeminus I)
sering terkena (Steigleder dan Howard, 1995).
Neuralgia dapat timbul beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun
setelah zoster, khususnya pada penderita di atas umur 50 tahun. Pada
penderita kelainan system kekebalan dapat dijumpai adanya ruam seperti
varisela (vesikel aberans). Seringkali, vesikel pada zoster menjadi
hemoragik atau bahkan nekrotik. Kelainan ini meninggalkan parut
pigmentasi atau depigmentasi, suatu petunjuk bahwa pernah menderita
zoster (Steigleder dan Howard, 1995).

3.2. EPIDEMIOLOGI
Penyebaran penyakit sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang
diterangkan dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
penderita menderita varisela. Kadang-kadang varisela ini berlangsung
subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi
16

virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes
zoster (Handoko, 2009)

3.3. PATOFISIOLOGI
Virus varisela-zoster berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepid
an ganglion kranialis. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang
setingkat dengan daerah persarafan ganglion tersebut. Kadang-kadang virus
ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis sehingga
memberikan gejala-gejala gangguan motorik (Handoko, 2009).
Daerah yang sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerah-
daerah lain tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama,
sedangkan umur lebih sering pada orang dewasa (Handoko, 2009).
Sebelum timbul gejala kulit terdapat gejala prodromal baik sistemik
(demam, pusing, malaise), maupun gejala prodromal lokal (nyeri otot
tulang, gatal, pegal, dan sebagainya). Setelah itu timbul eritema yang dalam
waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang
eritemotosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian
menjadi keruh (berwarna abu-abu), dapat menjadi pustule dan krusta.
Kadang-kadang vesikel mengandung darah disebut sebagai herpes zoster
hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan
ulkus dengan penyembuhan berupa sikatrik (Handoko, 2009).
Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru
yang tetap timbul berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi
berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Di samping gejala kulit dapat juga
dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi penyakit ini
adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan.
Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada susunan
saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis
memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena member
gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena
gangguan pada nervus trigeminus (dengan ganglion gaseri) atau nervus
fasialis dan otikus (dari ganglion genikulatum) (Handoko, 2009).
17

Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang pertama nervus


trigeminus, sehingga menimbulkan kelainan pada mata, di samping itu juga
cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah
persarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus
fasialis dan otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka
(paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan,
tinnitus, vertigo,gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea, juga
terdapat gangguan pengecapan. Herpes zoster abortif, artinya penyakit ini
berlangsung dalam waktu singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa
beberapa vesikel dan eritem. Pada herpes generalisata kelainan kulitnya
unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit menyebar secara
generalisata berupa vesikel yang solitary dan ada umbilikasi. Kasus ini
terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat
lemah, misalnya pada penderita limfoma malignum (Handoko, 2009).
Neuralgia pasca herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah
bekas penyembuhan. Nyeri ini berlangsung sampai beberapa bulan bahkan
bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi dlam kehidupan sehari-
hari. Kecenderungan ini dijumpai pada orang yang mendapat herpes zoster
di atas usia 40 tahun (Handoko, 2009).

3.4. MANIFESTASI KLINIS


1. Stadium prodromal
Gejala pertama adalah berupa gatal atau rasa nyeri pada dermatom yang
terserang disertai dengan panas, malaise, dan nyeri kepala.
2. Stadium erupsi
Mula-mula timbul papel atau plakat berbentuk urtika yang setelah 1-2
hari akan timbul gerombolan vesikula di atas kulit yang eritemotus
sedangkan kulit di antara gerombolan tetap normal, usia lesi pada satu
gerombolan adalah sama sedangkan usia lesi dengan gerombolan lain
adalah tidak sama. Lokasi lesi sesuai dengan dermatom, unilateral dan
biasanya tidak melewati garis tengah tubuh.

3. Stadium krustasi
Vesikula menjadi purulen, mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1-
2 minggu. Sering terjadi neuralgi pascaherpetika, terutama pada orang
18

tua yang dapat langsung berbulan-bulan parestesi yang bersifat


sementara.

3.5. PENEGAKKAN DIAGNOSIS


Penegakkan diagnosis didasarkan pada hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik, maupun pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang untuk
membantu penegakkan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan percobaan
Tzanck yang hasilnya akan ditemukan sel datia berinti banyak (Handoko,
2009). Diagnosis banding Herpes zoster, diantaranya yaitu:
1. Dermatitis Kontak Alergika
2. Varisela
3. Herpes Simpleks
4. Pemfigus Vulgaris

3.6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan, yaitu:
1. Infeksi sekunder
2. Neuralgi pascaherpetika
3. Kerato-konjungtivitis pada herpes zoster oftalmikus
4. Sindroma Ramsay-Hunt
5. Zoster generalisata: suatu zoster yang disertai dengan varisela

3.7. PENATALAKSANAAN
Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan
analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.
Pada herpes zoster oftalmikus mengingat komplikasinya diberikan obat
antiviral atau imunostimulator. Antiviral yang biasa digunakan yaitu
asiklovir. Satu tablet ada yang 200 mg dan 400 mg. sebaiknya diberikan
dalam 3 hari pertamasejak lesi muncul. Dosis yang dianjurkan ialah 5 x 800
mg sehari. Dosis yang lebih rendah dapat diberikan 5 x 400 mg sehari
selama 7 hari hasilnya cukup baik (Handoko, 2009).
A. Umum
1. Analgetika: Metampiron 4x 1 tab/hari
2. Bila ada infeksi sekunder: Eritromisin 4x250-500 mg/hari,
Dikloksasilin 3x125-250 mg/hari, atau lainnya.
3. Lokal:
 Bila basah: kompres larutan garam faali
 Bila erosi: salep sodium fusidat
19

 Bila kering: bedak salisil 2%


B. Khusus
1. Asiklovir
Dosis: dewasa 5 x 800 mg/hari selama 7-10 hari
Anak: 20 mg/kgBB/kali sampai 800 mg/kali, 4x/hari
Asiklovir tidak dapat menghilangkan neuralgi pascaherpetika.
2. Neuralgi pascaherpetika
 Aspirin: 3x1 tablet (500 mg)/hari
 Antidepresan trisiklik misalnya amitriptyline 50-100 mg/hari:
Hari 1: 1 tablet (25 mg)
Hari 2: 2 x 1 tablet
Hari 3: 3 x 1 tablet
 Karbamasepin (Tegretol): 1-2 x 1 tablet (200 mg)/hari khusus
untuk trigeminal neuralgia.
3. Herpes zoster oftalmikus perlu konsul spesialis mata atau dapat
diberikan:
 Asiklovir salep mata 5x/4 jam; dan
 Ofloxasin atau ciprofloxasin obat tetes mata
Hari 1 dan 2: 1 tetes/ 2-4 jam
Hari 3-7: 1 tetes 4x/hari
20

C. Pencegahan
Pemberian vaksin varicella virus vaccine (oka strain). Indikasi:
1. Usia tua (> 60 tahun)
2. Pasien imunokompromais dengan penyait kronis.
21

BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Varisela-
Zoster yang sifatnya localized, terutama menyerang orang dewasa dengan
ciri khas berupa nyeri radikuler, unilateral dan gerombolan vesikula yang
tersebar sesuai dermatom yang diinervasi oleh satu ganglion saraf sensoris.
Ny.N datang ke Puskesmas karena muncul bintil-bintil di sekitar bibir
sejak 3 hari yang lalu. Diagnosa holistic kasus Ny.N sebagai berikut:
1. Aspek Personal
 Keluhan Utama : bintil-bintil di sekitar bibir
 Harapan : segera sembuh
 Kekhawatiran : khawatir semakin parah
 Persepsi : pasien peduli terhadap penyakitnya
2. Aspek Klinis
Ny.N, 24 tahun, datang dengan keluhan bintil-bintil di sekitar bibir,
diagnosis kerja Herpes Zoster.
3. Aspek Risiko Internal
 Kelelahan
 Pasien pernah menderita cacar air waktu kecil.
4. Aspek Risiko Eksternal
Riwayat serupa dengan pasien, yaitu suami pasien beberapa bulan yang
lalu.
5. Aspek Fungsional
Skor 2 = mampu melakukan pekerjaan sehari-hari di dalam dan di luar
rumah. Mulai mengurangi aktivitas pekerjaan

4.2. SARAN KOMPREHENSIF


1. Promotif
 Konseling terhadap keluarga tentang pengetahuan penyakit herpes
zoster, perjalanan penyakit, dan komplikasinya.
22

 Edukasi kepada keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat,


serta menjaga kebersihan lingkungan.
2. Preventif
 Edukasi pasien untuk tidak sering memegang dan mengorek bagian
yang luka. Mencuci tangan sebelum menggunakan obat.
 Edukasi kepada pasien untuk berperilaku hidup bersih dan sehat,
serta menjaga kebersihan lingkungan.
3. Kuratif
 Pemberian terapi farmakologi dan non-farmakologi.
 Menjelaskan kepada pasien tentang penggunaan obat-obatnya.
4. Rehabilitatif
 Pasien disarankan istirahat cukup dan makan makanan bergizi serta
membatasi aktivitas untuk pemulihan dan meningkatkan daya tahan
tubuh.
 Pasien disarankan untuk mengikuti saran dan nasihat dokter.
23

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, Ronny P. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Murtiastutik, Dwi, dkk. 2010.Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 2. Departemen


Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair RSUD dr. Soetomo, Surabaya.

Prasetyawati, Arsita Eka. 2010. Kedokteran Keluarga. RinekaCipta, Jakarta.

Steigleder, Gerd Klaus dan Howard I. 1995. Atlas Saku Penyakit Kulit. Bina Rupa
Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai