Anda di halaman 1dari 8

MODUL PRAKTIKUM

BLOOD GAS ANALYZE (BGA)

Disusun oleh : A2 – 2017

Kelompok 5

Enggar Qur’ani Ayu 131711133091


Rizka Amalia S 131711133092
Annisa Fitria 131711133094
Alvira Eka Nadia W 131711133107
Indah Putri Pinanti 131711133108
Asroful Hulam Z 131711133109

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018/201
Pendahuluan
Pengukuran gas darah arteri sangat penting dalam menilai pertukaran gas di dalam
paru. Pengukuran ini untuk mengukur keasaman darah dan kadar bikarbonat. Analisa gas
darah (AGD) dilakukan untuk mengevaluasi status oksigen dan karbondioksida di dalam
darah arteri dan mengukur pH-nya.

Proses perubahan pH darah ada dua macam, yaitu proses perubahan yang bersifat
metabolik (adanya perubahan konsentrasi bikarbnat yang disebabkan gangguan metabolisme)
dan yang bersifat respiratorik (adanya perubahn tekanan parsial CO2 yang disebabkan
gangguan respirasi). Perubahan PaCO2 akan menyebabkan perubahan pH darah. pH darah
akan turun /asidosis jika PaCO2 meningkat (asidosis respiratorik primer) atau jika
HCO3/asidosis metabolik primer, pH darah akan naik /alkalosis jika PaCO2/alkalosis
respiratorik primer atau jika HCO3- /alkalosis metabolik primer.

Asidosis ada dua macam, yaitu asidosis akut dan asidosis kronik, juga alkalosis ada
dua macam yaitu alkalosis akut dan alkalosis kronik. Penggolongan asidosis/alkalosis akut
berdasarkan kejadiannya belum lama dan belum ada upaya tubuh untuk mengkompensasi
perubahan pH darah, sedangkan jika kronik jika kejadiannya telah melampaui 48 jam dan
telah terdapat hasil upaya tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH

Keseimbangan asam basa

Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairn tubuh
lainnya Satuan derajat keasaman adalah pH, pH 7,0 adalah netral, pH> 7,0 adalah basa/alkali
dan pH dibawah 7,0adalah asam. Suatu asam kuat memmiliki pH yang sangat rendah(hampir
1,0), sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah memiliki
pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama krena
perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa
organ.

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam basa darah:


1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk ammonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang,
yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH/buffer dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH yang
paling penting dalam darah menggunakan bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen
basa) berada dalam keseimbangan dengan CO2 (suatu komponen asam). Jika lebih
banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
bikarbonat dan lebih sedikit CO2. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam
aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak CO2 dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan CO2
CO2 adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus
menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa CO2 ke paru-paru dan di
paru-paru CO2 tsb dikeluarkan/dihembuskan. Pusat pernapasan di otak mengatur
jumlah CO2 yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman
pernapasan. Jika pernapasan meningkat, kadar CO2 darah menurun dan darah
menjadi lebih basa. Jika pernapasan menurun, kadar CO2 darah meningkat dan
darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman
pernapasan, maka pusat pernapasan dadn paru-paru mampu mengatur pH darah
menit demi menit.

Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tsb, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu
asidosis dan alkalosis
- Asidosis adalah suatu keadaan dimana darh terlalu banyak mengandung asam atau
terlalu sedikit mengandung basa dan sering menyebabkan menurunnya pH darah
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau
terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
- Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu
akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk
dari adanya masalah metabolisme yang serius.
- Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolic dan respiratorik, tergantung
kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolic dan alkalosis metabolic disebabkan
oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam dan basa oleh
ginjal. Asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh
penyakit paru-paru atau kelainan pernapasan.
- Asidosis akan meningkatkan konsentrasi K dalam darah, sehingga fungsi sel dan enzim
tubuh memburuk, kemudian mengakibatkan aritmia ventrikuler.Alkalosis akan
menurunkan konsentrasi K dalam darah, sehingga afinitas HB-O2 meningkat.
Akibatnya pelepasan O2 ke jaringan sulit sehingga terjadi hipoksemia Kenaikan pCO2
akan mengakibatkan koma dan aritmia serta vasodilatasi pembuluh darah. Bila hal ini
terjadi di otak maka aliran darah ke otak akan meningkat dan mengakibatkan kenaikan
tekanan intra cranial. Penurunan pCO2 (<25 mmHg) akan mengakibatkan
vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga aliran darah ke jaringan turun. Bila hal ini
terjadi di otak maka akan terjadi hipoksemia otak.
Pemeriksaan ASTRUP/Analisa Gas Darah

Pengertian:
Astrup adalah suatu pemeriksaan analisa gas darah melalui darah arteri

Tujuan:
a. Untuk mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh
b. Untuk mengetahui kadar oksigen dalam tubuh
c. Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh

Lokasi pengambilan:
a. Arteri radialis
b. Arteri brakhialis
c. Arteri femoralis

Alat-alat:
a. Disposibel 2,5 cc
b. Perlak/alas
c. Heparin
d. Kapas alcohol
e. Bak spuit
f. Bengkok
g. Penutup udara dari karet
h. Wadah berisi es (baskom atau kantong plastik)
i. Beri label untuk menulis status klinis pasien yang meliputi: nama, tanggal dan
waktu, apakah menerima O2, bila ya berapa liter dan dengan rute apa

Perhatian khusus agar pemeriksaan akurat:


a. Pasien diusahakan dalam keadaan tenang dan tidak takut/gelisah dengan posisi berbaring
(bila dalam keadaan takut/gelisah akan menyebabkan hiperventilasi)
b. Pengambilan astrup dilakukan 20 menit setelah pemberian oksigen pada pasien yang
sedang pemberian terapi oksigen dan cantumkan kadar oksigen yang diberikan
c. Akibat pengambilan darah hati-hati bila ada perdarahan dan hematoma akibat
pengambilan darah terutama pada pasien yang sedang mendapat terapi antikoagulan
d. Jika AGD dilakukan pada hari bersamaan dengan rencana pemeriksaan spirometri, darah
arteri diambil sebelum pemeriksaan spirometri dilakukan ( bertujuan untuk menentukan
diagnosa gagal napas)
e. Suhu tubuh pasien waktu pengambilan darah harus dicantumkan pada formulir
permohonan pemeriksaan yang meliputi: nama, tanggal dan waktu, apakah menerima O2,
bila ya berapa liter dan dengan rute apa.
Tehnik pengambilan darah:
a. Arteri radialis umumnya dapat dipakai meskipun arteri brakhialis juga dapat
digunakan
b. Bila menggunakan pendekatan arteri radialis, sebaiknya dilakukan uji Allen/tes
Allen’s (untuk pemeriksaan sistem kolateral pembuluh darah/areteri radialis)
c. Uji Allen:
- Pasien diminta untuk mengepalkan tangan dengan kencang
- Pengambil darah dengan jari menekan kedua arteri radialis dan ulnaris
- Pasien diminta membuka dan mengepalkan beberapa kali hingga jari-jari
pucat, kemudian biarkan telapak tangan terbuka
- Pengambil darah melepaskan tekanan jarinya dari arteri ulnaris, telapak
tangan akan pulih warnanya dalam 15 detik bila darah dari arteri ulnaris
mengisi pembuluh kapiler tangan.
- Perhatian: bila terdapat gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris (uji
Allen negative, arteri radialis tidak boleh digunakan untuk pengambilan
darah arteri.

Modifikasi uji Allen:


Pemeriksa berhadapan dengan pasien, menggunakan kedua tangan untuk meraba
denyut arteri radialis dan ulnaris

Cara kerja:
a. Beritahu pasien tujuan dari pengambilan darah
b. Pasang alas/perlak pada lokasi yang akan diambil darah
c. Usahakan agar lengan dalam posisi abduksi dengan tapak tangan menghadap ke atas
dan pergelangan tangan ekstensi 30 agar jaringan lunak terfiksasi oleh ligament dan
tulang. Bila perlu bagian bawah pergelangan dapat diganjal dengan bantal kecil
d. Jari pemeriksa diletakkan di atas arteri radialis (proksimal dari lipatan kulit
pergelangan tangan) untuk meraba denyut nadi agar dapat memperkirakan letak dan
kedalaman pembuluh darah
e. 1 ml heparin diaspirasi ke dalam spuit, sehingga dasar spuit basah dengan heparin dan
kemudian kelebihan heparin dibuang melalui jarum, dilakukan perlahan sehingga
pangkal jarum penuh dengan heparin dn tidak ada gelembung udara
f. Pastikan denyutan /pulsasi dari arteri terbesar kemudian dengan memakai tangan kiri
antara telunjuk dan jari tengah beri batas daerah yang akan ditusuk, dan titik
maksimum denyut ditemukan
g. Lakukan tindakan asepsis/antisepsis, bersihkan tempat tersebut dengan kapas
alcohol
h. Setelah melakukan tindakan asepsis/antisepsis, jarum 5-10 mm ditusukkan pada
daerah distal dari jari pemeriksa yang menekan arteri. Jarum ditusukkan membentuk
sudut 30 dengan permukaan lengan dengan posisi lubang jarum/bevel menghadap ke
atas
i. Jarum yang masuk ke dalam arteri akan menyebabkan torak semprit terdorong oleh
tekanan darah.
j. Pada pasien hipotensi, torak semprit dapat ditarik perlahan (jangan terlalu cepat
karena akan menghisap udara), indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut darah
arteri adalah adanya pemompaan darah ke dalam spuit dengan kekuatan sendiri.

Ciri-ciri darah arteri: teraba denyutan, lokasi tusukan lebih dalam, warna darah lebih terang
dan darah akan mengalir sendiri ke dalam semprit
a. Setelah jumlah darah yang diperlukan terpenuhi (minimal 1 ml), cabut jarum dengan
cepat dan di tempat tusukan jarum lakukan penekanan dengan jari selama 5 menit untuk
mencegah keluarnya darah dari pembuluh arteri (10 menit untuk pasien yang mendapat
antikoagulan)
b. Gelembung udara harus dibuang keluar spuit, lepaskan jarum dan tempatkan penutup
udara pada spuit, putar spuit diantara telapak tangan untuk mencampurkan heparin
c. Spuit diberi label dan segera tempatkan dalam es atau air es/termos berisi air es dan es
batu (semprit dibungkus plastic agar air tidak masuk ke dalam semprit, keadaan dingin (4
C) bertujuan memperkecil terjadinya perubahan biokimiawi/proses metabolisme yang
akan meningkatkan CO 2 kemudian langsung dibawa ke laboratorium.

Pengambilan darah arteri brakhialis:


a. arteri brakhialis letaknya lebih dalam dari arteri radialis yaitu di fossa antecubiti.
Pengambilan dari arteri brakhialis harus dilakukan dengan memperhatikan letak syaraf,
jangan sampai mencederai nervus medianus yang letaknya berdampingan dengan arteri
brakhialis.
b. Lengan pasien dalam keadaan ekstensi maksimal, siku di hiperekstensikan setelah
meletakkan handuk di bawah siku
c. Raba denyut arteri brakhialis dengan jari
d. Lakukan tindakan asepsis/antisepsis
e. Tusukkan jarum dengan sudut 45 dan lubang jarum menghadap ke atas, 5-10 mm distal
dari jari pemeriksa yang menekan pembuluh darah
f. Setelah pengambilan, tekan daerah tusukan selama 5 menit atau lebih hingga perdarahan
terhenti
Nilai hasil astrup yang normal dan interpretasi

Range Interpretasi

pH 7,35-7,45 pH/ H menunjukkan jika pasien academic (pH< 7,35; H >45 atau
alkalemic (pH>7,45: H <35)

H 35-45
nmol/l Lihat pada table diatas
(nM)
PO2 9,3- 13,3 O2 yang rendah menunjukkan pasien tidak bernapas secara tepat
kPa ( hipoksemia), PO2 < 60 mmHg suplemen oksigen harus
(80-100) diberikan, PO2, 26 mmHg pasien akan beresiko kematian dan
mmHg harus diberikan O2 segera

PCO2 4,7-6.0 CO2 & P CO2 menunjukkan masalah pernapasan. Unmtuk


kPa kecepatan metabolic yang konstan PCO2 ditentukan oleh ventilasi
(35-45) secara menyeluruh. PCO2 yang tinggi/asidosis respiratorik
mmHg menunjukkan underventilation, PCO2 yang rendah/alkalosis
respiratorik menunjukkan hiper/overventilasi
Tingkat PCO2 dapat menjadi ABN saat system respirasi bekerja
untuk mengkompensasi masalah metabolik untuk menormalkan pH
darah.
PCO2 yang meningkat diinginkan pada beberapa perubahan yang
berhubungan dengan kegagalan pernapasan yang dikenal sebagai
hipercapnia permissive

HCO3 22-26 Ion HCO3 menunjukkan apakah ada masalah metabolic


mmol/l /ketoasidosis, HCO3 yang rendah menunjukkan metabolic asidosis,
HCO3 yang tinggi menunjukkan metabolic alkalosis, tingakat
HCO3 dapat menjadi ABN saat ginjal bekerja untuk
mengkompensasi masalah pernpasan dengan tujuan menormalkan
pH darah

Base -3 to +3 BE digunakan untuk mengkaji komponen metabolic dari


Excess mmol/l perubahan asam dan basa dan menunjukkan apakah pasien
mempunyai asidosis metabolik/alkalosis metabolic
BE menunjukkan jumlah asam yang dibutuhkan untuk
mengembalikan pH darah individu ke interval pH (7,35-7,45)
dengan jumlah CO2 pada nilai standar
BE>+3 menunjukkan pasien mempunyai darah yang
memerlukan peningkatan jumlah asam secara ABN untuk
mengembalikan pH ke netral (menunjukkan Alkalosis) atau
mengindikasikan pasien dengan asidosis metabolic/ primer
atau sekunder terhdap alkalosis respiratorik
BE< -3 biasanya menunjukkan pasien dengan asidosis, misal
kebutuhan asam yang berlebihan dipindahkan dari darah untuk
mengembalikan pH kembali ke normal (pasien dengan metabolic
asidosis/ primer atau sekunder terhadap alkalosis respiratoris)

Anda mungkin juga menyukai