Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

KIMIA KLINIK III

Disusun Oleh :

NAMA : IKA SAPUTRI SAIN

NIM : G1.C2.191.55

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

T.A 2019/2020
ANALISA GAS DARAH (AGD)

1. Definisi Analisa Gas Darah


Analisa gas darah (AGD) atau arterial blood gas (ABG) test adalah tes
darah yang diambil melalui pembuluh darah arteri untuk mengukur kadar
oksigen, karbon dioksida, dan tingkat asam basa (pH) di dalam darah.
Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam
penanganan pasien-pasian penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan analisa
gas darah dikenal juga pemeriksaan ASTRUP, yaitu suatu pemeriksaan gas
darah yang dilakukan melalui darah arteri. Gas darah arteri memungkinkan
untuk pengukuran pH (dan juga keseimbagan asam basa), oksigenasi, kadar
karbondioksida, kadar biokarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
kekurangan basa.
Selain itu, tes ini dapat dilakukan untuk memeriksa kondisi organ jantung
dan ginjal, serta gejala yang disebabkan oleh gangguan distribusi oksigen serta
karbon dioksida, atau keseimbangan pH dalam darah, seperti mual, sesak
napas, dan penurunan kesadaran. Tes ini juga dilakukan pada pasien yang
sedang menggunakan alat bantu napas untuk memonitor efektivitasnya. Pada
dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H +
dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:
1. Mekanisme dapar kimia
Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu :
a. Sistem dapar bikarbonat – asam karbonat
b. Sistem dapar fosfat
c. Sistem dapar protein
d. Sistem dapar haemoglobin
2. Mekanisme pernafasan
3. Mekanisme ginjal, terdiri dari :
a. Reabsorpsi ion HCO3−
b. Asidifikasi dari garam – garam dapur
c. Sekresi ammonia
2. Tujuan Dari Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD)
Adapun tujuan dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah,yaitu :
1. Menilai fungsi respirasi (ventilasi)
2. Menilai kapasitas oksigenasi
3. Menilai Keseimbangan asam-basa
4. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
5. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
6. Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh
7. Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik yang
lain.
3. Indikasi Analisa Gas Darah
Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
2. Pasien dengan edema pulmo
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Pasien syok
7. Post pembedahan coronary arteri baypass
8. Resusitasi cardiac arrest
4. Pengambilan Sample AGD (Analisa Gas Darah)
Sampel darah untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah dapat dilakukan
pada arteri radialis, arteri tibialis posterior, arteri dorsalis pedis, dan lain-lain.
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada
alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk
mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan analisa gas darah yaitu,
 Gelembung udara dan
 Tekanan

Pengambilan Darah Arteri


Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di
daerah pergelangan tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri
brachialis di daerah lengan atau arteri femoralis di lipat paha. Pengambilan
darah harus dilakukan dengan hati-hati dan oleh tenaga terlatih. Sampel darah
arteri umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas darah.
1. Arteri Radialis dan Arteri Ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)
Merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk fungsi arteri
kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau hematome juga apabila Allen
test negatif. Arteri yang berada di pergelangan tangan pada posisi ibu jari.
Test Allen’s merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di
tangan, hal ini dilakukan dengan cara yaitu: pasien diminta untuk
mengepalkan tangannya, kemudian berikan tekanan pada arteri radialis dan
arteri ulnaris selama beberapa menit, setelah itu minta pasien unutk
membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-
jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik,
warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas,
tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan
negative, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
2. Arteri Brakialis
Arteri yang berada pada medial anterior bagian antecubital fossa,
terselip diantara otot bisep. Ukuran arteri besar sehingga mudah dipalpasi
dan ditusuk. Sirkulasi kolateral cukup, tetapi tidak sebanyak RA.
3. Arteri Femoralis
Merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak
dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat
aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat
mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan.
Bagian arteri lainnya
a) Pada bayi : arteri kulit kepala, arteri tali pusat
b) Pada orang dewasa : arteri dorsal pedis
5. Pemeriksaan Analisa Gas Darah
1. Pra Analitik
a. Persiapan Pasien :
1) Memberikan penjelasan pada klien (bila mungkin) dan keluarga
mengenai tujuan pengambilan darah dan prosedur yang akan
dilakukan.
2) Jelaskan tentang allen’s test
b. Persiapan Sampel : Antikoagulan yang digunakan dalam pengambilan
darah arteri adalah heparin. Pemberian heparin yang berlebiham akan
menurunkan tekanan CO2.
c. Alat dan Bahan :
1. 3 ml sampai 5 ml gelas syringe 5. Gauze pads
2. 1 ml ampul heparin aqueous 6. Sarung tangan
3. Alkohol atau povidone-iondine pad 7. Label
4. Penutup karet untuk jarum 8. Ice-filled plastic bag
2. Analitik
1. Prosedur pada tindakan analisa gas darah atau pengambilan sampel
darah arteri adalah sebagai berikut :
a) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan sebelum memasuki
ruangan pasien.
b) Catat label nama pasien, nomor ruangan, temperatur suhu pasien,
tanggal dan waktu pengambilan, dan metode pemberian oksigen.
c) Beritahu pasien alasan dalam melakukan tindakan tersebut dan
jelaskan prosedur ke pasien untuk membantu mengurangi
kecemasan.
d) Melakukan allen’s test
e) Bersihkan daerah yang akan di injeksi dengan alkohol atau
povidoneiodine pad.
f) Gunakan gerakan memutar (circular ) dalam membersihkan area
injeksi, dimulai dengan bagian tengah lalu ke bagian luar.
g) Palpasi arterti dengan jari telunjuk dan tengah
h) Pegang alat pengukur sudut jarum hingga menunjukkan 30-45
derajat.
i) Injeksi kulit dan dinding arterial dalam satu kali langkah.
j) Setelah mengambil contoh, tekan gauze pad pada area injeksi
hingga pedarahan berhenti yaitu sekitar 5 menit.
k) Periksa syringe dari gelembung udara. Jika muncul gelembung
udara, pindahkan gelembung tersebut dengan memegang syringe ke
atas dan secara perlahan mengeluarkan beberapa darah ke gauze
pad
l) Masukan jarum ke dalam penutup jarum.
m) Letakkan label pada sampel yang diambil yang sudah diletakkan
pada ice-filled plastic bag
n) Ketika pedarahan berhenti, area yang di injeksi diberikan balutan
kecil dan direkatkan.
o) Pantau tanda vital pasien, dan observasi tanda dari sirkulasi.
p) Pantau atau perhatikan risiko adanya perdarahan di area injeksi.
2. Pemeriksaan Analisa Gas Darah.
Pemeriksaan Analisa Gas darah dilkukan dengan menggunakan
alat otomatik yang disebut Blood Gas Analyzer.
Adapun prosedur untuk pemeriksaan ini adalah :
a) Nyalakan power ON
b) Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara
tekan calibrate kemudian enter. Alat akan melakukan kalibrasi
secara otomatis.
c) Apabila ada sampel pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan
tekan status untuk mengetahui kondisi apakah pH, PCO2 dan PO2
kondisinya OK. Jika OK sampel langsung dapat diperiksa. Setelah
dilakukan pemeriksaan, alat ini akan mengkalibrasi secara
otomatis.
d) Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat
sudah siap melakukan pemeriksaan, tekan Analyzer. Selang
pengisap sample akan keluar secara otomatis kemudian masukan
sample bersamaan tekan lagi analyzer sampai sample terhisap
secara otomatis selang akan masuk sendiri. Wadah sampel yang
dimasukkan ke selang dapat disesuaikan dengan kondisi.
e) Lakukan daftar isian seperti yang terlihat dilayar monitor, sample
ID , HB, suhu badan, jenis sample (0 arteri, 1 vena, 2 kapiler),
F102 (volume oksigen yang dilorelasi dengan persen lihat daftar),
kemudian clear 2x.
f) Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif
cepat hasil akan keluar melalui printer.
3. Pasca Analitik
Interprestasi Hasil :
1. Nilai normal :
a. pH darah arteri 7,35 – 7,45
b. PaO2 80 – 100 mmHg
c. PaCO2 35 – 45 mmHg
d. HCO3- 22 – 26 mEq/l
e. Base Excess (B.E) -2,5 – (+2,5) mEq/l
f. O2 Saturasi 90 – 100 %
g. HCO3- 22 – 26 mEq/l
h. Base Excess (B.E) -2,5 – (+2,5) mEq/l
i. O2 Saturasi 90 – 100 %
Berikut terdapat klasifikasi gangguan asam basa primer :
a. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang
diproduksi dapat dikeluarkan melalui ventilasi.
b. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan
perubahan pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2
c. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal
akibat hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2
disertai penurunan pH.
d. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam
batas normal dan pH di bawah 7,30.
e. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan
pH 7,30–7,40.
f. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal
melakukan kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan
tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50.
g. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak
adekuat serta pH lebih dari 7,50.
h. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari
60 mmHg walau telah diberikan oksigen yang adekuat
i. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi
hipoksemia yang ada sehingga normal
j. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen
dapat meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal.

TUMOR MARKER/ PENANDA TUMOR

1. Definisi Tumor Marker


Tumor marker atau penanda tumor adalah perubahan yang dapat
dideteksi dan menunjukkan adanya tumor, tumor ganas atau kanker terutama
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada kanker, yang keduanya dapat
diidentifikasi secara ekstraseluler, seluler dan molekuler. Tumor marker ini
terdiri dari beberapa jenis CA sesuai dengan lokasi munculnya sel kanker pada
organ – organ di dalam tubuh.
Gejala klinis kanker diawali dengan pertumbuhan sel yang tidak
terkendali, sel-sel yang tumbuh diluar kendali dapat menyusup ke jaringan
organ dan menganggu fungsi organ yang bersangkutan. Secara luas saat ini
diterimah bahwa kanker disebabkan oleh akumulasi kelainan atau mutasi gen
tertentu, oleh karena itu kanker disebut juga penyakit genetik. Kanker dapat
memberikan efek secara langsung yang disebabkan langsung olehnya atau
metatasenya, dapat juga memberikan efek sistemik lainnya yang timbul sebagai
respon tubuh terhadap kanker.
2. Karakteristik Tumor Marker Yang Ideal
Tumor marker yang ideal memiliki syarat :
1. Spesifik untuk tipe dan organ yang terkena tumor
2. Hanya muncul pada sel yang mengalami keganasan
3. Tumor tidak hadir pada orang sehat atau pada individu yang memiliki non-
neoplastik gangguan
4. Mudah diukur dalam serum.
5. Dapat dinilai pada serum pasien pada masa awal perkembangan tumor.
3. Klasifikasi Tumor Marker
Tumor marker dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara yaitu
berdasarkan struktur kimianya, jaringan asalnya, tipe malignansinya.
Klasifikasi yang paling umum digunakan adalah mengkombinasikan unsur
biokimiawi, jaringan asal, dan fungsionalnya.
1. Protein Onkofetal
Protein onkofetal adalah antigen yang umumnya diproduksi pada
perkembangan embrional. Produksi protein onkofetal akan dibatasi atau
akan hilang sama sekali, pada orang dewasa. Peningkatan konsentrasi pada
orang dewasa disebabkan oleh reaktivasi dari gen tertentu yang mengontrol
pertumbuhan seluler dan secara langsung dihubungkan dengan proses
malignasi. Contohnya yaitu :
a. Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah glikoprotein yang terlibat
pada proses adesi sel. Pada perkembangan embrional, CEA diproduksi
di sel epitelial dari traktus gastrointestinal, hati dan pankreas. Selain itu,
marker ini juga digunakan untuk follow up pasien dengan malignasi
lainnya seperti kanker payudara, ovarium, pankreas, paru-paru, hati dan
endometrium. Nilai normal untuk CEA, yaitu dibawah atau sama
dengan 5 ng/mL
b. Alfa-fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang diproduksi di yolk sac,
sel epitelial dan traktus gastrointestinal, dan hati selama perkembangan
embrional, pada kehamilan, AFP memasuki cairan amnion melalui
darah fetus, memalui plasenta, dan menuju darah maternal. Fungsi
utama AFP adalah follow up pasien dengan karsinoma hepatoseluler
(95-100%) spesifitas dan sensitivitas). Konsentrasi yang mencapai 2000
ng/mL memastikan diagnosis dari kanker primer hati dan pasien dengan
tumor germinal non-seminoma.
2. Hormon
Proses malignansi dapat mengubah sintesis dan sekresi dari berbagai
hormon. Perubahan kuantitatif dan kualitatif dan sintesis dan sekresi
hormon dan menjadi indikator proses malignansi. Perubahan kuantitatif
dapat muncul jika tumor berkembang pada jaringan kelenjar endokrin,
sehingga mempengaruhi produksi normal dari hormon. Kelompok ini
terdiri dari penanda tumor malignan endokrin, seperti hormon paratiroid,
insulin, prolaktin, katekolamin, dan lain-lain.
Salah satu di antaranya yaitu βHCG, yang merupakan tumor marker
yang sering digunakan. Protein ini tergabung dalam kelompok antigen
karsinoplasenta, yaitu protein yang disintesis di plasenta selama kehamilan
dan dapat ditemukan pada dewasa untuk beberapa kondisi. Nilai normal
pada wanita hamil yaitu 4mlU/mL.
3. Enzim
Beberapa enzim khusus, diproduksi lebih banyak jika proses
malignasi muncul pada organisme, sehingga dapat digunakan sebagai
tumor marker. Contohnya yaitu :
a. Prostatic Acid Phosphatase (PAP) adalah enzim yang diproduksi oleh
jaringan prostat normal. Nilai normal yaitu 0,007-1,2 U/L. Peningkatan
konsentrasi dapat ditemukan pada pasien dengan kanker prostat.
b. Alkaline Phosphatase (ALP) muncul pada bentuk iso-enzim yang
disintesis dihati, tulang, atau plasenta. Nilai normal ALP yaitu, pada
dewasa 42-136 U/L. Peningkatan konsentrasi serum pada pasien
dengan penyakit malignan umumnya mengindikasikan metastatis
menuju hati dan/atau tulang, dan/.atau adanya tumor primer tulang
(osteosarkoma).
c. Neuron Specific Enolase (NSE) adalah enzim glikolitik sitoplasma yang
pertama kali dideteksi pada sel dengan asal neuroektodermal dan
neuronaL. Nilai normal yaitu < 13,2 ng/ml.
d. Lactic Dehydrogenase (LDH) sering ditemukan meningkat pada pasien
dengan limfoma maglinan dan tumor germinal. Nilai normal yaitu 95-
195 mmol/L
e. Gamma Glutamyl Transpeptidase (GGT) mengindikasikan kolestasis
karena adanya metastasis hati. Nilai normal yaitu pada wanita yaitu 5-
36U/L dan pada pria 8-61 U/L.
4. Tumor Associated Antigens
Kelompok ini terdiri dari penanda struktur membran dari sel tumor.
Perkembangan teknologi menunjukkan kemungkinan memproduksi
antibodi monoklonal spesifik untuk antigen yang menjadi karakteristik sel
tumor. Contohnya yaitu :
a. Antigen Carsinomic 15-3 (CA 15-3) diproduksi pada epitel sekretorik
dan dapat ditemukan pada ekskresi dari dewasa sehat. Nilai normal
yaitu 22 U/L. Peningkatan konsentrasi serum hingga 30U/ml dideteksi
pada pasien dengan kanker payudara..
b. Antigen Carsinomic 12-5 (CA 12-5) merupakan karakteristik dari
kanker ovarium. Pada perkembangan embrional. Peningkatan
konsentrasi hingga 35 U/ml dapat ditemukan pada kanker ovarium.
c. Carbohydrate Antigen 19-9 (CA 19-9) adalah glikolipid yang
menunjukkan adanya hapten lewis termodifikasi dari sistem golongan
darah. Nilai normal yaitu < 37 U/ml. Umumnya juga meningkat pada
pasien dengan kanker kolorektal, kanker gastrik, dan kanker ovarium.
d. Prostate Spesifik Antigen (PSA) adalah protease yang diekstraksi dari
prostat dan sperma. PSA diproduksi pada jaringan prostat dan
diekskresikan pada orang yang sehat. Nilai normal yaitu 4,0 mg/ml.
Pada pasien dengan gangguan prostat, jumlah PSA akan meningkat
pada darah. Penanda ini spesifik untuk kanker prostat dan kadarnya
menggambarkan tingkat bahaya dari kanker.
5. Protein Serum Khusus
Kelompok ini terdiri dari berbagai protein, contohnya yaitu :
a. Feritin berikatan dengan besi intarseluler dan bertanggung jawab untuk
detoksikasi. Kadar normalnya berkisar dari 8-440 mg/ml. Konsentrasi
yang meningkat dapat ditemukan pada pasien dengan leukimia akut,
limfoma hodgkin, kanker paru, hati, dan prostat.
b. Tiroglobulin adalah glikoprotein intraseluler yang bertanggung jawab
untuk produksi dan penyimpanan tirosin, dalam konsentarasi yang
rendah. Glikoprotein ini dapat ditemukan pada orang sehat (0-75
mg/ml)
c. Beta-2-mikroglobulin adalah protein yang identik dengan rantai pendek
HLA dan muncul pada membran sel pada seluruh sel yang
berdiferensiasi. Nilai normal pada darah yaitu 0-3 µg/ml. Peningkatan
konsentrasinya ditemukan pada pasien dengan kanker paru, hati,
pankreas, dan kolorektal.
d. Protein S-100 memiliki kisaran normal di bawah 0,3 ng/ml. Protein ini
menjadi indikator yang baik untuk trauma sistem saraf pusat dan
berbagai kanker pada saraf.
4. Pemeriksaan Tumor Marker CA 125 (Metode ELISA)
1. Pra Analitik
a. Persiapan Pasien :
1) Memberikan penjelasan pada klien (bila mungkin) dan keluarga
mengenai tujuan pengambilan darah dan prosedur yang akan
dilakukan.
2) Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan
rasa sakit
b. Persiapan Sampel : Serum, (Serum lipemia, hemolisis, keruh tidak
dapat digunakan untuk tes.
c. Alat dan Bahan :
1. Stat Fax R 303 mikrostrip reader 6. Reagen enzim konjugat
2. Chemwell 2910 7. Standar referensi CA 125
3. Murine monoklonal anti CA 125 8. Stop Solution (1N HCl)
4. Reagen TMB : 9. Kontrol
3, 31 , 5, 51 tetramethyl benzidine
5. Konsentrasi buffer pencuci
2. Analitik
a. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan sebelum memasuki
ruangan pasien.
b. Sumuran dilapisi antibodi + 100 µl CA 125 standar, sampel dan kontrol
c. Ditambahkan 100 µl reagen enzim konjugat ke tiap-tiap sumuran,
dicampur selama 30 menit
d. Inkunbasi selama 90 menit, pada suhu 37 C
e. Setelah inkubasi, campuran dibuang dengan menggosongkan sumuran
f. Sumuran dibalik dan dipukulkan pada kertas penyerap atau paper towel
untuk membuang seluruh sisa air
g. Masukkan 100 µL larutan TMB pada masing-masing sumuran (warna
biru), campur : 10 menit
h. Inkubasi pada suhu kamar pada ruang gelap selama 20 menit
i. Ditambahkan 100 µL larutan penghenti pada masing-masing sumuran,
campur selama 30 menit, warna biru menjadi kuning
j. Dibaca pada λ 450 nm
3. Pasca Analitik
< 65 U/mL : 90% keganasan (massa dipelvis)
5. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Penanda Tumor
Hasil positif palsu
a. Penyakit hati jinak dan gangguan akibat metabolisme dan ekskresi (AFP,
TPA, CEA, CA 19-9, CA 15-3);
b. Gangguan fungsi ginjal (beta-2-microglobulin, caleitonin, PSA, CEA, CA
19-9, CA 15-3);
c. Nekrosis tumor yang luas.
d. Sebagai konsekuensi dari prosedur diagnostik dan terapeutik (pemeriksaan
digitorektal, mamografi, pembedahan, radio, dan kemoterapi); sebagai
konsekuensi dari berbagai kondisi fisiologis (kehamilan BHCG, CA 125,
CA 15-3, MCA, AFP, siklus menstruasi CA 125)
Hasil negatif palsu
a. Sama sekali tidak ada produksi (mis. CA 19-9 dalam lelah); ekspresi yang
tidak memadai dari penentu antigenik tertentu (atau produksi hanya dalam
beberapa sel tumor); sirkulasi darah yang tidak mencukupi pada tumor,
b. Produksi komoleks imun dengan auoantibodi degradasi yang cepat dan
pembersihan antigen.
6. Penggunaan Penanda Tumor
a. Skrining.
b. Diagnosa keganasan
c. Prognosis keganasan
d. Memperkirakan respon terapi
e. Deteksi kekambuhan atau remisi (masih kontroversi)
f. Monitoring pengobatan dan deteksi rekurensi

ESTRADIOL

1. Definisi Estradiol
Estradiol adalah hormon seks yang terdapat pada pria maupun wanita,
dan merupakan bentuk yang paling penting dari estrogen pada manusia. Pada
wanita, memainkan peran kunci dalam pengembangan dan fungsi sistem
reproduksi, serta pertumbuhan tulang tertentu. Hal ini yang bertanggung jawab
atas fakta bahwa rata-rata perempuan lebih pendek dari laki-laki, juga
mengatur distribusi lemak tubuh pada wanita dan merupakan hormon utama.
Kedua ovarium dan kelenjar adrenal memproduksinya.
Siklus menstruasi pada wanita melibatkan variasi yang dapat diprediksi
pada beberapa tingkat hormon, dengan estradiol menjadi salah satu dari
mereka. Setelah telur dibuahi, hal ini terlibat dalam proses ovulasi dan
mempersiapkan lapisan dalam rahim untuk implantasi
2. Cara Kerja Hormon Estradiol
Estradiol dihasilkan dari sel pada testis dan oleh jenis tertentu, dan bukti
menunjukkan bahwa mungkin bertanggung jawab untuk mencegah kematian
spontan sel sperma. Peningkatan kadar dapat memiliki efek negatif, termasuk
jumlah sperma rendah. Pria dengan kondisi genetik yang melibatkan
kromosom seks, seperti Sindrom Klinefelter, sering memiliki tingkat yang
lebih tinggi dari normal. Estradiol yang mengatur produksi protein tertentu
juga memiliki interaksi yang kompleks dengan hati, termasuk mereka yang
bertanggung jawab untuk pembekuan darah.
3. Fungsi Hormon Estradiol
Estradiol adalah jenis terkuat dari hormon estrogen dan ditemukan baik
pada pria maupun wanita. Sering disebut sebagai E2, estradiol berfungsi untuk:
a. mempertahankan kesehatan organ reproduksi
b. memfasilitasi proses pembuahan pada wanita.
c. berperan dalam melindungi jantung, tulang, dan otak.
Sementara tingkat estrogen turun drastis pada wanita setelah mereka
mengalami menopause, mereka naik sedikit pada laki-laki ketika mereka lebih
tua.
NITRIT OKSIDA (NO)

1. Definisi Nitrit Oksida


Nitrit oksida atau nitrogen monoksida adalah senyawa kimia dengan
rumus kimia (NO) yang dapat dihirup. Gas nitrit oksida bekerja dengan
merelaksasi otot halus untuk memperlebat pembuluh darah, terutama pembuluh
darah yang ada di paru-paru. Nitrit oksida juga polutan udara beracun yang
dihasilkan mesin otomobil dan plant listrik. Nitrik oksida berbeda dengan
nitrous oksida (N2O), anaestetik general, atau disamakan dengan nitrogen
oksida (NO2) yang merupakan polutan udara lain.
Molekul nitrit oksida adalah radikal bebas, yang relevan atas sifat
reaktivitasnya yang tinggi. Nitrit oksida berekasi denan ozon di udara untuk
membentuk nitrogen dioksida, yang disinyalit adanya warna cokelat
kemerahan.
2. Fungsi Nitrit Oksida
Nitrit oksida befungsi melebarkan pembuluh darah di paru-paru,
sehingga bayi yang baru lahir bisa mendapatkan oksigen lebih banyak.
Nitrogen oksida hanya diberikan diruangan neonatal intensive care unit
(NICU)
3. Indikasi Nitrit Oksida
Nitrit oksida diindikasikan untuk memperbaikin oksigenasi dan
menurunkan kebutuhan terhadap oksigenasi membran ekstrakorporeal pada
saat dan sebelum (>34 minggu gestasi) neonat kegagalan pernapasan hipoksik
yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pulmonari klinis.
4. Cara Kerja Nitrit Oksida
Nitrit oksida merelaksai otot halus vaskular dengan mengikatkan pada
heme moiety cytosolic guanylate cyclase, mengaktivasi guanylate cyclase dan
meningkatkan level cyclic guanosine 3’,5’-monophosphate intraseluler, yang
menyebabkan vasodilasi. Saat dihirup, nitrit oksida menghasilkan vasodilasi
pulmonari.
5. Cara menggunakan Nitrit Oksida
Nitrit oksida dihirup ke paru-paru bayi melalui mulut atau hidung. Bayi
Anda juga dapat menggunakan tabung pernapasan ke ventilator (mesin yang
menggerakkan udara kedalam dan keluar dari paru-paru untuk membantu bayi
bernafas lebih mudah dan mendapatkan oksigen yang cukup).
Nitrit oksida biasanya diberikan selama 14 hari. Bayi Anda mungkin
akan diberi pengobatan ini sedikit-sedikit, dan akan dikurangi sedikit demi
sedikit sebelum pengobatan dihentikan seutuhnya.
Pernafasan, tekanan darah, kadar oksigen dan tanda vital lain bayi anda
akan diawasi selama pengobatan dengan nitrit oksida. Hal ini akan membantu
dokter untuk menentukan berapa lama pengobatan akan berlanjut
menggunakan nitrit oksida. Anak Anda mungkin akan membutuhkan tes darah.
6. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemberian Nitrit Oksida
a. Harap berhati-hati jika bayi menderita penyakit paru-paru atau penyakit
jantung.
b. Ikuti saran dokter terkait makanan, minuman, aktivitas, dan pengobatan
yang perlu diberikan pada bayi, saat dan setelah menjalani pengobatan
dengan nitrit oksida
c. Dokter akan menilai dan menginformasikan obat-obatan lain yang
digunakan bersama dengan nitrogen oksida.
7. Cara Menggunakan Nitrit Oksida Dengan Benar
Nitrit oksida atau nitric oxide hanya boleh diberikan oleh dokter, atau
oleh petugas medis atas pengawasan dokter. Gas nitrogen oksida ini diberikan
dengan alat bantu napas diruangan NICU.
Pernapasan, tekanan darah, dan kondisi bayi secara keseluruhan akan
terus dipantau selama pengobatan. Pemantauan ini akan membantu dokter
menentukan jangka waktu pengobatan.
8. Efek Samping Nitrit Oksida
Sama seperti obat-obat lain, nitrit oksida juga berisiko menyebabkan efek
samping. Beberapa efek samping yang dapat terjadi adalah :
a. Keringat berlebih d. Tekanan darah turun
b. Lemas e. Kencing berdarah
c. Warna bibir dan kulit kebiruan f. Infeksi

RADIKAL BEBAS (ROS)

1. Definisi Radikal Bebas


Radikal bebas (Bahasa Latin radicalis) adalah molekul yang mempunyai
sekolompok atom dengan elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas
adalah bentuk radikal yang sangat reaktif dan mempunyai waktu paru yang
sangat pendek. Jika radikal bebas tidak diinaktivasi, reaktivitasnya dapat
merusak seluruh tipe makromolekul seluler, termasuk karbohidrat, protein,
lipid dan asam nukleat.
2. Mekanisme kerja
Mekanisne terbentuknya radikal bebas dapat dimulai oleh banyak hal,
baik yang bersifat endogen maupun eksogen. Reaksi selanjutnya adalah
peroksidasi lipid membran dan sitosol yang mengakibatnkan terjadinya
serangkaian reduksi asam lemak sehingga terjadi kerusakan membran dan
organel sel.
Peroksidasi (otooksidasi) lipid bertanggung jawab tidak hanya pada
kerusakan makanan, tapi juga menyebabkan kerusakan jaringan in vivo karena
dapat menyebabkan kanker, penyakit inflamasi, aterosklerosis, dan
penuaan.efek merusak tersebut akibat produksi radikal bebas (ROO, RO, OH)
pada proses pembentukan peroksida dari asam lemak. Peroksidasi lipid
merupakan reaksi berantai yang memberikan pasokan radikal bebas secara
terus menerus yang menginisiasi peroksidasi lebih lanjut.
3. Sumber Radikal Bebas
NO Sumber Internal Sumber Eksternal
1. Mitokondria Rokok
2. Fagosit Polutan lingkungan
3. Xantine oksidase Radiasi
4. Reaksi yang melibatkan besi Obat-obatan tertentu
5. Logam transisi lainnya pestisida
6. Arachidonat pathway anestesi
7. Olahraga Larutan industri ozon
8. Peradangan
9. Iskemik/reperfusi

4. Bahaya Radikal Bebas Bagi Tubuh


Radikal bebas dapat menyebabkan penuaan sel yang ditandai dengan
penimbunan pigmen lipofusin intrasel terutama pada jantung, hati dan otak.
Terlalu banyak radikal bebas dalam tubuh dapat membuat tubuh mengalami
stres oksidatif. Stres oksidatif merupakan kondisi dimana jumlah radikal bebas
dalam tubuh lebih banyak dari pada pertahanan antioksidan yang dapat
mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas. Hal ini menyebabkan terjadinya
berbagai kerusakan sel dalam tubuh, seperti lipid, protein, dan asam nukleat.
5. Cara Mencegah Bahaya Radikal Bebas
Antioksidan merupakan molekul dalam sel yang dapat mencegah radikal
bebas mengambil eloktron, sehingga radikal bebas tidak menyebabkan
kerusakan sel. Dengan adanya antioksidan, maka jumlah radikal bebas dalam
tubuh anda tetap terkendali. Oleh karena itu, anda perlu untuk memperbanyak
jumlah antioksidan yang masuk ke tubuh untuk mencegah bahaya radikal
bebas.

Anda mungkin juga menyukai