BAB I
PENDAHULUAN
Gejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi
pada dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang
timbulnya erupsi. Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam,
terjadi pada 5% penderita (terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum
terjadi erupsi. Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang
lokalisata dan unilateral.
BAB II
STATUS PASIEN
Pasien belum berobat sebelumnya untuk sakit ini. Jika sakit, pasien
biasanya berobat ke dokter.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat serupa dengan pasien, yaitu suami pasien beberapa bulan
yang lalu. Riwayat alergi makanan maupun obat-obatan disangkal.
Riwayat sakit jantung, kencing manis, dan riwayat sakit kronis
lainnya disangkal.
6) Riwayat Kebiasaan
Riwayat olahraga: pasien jarang olah raga. Riwayat pengisian waktu
luang: kumpul bersama keluarga, nonton TV, dan mengerjakan
pekerjaan rumah tangga.
7) Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang istri yang memiliki seorang suami dan satu
orang anak. Pasien tidak bekerja, sehari-hari hanya mengerjakan
pekerjaan rumah tangga di rumah. Hubungan sosial baik, Ny.N
masih mengikuti kegiatan di lingkungan rumah, misalnya pengajian
seminggu sekali. Penghasilan satu bulannya cukup untuk kehidupan
sehari-hari. Penghasilan keluarga Rp. 1.300.000,00 - Rp.
1.500.000,00.
8) Riwayat Gizi
Makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk, buah dan minum
air putih. Kesan gizi baik.
2.3. Anamnesis Sistem
1) Kulit : kelainan kulit sekitar bibir (+), gatal (+), nyeri (+).
2) Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut rontok (-), luka
pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)
3) Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-/-),
penglihatan kabur (-/-), ketajaman penglihatan
dalam batas normal
4) Hidung : tersumbat (-/-), mimisan (-/-)
5) Telinga : pendengaran berkurang (-/-), berdengung (-/-), keluar
cairan (-/-)
6) Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-).
7) Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
8) Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)
9) Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)
10) Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), BAB (-), nafsu makan
menurun (-), nyeri perut (-).
4
2) Vital sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, regular
Respirasi : 20 x/menit.
Suhu : 37,8 °C
BB : 46 kg
TB : 155 cm
3) Kulit
Sawo matang, kelembaban baik, turgor (< 2 detik).
4) Kepala
Bentuk kepala mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut,
keriput (-), macula (-), papula (-), nodula (-).
5) Mata
5
Mata cowong (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), reflek cahaya (+/+), tanda radang (-/-).
6) Hidung
Pernapasan cuping hidung (-/-), sekret(-/-), epistaksis (-/-), deformitas
hidung(-/-), hiperpigmentasi(-/-).
7) Mulut
Bibir pucat(-), bibir kering(-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-),
tepi lidah hiperemi (-), gusi berdarah (-), sariawan (-), vesikel (+) di
sekitar bibir.
8) Telinga
Nyeri tekan mastoid (-/-), sekret (-/-), pendengaran berkurang (-/-),
cuping telinga dalam batas normal.
9) Tenggorokan
Tonsil membesar (-/-), hiperemi faring(-/-).
10) Leher
JVP meningkat (-). Trakea di tengah, pembesaran KGB (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-), lesi pada kulit (-).
11) Toraks
Normochest, simetris, pernapasan thorakoabdominal, retraksi (-),
spider navi (-), pulsasi intrasternalis (-), sela iga melebar (-).
Cor
Inspeksi : iktus kordis tak tampak
Palpasi : iktus kordis tak kuat angkat
Perkusi :
batas kiri atas : ICS II parastrenalis line sinistra
batas kanan atas : ICS II parasternalis line dextra
batas kiri bawah : ICS V midclavicularis line sinistra
batas kanan bawah: ICS IV parastrenalis line dextra
pinggang jantung : ICS II parastrenalis line sinistra
(kesan jantung tidak melebar)
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-).
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri
Palpasi : fremitus raba kanan sama dengan kiri
Perkusi :
Sonor Sonor
Sonor
Sonor Sonor
6
Auskultasi : vesikuler
+ +
+
+ +
12) Abdomen
Inspeksi : soefl, flat, dinding perut sejajar dengan dinding
dada.
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : meteorismus (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba.
Perkusi : timpani
13) Ekstremitas
Palmar eritema (-/-)
Akral dingin Edem Ulkus
- - - - - -
- - - - - -
14) Sistem genitalia
Tidak diperiksa.
15) Pemeriksaan neurologik
Kesadaran : GCS 4-5-6
Fungsi Luhur : dalam batas normal
16) Pemeriksaan psikiatrik
Penampilan : perawatan diri baik
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses Pikir : bentuk: realistis; isi: waham (-), halusinasi (-), ilusi (-);
arus: koheren; insight: baik.
7
2.6. Resume
Ny.N datang ke Puskesmas Wajak karena muncul bintil-bintil di
sekitar bibir sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengeluhkan awalnya gatal-
gatal, kadang terasa nyeri di sekitar bibir, dan juga mengeluhkan badan
sumer-sumer sejak ± 4 hari yang lalu setelah sebelumnya pasien merasa
kelelahan sehabis ikut membantu acara nikahan di tetangganya.
Kemudian 3 hari yang lalu muncullah bintil-bintil tersebut di sekitar
bibir, semakin bertambah dan berisi cairan jernih. Suaminya pernah sakit
serupa beberapa bulan yang lalu.
Pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak cukup baik,
kesadaran compos mentis. Suhu tubuh meningkat, tanda vital lainnya
dalam batas normal. Status dermatologis: Regio facialis terdapat
gerombolan vesikel di atas kulit yang eritematous, antar gerombolan
8
vesikel yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh kulit yang normal,
vesikel (+), bulla (+).
2.8. PENATALAKSANAAN
1. Nonmedikamentosa
a. Edukasi
Edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai :
- Perjalanan penyakit herpes zoster.
- Komplikasi dari herpes zoster.
- Intervensi farmakologi dan non-farmakologi.
- Luka dijaga agar tetap bersih dan kering, jangan sampai pecah
sehingga akan menyebar.
- Pasien tetap disarankan mandi untuk menjaga kebersihan badan.
b. Diet adekuat
c. Cukup istirahat
Penderita sebaiknya tidur yang cukup 6-8 jam setiap harinya dan
tidak memaksakan diri dalam melakukan aktivitas sehari- hari.
9
2.9. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam.
Keterangan:
Hampir selalu : 2 poin
Kadang – kadang : 1 poin
Hampir tak pernah : 0 poin
Total APGAR score: 10+10+10=30/3=10
Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga baik
Ny.N
An. B
Tn.H
Keterangan gambar:
Hubungan baik :
Hubungan kurang baik :
Hubungan antara Ny.N dengan keluarga baik.
Keterangan:
: Faktor Nonperilaku
: Faktor Perilaku
2. Denah Rumah
14
J Kamar
Dapur Ruang tidur
mandi
n Ruang Tamu
Ruang Tamu
Ruang Tamu
Pekarangan rumah
Jalan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. DEFINISI
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Varisela-
Zoster yang sifatnya localized, terutama menyerang orang dewasa dengan
ciri khas berupa nyeri radikuler, unilateral dan gerombolan vesikula yang
tersebar sesuai dermatom yang diinervasi oleh satu ganglion saraf sensoris
(Murtiastutik, dkk., 2010).
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer (Handoko, 2009).
Herpes zoster ditandai oleh vesikel-vesikel unilateral yang nyeri dan
seringkali tersusun seperti pita. Vesikelnya sama dengan yang dijumpai pada
herpes simpleks (Steigleder dan Howard, 1995).
Seringkali, zoster mulai timbul sebagai eritema atau rasa nyeri. Biasanya,
vesikel-vesikelnya terletak unilateral, mengikuti persarafan sensorik karena
virus lewat melalui ganglion spinalis. Nervus oftalmikus (trigeminus I)
sering terkena (Steigleder dan Howard, 1995).
Neuralgia dapat timbul beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun
setelah zoster, khususnya pada penderita di atas umur 50 tahun. Pada
penderita kelainan system kekebalan dapat dijumpai adanya ruam seperti
varisela (vesikel aberans). Seringkali, vesikel pada zoster menjadi
hemoragik atau bahkan nekrotik. Kelainan ini meninggalkan parut
pigmentasi atau depigmentasi, suatu petunjuk bahwa pernah menderita
zoster (Steigleder dan Howard, 1995).
3.2. EPIDEMIOLOGI
Penyebaran penyakit sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang
diterangkan dalam definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
penderita menderita varisela. Kadang-kadang varisela ini berlangsung
subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi
16
virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes
zoster (Handoko, 2009)
3.3. PATOFISIOLOGI
Virus varisela-zoster berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepid
an ganglion kranialis. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi yang
setingkat dengan daerah persarafan ganglion tersebut. Kadang-kadang virus
ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis sehingga
memberikan gejala-gejala gangguan motorik (Handoko, 2009).
Daerah yang sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerah-
daerah lain tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama,
sedangkan umur lebih sering pada orang dewasa (Handoko, 2009).
Sebelum timbul gejala kulit terdapat gejala prodromal baik sistemik
(demam, pusing, malaise), maupun gejala prodromal lokal (nyeri otot
tulang, gatal, pegal, dan sebagainya). Setelah itu timbul eritema yang dalam
waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang
eritemotosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian
menjadi keruh (berwarna abu-abu), dapat menjadi pustule dan krusta.
Kadang-kadang vesikel mengandung darah disebut sebagai herpes zoster
hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan
ulkus dengan penyembuhan berupa sikatrik (Handoko, 2009).
Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru
yang tetap timbul berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi
berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Di samping gejala kulit dapat juga
dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi penyakit ini
adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan.
Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada susunan
saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis
memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena member
gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena
gangguan pada nervus trigeminus (dengan ganglion gaseri) atau nervus
fasialis dan otikus (dari ganglion genikulatum) (Handoko, 2009).
17
3. Stadium krustasi
Vesikula menjadi purulen, mengalami krustasi dan lepas dalam waktu 1-
2 minggu. Sering terjadi neuralgi pascaherpetika, terutama pada orang
18
3.6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan, yaitu:
1. Infeksi sekunder
2. Neuralgi pascaherpetika
3. Kerato-konjungtivitis pada herpes zoster oftalmikus
4. Sindroma Ramsay-Hunt
5. Zoster generalisata: suatu zoster yang disertai dengan varisela
3.7. PENATALAKSANAAN
Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan
analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.
Pada herpes zoster oftalmikus mengingat komplikasinya diberikan obat
antiviral atau imunostimulator. Antiviral yang biasa digunakan yaitu
asiklovir. Satu tablet ada yang 200 mg dan 400 mg. sebaiknya diberikan
dalam 3 hari pertamasejak lesi muncul. Dosis yang dianjurkan ialah 5 x 800
mg sehari. Dosis yang lebih rendah dapat diberikan 5 x 400 mg sehari
selama 7 hari hasilnya cukup baik (Handoko, 2009).
A. Umum
1. Analgetika: Metampiron 4x 1 tab/hari
2. Bila ada infeksi sekunder: Eritromisin 4x250-500 mg/hari,
Dikloksasilin 3x125-250 mg/hari, atau lainnya.
3. Lokal:
Bila basah: kompres larutan garam faali
Bila erosi: salep sodium fusidat
19
C. Pencegahan
Pemberian vaksin varicella virus vaccine (oka strain). Indikasi:
1. Usia tua (> 60 tahun)
2. Pasien imunokompromais dengan penyait kronis.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Varisela-
Zoster yang sifatnya localized, terutama menyerang orang dewasa dengan
ciri khas berupa nyeri radikuler, unilateral dan gerombolan vesikula yang
tersebar sesuai dermatom yang diinervasi oleh satu ganglion saraf sensoris.
Ny.N datang ke Puskesmas karena muncul bintil-bintil di sekitar bibir
sejak 3 hari yang lalu. Diagnosa holistic kasus Ny.N sebagai berikut:
1. Aspek Personal
Keluhan Utama : bintil-bintil di sekitar bibir
Harapan : segera sembuh
Kekhawatiran : khawatir semakin parah
Persepsi : pasien peduli terhadap penyakitnya
2. Aspek Klinis
Ny.N, 24 tahun, datang dengan keluhan bintil-bintil di sekitar bibir,
diagnosis kerja Herpes Zoster.
3. Aspek Risiko Internal
Kelelahan
Pasien pernah menderita cacar air waktu kecil.
4. Aspek Risiko Eksternal
Riwayat serupa dengan pasien, yaitu suami pasien beberapa bulan yang
lalu.
5. Aspek Fungsional
Skor 2 = mampu melakukan pekerjaan sehari-hari di dalam dan di luar
rumah. Mulai mengurangi aktivitas pekerjaan
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, Ronny P. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Steigleder, Gerd Klaus dan Howard I. 1995. Atlas Saku Penyakit Kulit. Bina Rupa
Aksara. Jakarta.