TINJAUAN PUSTAKA
A. Etiologi
Candidiasis oral merupakan manifestasi infeksi oportunistik yang disebabkan oleh jamur
Candida albicnan. Pada dasarnya, Candida albicans merupakan flora normal pada mulut yang
populasinya terkendali oleh lingkungan mikro flora normal mulut lainnya dan oleh system
imun. Adanya defek pada berbagai system tersebut dapat menyebabkan peningkatan populasi
dari Candida albicans sehingga menyebabkan infeksi oportunistik (Patil S,Rao RS, Majumdar
B et al. 2015).
Terdapat berbagai factor yang menentukan tingkat patogenitas infeksi candida. Biofilm
merupakan salah satu komponen yang menetukan patogenisitas dari jamur candida. Komponen
ini berperan dalam pembuatan struktur selubung (shield) yang menyebabkan jamur candida
sulit untuk diinaktivasi oleh system imun. Proses pembentukan biofilm melibatkan peran
berbagai protein komplek yang terjadi secara bertahap. Factor metabolic juga berperan penting
dalam kesuksesan jamur candida dapat bertahan di berbagai organ tubuh termasuk cavitas oral
serta kebal terhadap mekanisme aktivasi system imun. Proses metabolic tersebut
memungkinkan jamur candida dapat memetabolisme berbagai komponen gula guna memenuhi
kebutuhan energi jamur. Komponen metabolisme adaptif dari jamur candida juga
kebutuhan respirasi aerob pada jaringan/organ yang sedikit mengandung oksigen (Sellam A,
Whiteway M. 2016).
4
Terdapat paling tidak beberapa subspecies jamur candida yang bertanggung jawab
terhadap infeksi oportunistik pada cavitas oral. Candida albicans merupakan subspsesies
tersering dari penyebab terjadinya candidasi oral. Jenis jamur candida lainnya meliputi C.
parapsilosis, dan C stellatoidea. Jenis jamur dengan subspesies C albicans, C glabrata, dan
C. tropicalis ditemukan hingga 80% pada sampel orofaring populasi pasien dengan infeksi
B. Epidemiologi
Hingga saat ini, berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa angka kejadian
infeksi jamur pada manusia terus meningkat seiring waktu. Hal tersebut tidak terlepas dengan
berbagai factor yang mendasari terjadinya peningkatan insidensi infkesi jamur, seperti AIDS,
pengunaan antibiotic secara luas yang tidak tepat. Infeksi jamur yang disebabkan oleh candida
albican merupakan bentuk infeksi jamur tersering yang ditemukan pada berbagai kelopok
Penelitian menunjukkan bahwa Infeksi yang disebabkan oleh jamur candida dilaporkan
menjadi agen infeksius ke-4 tersering ditemukan sebagai penyebab infeksi nosocomial di
Amerika Utara. Manifestasi tersering dari infeksi candida manusia ialah candidiasis oral.,
Kendati tidak tergolong sebagai meniufestasi infeksi jamur yang bersifat invasif, candidiasis
oral berkaitan dengan berbagai morbiditas, seperti nyeri/ketidak nyamanan saat proses
Pada penelitian epidemiologi terkait dengan kejadain infeksi candida pada anak dengan
AIDS, didapatkan bahwa rata-rata insidensi candida pada anak dengan AIDS mencapai 63%
(rentang kejadian 20%-80%). Hal tersebut menjadi penanda utama kecurigaan adanya infeksi
5
HIV/AIDS pada anak (de Araujo DF, de Oliviera AE, de Carvalho HL et al . 2018). Tindakan
kemoterapi pada anak juga diketahui menjadi factor risiko munculnya infeksi candida pada
oral pada dewasa hingga 40% dan 90% pada anak yang menjalani kemoterapi (Velten DB,
C. Faktor Risiko
Sebagai flora normal yang bersifat komensal, populasi dari jamur candida di kavitas oral
berasosiasi dengan status imunitas pasien. Selain adanya factor komorbiditas selain AIDS,
kemoterapi pada pasien kanker maupun malnutrisi, pengunaan antibiotic secara berlebihan,
umur merupakan factor independent penting yang berkontribusi pada peningkatan kejadian
konsentrasi populasi jamur candida pada cavitas oral bergantung pada jenis kelompok umur.
Pada neonates, penelitian menunjukan hasil isolasi jamur C.albicans mencapai 45%. Pada
anak yang sehat, populasi C.albicans diketahui mencapai antara 45% hingga 65%. Pada dewasa
sehat, isolasi jamur C.albicans mencapai 30 hingga 45%. Temuan tersebut menunjukkan
bahwa factor usia merupakan factor mendasar yang berpengaruh pada populasi jamur
Adanya infeksi HIV yang menyebabkan penurunan fungsi system imun (AIDS)
menunjukkan populasi jamur C.albicans yang diisolasi pada cavitas oris pasien dengan AIDS,
didapatkan populasi jamur C. albicans mencapai 90% (Akpan A, Morgan R.2002). Penelitian
lebih lanjut pada populasi dewasa menunjukkan bahwa insidensi tahunan dari kandidiasis oral
pada pasien dengan AIDS mencapai 2 juta kasus per tahun, dimana 90% kasus didapatkan pada
6
pasien yang tidak mendapat terapi anti retrovirus (ARV) (Bongomin F, Gago S, Oladele RO et
al.2017).
kandidiasis oral. Penggunaan antibiotic secara berlebihan juga diketahui dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan flora normal pada cavitas oral, menurunkan populasi flora normal
Keseimbangan flora normal yang bersifat kompetitif terhadap jamur candida dapat kembali
normal setelah penggunaan antibiotic dihentikan. Dalam suatu studi pada individu normal yang
mengalami penggunaan berlebihan dari antibiotic, didapatkan remisi dari kandidiasis oral
Peningkatan insidensi kandidiasis oral juga ditemukan pada individu yang menjalani
kemoterapi. Telah diketahui bahwa system imun berperan dalam mengkontrol populasi flora
normal tubuh, termasuk jamur candida. Pada pasien dengan penyakit malignansi yang
menjalani kemoterapi atau radioterapi, fungsi system imun akan menurun secara signifikan.
Pada penelitian yang dilakukan guna mengetahui populasi jamur candida pada cavitas oral
pasien pre, durante dan post kemoterapi, didapatkan populasi jamur candida mencapai 7.5%
pada saat pre kemoterapi, meningkat hingga 39.1% saat periode kemoterapi, serta mencapai
32.6% pada saat post fase kemoterapi. Peningkatan populasi jamur candida juga ditemukan
meningkat saat dalam dan setelah menjalani fase radioterapi (Patil S,Rao RS, Majumdar B et
al.2015).
Defisiensi nutrisi juga menjadi factor risiko penting terhadap kejadian kandidiais oral.
Defisiensi nutrisi paling sering menyebabkan terjadinya deplresi konsnetrasi besi dalam tubuh.
Rendahnya konsentrasi besi dalam tubuh diketahui juga berkaitan dengan peningkatan
insidensi infeksi kandidiasis oral. Defisiensi besi akan menyebabkan terjadinya penurunan
7
kosentrasi protein transferrin yang selain berperan dalam transport besi dalam tubuh juga
memiliki efek fungsitatik. Selain deplresi besi, berbagai defisiensi mikro dan makronutrien
yang berkaitan dengan candidiasis oral antara lain magnesium, selenium, zink, protein , asam
folat, vitamin B6 vitamin A serta asam lemak esensial (Patil S,Rao RS, Majumdar B et
al.2015).
D. Manifestasi klinis
Berdasarkan klasifikasi yang dikeluarkan oleh Holmtup dan Axel, manifestasi klinis
dari kandidiasis oral dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yakni kandidiasis
berasosiasi dengan kandidiasis oral ( stomatitis prostetik, chellitis angular, glossitis rhomboid).
Tiap masing-masing manifestasi klinis tersebut memiliki gambaran yang unik dan menjadi
immunosupresi, bayi yang sedang mendapat Air Susu Ibu (sebagai akibat pH cavitas oral yangf
rendah dan penurunan microorganism kavitas oral lainnya yang dapat menghambat
perkembangan jamur), pasien lanjut usia serta pasien dengan xerostomia atau diabetes melitus.
Manifestasi klinisnya berupa plaque putih kekuningan (berisi hifa jamur, deskuamasi sel epitel
dan detritus) dengan pola pertumbuhan plak bersifat sentrifugal. Predileksi lesi terdapat pada
mukosa orofaring, bukal, dan lateral lidah. Dengan pengerokan, plaque dapat terlepas dan
meninggalkan dasar yang bersifat eritem. Pasien umumnya mengeluhkan rasa gatal dan panas
pada mukosa mulut. Disfagia dapat terjadi apabila plaque tumbuh pada faring (Rautemaa
8
Gambar 1. Candidiasis Pseudomembran
Kandidiasis eritematosus merupakan jenis kandidiasis oral yang dapat ditemukan baik
lebih mengraha pada kecendrungan pengunaan antibiotic spektrum luas secara tidak tepat.
Manifestasi klinisnya berupa lesi eritematosus disertai atrropi yang dapat terjadi diseluruh regio
kavitas oral, tetapi lebih sering ditemukan pada palatum dan lidah. Pada lidah, lesi akan disertai
dengan hilangnya (atropi) papilla filiformis serta permukaan dorsal lidah yang aan tampak
lebih halus. Berbagai lesi tersebut akan disertai dengan gejala seperti terbakar dan gatal dengan
9
Kandidasis hiperplastik merupakan manifestasi kandidiasis kronik, berupa nodul atau
plaque yang tidak dapat terkelupas, dengan predileksi tersering pada mukosa bukal, lidah dan
bagian posterior dari kommisura bibir. Pada pemeriksaan penunjang, hifa jamur tidak hanya
ditemukan pada bagian superficial mukosa, tetapi juga pada bagian profunda. Jenis kandidiasis
Kandidiasis oral yang berkaitan dengan kondisi tertentu seperti stomatitis prostetik
bermanifestasi dengan adanya zona eritema yang berdekatan dengan alat prostetik (gigi palsu)
yang tidak tepat pemasangannya / higienitas yang buruk. Chellitis angular ditandai dengan lesi
eritema hingga fisura pada sudut bibir. Umumnya berkaitan dengan defisiensi besi dan vitamin
Kecurigaan diagnosis terhadap kandidiasis oral didasarkan atas temuan klinis yang
dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang. Adanya temuan jamur candida pada
pengambilan sampel orofaring tidak serta merta menegakkan diagnosis secara langsung
sebagai akibat jamur candida sendiri merupakan flora normal orofaring. Diagnosis dari
10
candidiasis oral memerlukan adanya bukti invasi jaringan oral organisme tersebut. Bukti invasi
jaringan cavitas oral oleh jamur candidiasis dapat diperoleh melalui kultur jaringan yang positif
Kendati kultur jamur candida merupan baku emas diagnosis dari candidiasis oral,
Terdapat berbagai modalitas pemeriksaan penunjang lain dari penegakan diagnosis candidiasis
oral, dengan spesifisitas dan sensitivitas yang berbeda. Pemeriksaan sederhana yang dapat
dilakukan untuk menemukan adanya bukti candidiasis ialah pemeriksaan mikrospkopik dengan
pelarutan pada kalium hidroksida (KOH) 10% atau dengan pewaranaan Giemsa / PAS.
Pemeriksaan lanjutan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi enzim metabolic dari jamur
candida. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas enzim spesifik yang dapat
98.5% dan spesifisitas 98.5%. Hingga saat ini pemeriksaan komersial ini hanya dapat dilakukan
pada subspecies C.albicans dan C. dubliniensis. Pada metode pemeriksaan penunjang lainnya
jamur, dapat diketahui adanya infeksi candida dengan mengidentifikasi kemampuan jamur
dalam memetabolisme jamur. Jenis pemeriksaan ini memiliki sensitivitas hingga 85%
Berdasarkan data dari WHO, AIDS hingga tahun 2000 merupakan penyabab terpenting
dari kematian pada anak diselurh dunia. Angka estimasi global terkait AIDS pada anak < 15
tahun mencapai 3.3 juta kasus. Metode penularan tertinggi kasus AIDS pada anak terutama
terjadi sebagai akibtan trasnmisi maternal-fetal atau melalui proses menyusui dengan ASI dari
ibu HIV/AIDS yang tidak mendapat ARV yang adekuat (Nazemisalman B, Vahabi S, Bayat N
et al.2016).
11
Manifestasi Oral merupakan salah satu penanda terpenting dari kecurigaan terhadap
HIV/AIDS pada anak dan bersifat independent terhadap konsetrasi CD4 dalam tubuh serta
memilki nilai prognostic yang penting terhadap harapan hidup anak. Sebagai akibat adanya
manifestasi oral terutama infeksi jamur canbdida merupakan predictor independent HIV/AIDS,
menyebabkan penilaian adanya infeksi candidiasis oral merupakan hal penting sebagai
penanda awal infeksi HIV/AIDS pada anak (Patton LL, Ramirez-Amador V, Anaya-Saavedra
G et al.2013).
penyakit orofaring dengan HIV/AIDS. Kandidiasis oral, eritema gingival linear, infeksi herpes
simpleks, chelitis angular, pembesaran kelenjar parotis dan ulserasi mukosa oral berulang pada
anak merupakan berbagai kondisi yang berasosiasi signifikan dengan HIV/AIDS pada anak .
Berbagai kondisi terkait fungsi gigi geligi juga diketahui berhubungan dengan kondisi terkait
infeksi HIV pada anak, seperti penyakit periodontal (Coogan MM, Greenspan J, Challacombe
SJ.2005).
Kandidiasis oral merupakan manifestasi oral tersering yang berkaitan dengan AIDS.
Adanya kandidiasis oral juga berkaitan dengan progresi AIDS. Penelitian menunjukkan bahwa
72% anak dengan HIV akan memberikan manifestasi oral berupa kandidiasis oral, dimana
umumnya adanya manifestasi tersebut menjadi gejala klinis pertama yang berkaitan dengan
HIV/AIDS. Manifestasi khas dari kandidiasis oral yang berkaitan dengan AIDS antara lain
tersering yang dapat dijumpai pada anak dengan kandidiasis oral + AIDS ialah kandidiasis
12
G. Penatalaksanaan Kandidiasis Oral pada Anak dengan HIV / AIDS
Kandidiasis oral merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada anak dengan
perhari atau nystatin 400.000 – 600.000 unit 5 kali sehari selama 7-14 hari. Apabila nystatin
dan flukonazol topical tidak tersedia, dapat diganti dengan menggunakan gentian violet
Pemberian dengan lini terapi tersebut direkomendasikan pada kasus kandidiasis oral ringan
Pada kasus sedang hingga berat atau gagal terapi dengan preparat topical
3-6 mg/kg BB perhari atau itraconazole oral 2-5 mg/kg BB 2 kali perhari selama 14-21 hari.
Ketokonazol juga dapat digunakan sebagai lini terapi ke-2 dengan dosis 5-10 mg/kgBB salaam
14 hari, walau pada beberapa penelitian efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan
Organization [NACO].2006).
Pemberian ARV memiliki pengaruh yang besar terhadap remisi dari kandidiasis oral
atau pencegahan rekurensi penyakit. Jumlah CD4 merupakan tolak ukur terhadap dimulainya
terapi ARV pada anak dengan HIV. Inisiais Pemberian ARV pada anak dengan HIV penting
13
Lebih dari 5 tahun : mengikuti consensus dewasa (CD4 < 350 sel / mm3 terutama
Berdasarkan konsesus WHO tahun 2006 tentang terapi ARV pada anak, pilihan
inhibitor ) + 1 golongan NNRTI (non nucleoside reverse transcriptase inhibitor). Jenis obat
golongan NRTI yang dapat diberikan pada anak meliputi zidovudine dan lamivudine. Jenis
obat golongan NNRTI yang dapat diberikan pada anak meliputi nevirapine dan efavirenz.
Kendati demikian, efavirenz tidak direkomendasrikan pemberiannya pada anak dengan umur
< 3 tahun atau berat badan < 10 kg (National AIDS Control Organization [NACO].2006).
bentuk komplikasi lainnya dapat muncul pada anak dengan HIV / AIDS. Spektrum infeksi
oportunistik lain yang kerap kali muncul ialah pneumocytis pneumonia, tuberculosis (TB),
toxoplasmosis, diare, serta meningitis cryptococcus. Adapun jenis infeksi oportunistik lainnya
yang disebabkan oleh virus antara lain herpes simpleks, varicella, herpes zoster dan infeksi
cytomegalovirus (CMV). Adapun komplikasi lain terkait dengan HIV atau disebabkan oleh
penyakit infeksi yang berkaitan dengan HIV/AIDS ialah malnutrisi dan anemia (National AIDS
Anemia pada anak dengan HIV dapat disebabkan oleh berbagai mekanisme, seperti
perdarahan maupun produksi eritrosit yang inadekuat. Perdarahan pada HIV yang berkaitan
dengan anemia dapat dicetuskan oleh perdarahan saluran cerna ataupun sebagai akibat penyakit
neoplasma (peningkatan konsumsi eritrosit oleh sel neoplasma) seperti pada sarcoma Kaposi.
Peoduksi eritrosit yang inadekuat sendiri dapat dicetsukan oleh berbagai mekanisme, seperti
oleh indaekuasi nutrisi seperti inadekuasi konsumsi besi, protein, asam folat dan vitamin B12.
Pada kandidiasis oral, manifestasi klinis berupa mulut terasa panas dan gatal tidak jarang
menyebabkan keenganan anak untuk makan sehingga menyebabkan malnutrisi. Lebih lanjut,
HIV/AIDS secara tersendiri juga menyebabkan munculnya reaksi inflamasi sistemik. Reaksi
inflamasi sistemik dapat secara signifikan menurunkan aktivitas progenitor sum-sum tulang
belakang, sehingga juga dapat menyebabkan penurunan sintesis eritrosit yang berimbas pada
anemia. Diperlukan pendekatan komprehensif mengenai penyabab dari anemia pada pasien
HIV sebagai akibat prinsip terapi disesuaikan dengan penyebab dari anemia. Pada kasus
anemia berat (Hb < 8 g/dl) direkoemndasikan untuk diberikan transfuse sel darah merah
15