Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PR. KIMIA KLINIK 3


Carcinoembryonic Antigen (CEA)

Dosen Pengampu :

Tulus Ariyadi, SKM, M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Kelas D

Ari Kadarwati (G1C222056)


Ciery Marhamah Dunggio (G1C222028)
Diana Lenda Salakory (G1C222071)
Karina (G1C222081)
Ni Wayan Krisanty (G1C222175)
Nurindah Sari (G1C222118)
Sri Indah Kusumawai (G1C222121)
Trince Rumpaisum (G1C222073)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


D4 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah dengan berjudul Carcinoembryonic antigen (CEA) dapat
selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Pr. Kimia Klinik 3 yang diampu oleh Bapak Tulus Ariyadi, SKM, M.Si. Selain
itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca
tentang pemeriksaan CEA.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Tulus Ariyadi,


SKM, M.Si selaku dosen pengampu. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih


melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Semarang, 15 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
2.1 Pengertian Kanker.............................................................................3
2.2 Penanda Tumor..................................................................................3
2.3 CEA (Carcinoembryonic Antigen).....................................................5
2.4 Pemeriksaan CEA..............................................................................8
BAB III PENUTUP.......................................................................................14
3.1 Kesimpulan........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker adalah kelainan genetik yang disebabkan adanya mutasi DNA
yang dapat diperoleh secara tiba-tiba atau dipengaruhi oleh lingkungan.
Adanya perubahan genetik dan epigenetik ini dapat mengubah ekspresi atau
fungsi dari suatu gen yang mengatur sel secara fundamental seperti
pertumbuhan atau kematian sel. Kanker atau disebut juga neoplasia
memiliki karakteristik sel pertumbuhan yang abnormal yang selalu aktif
membelah. Pertumbuhan dari neoplasma cenderung tidak terkoordinasi dan
relative otonom. Hal ini terjadi karena tidak memiliki control regulasi
normal atas pertumbuhan dan pembelahan sel. Kanker memiliki ciri
mempertahankan sinyal proliferatif, menghindari penekan pertumbuhan,
terjadi invasi dan metastasis, menginduksi angiogenesis, memungkinkan
replikatif yang immortal, dan melawan kematian sel (Murti EP dkk, 2021).
Kanker kolorektal adalah kanker yang menyerang kolon sampai ke
rektum. Kanker ini merupakan kanker ke empat terbanyak di seluruh dunia,
dan kanker kedua terbanyak di negara-negara barat, serta penyebab tersering
ketiga kanker yang terjadi pada pria dan pada wanita pada tahun 2012 di
Indonesia (Retno MW, Suci DR, Rizana F, 2019).
Petanda ganas atau tumor marker merupakan substansi yang dapat
digunakan untuk mendeteksi perubahan yang terjadi akibat kanker. Dewasa
ini banyak diteliti dan dikembangkan pemeriksaan petanda ganas ideal yang
dapat memberikan petunjuk tentang perkembangan kanker, baik di tingkat
ekstraseluler, seluler maupun molekuler. Salah satu petanda ganas yang
digunakan yaitu carcinoembryogenic antigen (CEA) (Soeroso dkk, 2014).

1
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah penanda yang berguna untuk
memprediksi kanker kolorektal (Candrawati et al, 2018).
Carcinoembryonic antigen (CEA) pertama kali ditemukan pada tahun
1965 oleh Phil Gold dan Samuel O. Freedman dari ekstrak adenokarsinoma
usus besar manusia. Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah komponen
glikoprotein kompleks dengan berat molekul 200.000 yang terikat pada
membran plasma permukaan sel glikokaliks epitel usus, protein yang dalam
hal ini dapat dilepaskan ke dalam darah. Carcinoembryonic antigen (CEA)
adalah antigen penyebab kanker yang diproduksi selama perkembangan
embrio dan janin. Selain diproduksi oleh sel tumor dan sel embrio, senyawa
antigen viseral seperti CEA juga diproduksi dalam jumlah yang sangat kecil
oleh sel normal yang tidak mengalami diferensiasi. Oleh karena itu, kadar
CEA akan meningkat secara signifikan pada pasien kanker. Antigen
penyebab kanker embrio termasuk dalam kelompok antigen viseral yang
biasanya ada pada janin, hingga janin berusia 26 bulan. Selama
pertumbuhan berikutnya, kadar CEA dewasa hadir pada konsentrasi rendah
di bawah 2 ng/ml dan tidak pernah meningkat secara signifikan. Para ahli
sepakat bahwa kadar CEA normal di bawah 5 ng/ml (Soeroso dkk, 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas maka disusunlah makalah ini
tentang pemeriksaan Carcinoembryonic antigen (CEA) sebagai salah tugas
kelompok matakuliah kimia klinik 3.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan CEA?
2. Bagaimana pemeriksaan CEA?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan CEA
2. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CEA

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kanker


Kanker merupakan kelainan genetik yang disebabkan adanya mutasi
DNA yang dapat diperoleh secara spontan atau dipengaruhi oleh
lingkungan. Adanya perubahan genetik dan epigenetik ini dapat mengubah
ekspresi atau fungsi dari suatu gen yang mengatur sel secara fundamental
seperti pertumbuhan atau kematian sel (Kumar, 2013) Kanker atau disebut
juga neoplasia memiliki karakteristik sel pertumbuhan yang abnormal yang
selalu aktif membelah. Pertumbuhan dari neoplasma cenderung tidak
terkoordinasi dan relative otonom. Hal ini terjadi karena tidak memiliki
control regulasi normal atas pertumbuhan dan pembelahan sel. Kanker
memiliki ciri mempertahankan sinyal proliferatif, menghindari penekan
pertumbuhan, terjadi invasi dan metastasis, menginduksi angiogenesis,
memungkinkan replikatif yang immortal, dan melawan kematian sel
(Hanahan & Weinberg, 2011; Grossman & Porth, 2014).

2.2 Penanda Tumor


Penanda tumor (tumor marker) adalah suatu molekul atau substansi
yang dapat diukur dalam serum, plasma atau cairan tubuh lain, ekstrak
jaringan atau jaringan sediaan parafin dengan suatu pemeriksaan baik secara
kualitatif maupun kuantitatif pada kondisi prakanker dan kanker. Penanda
tumor dapat ditemukan dalam jumlah yang banyak dalam darah atau urin
penderita kanker, namun dapat pula dijumpai dalam darah atau urine pasien
yang tidak menderita kanker. Penanda tumor dapat berupa DNA, mRNA
atau protein. Penanda tumor dapat diproduksi oleh sel-sel kanker itu sendiri

3
atau oleh tubuh sebagai respon terhadap kanker atau kondisi yang lain
(Atalay C., 2008).
Di bawah berikut merupakan asal dari Penanda tumor :
1. Produk gen dari sel berdiferensiasi jelek
Karena transformasi ganas, gen yang semula nonaktif menjadi
teraktivasi, produk gen ini mengalami over ekspresi dalam proses
transformasi ganas sel. Misalnya pada serum pasien hepatoma dan
karsinoma saluran cerna tertentu dapat ditemukan AFP, CEA, isoenzim
fetal. Zat-zat ini pada orang dewasa normal tidak terekspresikan atau
terdapat dalam konsentrasi rendah, setelah transformasi ganas dapat
terjadi resistensi atau produksi dalam jumlah besar, sebagai penanda
tumor mereka memiliki spesifitas relatif tinggi (S Bafna et al, 2010).
2. Produk metabolisme sel tumor
Sel tumor memiliki metabolisme yang tinggi, menghasilkan lebih
banyak produk glikolisis, peptida jaringan dan degradasi asam nukleat.
Berbagai produk ini kurang spesifik sebagai penanda tumor, namun
dengan semakin majunya teknik pemeriksaan, peranan zat seperti ini
dalam diagnosis maupun pemantauan tumor juga semakin meningkat
(Dorit Laessig et al, 2007).
3. Zat degradasi nekrosis sel tumor
Terutama adalah unsur protein rangka sel, misalnya CYFR21-1, yang
menjadi unsur keratoprotein, zat poliamina serum, zat-zat ini muncul
pada tumor stadium lanjut atau setelah diterapi, mereka dapat dijadikan
Penanda tumor untuk monitor dinamika hasil terapi (Dorit Laessig et al,
2007).
4. Onkogen, gen supresor dan produknya
Onkogen atau gen supresor tumor banyak jenisnya. Didalam jaringan
bertransformasi ganas biasanya dapat dideteksi berbagai onkogen atau
gen supresor tumor yang bermutasi beserta produknya. Mereka adalah

4
kunci timbulnya keganasan sel, pendeteksian Penanda demikian dapat
menjadi dasar bagi diagnosis pra kanker atau terapi gen terhadap tumor
(S Bafna et al, 2010).
5. Produksi reaksi hospes
Didalam serum pasien tumor juga dapat ditemukan produk reaksi sel
tubuh terhadap tumor. Misalnya dalam darah penderita karsinoma
nasofaring terdeteksi dalam konsentrasi tinggi antibodi IgA terhadap
antigen kapsid (VCA), dan terhadap antigen dini (EA) dari virus EB
(VCA-IgA, EA-IgA). Pada serum pasien hepatoma, konsentrasi feritin
dan transamine tertentu meningkat, pada pasien kanker stadium sedang
dan lanjut konsentrasi serum CRP, asam sialat meningkat. Komponen
non spesifik sel tumor ini dapat berubah mengikuti keberadaan dan
terapi tumor, oleh karena itu termasuk dalam lingkup (S Bafna et al,
2010).

2.3 CEA (Carcinoembryonic Antigen)


Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah salah satu tumor marker atau
penanda tumor pada kanker colorektal yang digunakan sebagai alat
penunjang diagnosis non-invasif dengan harga yang relatif murah. Secara
umum berguna untuk screening kanker, prognostik, monitoring dan
indikator prediktif terapi. CEA adalah monomer dari kelompok heterogen-
glikoprotein dengan perbandingan protein terhadap karbohidrat dapat
bervariasi dari 1:1 hingga 1:5 dalam CEA yang berasal dari berbagai tumor.
CEA memiliki berat molekul 200 kDa. CEA berasal dari kelas gen onkofetal
yang diekspresikan dalam sel yang berkembang dalam periode
perkembangan embrionik dan fetus pada minggu ke 9-14. CEA
diekspresikan dalam jaringan usus, hepar, pankreas dan janin. Kemudian
CEA dapat aktif kembali saat terjadi neoplasia. CEA dimetabolisme di
hepar dengan waktu paruh sekitar 1-8 hari. Pada usia dewasa, CEA tetap

5
disekresikan ke dalam darah dengan konsentrasi di bawah 2 ng/dl. Namun
dalam aplikasi klinik, para ahli menyepakati nilai normal konsentrasi CEA
adalah < 5 ng/dl. Peningkatan konsentrasi CEA dalam darah dan cairan
tubuh lainnya disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor yang berkaitan
dengan pertumbuhan sel. Penyakit jinak dan perokok berat pun dapat terjadi
peningkatan konsentrasi CEA.
CEA telah dipelajari sebagai prediktor kelangsungan hidup pada
SCLC dan NSCLC. Hubungan yang kuat antara tingkat CEA dan respon
pengobatan telah terlihat pada Small Cell Lung Cancer (SCLC) dan Non-
Small Cell Lung Cancer (NSCLC). Secara umum, kadar CEA bervariasi
sesuai dengan perubahan yang jelas dalam suatu perjalanan penyakit, atau
dapat pula mendahului gejala klinisnya. Sebagian besar penelitian
menggunakan metode bivariat, menunjukkan hubungan yang signifikan
antara CEA dan prognosis kanker paru. Dalam penelitian Ding et al., (2018)
yang menggunakan kombinasi level CTC (Circulating Tumor Cell) dan
CEA secara signifikan meningkatkan efektivitas diagnosis adenokarsinoma
paru. Penelitian Moghadam menganjurkan pemeriksaan tumor marker untuk
kanker paru pada keadaan sebelum pengobatan dan untuk memantau
respons (evaluasi) pengobatan.
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah suatu glikoprotein yang
dapat ditemukan diberbagai sel tubuh terutama di colon, yang secara khas
berhubungan dengan tumor tertentu dan janin yang sedang berkembang.
Kata “carcinoembryonic” menggambarkan bahwa CEA diproduksi oleh
beberapa kanker (carcino-) dan oleh janin yang sedang berkembang (-
embryonic) (Kurniati RW, 2004; Purnomo E dkk, 2004). CEA pertama kali
ditemukan oleh Phil Gold dan Samuel O. Freedman dari ekstrak jaringan
adenokarsinoma kolon pada manusia tahun 1965 dan terlihat sebagai suatu
unsur pokok pada membran. Molekul CEA adalah glikoprotein permukaan
yang berinteraksi dengan mikroskeleton suatu sel. Dari permukaan sel, CEA

6
dapat dilepaskan ke ruang interstitial dan kemudian ke dalam sirkulasi,
sehingga dapat dideteksi dengan immunoassay ( Bland KI, 2009; Dorit
Laessig et al, 2007; Ebeling FG., et al, 2002 ). Gen yang mengkode CEA
sekarang telah diklasifikasikan sebagai bagian dari gen yang turut
mengkode intracelular adhesion molecule 1 (ICAM 1) juga Human
Lymphosit Associated 1, demikian pula pada MHC. Adanya kemiripan
antara CEA dan beberapa immunoglobulin related protein seperti ICAM 1
dan 2, menunjukkan bahwa CEA mungkin berfungsi sebagai molekul
adhesi. Beberapa penelitian in vitro menunjukkan kemampuan ikatan
hemofilik dan heterofilik CEA yang berperan dalam metastasis dan invasi
kanker ( Ebeling FG., et al, 2002).
Molekul CEA merupakan penanda tumor onco developmental pada
manusia dan mengandung penandaan Cluster Differentiation CD66e, yang
merupakan subtype dari kelompok CD66 dimana molekul CEA dan family
CEA lainnya berada (Handy B, 2009; Jennifer J Rahn et al, 2008). Makna
klinis tes CEA antara lain : (a) Untuk diagnosis tumor ganas. Menurut
statistik, sensibilitas CEA pada kanker pankreas stadium sedang hingga
lanjut adalah 88-91% sedang pada kanker payudara sekitar 73%. Karena
CEA meningkat secara nyata hanya pada stadium sedang dan lanjut dan
juga tidak terbatas pada jenis tumor tertentu, maka penggunaan CEA dalam
hal diagnosis dini tidak banyak membantu. (b) Untuk memonitor respons
selama pemberian terapi. (c) Untuk penentuan prognostik. Bila kadar CEA
pre operatif sudah tinggi umumnya sudah terjadi metastasis dan invasi
kedinding vaskuler atau sistem limfatik sehingga prognosisnya relatif buruk.
Bila pasca operasi terdapat metastasis, 10-13 bulan sebelum timbul gejala
klinis, kadar CEA sudah mulai meningkat. Perubahan kadar CEA meningkat
sesuai progresivitas penyakit. Family gen CEA pada manusia
dikelompokkan pada kromosom 19q dan terdiri dari 29 gen, gen ini
normalnya terekspresi ( Atalay C, 2008; San, Gang Wu et al, 2014).

7
8
2.4 Pemeriksaan CEA

Tes CEA ELISA


ELISA: ELISA Linked Imunosorbent
metode
Enzim
Prinsip Peroksidase – ELISA terkonjugasi
Rentang Deteksi 0-120ng/mL
Sampel serum 50µl
Spesifisitas 98,7%
Sensitivitas 1.0ng/ml
Waktu total -80
Waktu simpan 12 -14 bulan

1. Prinsip Test KIT


CEA kuantitatif didasarkan pada uji imunosorbent assay terkait
enzim fase padat menggunakan satu antibodi anti CEA monoklonal
untuk imobilisasi fase padat (sumuran mikrotiter) dan monoklonal anti
CEA antibodi dalam antibodi enzim (horseradish peroxidase) sebagai
larutan konjugat. Standar dan spesimen uji (serum) ditambahkan ke
dalam sumur mikrotiter yang dilapisi antibodi CEA pada sumuran
mikrotiter kemudian antibodi CEA berlabel dengan hoseradish
peroxide (konjugat) ditambahkan. Jika terdapat CEA dalam spesimen,
maka akan berikatan dengan antibodi di sumuran dan enzim konjugat
akan mengikat molekul CEA diantara fase padat dan antibodi berlabel
enzim. Setelah inkubasi selama 1 jam pada suhu ruang, sumuran dicuci
dengan air untuk menghilangkan antibodi berlabel yan tidak terikat.
Larutan TMB ditambahkan dan diinkubasi selama 20 menit, maka akan
menghasilkan perubahan biru. Perubahan warna dihentikan dengan
penambahan HCL 2N, warna akan berubah menjadi warna kuning dan

9
diukur secara spektrofotometri pada 450 nm. Konsentrasi CEA
berbanding lurus dengan intensitas warna sampel uji.
2. Bahan dan Komponen
A. Bahan-bahan dari KIT test
o Plate mikrotiter berlapis antibodi dengan 96 sumuran
o Standar CEA mengandung 0, 3, 12, 30, 60, dan 120 ng/ml – 2 set
0,5 ml
o Reagen enzim konjugat 12 ml
o Substrat TME 12 ml
o Stop solution 12 ml
o Wash buffer concentrate (50X) 15 ml\
B. Bahan lain yang dibutuhkan :
o Pipet presisi 0,04 ml – 0,2 ml
o Tip pipet disposable
o Distilled water
o Vortex mixer
o Kertas absorbent atau kertas handuk
o Kertas grafik
o Mikrotiter plate reader
3. Pengumpulan dan persiapan spesimen
o Darah harus diambil menggunakan teknik venipuncture dan serum
harus dipisahkan dari sel darah merah sesegera mungkin. Hindari
sampel yang hemolisis, lipemik atau keruh.
o Sampel plasma dikumpulkan dalam tabung yang berisi EDTA,
heparin, atau oxalate dapat mengganggu prosedur tes dan harus
dihindari.

10
o Spesimen harus ditutup dan dapat disimpan hingga 48 jam pada suhu
2-8ᴼC sebelum pengujian. Spesimen akan bertahan lama jika
disimpan pada suhu -20ᴼC.
4. Penyimpanan alat uji dan instrumentasi
Alat uji yang belum dibuka harus disimpan pada suhu 2-8ᴼC
setelah diterima. Plate mikrotiter harus disimpan pada suhu 2-8ᴼC dalam
wadah tertutup dan kering. Kit tes yang dibuka akan tetap stabil hingga
tanggal kadaluwarsa, asalkan penyimpanan sesuai.
5. Persiapan reagen
o Semua reagen harus dibawa pada suhu kamar (18-22ᴼC) dan
dihomogenkan secara perlahan sebelum digunakan. Jangan sampai
berbusa.
o Dibuat standar lyophilized dengan 0,5 ml air suling. Dibiarkan
standar yang dilarutkan kurang lebih 20 menit. Standar yang telah
dilarutkan harus disimpan dalam keadaan tertutup pada suhu 2-8ᴼC
o Encerkan 1 volume wash buffer (50X) dengan 49 volume air suling.
Misalnya diencerkan 15 ml wash buffer (50X) dumasukkan kedalam
distilled water 750 ml untuk menyiapkan wash buffer (1X),
dihomogenkan sebelum digunakan.
6. Prosedur pengujian
o Diamankan jumlah sumur berlapis yang diinginkan didudukannya
o Keluarkan 50μl standar, spesimen, dan kontrol ke dalam sumur yang
sesuai.
o Tuangkan 100μl reagen konjugat enzim ke masing-masing sumur
o Aduk rata selama 10 detik. Sangat penting untuk memiliki
pencampuran yang lengkap dalam pengaturan ini.
o Inkubasi pada suhu kamar (18-22 ᴼC) selama 60 menit.

11
o Keluarkan campuran inkubasi dengan mengosongkan isi plate ke
dalam limbah container
o Bilas dan kosongkan sumur mikrotiter sebanyak 5 kali dengan buffer
pencuci (1X)
o Pukul sumur ke kertas penyerap atau handuk kertas untuk
menghilangkan semua tetesan air yang tersisa
o Tuangkan 100μl larutan TMB ke setiap sumur. Aduk perlahan
selama 5 detik.
o Inkubasi pada suhu kamar selama 20 menit.
o Hentikan reaksi dengan menambahkan 100μl. Stop solution ke setiap
sumur
o Aduk perlahan selama 30 detik untuk memastikan warna biru benar-
benar berubah menjadi kuning
o Baca kerapatan optik pada 450nm dengan pembaca plate mikrotiter
dalam waktu 15 menit.

Catatan penting:
o Prosedur pencucian sangat penting. Pencucian yang tidak memadai
akan menghasilkan hasil yang buruk presisi dan salah pembacaan
absorbansi yang tinggi.
o Direkomendasi agar tidak lebih dari 32 sumur digunakan untuk
setiap pengujian jika pemipetan manual digunakan karena pemipetan
semua standar, spesimen, dan kontrol harus berkompetisi dalam
waktu 3 menit. Plate penuh 96 sumur dapat digunakan jika
pemipetan otomatis tersedia.
o Duplikasi semua standar dan spesimen, meskipun tidak diperlukan/
dianjurkan.
7. Perhitungan hasil

12
Hitung nilai absorbansi rata-rata (Δ 450) untuk setiap set standar
referensi, kontrol dan sampel pasien. Membuat kurva standar dengan
memplot rata-rata absorbansi yang diperoleh dari setiap standar
referensi terhadap konsentrasi dalam nag/ml pada kertas grafik, dengan
nilai absorbansi pada sumbu vertikal atau Y dan konsentrasi horizontal
atau sumbu X. Gunakan nilai absorbansi rata-rata untuk setiap spesimen
untuk menentukan yang sesuai konsentrasi CEA dalam ng/ml dari kurva
standar.
o Contoh kurva standar
Hasil dari standar tipikal dengan pembacaan kerapatan optik pada
450 nm yang ditunjukkan pada sumbu Y terhadap CEA konsentrasi
yang ditunjukkan pada sumbu X
CEA (ng/ml) Absorbansi (450nm)
0 0,019
3 0,105
12 0,362
30 0,814
60 1,390
120 2,032

13
Kurva standar ini hanya digunakan untuk tujuan ilustrasi, dan tidak
boleh digunakan untuk menghitung yang tidak diketahui. Setiap pengguna
harus mendapatkan kurva dan data standarnya sendiri.

14
o Nilai sensitivitas yang diharapkan
Studi CEA terlengkap adalah kompilasi studi kolaboratif dimana
nilai CEA dalam 35.000 sanpel dari lebih 10.000 pasien dan kontrol
dianalisis. Dari 1425 orang normal yang tidak merokok 98,7% memiliki
nilai kurang dari 5,0 ng/ml. Direkomendasikan agar setiap laboratorium
menetapkan kisaran normalnya sendiri. NS konsentrasi minimum CEA
yang dapat dideteksi dengan pengujian ini diperkirakan 1,0 ng/ml.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker merupakan kelainan genetik yang disebabkan adanya mutasi
DNA yang dapat diperoleh secara spontan atau dipengaruhi oleh
lingkungan. Adanya perubahan genetik dan epigenetik ini dapat mengubah
ekspresi atau fungsi dari suatu gen yang mengatur sel secara fundamental
seperti pertumbuhan atau kematian sel. Penanda tumor (tumor marker)
adalah suatu molekul atau substansi yang dapat diukur dalam serum, plasma
atau cairan tubuh lain, ekstrak jaringan atau jaringan sediaan parafin dengan
suatu pemeriksaan baik secara kualitatif maupun kuantitatif pada kondisi
prakanker dan kanker.
Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah suatu glikoprotein yang dapat
ditemukan diberbagai sel tubuh terutama di colon, yang secara khas
berhubungan dengan tumor tertentu dan janin yang sedang berkembang.
Kata “carcinoembryonic” menggambarkan bahwa CEA diproduksi oleh
beberapa kanker (carcino-) dan oleh janin yang sedang berkembang (-
embryonic). Prinsip pemeriksaan CEA kuantitatif didasarkan pada uji
imunosorbent assay terkait enzim fase padat. Menggunakan satu antibodi anti CEA
monoklonal untuk imobilisasi fase padat (mikrotiter wells) dan monoklonal anti-
CEA antibodi dalam antibodi enzim (horseradish peroxidase) sebagai larutan
konjugat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Budijono, Rudy. 2020. Korelasi Antara Nilai Tumor Marker Ca 15-3 dan Cea
Terhadap Grading Histopatologi, Metastasis, Disease Free Survival, dan
Overall Survival pada Wanita Penderita Kanker Payudara. Tesis. Fakultas
Kedokteran. Universitas Hasanuddin : Makassar.
Candrawati O, Utomo, BEBH, Sofi’i Imam. 2018. Correlation Of Neutrophil-To-
Lymphocyte Ratio, Platelet-To-Lymphocyte Ratio, Lymphocyte-To
Monocyte Ratio And Carcinoembrionic Antigen Level In Colorectal Cancer.
JKKI 2018;9(2):82-88.
Ichsan, Bakhtiar, Moerad, dan Irawiraman. “Hubungan Kadar Carcinoembryonic
antigen (Cea) dengan Subtipe Histologi Kanker Paru di Rsud Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.” J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (3) Desember 2020, hlm.
23-33.
ISO. 2009. Iso Carcinoembryonic Antigen (CEA) Enzym Immunoassay Tst Kit.
Diagnostic Automation. Calabass
Maradjabessy, F., Kalesaran, L., Kalitouw., dan Sapan, H. “Hubungan Nilai
Carcinoembryonic Antigen dengan Kejadian Metastasis Karsinoma
Kolorektal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.” Jurnal Biomedik
(JBM), Volume 10, Nomor 1, Maret 2018, hlm. 49-54.
Murti EP, Najmi N, Apriani, Setyawati R. 2021. Pemeriksaan Cea dan M2PK
Sebagai Tes Skrining Pada Kanker Kolorektal. urnal Analis Kesehatan :
Volume 10, Nomor 1, Juni 2021.
Retno MW, Suci DR, Rizana F. 2019. Carcinoembryonic Antigen (CEA) dan
Neutrofil-to-Limfosit Ratio (NLR) sebagai Faktor Prediktif Kanker
Kolorektal. Jurnal lmu Teknologi Kesehatan 71 , Vol. 7, Nomor 1,
September 2019, hlm:68-76.

17
Rakhmawati, Anisa. 2017. Profil Kepositifan Hasil Pemeriksaan
Carcinomaembryonic antigen (Cea) pada Serum Pasien Dengan Metode
Elfa di Rsud Dr. Moewardi. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Ilmu Kesehatan.
Universitas Setia Budi : Surakarta.
Soeroso NN, Soeroso L, Syafiuddin T. 2014. Kadar Carcinoembryogenic Antigen
(CEA) Serum Penderita Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil di RSUP
Adam Malik. J Respir Indo Vol. 34 No. 1 Januari 2014.

18

Anda mungkin juga menyukai