Anda di halaman 1dari 29

GAS DARAH

A. Definisi
Gas darah arteri untuk pengukuran pH (keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar
karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa.
Pemeriksaan gas darah arteri dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan
pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat
menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat
menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan
asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
dan data-data laboratorium lainnya.

Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan
dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:
1. Mekanisme dapar kimia
Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:
a. Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat
b. Sistem dapar fosfat
c. Sistem dapar protein
d. Sistem dapar hemoglobin

2. Mekanisme pernafasan

3. Mekanisme ginjal
Mekanismenya terdiri dari:
a. Reabsorpsi ion HCO3-
b. Asidifikasi dari garam-garam dapar
c. Sekresi ammonia
B. Tujuan :
1.Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
2.Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
3.Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh

C. Indikasi:
-Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
-Pasien deangan edema pulmo
-Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
-Infark miokard
-Pneumonia
-Klien syok
-Post pembedahan coronary arteri baypass
-Resusitasi cardiac arrest
-Klien dengan perubahan status respiratori
-Anestesi yang terlalu lama

Pemilihan Bagian Analisa Gas Darah :


- Kriteria tergantung pada = -ada tidaknya sirkulasi kolateral
-seberapa besar arteri
-jenis jaringan yang mengelilinginya
- Bagian yang tidak boleh dipilih = -adanya peradangan
-adanya iritasi
-adanya edema
-dekat dengan luka
-percabangan arteri dengan fistula 

D. Lokasi pungsi arteri :


1. Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)
Arteri yang berada di pergelangan tangan pada posisi ibu jari..
Hematome pada arteri radialis jarang terjadi karena adanya tekanan di atas ligamen dan
tulang pada pergelangan.

2. Arteri brakialis
Arteri yang berada pada medial anterior bagian antecubial fossa, terselip diantara otot
biceps.
Ukuran arteri besar sehingga mudah dipalpasi dan ditusuk.
3. Arteri femoralis
Arteri yang paling besar untuk ABG.Berada pada permukaan paha bagian dalam,di sebelah
lateral tulang pubis.
Dapat di lakukan ABG sekalipun pada pasien dengan curah jantung yang rendah.
Arteri ini digunakan hanya dalam kondisi gawat darurat atau sulit mendapat arteri.

4. Bagian arteri lain


-Pada bayi = arteri kulit kepala, arteri tali pusat.
-Pada orang dewasa = arteri dorsal pedis.
Bagian-bagian ini tidak boleh diambil oleh phlebotomis

Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain,
karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme
atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan
karena adanya risiko emboli otak.
Komplikasi 
-Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulkan nyeri
-Perdarahan
-Cidera syaraf
-Spasme arteri
E. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan :
1.Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia
cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari
158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
2.Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang
berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek
penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
3.Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia
membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa
dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan
dalam kamar pendingin beberapa jam.
4.Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan
PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


-Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih.
-Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk mencegah
darah membeku.
-Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan anestesi
local.
-Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui kepatenan arteri.
-Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang
keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri.
-Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata dan
tidak membeku.
-Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras daripada
vena..
-Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum
dengan karet atau gabus.
-Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil.
-Segera kirim ke laboratorium ( sito ).

F. Persiapan pasien :
1.Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan.
2.Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit.
3.Jelaskan komplikasi yang mungkin timbuL.
4.Jelaskan tentang allen’s test.

G. Persiapan alat :
-Spuit 2 ml atau 3ml dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak) dan nomor 20
atau 21 untuk dewasa.
-Heparin.
-Yodium-povidin.
-Penutup jarum (gabus atau karet).
-Kasa steril.
-Kapas alcohol.
-Plester dan gunting.
-Pengalas.
-Handuk kecil.
-Sarung tangan sekali pakai.
-Obat anestesi lokal jika dibutuhkan.
-Wadah berisi es.
-Kertas label untuk nama.
-Thermometer.
-Bengkok.

H. Prosedur kerja :
1. Baca status dan data klien untuk memastikan pengambilan AGD
2. Cek alat-alat yang akan digunakan
3 Cuci tangan
4. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
5. Perkenalkan nama perawat
6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
7. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
8. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
9. Tanyakan keluhan klien saat ini
10. Jaga privasi klien
11. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
12. Posisikan klien dengan nyaman
13. Pakai sarung tangan sekali pakai
14. Palpasi arteri radialis
15. Lakukan allen’s test
16. Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk
17. Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan menggunakan
jari telunjuk dan jari tengah
18. Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-povidin, kemudian diusap
dengan kapas alkohol
19. Berikan anestesi lokal jika perlu
20. Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian kosongkan
spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit
21. Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45 ° sambil menstabilkan
arteri klien dengan tangan yang lain
22. Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah tidak bisa
naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena)
23. Ambil darah 1 sampai 2 ml
24. Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit
25. Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet
26. Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin
27. Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah
28. Ukur suhu dan pernafasan klien
29. Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang digunakan
klien jika kilen menggunakan terapi oksigen
30. Kirim segera darah ke laboratorium
31. Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah (untuk
klien yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu yang lama)
32. Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan
33. Cuci tangan
34. Kaji respon klien setelah pengambilan AGD
35. Berikan reinforcement positif pada klien
36. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
37. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
38. Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari sebelah
mana darah diambil dan respon klien.

Cara allen’s test:


Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada arteri
radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri,
observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15
detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap
pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan
tersebut dan periksa tangan yang lain.
I. INTERPRETASI
1. Hipoksia
• Ringan PaO2 50 – 80 mmHg
• Sedang PaO2 30 – 50 mmHg
• Berat PaO2 20 – 30 mmHg
2. Hiperkapnia
• Ringan PaCO2 45 – 60 mmHg
• Sedang PaCO2 60 – 70 mmHg
• Berat PaCO2 70 – 80 mmHg
J. Harga normal :
-pH darah arteri 7,35 – 7,45
-PaO2 80 – 100 mmHg
-PaCO2 35 – 45 mmHg
-HCO3- 22 – 26 mEq/l
-Base Excess (B.E) -2,5 – (+2,5) mEq/l
-O2 Saturasi 90 – 100 %

K. Klasifikasi gangguan asam basa primer dan terkompensasi:


1. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat
dikeluarkan melalui ventilasi.
2. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH,
seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi ginjal
belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam
batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan
dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak
sakit kritis.
3. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi dan
dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada
intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi
yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada
bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.
4. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di
bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan
ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
5. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--7,40. Asidosis
metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
6. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi
terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih
dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih
dari 7,50.
8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah
diberikan oksigen yang adekuat
9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga
normal.
10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan
tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat
menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan
oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan
distribusi oksigen.

PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI

A.    Pendahuluan
Pengambilan sampel darah arteri adalah pengambilan sampel darah melalui pembuluh
darah arteri.

Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan “ASTRUP”,
yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi
pengambilan darah yang umum dilakukan yaitu Arteri radialis, Arteri brachialis dan
Arteri Femoralis.

B.    MANFAAT
Analisa gas darah arteri berguna untuk mengkaji status oksigenasi klien (tekanan
oksigen arterial [PaO2]), ventilasi alveolar (tekanan karbondioksida arterial [PaCO2]),
dan juga untuk menilai keseimbangan asam basa. Hasil dari pemeriksaan gas darah
sangat berarti bagi monitoring hasil tindakan penatalaksanaan oksigenasi klien, terapi
oksigen, dan untuk mengevaluasi respon tubuh klien terhadap tindakan dan terapi
misalnya pada saat klien menjalaniweaning dari penggunaan ventilator. Sampel darah
yang diambil digunakan untuk mengukur komponen gas didalam darah arteri dan pH
darah. Nilai yang diperoleh mereflekasikan kualitas ventilasi dan perfusi jaringan.

C.    Hal yang perlu diperhatikan


1.       Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
2.       Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk
mencegah darah membeku
3.       Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan anestesi
lokal
4.       Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui  kepatenan arteri
5.       Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang
keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah  arteri
6.       Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata
dan tidak membeku
7.       Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras
daripada vena).
8.       Keluarkan  udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum
dengan karet atau gabus.
9.       Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil
10.    Segera kirim ke laboratorium ( sito )

D.    Persyaratan Umum

Beberapa persyaratan umum yang perlu diperhatikan untuk memperoleh hasil


pemeriksaan yang akurat adalah:

1.     Pasien diusahakan dalam keadaan tenang dengan posisi berbaring (pasien dalam
keadaan takut/ gelisah akan menyebabkan hiperventilasi).
2.     Pengambilan darah pada pasien yang sedang mendapat terapi oksigen dilakukan
minimal 20 menit setelah pemberian oksigen dan perlu dicantumkan kadar oksigen
yang diberikan
3.     Perlu diwaspadai adanya perdarahan dan hematoma akibat pengambilan darah
terutama pada bagian yang sedang mendapat terapi antikoagulan
4.     Suhu tubuh pasien dan waktu pengambilan darah harus dicantumkan dalam formulir
permohonan pemeriksaan

E.    Pengkajian
F.    Diagnosa Keperawatan
G.   Perencanaan
H.    Alat dan bahan

1.   Spuit  2 ml atau 3ml  dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak) dan nomor 20
atau 21 untuk dewasa
2.   Heparin
3.   Yodium-povidin
4.   Penutup jarum (gabus atau karet)
5.   Kasa steril
6.   Kapas alcohol
7.   Plester dan gunting
8.   Pengalas
9.   Handuk kecil
10.       Sarung tangan sekali pakai
11.       Obat anestesi lokal jika dibutuhkan
12.       Wadah berisi es
13.       Kertas label untuk nama
14.       Thermometer
15.       Bengkok

I.      Prosedur Pengambilan darah arteri radialis


1.     Baca  status dan data klien untuk memastikan indikasi pengambilan AGD
2.     Cek alat-alat yang akan digunakan
3.     Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
4.     Perkenalkan nama perawat
5.     Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
6.     Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
7.     Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
8.     Tanyakan keluhan klien saat ini
9.     Jaga privasi klien
10. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
11. Posisikan klien dengan nyaman
12. Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai
13. Palpasi arteri radialis
14. Lakukan allen’s tes

Tujuan uji allen tes adalah untuk menilai sistem kolateral arteri radialis. Penderita
diminta mengepalkan tangan dengan kencang. Pengambil darah dengan jari menekan
kedua arteri radialis dan ulnaris. Penderita diminta membuka dan mengepalkan
beberapa kali hingga jari-jari pucat, kemudian biarkan telapak tangan terbuka.
Pengambil darah melepaskan tekanan jarinya dari arteri ulnaris, telapak tangan akan
pulih warnanya dalam 15 detik bila darah dari arteri ulnaris mengisi pembuluh kapiler
tangan.
Bila terdapat gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri
radialis tidak boleh digunakan untuk pengambilan darah arteri. Bila tidak terdapat
kolateralisasi arteri radialis dan arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri radialis tidak
boleh digunakan.

Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada
arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan
pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus
memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila
tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan
negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.

15. Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk


16. Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
17. Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-povidin, kemudian diusap
dengan kapas alkohol
18. Berikan anestesi lokal jika perlu
19. Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian kosongkan
spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit
20. Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45 ° sambil menstabilkan
arteri klien dengan tangan yang lain
21. Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah tidak bisa
naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena)
22. Ambil darah 1 sampai 2 ml
23. Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit
24. Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet
25. Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin
26. Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah
27. Ukur suhu dan  pernafasan klien
28. Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang digunakan
klien jika kilen menggunakan terapi oksigen
29. Kirim segera darah ke laboratorium
30. Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah (untuk
klien yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu yang lama)
31. Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan
32. Cuci tangan
33. Kaji respon klien setelah pengambilan AGD
34. Berikan reinforcement positif pada klien
35. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
36. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
37. Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari sebelah
mana darah diambil dan respon klien

Allen test
Uji Allen adalah tes yang digunakan dalam pengobatan sebelum pengumpulan gas darah
arteri untuk menentukan patensi normal dari arteri ulnaris.
  Untuk melakukan tes sebuah Allen:
1. Tangan pasien harus diangkat di atas hati nya;
2. Pasien harus diminta untuk membuat kepalan;
3. Tekanan harus diterapkan baik radial dan arteri ulnaris sampai aliran darah distal
tersumbat;
4. Sementara mempertahankan posisi tangan tinggi, pasien kemudian harus membuka
tangan. Tangan harus tampak pucat dan memiliki refils kapiler terbatas;
5. Tekanan arteri ulnaris harus dibebaskan (dengan tetap menjaga tekanan cukup untuk
menutup jalan arteri radial).
6. Tangan harus kembali ke warna normal dalam waktu 5-7 detik.
Jika tangan pasien kembali ke warna normal dalam waktu 3-7 detik tes Allen dikatakan
negatif dan pasien memiliki pasokan darah normal ganda. Jika tangan pasien kembali normal
setelah 7 detik, tes Allen dikatakan negatif dan pasien tidak memiliki suplai darah ganda untuk
tangan (atau jika dia lakukan, sangat kecil).
  Apakah Signifikansi Klinis Uji Allen?
Ketika tes Allens adalah positif (yang berarti bahwa pasien tidak memiliki suplai darah ganda
untuk tangan), ia akan sering memiliki hasil negatif untuk pihak lain. Karena itu, untuk
mengurangi risiko iskemia ke tangan yang, penting untuk melakukan kanulasi atau koleksi gas
darah arteri dari tangan dengan pasokan darah ganda.
  Apa signifikansi klinis dari uji Allens di Paramedis?
Manfaat klinis dari uji Allens di paramedis hanya relevan ketika Anda akan mencoba untuk
cannulate dekat arteri radialis atau ulnaris. Hal ini jarang terjadi sebagai paramedis untuk perlu
cannulate pembuluh darah di daerah ini, namun pada beberapa pengguna obat IV, atau orang
yang telah di steroid selama bertahun-tahun, bahwa sebagian besar pembuluh darah mereka
rusak, dan akibatnya pembuluh darah ini adalah hanya dibiarkan terbuka untuk digunakan.
Dalam hal ini, penting untuk melakukan tes Allens sebelum tangan untuk memastikan bahwa
Anda tidak sengaja merusak arteri radialis atau ulnaris di satu sisi tanpa suplai darah ganda.

Kapiler isi ulang ( CRT )


Pengisian kapiler adalah tingkat di mana darah isi ulang kosong kapiler .
Hal ini dapat diukur dengan memegang tangan lebih tinggi dari jantung-tingkat
(mencegah refluks vena ), menekan tombol lembut jari atau jari kaki sampai
ternyata putih, dan mengambil catatan dari waktu yang dibutuhkan untuk warna
untuk kembali sekali tekanan dilepaskan. Waktu isi ulang yang normal adalah
kurang dari 2 detik. Pada bayi yang baru lahir bayi , pengisian kapiler dapat diukur
dengan menekan pada tulang dada selama lima detik dengan jari atau ibu jari, dan
mencatat waktu yang dibutuhkan untuk warna untuk kembali sekali tekanan
dilepaskan. Batas normal atas untuk pengisian kapiler pada bayi baru lahir adalah 3
detik  . Waktu pengisian kapiler (CRT) adalah indikasi umum dari dehidrasi
dan penurunan perfusi perifer . Hal ini umumnya diterima bahwa tes dapat sangat
bervariasi antara pasien yang berbeda, dan karenanya tidak boleh diandalkan
sebagai ukuran diagnostik universal. Meskipun demikian sangat berguna sebagai
bukti pendukung untuk tanda positif perfusi miskin ke ekstremitas. Tes CRT (juga
kadang disebut sebagai CFT dalam bahasa Podiatric) sering disebut sebagai tes
pucat Nail. Sebuah CRT juga dapat dinilai pada hewan dengan menekan pada gusi
mereka yang bertentangan dengan tulang dada yang umumnya ditutupi dengan bulu
atau tidak dapat diakses.
Waktu pengisian kapiler adalah tes cepat dan mudah yang dapat memberikan informasi
penting tentang perfusi kulit pada bayi atau anak. Perfusi abnormal kulit dapat mengindikasikan
beberapa kondisi medis mengkhawatirkan. Kemampuan untuk segera menilai perfusi pada anak
dengan tes detik-panjang sangat berharga untuk dokter dan orang tua yang bersangkutan.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paru mempunyai fungsi utama untuk melakukan pertukaran gas, yaitu mengambil O2 dari
udara luar dan mengeluarkan CO2 dari badan ke udara luar. Bilamana paru berfungsi secara
normal, tekanan parsial O2 dan CO2 di dalam darah akan dipertahankan seimbang, sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Pemeriksaan analisis gas darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang
penting sekali di dalam penatalaksanaan penderita akut maupun kronis, terutama penderita
penyakit paru.
Pemeriksaan analisis gas darah penting baik untuk menegakkan diagnosis, menentukan
terapi, maupun untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah mendapat terapi. Sama halnya
dengan pemeriksaan EKG pada penderita jantung dan pemeriksaan gula darah penderita diabetes
millitus. Dengan majunya ilmu pengetahuan, terutama setelah ditemukan alat astrup, tekanan
parsial O2 dan CO2 serta pH darah dapat diukur dengan mudah.
Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-
pasian penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga pemeriksaan
ASTRUP yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Gas darah
arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbagan asam basa), oksigenasi,
kadar karbondioksida, kadar biokarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penyusun akan membahas tentang pemeriksaan Analisa
Gas Darah.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah :
1.2.1   Apa itu Analisa Gas Darah ?
1.2.2  Apa tujuan dan manfaat dari Analisa Gas Darah ?
1.2.3  Bagaimana cara pengambilan sampel untuk analisa gas darah ?
1.2.4  Bagaimana indikasi dalam pemeriksaan gas darah ?
1.2.5  Apa saja komponen untuk menilai gas darah ?
1.2.6  Bagaimana pemeriksaan analisa gas darah ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan dari makalah ini
adalah :
1.3.1   Untuk mengetahui analisa gas darah
1.3.2  Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari analisa gas darah.
1.3.3  Untuk mengetahui tempat pengambilan sampel analisa gas darah.
1.3.4  Untuk mengetahui indikasi dalam pemeriksaan analisa gas darah.
1.3.5  Untuk mengetahui komponen yang akan diperiksa.
1.3.6  Untuk mengetahui cara pemeriksaan analisa gas darah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian AGD (Analisa Gas Darah)
Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa ( BGA ) merupakan
pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang bertujuan untuk mengetahui atau
mengevaluasi pertukaran Oksigen ( O2), Karbondiosida ( CO2) dan status asam-basa dalam
darah arteri.
Analisa gas darah (AGD) atau BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan untuk
mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh gangguan pernafasan
dan/atau gangguan metabolik. Komponen dasar AGD mencakup pH, PaCO2, PaO2, SO2, HCO3
dan BE (base excesses/kelebihan basa).
Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-
pasian penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga pemeriksaan
ASTRUP yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Gas darah
arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga keseimbagan asam basa), oksigenasi,
kadar karbondioksida, kadar biokarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa.
Pemantauan pertukaran gas dapat  dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
         Pemantauan invasive (kateter arteri, punksi arteri, punksi vena, dan punksi kapiler)
         Pemantauan non invasive (pulse oximetry, monitor transkutaneus,monitor karbondioksida
end-tidal)

2.2 Tujuan dan Manfaat Pemeriksaan AGD (Analisa Gas Darah)


Sebuah analisis ABG mengevaluasi seberapa efektif paru-paru yang memberikan oksigen
ke darah . Tes ini juga menunjukkan seberapa baik paru-paru dan ginjal yang berinteraksi untuk
menjaga pH darah normal (keseimbangan asam-basa). Peneliatian ini biasanya dilakukan untuk
menilai penyakit khususnya pernapasan dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi paru-paru,
dan sebagai pengelolaan pasien untuk terapi oksigen (terapi pernapasan). Selain itu, komponen
asam-basa dari uji tes dapat memberikan informasi tentang fungsi ginjal.
Adapun tujuan  lain dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah,yaitu :
1.      Menilai fungsi respirasi (ventilasi)
2.      Menilai kapasitas oksigenasi
3.      Menilai Keseimbangan asam-basa
4.      Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
5.      Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
6.      Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh
7.   Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik yang lain.
Disamping itu Analisis gas darah digunakan untuk diagnosa dan pengelolaan :
a)    Penyakit pernafasan
b)   Pemberian oksigen
c)    Kadar oksigenasi dalam darah
d)   Kadar CO2
e)    Keseimbangan asam-basa
f)     Ventilasi
AGD tidak perlu dilakukan apabila:
a)    Hasil tidak akan memberikan pengaruh pada tindakan medis selanjutnya
b)   Mengikuti prosedur pemeriksaan yang ada, bukan karena adanya indikasi
c)    Masih terdapat cara lain yang lebih mudah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan
d)   Komplikasi yang timbul >>daripada hasil AGD yang diharapkan
Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD :
a)    Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia
cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158
mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
b)   Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin
yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek
penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
c)    Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia
membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa
dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan
dalam kamar pendingin beberapa jam.
d)   Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan
PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
e)    Nilai
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang
abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi
oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah.
2.3      Pengambilan Sample AGD (Analisa Gas Darah)
Sampel darah untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah dapat dilakukan pada arteri radialis,
arteri tibialis posterior, arteri dorsalis pedis, dan lain-lain. Arteri femoralis atau brakialis
sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi
kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri
temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli. Korelasi nilai
sampel darah arteri dan kapiler bervariasi, baik untuk pH dan PCO2, tapi jelek untuk PaO2.
Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan analisa gas darah:
 Gelembung udara
 Tekanan
Disamping itu,  pemilihan bagian analisa gas darah :
a.       Kriteria tergantung pada :
  Ada tidaknya sirkulasi koleteral
  Seberapa besar arteri
   Jenis jaringan yang mengelilingnya
b.      Bagian-bagian yang tidak boleh dipilih :
 Adanya peradangan
  Adanya iritasi
  Adanya edema
  Dekat dengan luka
  Percabangan arteri dengan fistula
Beberapa hal penting yang perlu di perhatikan dalam pengambilan darah ini meliputi :
  Gunakan tehnik steril
  Hindari penusukan yang sering pada tempat yang sama untuk mencegah aneurism
  Jangan menusukkan jarum lebih dari 0,5 cm
  Harus mengetahui anatomi untuk mencegah terjadinya penusukan pada saraf
  Lakukan palpasi sebelum di lakukan penusukan
  Bila perlu pengulangan pemeriksaan analisa gas darah dokter akan memasang “arteri line”
Pengambilan Darah Arteri
Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah pergelangan
tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis di daerah lengan atau arteri
femoralis di lipat paha. Pengambilan darah harus dilakukan dengan hati-hati dan oleh tenaga
terlatih. Sampel darah arteri
umumnya digunakan untuk
pemeriksaan analisa gas darah.

1.     Arteri Radialis dan


Arteri Ulnaris
(sebelumnya dilakukan
allen’s test)
 
Merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk fungsi
arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau hematome juga apabila
Allen test negatif. Arteri yang berada di pergelangan tangan pada posisi ibu
jari. Terdapat sirkulasi kolateral (suplai darah dari beberapa arteri).
Kesulitannya ukuran arteri kecil, sulit memperoleh kondidi pasien dengan
curah jantung yang rendah.
, kemudian berikan tekanan pada arteri radialis dan arteri ulnaris
selama beberapa menit, setelah itu minta pasien unutk membuka
tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari
dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah
Test Allen’s merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan,
hal ini dilakuk an dengan cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan
tangannya dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif.
Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s
negatif. Jika pemeriksaan negative, hindarkan tangan tersebut dan periksa
tangan yang lain.
2.    Arteri Brakialis

Arteri yang berada pada


medial anterior bagian antecubital fossa, terselip diantara otot bisep. Ukuran
arteri besar sehingga mudah dipalpasi dan ditusuk. Sirkulasi kolateral cukup,
tetapi tidak sebanyak RA.
Merupakan arteri pilihan keempat karena lebih banyak resikonya bila
terjadi obstruksi pembuluh darah. Kesulitannya :
a.       Ukuran arteri besar sehingga mudah untuk dipalpasi dan ditusuk.
b.      Sirkulasi koleteral cukup, tidak sebanyak RA.
c.       Kesulitan :
  Letak arteri lebih dalam
  Letaknya dekat dengan basilic vena dan syaraf median
  Hematom mungkin terjadi
3.    Arteri Femoralis
Merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat
diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran
darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan
berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan.
Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi
percampuran antara darah vena dan arteri. Selain itu arteri femoralis terletak
sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh utama yang
memperdarahi ekstremitas  bawah.
 

Merupakan arteri yang paling


besar untuk ABG. Berada pada
permukaan paha bagian dalam,
disebelah lateral tulang pubis.
Dapat dilakukan ABG sekalipun
pasien dengan curah jantung yang rendah. FA hanya digunakan dalam kondisi gawat darurat atau
sulit mendapat arteri lain. Kesulitan :
  Sirkulasi koleteral sedikit sehingga mudah terjadi infeksi pada tempat pengambilan
  Sulit untuk aseptis
  Pada orang tua, gangguan dinding arteri sebelah dalam
  Letaknya dekat dengan vena paha.
5.  Bagian arteri lainnya
a)    Pada bayi : arteri kulit kepala, arteri tali pusat
b)   Pada orang dewasa : arteri dorsal pedis
Arteri Femoralis atau Brakialis sebaiknya jangan digunakan jika masih
ada alternative lain karena tidak memiliki sirkulasi kolateral yang cukup
untuk mengatasi bila terjadi spasme atau thrombosis. Sedangkan arteri
temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya resiko
emboli ke otak.
Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah :
a. Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan cara
melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung.
Memasukkan darah dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum,
berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke dalam tabung vakum
dengan cara menusukkan jarum pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai
berhenti sendiri ketika volume telah terpenuhi.
b. Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-
mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut.
Mengocok sampel berpotensi menyebabkan hemolisis.
c. Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama -
botol biakan (culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam kedua - tes koagulasi
(tabung tutup biru), ketiga - tabung non additive (tutup merah), keempat - tabung
tutup merah atau kuning dengan gel separator atau clot activator, tabung tutup
ungu/lavendet (EDTA), tabung tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu (NaF
dan Na oksalat)
2.4     Indikasi Analisa Gas Darah
Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
1.   Pasien dengan penyakit  obstruksi paru kronik
Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan
aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible
ataupun reversible parsial. Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis
dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.
2.  Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan
cairan yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru
sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan
pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan
bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat
dirujuk sebagai "air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini
pada pasien-pasien.
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang
berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic
pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai
non-cardiogenic pulmonary edema.
3.    Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar
kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel
alveolar dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-akibat kerusakan
pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS
menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan , yang mengarah
pada kolaps alveolar . Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru-
paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam
kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia.
4.      Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa
serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala
pendahuluan (Santoso, 2005).
5.     Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung
jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan
penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam
sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia
juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru,
atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau
penggunaan alkohol.
6.     Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah
arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah
jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga
faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi
maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan yang
menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali
menyebabkan kematian pada pasien.
7.      Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi
sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan
hipotensi yang menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC,
oedem jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab
inflamasi sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara
lain oleh karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).
8.     Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan
oleh beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik
(perdarahan yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat
tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan,
perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan
obat-obatan.
Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension
pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan
berhenti. Berhentinya peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk
semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat
tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan
oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti
bernapas normal.
Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam
5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac
arrest dapat dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ yang
serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah.
2.5 Komponen yang diperiksa dalam analisa gas darah meliputi :
a.  PH
PH akan menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam tubuh. Ada peningkatan atau penuruna
ion H+ akan mempengaruhi stabilitas dari PH cairan tubuh. Bila ion H+ meningkat PH akan
rendah dan bila ion H+ menurun PH akan meningkat.
b. PaCO2
PaCO2 adalah tekanan partial yang ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut. PaCO2 ini
merupakan parameter untuk mengetahui fungsi respirasi dan menentukan cukup tidaknya
ventilasi alveolar. Bila PaCO2 rendah menunjukkan adanya hyperventilasi karena rangsangan
pernafasan dan bila PaCO2 tinggi (hypoventilasi) menunjukkan adanya kegagalan ventilasi
alveolis. Pada PaCO2 rendah konsentrasi ion H+ akan rendah dan PH meningkat, sedangkan bila
terjadi peningkatan PaCO2 konsentrasi ion H+ akan mengingat dan PH menjadi rendah
c.    PaO2
PaO2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh oksigen yang terlarut dalam darah. PaO2 akan
memberikan petunjuk cukup tidaknya oksigenisasi darah arteri
d.    Base Ekses (E . E)
Menggambarkan secara langsung kelebihan basa kuat / kekurangan asam tetap atau
kekurangan basa / kelebihan asam. Bila nilai positif menunjukkan kelebihan basa dan bila nilai
negatif menunjukkan kelebihan asam
e.    TCO2
Total CO2 yang terdapat dalam plasma, yang meliputi asam karbonat, bikarbonat dan
senyawa karbamino. TCO2 dapat digunakan sebagai petunjuk klinik gangguan keseimbangan
asam untuk memperkirakan kelebihan atau kekurangan basa karena perbandingan bikarbonat dan
asm bikarbonat 20 : 1
f.     Sat O2
Derajat kejenuhan Hb dengan oksigen. Sat O2 sangat membantu untuk menghitung
kandungan oksigen dalam darah.
2.6 Pemeriksaan Analisa Gas Darah
1.   Pra Analitik
a)     Persiapan Pasien :
  Memberikan penjelasan pada klien (bila mungkin) dan keluarga mengenai tujuan pengambilan
darah dan prosedur yang akan dilakukan.
  Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit
  Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul
  Jelaskan tentang allen’s test
  Mengatur posisi pasien
b)   Persiapan Sampel : Antikoagulan yang digunakan dalam pengambilan darah
arteri adalah heparin. Pemberian heparin yang berlebiham akan menurunkan
tekanan CO2. Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam
tabung. Sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2
terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
c)    Metode Pemeriksaan :
d)   Prinsip Pemeriksaan : Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk ke setiap
sampel sel secara bergiliran dimana gas sampel akan dibandingkan dengan gas standar melalui
pemencaran system infra red dimana akan menghasilkan perbedaan panjang gelombang yang
akan dikonversi receiver menjadi signal analog (420).
e)    Alat dan Bahan :
1.   3 ml sampai 5 ml gelas syringe,
2.  1 ml ampul heparin aqueous,
3.  20 G 11/4‖ jarum,
4.  22 G 1‖ jarum,
5.  Sarung tangan,
6.  Alkohol atau  povidone-iondine pad,
7.  Gauze pads,
8.  Topi karet untuk syringe hub atau penutup karet untuk jarum,
9.  Label,
10.   Ice-filled plastic bag,
11. Perekat balutan,
12.   Opsional:
a. 1% licoaine solution,
b. Peralatan siap AGD.
2.  Analitik
2.1 Prosedur pada tindakan analisa gas darah ini adalah sebagai berikut
(McCann, 2004):
a.     Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan sebelum memasuki ruangan
pasien.
b.     Cuci tangan dengan menggunakan tujuh langkah benar
c.      Bila menggunakan peralatan AGD yang sudah siap, buka peralatan tersebut
serta pindahkan labelcontoh dan tas plastik (plastic bag).
d.     Catat label nama pasien, nomor ruangan, temperatur suhu pasien, tanggal
dan waktu pengambilan,metode pemberian oksigen, dan nama perawat
yang bertugas pada tindakan tersebut.
e.     Beritahu pasien alasan dalam melakukan tindakan tersebut dan jelaskan
prosedur ke pasien untuk membantu mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kooperatif pasien dalam melancarkantindakan tersebut.
f.      Cuci tangan dan setelah itu gunakan sarung tangan.
g.     Lakukan pengkajian melalui metode tes Allen.
Cara allen’s test
Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan
langsung pada arteri radialisdan ulnaris, minta klien untuk membuka
tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari
dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna
merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan t
etap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif,
hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
h.     Bersihkan daerah yang akan di injeksi dengan alkohol atau povidoneiodine
pad.
i.       Gunakan gerakan memutar (circular ) dalam membersihkan area injeksi,
dimulai dengan bagian tengah lalu ke bagian luar.
j.       Palpasi arterti dengan jari telunjuk dan tengah satu tangan ketika tangan
satunya lagi memegang syringe
k.     Pegang alat pengukur sudut jarum hingga menunjukkan 30-45 derajat. Ketika
area injeksi arteribrankhial, posisikan jarum 60 derajat.
l.       Injeksi kulit dan dinding arterial dalam satu kali langkah.
m.   Perhatikan untuk  blood backflow di syringe
n.     Setelah mengambil contoh, tekan gauze pad  pada area injeksi hingga
pedarahan berhenti yaitusekitar 5 menit.
o.     Periksa syringe dari gelembung udara. Jika muncul gelembung udara,
pindahkan gelembung tersebut dengan memegang syringe ke atas dan
secara perlahan mengeluarkan beberapa darah ke gauze pad 
p.     Masukan jarum ke dalam penutup jarum atau pindahkan jarum dan
tempatkan tutup jarum pada jarum yang telah digunakan tersebut.
q.     Letakkan label pada sampel yang diambil yang sudah diletakkan pada ice-
filled plastic bag
r.      Ketika pedarahan berhenti, area yang di injeksi diberikan balutan kecil dan
direkatkan.
s.      Pantau tanda vital pasien, dan observasi tanda dari sirkulasi.
t.      Pantau atau perhatikan risiko adanya perdarahan di area injeksi.
2.2  Pemeriksaan Analisa Gas Darah.
        Pemeriksaan Analisa Gas darah dilkukan dengan menggunakan alat
otomatik yang disebut Blood Gas Analyzer.    Adapun prosedure untuk
pemeriksaan ini adalah :
1.     Nyalakan power ON
2.  Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara tekan calibrate kemudian enter.
Alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis.
3. Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan tekan status untuk mengetahui
kondisi apakah pH, PCO2 dan PO2 kondisinya OK. Jika OK sample langsung dapat diperiksa.
Setelah dilakukan pemeriksaan, alat ini akan mengkalibrasi secara otomatis.
4.   Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah siap melakukan
pemeriksaan, tekan Analyzer. Selang pengisap sample akan keluar secara otomatis kemudian
masukan sample bersamaan tekan lagi analyzer sampai sample terhisap secara otomatis selang
akan masuk sendiri.
Wadah sampel yang dimasukkan ke selang dapat disesuaikan dengan kondisi.
a.       Syringe
Untuk pengukuran gas darah menggunakan syringe 2 mL. The Vitalpath Analyzer akan
langsung mengaspirasi dari jarum suntiknya
b.      Tabung Koleksi Heparin
Dapat juga menggunakan tabung DRI-CHEM ® 4000 atau DRI-CHEM ®
7000 yang sudah berisi heparin. Dengan ukuran tabung 0,5 mL dan 1,5 mL.
c.       Tabung Kapilari
Ketika pasien mengalami dehidrasi atau memerlukan sampel yang sedikit, atau saat
melakukan pemeriksaan ulang dapat menggunakan tabung kapilari berisi 140 uL.
5. Lakukan daftar isian seperti yang terlihat dilayar monitor, sample ID , HB, suhu badan, jenis
sample (0 arteri, 1 vena, 2 kapiler), F102 (volume oksigen yang dilorelasi dengan persen lihat
daftar), kemudian clear 2x.
6.  Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif cepat hasil akan keluar melalui
printer.
Berikut ini merupakan Gambar Blood Gas Analyzer beserta cara
pemeriksaannya :
a.   
 

b.  

c.
d.  

d.  

3. Pasca
Analitik
 Interprestasi
Hasil :
oksia
      Ringan
PaO2 50 –  80
mmHg
      Sedang
PaO2 30 –  50
mmHg
      Berat PaO2
20 –  30
mmHg
perkapnia
  Ringan PaCO2 45 –  60 mmHg
   Sedang PaCO2 60 –  70 mmHg
  Berat PaCO2 70 –  80 mmHg
3. Nilai Normal normal :
a.     pH darah arteri 7,35 – 7,45
b.     PaO2 80 – 100 mmHg
c.      PaCO2 35 – 45 mmHg
d.     HCO3- 22 – 26 mEq/l
e.     Base Excess (B.E) -2,5 – (+2,5) mEq/l
f.      O2 Saturasi 90 – 100 %
dapat klasifikasi gangguan asam basa primer :
a.    Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat
dikeluarkan melalui ventilasi.
b.    Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH,
seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi ginjal
belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas
normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan
merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak sakit kritis.
c.    Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi dan
dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi
obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak
adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada bronkopulmonari displasia,
penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.
d.    Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di
bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi
dan koreksi dengan bikarbonat.
e.    Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30–7,40. Asidosis
metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
f.     Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi
terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari
7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
g.    Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih
dari 7,50.
h.    Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah
diberikan oksigen yang adekuat
i.     Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga
normal.
j.     Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan
tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat
menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan oksigen.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan tujuan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa :
a.     Analisa Gas Darah ( AGD ) atau sering disebut Blood Gas Analisa ( BGA ) merupakan
pemeriksaan penting untuk penderita sakit kritis yang bertujuan untuk mengetahui atau
mengevaluasi pertukaran Oksigen ( O2), Karbondiosida ( CO2) dan status asam-basa dalam
darah arteri.
b.    Tujuan  lain dari dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah,yaitu :
1.      Menilai fungsi respirasi (ventilasi)
2.      Menilai kapasitas oksigenasi
3.      Menilai Keseimbangan asam-basa
4.      Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel
5.      Efisiensi pertukaran O2 dan CO2.
6.      Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh
7.   Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostik yang lain.
c. Sampel darah untuk pemeriksaan Analisa Gas Darah dapat dilakukan pada arteri radialis, arteri
tibialis posterior, arteri dorsalis pedis, dan lain-lain.
d. Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik.
2. Pasien dengan edema pulmo .
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS).
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6.  Klien syok
7.  Post pembedahan coronary arteri baypass.
8.  Resusitasi cardiac arrest
9.  Klien dengan perubahan status respiratori
e. Komponen yang akan dilakukan pemeriksaan gas darah berupa : pH,
PaCO2,PaO2,dll

Anda mungkin juga menyukai