Komplikasi
1. Hematoma
2. Infiltrasi
3. Tromboflebitis
4. Emboli udara
Tujuan: memperbaiki atau mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau memberi terapi medikasi secara intravena
Indikasi 1. Pemberian cairan intravena; 2. Pemberian obat secara kontinu atau intermiten;
3. Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah terbatas.
4. Pemberian kantong darah dan produk darah.
5. Upaya profilaksis sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk
persiapan jika terjadi syok, memudahkan pemberian obat) dan pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan)
dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
Kontraindikasi
1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt)
pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
3. Obat yg berpotensi iritan thd pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
Menghitung cairan yang dibutuhkan
Rumus Holliday & Segard
CHECKLIST IPM
Anemia Defisiensi Besi
• Anamnesis
Lemah, lesu, letih, lelah, sakit kepala, light-headedness (pengelihatan berkunang2) , kesemutan, pusing, telinga berdenging, ↓
konsentrasi, sesak nafas rambut rontok, restless leg,
Faktor risiko: ibu hamil, remaja putri (akibat menstruasi), status gizi kurang, faktor ekonomi kurang, infeksi kronik, vegetarian
• Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap: hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), leukosit,trombosit, jumlah eritrosit,
Morfologi darah tepi: mikrositik hipokrom, anisositosis, poikilositosis, pencil cell
2. Pemeriksaan Khusus (dilakukan di layanan sekunder) :Serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum.
3. Feses rutin, dan urin rutin: Feses dapat ditemukan cacing tambang (Necator americanus atau Ancylostoma duodenale)
Nilai rujukan kadar hemoglobin normal menurut WHO:
1. ♂ : >13 g/dL 2. ♀ : >12 g/dL. 3. Perempuan hamil: >11 g/dL
Diagnosis Banding: Anemia defisiensi vitamin B12, Anemia aplastik, Anemia hemolitik
• Tatalaksana:
1. TERAPI ETIOLOGI:
- Eradikasi H.Pylori: bismuth citrate 2x240mg/hari, Amoxicillin 2x500mg/hari dan Metronidazole 2x400mg/hari
- Kalau akibat cacing obati cacing: Mebendazole 2x100mg/hari 3 hari
2. Preparat Besi: Sulfas ferrosus 3x200mg selama 4 minggu
3. Vitamin C: beri 3x100mg/hari utk tingkatkan absorpsi besi
• Komplikasi :1. Penyakit jantung anemia 2. ibu hamil: BBLR dan IUFD 3. anak: ggn pertumbuhan dan perkembangan
• Edukasi: Berikan pengertian tentang penyakit, upayakan pasien patuh minum obat, beri info tentang efek samping obat berupa
mual, muntah, heartburn, konstipasi, diare, BAB kehitaman. Diet: beri makanan gizi tinggi protein terutama protein hewani
Cheilosis
Koilonychia
Reaksi Anafilaksis
• Anamnesis
- Gejala respirasi dapat dimulai berupa bersin,hidung tersumbat atau batuk saja yang kemudian segera diikuti dengan sesak napas.
- Gejala kulit: paling sering ditemukan pada reaksi anafilaktik. Gatal, kulit kemerahan (urtikaria, angioedema)
- Gangguan gastrointestinal: perut kram,mual,muntah, diare. Faktor Risiko: Riwayat Alergi
• Pemeriksaan Fisik: TTV+ HEAD TO TOE
Sesak, frekuensi meningkat, sianosis karena edema laring dan bronkospasme. Hipotensi gejala yang menonjol pada syok anafilaktik.
Adanya takikardia, edema periorbital, mata berair, hiperemi konjungtiva. Tanda prodromal pada kulit berupa urtikaria dan eritema.
Diagnosis Klinis
1. Onset gejala akut (beberapa menit hingga beberapa jam) yang melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau keduanya (misal: urtikaria
generalisata, pruritus dengan kemerahan, pembengkakan bibir/lidah/ uvula) dan sedikitnya salah satu dari tanda berikut ini:
a. Gangguan respirasi (misal: sesak nafas, wheezing akibat bronkospasme, stridor, penurunan arus puncak ekspirasi/APE, hipoksemia).
b. ↓ TD atau gejala yang berkaitan dgn kegagalan organ target (misal: hipotonia, kolaps vaskular, sinkop, inkontinensia).
2. Atau, dua atau lebih tanda berikut yang muncul segera (beberapa menit hingga beberapa jam) setelah terpapar alergen yang
mungkin (likely allergen), yaitu:
a. Keterlibatan jaringan mukosa dan kulit b. Gangguan respirasi
c. Penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan dengan kegagalan organ target
d. Gejala gastrointestinal yang persisten (misal: nyeri kram abdomen, muntah)
3. Atau, penurunan tekanan darah segera (beberapa menit atau jam) setelah terpapar alergen yang telah diketahui (known
allergen), sesuai kriteria berikut:
a. Bayi dan anak: Tekanan darah sistolik rendah (menurut umur) atau terjadi penurunan > 30% dari tekanan darah sistolik semula.
b. Dewasa: Tekanan darah sistolik <90 mmHg atau terjadi penurunan>30% dari tekanan darah sistolik semula.
• Diagnosis banding: serangan asma akut, syok hipovolemia, urtikaria akut generalisata
• Tatalaksana:
1. Posisi trendelenburg, pemberian O2 3-5 liter/menit,
2. BERI EPINEFRIN dosis 0,01ml/kgBB maksimal 0,3ml perkali suntikkan IM, dapat dilang 5-15 menit hingga 2-3 kali
3. Pemberian infus, cairan dextran atau RL/NaCl 20-30ml/kg dalam 1 jam pertama,
4. Antihistamin difenhidramin 1-2mg/kg, max 50mg IM atau IV,
5. Bronkodilator (ß2 agonis), metilprednisolon 1-2mg/kgBB IV tiap 4-6 jam → cegah anafilaksis bifasik, vasopressor jika hipotensi
berlanjut (dgn dopamin atau epinefrin)
• Edukasi: HINDARI PENCETUS baik itu makanan, obat dan sebagainya , beri tahu tentang penyakit ini
Systemic Lupus Eritematosus (SLE)
Anamnesis
Kelelahan; Nyeri sendi yang berpindah-pindah; Rambut rontok; Ruam pada wajah; Sakit kepala; Demam; Ruam kulit
setelah terpapar sinar matahari; Gangguan kesadaran; Sesak; Edema anasarka
Faktor Risiko
Pasien dengan gejala klinis yang mendukung dan memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit autoimun
meningkatkan kecurigaan adanya LES.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan DPL (darah perifer lengkap): leukopeni, trombositopeni, dan anemia.
b.Pemeriksaan serum kreatinin: ↑ serum kreatinin.
c. Urinalisis: ada eritrosit dan proteinuria.
2. Radiologi: X-ray Thoraks dapat menunjukkan adanya efusi pleura.
RUJUK KE SPESIALIS
Tatalaksana
- Pemberian analgetik sederhana atau obat antiinflamasi non steroid, misalnya parasetamol 3-4 x 500-1000 mg, atau
ibuprofen 400-800 mg 3-4 kali perhari, natrium diklofenak 2-3 x 25- 50 mg/hari pada keluhan artritis, artralgia dan
mialgia.
- Penggunaan sunscreen saat akan keluar rumah, atau menggunakan pakaian yg tertutup
Faktor Risiko
1. Penjaja seks ♂ atau ♀ 2. Pengguna NAPZA suntik
3. ♂ yang berhubungan seks dgb sesama ♂ dan transgender. 4. Hubungan seksual yang berisiko/tidak aman
5. Pernah/ sedang mengidap infeksi menular seksual (lMS) 6. Pernah mendapatkan transfusi darah
7. Pembuatan tato dan/ alat medis/alat tajam tercemar HIV. 8. Bayi dari ibu dengan HIV/AIDS
9. Pasangan serodiskor (yang satu terinfeksi HIV, lainnya tidak) dan salah satu pasangan positif HIV
Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung jenis leukosit : Limfopenia, dan CD4 hitung <500 (CD4 sekitar 30 % dari total limfosit) NORMAL 500-1100/mm^3
b. Tes HIV menggunakan strategi III: 3 macam tes dengan titik tangkap yang berbeda, umumnya ELISA dan dikonfirmasi Western
Blot (3 MACAM JENIS TES DAN HASILNYA POSITIF SEMUA)
c. Pemeriksaan DPL (darah perifer lengkap)
Radiologi: Rontgen toraks
STADIUM HIV
STADIUM 1: TIDAK ADA ↓BB, tida ada gejala atau hanya limfadenopati generalisata persisten
STADIUM 2: ↓ BB tidak diketahui penyebab(<10% dari perkiraan BB, atau BB sebelumnya), ISPA berulang, herpes zoster
dalam 5 tahun terakhir, dermatitis angularis
STADIUM 3: ↓ BB yg tidak diketahui penyebab (>10% perkiraan), DIARE KRONIS YG TIDAK DIKETAHUI PENYEBAB > 1BULAN,
DEMAM MENETAP, TB PARU, ORAL HAIRY LEUKOPLAKIA, KANDIDIASIS MULUT MENETAP, ANEMIA, dan gejala lainnya
STADIUM 4: SINDROM WASTING HIV, DAN ↓ BB SPT STD 3, DIARE, DEMAM SPT STD 3.TB EKSTRA PARU, ensefalopati HIV, PCP, dll
Hemofilia
• Anamnesis
1. Lahir: perdarahan lewat tali pusar 2. Anak yg lebih besar: perdarahan sendi sbg akibat jatuh saat belajar berjalan
3. Riwayat timbul “biru/lebam” bila terbentur (perdarahan abnormal)
4. Riwayat perdarahan berulang (hemartrosis, hematoma) atau riwayat perdarahan memanjang yg bersifat delayed and prolonged bleeding
setelah trauma atau tindakan tertentu, dgn/atau tanpa riwayat keluarga (+)
• Pemeriksaan fisik: TTV+ HEAD TO TOE
1. Adanya perdarahan berupa: Hematom di kepala atau tungkai atas/bawah, hemartrosis
- sering dijumpai perdarahan interstitial yg akan menyebabkan atrofi otot, pergerakan terganggu dan tjd kontraktur sendi. Sendi yg sering
kena: siku, lutut, pergelangan kaki, paha, sendi bahu
• Pemeriksaan penunjang
Pembekuan darah: PERLU DINNGAT BAHWA KADAR FAKTOR VIII ↑ PD INFLAMASI, INFEKSI, KERUSAKAN JARINGAN
- APTT/ masa pembekuan: memanjang - PPT (Plasma protrombin time)/ PT: normal
- SPT (Serum Prothrombin time): pendek - Kadar fibrinogen: normal. - Retraksi pembekuan baik
- Faktor pembekuan (factor assay): Faktor yg diperiksa: F VIII/ IX dan FvW. Utk dx ggn perdarahan, tipe hemofilia, derajat keparahan
• Darah perifer lengkap (DPL): normal pd penderita hemofilia tanpa perdarahan. Apabila penderita sedang mengalami perdarahan berat
atau jangka waktu lama, Hb dan eritrosit ↓
RUJUK KE SPESIALIS
• Tatalaksana
Hemofilia A: Transfusi F VIII, kriopresipitat
Hemofilia B: Konsentrat F IX, Fresh frozen plasma (FFP)
TATATAKSANA: Steroid (metilpredinsolon, prednison) jika AT (hitung trombosit)< 30.000 atau AT <50.000 dengan risiko perdarahan
- IvIg jika mengancam jiwa,atau anak dengan AT<20.000 disertai perdarahan