Anda di halaman 1dari 17

IMMUNOSEROLOGI II

Pemeriksaan CEA (Carcinoembryonic Antigen)

Disuun oleh :

Kelompok :6

Nama Kelompok :

1. Amima Nurlaely (1811E2060)


2. Ari Senfrilia Ardiyanti(1811E2063)
3. Dwi Lestari (1811E2072)
4. Moch Ramdhan (1811E2089)
5. Raka Achmad (1811E2100)
6. Ria Rohila (1811E2103)
7. Rijal A Ismail (1811E2107)
8. Seto Hadi Santoso (1811E2108)
9. Tubagus Ahmad (1811C2028)
10. Founa Putri (1811C2011)

SEKOLAH TINGGI ANALIS KESEHATAN BAKTI


ASIH BANDUNG
2019

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah “Pemeriksaan CEA (Carcinoembryonic antigen)”.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita untuk meningkatkan kinerja dan mutu
perencanaan program kesehatan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bandung, Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 1

1.3 Tujuan ................................................................................... 1

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Petanda Tumor Maker .......................................................... 2

2.4 Carcinoembryonic antigen (CEA)......................................... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................... 21

Daftar Pustaka ...................................................................................... 22

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumor marker adalah substansi yang dihasilkan oleh sel tumor atau oleh
sel lain di dalam tubuh akibat respon dari adanya sel kanker.(National Cancer
Institute). Substansi tersebut dapat ditemukan pada bermacam cairan tubuh atau
spesimen jaringan.

Tumor marker merupakan substansi protein ; hormon, enzim, atau antigen


yang dapat timbul dan meningkat secara signifikan pada berbagai tipe dari kanker.
Tumor marker sangat penting untuk memperkuat diagnosa, follow up, dan melihat
efektifitas pengobatan kanker.Setiap tumor marker memiliki profil yang berbeda.

Tumor marker dapat dideteksi melalui serum penderita atau melalui


spesimen jaringan tumornya secara radioimmunoassai, immunoradiometric assay
dan enzyme-linked immunosorbent. Pendeteksian melalui spesimen jaringan
tumornya adalah melalui pemeriksaan imunohistokimia

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tumor marker ?

2. Apa yang dimaksud dengan CEA beserta fungsinya ?

3. Bagaimana prosedur pemeriksaan CEA ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari tumor marker dan CEA

2. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CEA

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Petanda Tumor Maker

Pentanda tumor adalah substansi biologi yang diproduksi oleh sel sel
tumor, masuk dalam aliran darah, dan dapat dideteksi jumlah/nilainya dengan
pemerikaan. Petanda-petanda tumor, idealnya mempunyai potensi untuk
membantu ahli klinik dengan cara memberi sinyal aktivitas penyakit dalam
keadaan tidak adanya manifestasi klinik, sehingga dengan demikian memberikan
suatu metode skrining untuk penyakit pre-klinik, memantau status tumor selama
pengobatan, dan mendeteksi kekambuhan dini. Karena kemajuan dalam teknologi
antibodi monoklonal, banyak petanda tumor sekarang dapat terdeteksi dalam
sampel cairan tubuh yang sedikit misalnya serum, urin, atau asites. Untuk dapat
dipakai secara klinik maka petanda tumor harus memiliki sensitivitas dan
spesifitas tertentu, tetapi yang menjadi masalah pada pemakaian klinis suatu
petanda tumor adalah spesifitas.
Dalam teori, petanda tumor yang “ideal” harus mempunyai beberapa
atribut:
1. Petanda tumor harus dibuat oleh tumor tersebut dan tidak terdapat pada
individu sehat atau pada individu yang mengalami kelainan non
neoplastik.
2. Petanda tumor disekresikan kedalam sirkulasi dalam jumlah banyak
sehingga kadar dalam serum meningkat dalam keadaan adanya sejumlah
relatif kecil sel-sel yang bersifat kanker.Kadar petanda tumor akan seusuai
dengan volume dan luasnya neoplasia sehingga kadar serialnya secara
akurat akan mencerminkan perkembangan klinis penyakit dan regresi ke
kadar normal akan terkait dengan kesembuhan.

2.2 Klasifikasi Lain dari Petanda Tumor

5
2.2.1 Produk yang dihasilkan oleh sel Tumor itu sendiri (tumor-derived
product)
Berupa antigen onkofetal, yang terdiri dari senyawa-senyawa yang
dihasilkan oleh sel embrio dan sel tumor. Senyawa ini juga dihasilkan oleh sel
normal yang ”undifferentiated” tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Kadar
senyawa ini akan meningkat secara bermakna pada penderita kanker. Contoh :
Carcinoembryonic Antigen (CEA)

2.2.3 Produk yang menyertai proses keganasan (tumor – associated


product)
Produk ini merupakan senyawa yang dibentuk secara sekunder sebagai
akibat dari proses keganasan, dan kadarnya juga akan meningkat secara bermakna
pada penderita kanker. Contoh: Carbohydrate Antigen 19-9 (CA 19-9), Cancer
Antigen 125 (CA 125), Ferritin, B2-microglobulin. Nilai “Cut-Off values”
Penentuan batas (Cut-Off) pada penggunaan petanda tumor, baik untuk diagnosis
uji saring, prognosis maupun pemantauan terapi sangat mempengaruhi interpretasi
hasil pemeriksaan. Karena penentuan cut-off akan menentukan sensitivitas dan
spesifisitas diagnosis yang kita kehendaki. Sebagai contoh bila kita menggunakan
nilai cut-off 35 U/ml pada pemeriksaan CA 125 untuk kanker ovarium (35 U/ml =
rata-rata wanita normal + 3 SD). Peningkatan kadar di atas 35 U/ml ini akan
terlihat pada 82% penderita dengan kanker ovarium, 1% pada wanita normal dan
6% pada penyakit yang bukan keganasan.

2.3 Carcinoembryonic antigen (CEA)

Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh


epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna
orang dewasa. Ditemukan tahun 1965 oleh Gold & Freedman. Glikoprotein
dengan BM 180.000 dalton. CEA di bentuk di saluran gastro-intertinal dan

6
pancreas sebagai antigen pada permukaan sel yang selanjutnya disekresikan ke
dalam cairan tubuh. CEA sebagai petanda tumor untuk kanker kolorektal,
oesofagus, pankreas, lambung, hati, payudara, ovarium dan paru-paru.

Pemeriksaan CEA ini bertujuan untuk mengetahui adanya kanker usus


besar, khususnya ardenocarcinoma. Pemeriksaan CEA merupakan uji
laboratorium yang tidak spesifik karena hanya 70% kasus didapatkan peningkatan
CEA pada kanker usus besar dan pankreas. Peningkatan kadar CEA dilaporkan
pula pada keganasan esophagus, lambung, usus halus, dubur, kanker payudara,
kanker serviks, sirosis hati, pneumonia, pankreatitis akut, gagal ginjal, penyakit
inflamasi dan trauma pasca operasi. Yang penting diketahui pula bahwa kadar
CEA dapat meningkat pada perokok.

Petunjuk ASCO tidak menganjurkan CEA untuk pemeriksaan penapisan,


diagnosis, penentuan stadium, atau surveilans rutin pada pasien dengan kanker
payudara setelah terapi awal, juga tidak untuk memantau respon penyakit
metastasis terhadap pengobatan. Namun, peningkatan kadar CEA dapat digunakan
untuk mendeteksi rekurensi apabila tidak ada parameter penyakit yang lain
(Sacher, 2004).

2.4.1 Manfaat Carcinoembryonic Antigen (CEA)

Carcinoembryonic Antigen (CEA) merupakan penanda berbagai jenis


kanker yang dikombinasikan dengan penanda tumor lainnya. Memiliki manfaat
pemeriksaan diantaranya :

1. Bersama dengan penanda tumor lain untuk mendeteksi karsinoma saluran


cerna (CA 19-9), kanker payudara (CA 15-3), kanker ovarium (CA 125),
kanker paru (NSE), kanker pankreas, kanker usus halus, dan kanker
lambung,
2. Prognosis dan follow up kanker kolorektal,
3. Pemeriksaan pasca operasi dan pemantauan prognosis kanker.

7
Yang paling sering diperbincangkan petanda tumor adalah CEA. Sebagai
ilustrasi CEA berguna untuk diagnosis kanker stadium menengah hingga lanjut
dengan sensitifitas yang berbeda pada kanker pankreas 88-91%, kanker paru 76%,
kanker usus besar 73%, kanker payudara dan indung telur 73%. CEA yang tinggi
juga didapatkan pada kanker kandung kecing, leher rahim, endometrium,
lambung, dll. Karena CEA meningkat secara mencolok hanya pada kanker
stadium menengah dan lanjut, juga tidak terbatas pada jenis tumor tertentu , maka
CEA tidak membantu dalam diagnosa dini kanker tertentu. Perubahan kadar CEA
meningkat sesuai progresi kankernya.

Petanda tumor CEA memberi nilai yang baik untuk prognosa dan
pemantauan hasil pengobatan. Bila sebelum pengobatan CEA tinggi dan setelah
pengobatan turun atau normal ,maka pengobatan itu mempunyai nilai respon yang
baik. Yang juga harus dinilai adalah progres kenaikan kadar CEA, bila kadar
meningkat dibanding pemeriksaan sebelumnya tentunya menunjukan bahwa sel
kanker juga makin aktif dan makin berkembang.

2.4.2 Pemeriksaan Carcinoembryonic Antigen (CEA)

Persyaratan dan jenis sampel yaitu 0,25-0,50 ml Serum, dengan stabilitas


sampel berada pada 2-8ºC selama 48 jam, ≤ -20ºC selama > 48 jam. Prosedur
pemeriksaan yaitu sebagai berikut:

 Ambil 10 ml darah vena dan masukkan ke dalam tabung tertutup merah


atau jingga muda. Hindari hemolisis
 Heparin sebaiknya tidak diberikan selama 2 hari sebelum pemeriksaan
karena mempengaruhi hasil
 Tidak perlu pembatasan makan dan cairan

Berdasarkan kit untuk CEA serum rapid test (sumber dari kit ams,
Carcinoembryonic Antigen (CEA) Device (2-30ºC)):

 Prinsip :

8
Perangkat CEA Rapid Test mendeteksi antigen Carcinoembryonic
manusia (CEA) melalui interpretasi visual pembangunan warna pada strip
internal. Antibodi CEA bergerak diwilayah uji membran. Selama
pengujian, spesimen berekasi dengan natibodi CEA konjungasi partiker
berwarna dan precoated ke sampel test. Setelah tercampur
bermigrasi/berpindah melalui membran dengan tindakan kapiler, dan
berinteraksi dengan reagen pada membran. Jika ada antigen CEA cukup
dalam spesimen, sebuah band berwarna akan terbentuk di wilayah uji
membran. Kehadiran pita berwarna menunjukkan hasil yang positif,
sementara ketiadaan menunjukkan hasil negatif. Penampilan band
berwarna di wilayah kontrol berfungsi sebagai kontrol prosedural,
menunjukkan bahwa volume tepat dari spesimen telah ditambahkan dan
wicking membran telah terjadi.
 Pengumpulan dan penyimpanan sampel :
1. CEA rapid Test menggunakan spesimen darah manusia, serum,
plasma,
2. Tidak hemolisis baik darah, serum, dan plasma
3. Spesimen serum dan plasma sebaiknya tetap diseimpan di 2-8ºC
untuk selama 3 hari. Untuk penyimpanan yanglama, sebaiknya
spesimen disimpan di bawah di -20ºC. Whole Blood dari
venipuncture sebaiknya disimpan di 2-8ºC jika pemeriksaan
dilakukan dengan 2 hari. Spesimen Whole Blood jangan disimpan
pada freezer. Dapat menggunakan Whole Blood yang berasal dari
kapiler (Fingerstick).
4. Antikoagulan yang dapat digunakan berupa EDTA, sitrat, atau
heparin
5. Sebelum pengujian letakkan pada suhu kamar, saat spesimen beku
harus di cairkan dan di campur terlebih dahulu sebelum digunakan
untuk pengujian.
6. Jika spesimen untuk dikirim, pacs kan sampel sesuai dengan semua
peraturan yang berlaku untuk transportasi.
7. Sampel yang ikterik, lipemik, hemolisis dapat menyebabkan hasil
yang salah.

9
8. Catatan kriteria penolakan sampel Hemolisis : Mutlak; Beku ulang :
Mutlak. Sampel tidak boleh mengandung fibrin, sel darah merah
atau partikel lain.
 Prosedur :
1. Dibuka rapid test dari segelnya dan diletakkan pada permukaan yang
bersih, diberi label pasien dan uji kontrol.
2. Diteteskan 3 tetes darah/serum/plasma untuk spesimen
menggunakan pipet sekali pakai yang telah disediakan, dan mulai
timer
3. Jika pengujian gagal untuk bermigrasi atau berpindah melintasi
membran setelah 1 menit, tambahkan 1 tetes buffer untuk spesimen
dengan baik (S).
4. Tunggu band berwarna (s) muncul. Hasilnya harus dibaca pada 15
menit. Jangan menginterpertasika hasil setelah 20 menit.
 Interpretasi hasil :
 Positif : dua band berwarna muncul pada membran. Salah satu band
yang muncul di daerah kontrol (C) dan band lain muncul di wilayah
uji (T).
 Negatif : hanya satu band/pita berwarna muncul, di daerah kontrol
(C). Tidak ada pita/band berwarna jelas muncul di wilayah uji (T).
 Invalid : kontrol band/pita gagal untuk muncul. Hasil dari setiap tes
yang belum menghasilkan band/pita kontrol pada saat membaca

ditentukan harus dibuang. Harap tinjau prosedur dan ulangi


pemeriksaan baru. Jika terjadi masalah terus-menerus, hentikan
menggunakan alat/kit segera hubungi distributor.

Nilai Rujukan :
 Dewasa:
o Tidak merokok : <2,5 ng/ml,
o Merokok : <3,5 ng/ml,
10
o Gangguan inflamasi akut : 10 ng/dl,
o Neoplasma : 12 ng/dl.

Pemeriksaan Carcinoembryonic Antigen (CEA) yang menggunakan


ELISA berdasarkan Diagnostic Automation, Inc :
 Test : CEA ELISA
 Metode : ELISA: Enzyme Linked Immunosorbent ELISA
 Prinsip : ELISA Sandwich
Permukaan sumur dilapisi dengan antibodi yang terikat dengan jumlah
yang diketahui untuk menangkap antigen yang diinginkan. Setelah non
specific binding sites diblok dengan BSA, sample yang mengandung
antigen diaplikasikan pada plate. Antibodi primer kemudian ditambahkan
sehingga akan melapisi (sandwich) antigen tersebut.
Antibodi sekunder yang terikat enzim kemudian ditambahkan untuk
mengikat antibodi primer. Antibodi sekunder konjugat enzim yang tidak
berikatan dengan antibodi primer kemudian tercuci.
Substrat ditambahkan dan secara enzimatik diubah menjadi substrat
berwarna yang dapat diukur
 Bahan dan komponen
1. Material yang disediakan dalam kit test
M : Mikropartikel berlapis M Streptavidin (tutup transparan), 1
botol, 8 mL: Mikropartikel berlapis streptavidin 0,72 mg / mL;
pengawet.
R1 : Anti-CEA-Ab ~ biotin (tutup abu-abu), 1 botol, 10 mL:
Antibodi anti-CEA monoklonal terbiotinilasi (tikus / manusia) 3,0
mg / L;buffer fosfat 100 mmol / L, pH 6,0; pengawet.
R2 : Anti-CEA-Ab ~ Ru (bpy) (tutup hitam), 1 botol, 8 mL: Antibodi
anti-CEA monoklonal (tikus) berlabel ruthenium kompleks 4,0 mg /
L; buffer fosfat 100 mmol / L, pH 6,5; pengawet.

2. Material yang tidak disediakan dalam kit test

11
a. Tip pipet disposible
b.
 Persiapan sampel (berdasarkan kit)
1. Darah harus diambil dengan menggunakan teknik venipuncture
standar dan serum harus dipisahkan dari sel darah merah sesegera
mungkin. Hindari lipemik atau sampel keruh
2. Sampel plasma dikumpulkan dalam tabung yang berisi EDTA,
heparin, atau oksalat dapat mengganggu tes prosedur dan harus
dihindari.
3. Spesimen harus ditutup dan dapat disimpan hingga 48 jam pada 2-
8ºC.

 Penyimpanan test kit dan instrumentasi


Ketika test belum dibuka harus disimpan pada 2-8ºC setelah menerima dan
kit diletakkan menghadap ke atas (jangan terbalik, karena bisa menyebabkan
gelembung udara), stabil sampai masa kadaluarsa.

 Preparasi reagen
Siap digunakan
 Prosedur
1. Inkubasi pertama: 10 μL sampel, CEA monoklonal yang terbiotinilasi
antibodi, dan antibodi spesifik-CEA monoklonal berlabel kompleks
ruthenium) bereaksi membentuk kompleks sandwich.
2. Inkubasi ke-2: Setelah penambahan mikropartikel berlapis
streptavidin,kompleks menjadi terikat pada fase padat melalui interaksi
biotin dan streptavidin.
3. Campuran reaksi disedot ke dalam sel pengukur dimana mikropartikel
secara magnetis ditangkap ke permukaan elektroda. Zat yang tidak
terikat kemudian dihilangkan dengan ProCell / ProCell M. Penerapan

12
tegangan pada elektroda kemudian diinduksi emisi chemiluminescent
yang diukur dengan photomultiplier.
4. Hasil ditentukan melalui kurva kalibrasi yang merupakan instrumen-
khusus dihasilkan oleh kalibrasi 2-titik dan kurva master disediakan
melalui barcode reagen atau e-barcode.

2.4.3 Hal-hal yang Harus Diperhatikan


Hal-hal yang harus diperhatikan yaitu kriteria penolakan sampel seperti
hemolisis, beku, sampel tidak boleh mengandung fibrin, sel darah merah atau
partikel lain.

2.4.5 Peningkatan Kadar


Yang memiliki Indeks CEA melebihi batas normal memiliki risiko kanker
hingga 60%. Penelitian menunjukan, bahwa 97% CEA dari orang normal adalah ≤
5,2 ng/ml, walaupun terdapat 3% orang-orang sehat yang melebihi batas normal,
tetapi biasanya masih berada di rentang 5,2-7,5 ng/ml. Pasien diwajibkan waspada
dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut ketika indeks CEA melebihi 10 ng/ml.
Karena jika sudah melebihi batas normal CEA, ini berarti pasien memiliki risiko
terkena kanker hingga 60%. Mungkin saja orang-orang ini tidak mengalami gejala
apapun, karena tumor dalam tubuhnya masih sangat kecil, sehingga masih sulit
terdeteksi melalui CT, MRI, PET/CT dan Endoskopi, tetapi menurut pengamatan
para ahli, kanker akan terdeteksi 6 bulan hingga 5 tahun setelahnya. Jika
ditemukan indeks CEA melebihi batas normal, pasien dapat melakukan upaya
peningkatan kekebalan tubuh, memperbaiki lingkungan mikro tumor, menghindari
faktor-faktor pertumbuhan kanker dan upaya pencengahan lainnya. Hal ini dapat
secara efektif mengontrol perkembangan tumor, memperpanjang kelangsungan
hidup dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

13
Peningkatan CEA dapat terjadi pada siapa saja. Penelitian saat ini
menunjukan, CEA pada pasien dengan penyakit kardiovaskular, radang paru-paru
dan radang lambung akan mengalami peningkatan. Jenis penyakit lainnya antara
lain penyakit bronkitis kronis, tumor paru-paru, maag, gastritis atrofi, kolesistitis,
dan sebagainya. Tentu saja, jika indeks CEA melebihi 7.5 ng/ml atau bahkan
melebihi 10 ng/ml, anda sebaiknya wasapada. Mencari dokter yang
berpengalaman di bidang kanker dan tumor adalah kunci pengobatan.

Ketika CEA Menunjukan Peningkatan :

1. Sebaiknya melakukan tumor marker lanjutan seperti CA19-9, AFP,


CA724, CA 242 dan lain-lain. Untuk kaum pria bisa ditambah dengan
melakukan tes PSA dan pada kaum wanita bisa ditambah dengan
pemeriksaan CA 125 dan CA 153. Jika ada peningkatan pada indeks
pemeriksaan lainnya, sebaiknya anda melakukan pemeriksaan lebih lanjut,
sampai kanker terindeksi.
2. Jika hasil indeks pemeriksaan di atas adalah tidak normal, sebaiknya
pasien melakukan pemeriksaan non-invasif, seperti darah tinja okultisme,
USG, termasuk hati, empedu, pankreas, tiroid, kelenjar getah bening
superfisial, ginekologi dan payudara.

3. Jika pasien mengalami gejala gangguan pada sistem pernapasan atau


pasien memiliki riwayat merokok, disarankan untuk melakukan
pemeriksaan CT di bagian paru-paru.

4. Melakukan pemeriksaan gastroskopi, kolonoskopi. Jika diperlukan, pasien


juga dapat melakukan pemeriksaan kapsul endoskopi, untuk menghindari
kesalahan pada saat mendeteksi perubahan di usus halus.

5. Jika semua hasil pemeriksaan di atas tidak menunjukkan adanya masalah,


pasien boleh mempertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan PET/CT,
ini dapat membantu mendeteksi lesi dengan ukuran di bawah 5 mm,
misalnya lesi kelenjar getah bening, dinding lambung dan dinding usus.
14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tumor marker adalah substansi yang dihasilkan oleh sel tumor atau oleh
sel lain di dalam tubuh akibat respon dari adanya sel kanker. Substansi tersebut
dapat ditemukan pada bermacam cairan tubuh atau spesimen jaringan dan dapat
dideteksi secara radioimmunoassai, immunoradiometric assay dan enzyme-linked
immunosorbent dan pemeriksaan imunohistokimia.

Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh


epitel saluran cerna janin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna
orang dewasa/kanker usus besar (ardenocarcinoma) dan sebagai petanda tumor
untuk kanker kolorektal, oesofagus, pankreas, lambung, hati, payudara, ovarium
dan paru-paru. Pemeriksaan CEA merupakan uji laboratorium yang tidak spesifik
karena hanya 70% kasus didapatkan peningkatan CEA pada kanker usus besar dan
15
pankreas. Peningkatan kadar CEA dilaporkan pula pada keganasan esophagus,
lambung, usus halus, dubur, kanker payudara, kanker serviks, sirosis hati,
pneumonia, pankreatitis akut, gagal ginjal, penyakit inflamasi dan trauma pasca
operasi. Yang penting diketahui bahwa kadar CEA dapat meningkat pada perokok.

DAFTAR PUSTAKA

Biomedika. 2012. Pemeriksaan Petanda Tumor.


http://www.biomedika.co.id/services/laboratorium/36/pemeriksaan-petanda-
tumor.html. diakses pada 18 Oktober 2016 pukul 9:05

Daniel N. Sacks MD, West Palm Beach, David Zieve, MD, MHA, Isla Ogilvie,
https://medlineplus.gov/ency/article/003573.htm, diakses pada 2 Oktober
2016

Insert Kit AMS Carcinoembryonic Antigen (CEA) Device (2-30ºC).

Jilani S, Prystupa A, Krakowski P, Załuska W, Mosiewicz J, 2012, A clinical


guide to tumor markers categorized under cancer types: A review, Baltic
J Comp Clin Systems Bio, 1:3-25

Keyoumars Soltani, Alpha-Fetoprotein:A Review, 1979, The Journal of


Investigative Dermatology, vol.72, no.5, U.S.A

Labtes online,https://labtestsonline.org/understanding/analytes/afp-tumor/tab/test/.
Diakses pada 2 Oktober 2016

16
Mayo Clinic, http://www.mayomedicallaboratories.com/test-catalog/Clinical
%2Band%2BInterpretive/8162, diakses pada 2 Oktober 2016

Permatasari, Yossi. 2016. Petanda tumor.


http://analiskesehatansederhana.blogspot.co.id/2016/01/petanda-tumor.html.
diakses pada 18 Oktober 2016 pukul 20:08

Prasetyo, Dimas. 2008. Petanda Tumor (Tumor Markers).


https://labklinik.wordpress.com/tag/cea/. Diakses pada 17 Oktober 2016
pukul 16:00

Sturgeon M Catharine M. Sturgeon, Diamandi Eleftherios, dll, 2010, Laboratory


Medicine Practise Guidelines, National Academy of Clinical Biochemistry,
Washington, DC

Tarek D. Hussein , 2014, Evaluation Of Serological Tumor Markers-A Review,


International Journal of Advanced Scientific and Technical Research, issue
4, vol. 2, ISSN 2249-9954, Saudi Arabia

17

Anda mungkin juga menyukai