Analisa gas darah umumnya dilakukan untuk memeriksa fungsi organ paru yang menjadi tempat
sel darah merah mengalirkan oksigen dan karbon dioksida dari dan ke seluruh tubuh.
Selain itu, tes ini dapat dilakukan untuk memeriksa kondisi organ jantung dan ginjal, serta gejala
yang disebabkan oleh gangguan distribusi oksigen serta karbon dioksida, atau keseimbangan pH
dalam darah, seperti mual, sesak napas, dan penurunan kesadaran. Tes ini juga dilakukan pada
pasien yang sedang menggunakan alat bantu napas untuk memonitor efektivitasnya.
Asma.
Cystic fibrosis.
Penyakit paru obstruktif kronis.
Pneumonia.
Penyakit jantung.
Penyakit ginjal.
Gangguan metabolisme.
Trauma kepala atau leher yang memengaruhi pernapasan.
Infeksi berat atau sepsis.
Gangguan tidur.
Ketoasidosis diabetik.
Keracunan zat kimia atau overdosis obat.
Pasien yang menggunakan alat bantu pernapasan.
Peringatan Analisa Gas Darah
Ada beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Salah satunya adalah
gangguan pembuluh darah, seperti penyakit arteri perifer atau terbentuknya saluran abnormal
(fistula) pada pembuluh arteri, baik yang timbul karena penyakit atau sengaja dibuat untuk akses
cuci darah (cimino). Pada keadaan tersebut, sebaiknya sampel darah arteri diambil dari tempat
lain. Selain itu, bila ada gangguan setempat pada tempat pengambilan darah, seperti infeksi, luka
bakar, atau bekas luka, juga diharapkan berhati-hati sebelum melakukan pengambilan sampel
darah untuk pemeriksaan analisis gas darah
Penderita gangguan pembekuan darah, baik karena penyakit atau karena pemberian obat, seperti
antikoagulan, berisiko menimbulkan hematoma setelah tindakan pengambilan darah. Terdapat
juga kondisi-kondisi yang menyulitkan perawat atau dokter untuk mengambil sampel darah dari
pembuluh arteri, misalnya bila pasien kurang kooperatif, memiliki denyut nadi yang lemah, atau
tremor.
Jika pasien sedang diberikan tambahan oksigen, dokter akan melepaskan selang oksigen kurang
lebih 20 menit sebelum melakukan tes analisa gas darah. Namun, hal tersebut dapat dilakukan bila
pasien tidak sepenuhnya bergantung pada oksigen tambahan tersebut.
Untuk kondisi tertentu, dokter akan memberikan bius lokal untuk mengebaskan rasa nyeri yang
dapat terjadi saat jarum ditusukkan ke dalam pembuluh darah arteri.
Setelah menemukan pembuluh darah arteri, yaitu pembuluh darah yang berdenyut, dokter akan
memasukkan jarum suntik melalui kulit menuju pembuluh darah tersebut. Jumlah darah yang
diambil biasanya 1 mL.
Setelah sampel darah sudah diambil, jarum suntik akan dilepas secara perlahan dan area suntik
akan ditutup perban. Untuk mengurangi potensi pembengkakan, tekan area suntik selama
beberapa menit setelah jarum suntik dilepas. Sampel darah akan segera dibawa ke laboratorium
untuk melalui proses analisa.
Biasanya, pasien dapat menerima hasil tes sekitar 15 menit setelah pengambilan darah. Jika
diperlukan analisa lebih lanjut, hasil akan diberikan kepada dokter yang merujuk.
Asam basa (pH) darah, yaitu dengan mengukur jumlah ion hidrogen dalam darah. Jika pH darah di
bawah normal dikatakan lebih asam, sementara jika pH di atas nilai normal maka darah dikatakan
lebih basa.
Saturasi oksigen, yaitu pengukuran jumlah oksigen yang dibawa oleh hemoglobin di dalam sel
darah merah.
Tekanan parsial oksigen, yaitu pengukuran tekanan oksigen yang larut di dalam darah.
Pengukuran ini dapat menentukan seberapa baik oksigen dapat mengalir dari paru ke dalam darah.
Tekanan parsial karbon dioksida, yaitu pengukuran tekanan karbon dioksida yang larut di dalam
darah. Pengukuran ini menentukan seberapa baik karbon dioksida dapat dikeluarkan dari tubuh.
Bikarbonat, yaitu zat kimia penyeimbang yang membantu mencegah pH darah menjadi terlalu
asam atau terlalu basa.
Berdasarkan unsur pengukuran tersebut, ada dua jenis hasil analisa gas darah, yaitu normal dan
abnormal (tidak normal).
Efek samping lain yang mungkin dialami pasien setelah menjalani prosedur AGD, antara lain: