Anda di halaman 1dari 51

Pemasangan infus

Oleh:
Anggriala S. 30120115010
Clarisa o. 30120115017
Elika friskila 30120115025
Lucia giovani 30120115033
Ratna cempaka 30120115040
Stefani amelia 30120115047
Veronica dimas 30120115003
DEFINISI
• Infus adalah instilasi cairan,elektrolit, obat-obatan, darah,
atau zat nutrien, ke vena. Dokter bertanggung jawab untuk
memprogramkan tipe larutan, jumlah, dan kecepatan aliran
infus (Audrey Berman, dkk.2009).

• Memperbaiki atau mencegah ketikseimbangan cairan


elektrolit , biasanya digunakan untuk memberikan terapi
cairan pada kliien sakit akut atau kronik (Perry, Peterson,
Potter.2005).

• Jadi infus adalah teknik teknik penusukan vena secara


transcutan dengan jarum yang kaku untuk memasukan
cairan, obat, darah atau zat nutrien ke vena.
Anatomi dan fisiologi

 SIRKULASI DARAH VENA


 Pembuluh darah vena merupakan kebalikan dari
pembuluh arteri yaitu berfungsi untuk membawa darah
yang dari alat tubuh kembali masuk ke dalam jantung.
Bentuk dan susunannya hampir sama dengan arteri.
Katup pada vena terdapat di sepanjang pembuluh darah.
Anatomi dan fisiologi
A. Vena anggota gerak
 Jalinan vena superfisialis
 Vena sefalika
 Vena basilika

B. Vena anggota gerak bawah


 Vena superfisialis: berasal dari vena savena magna dan vena parva, berjalan ke atas dengan
cabangnya.
 Vena saevena magna: mengangkut darah dari ujung medial arkus venosus dorsalis pedis lalu
berjalan naik ke depan maleolus medialis . Pada hiatus safenus di fasia profunda, vena savena
magna mempunyai cabang tiga yaitu:

 1) vena sirkumfleksa ilium superfisialis,


 2) vena epigastrika superfisialis,
 3) vena pudenda interna superfisialis.
Con’ t
o Vena aksesoria: bergabung dengan vena utama dan pada pertengahan pahabermuara pada vena
savena.
o Vena savena parva: vena ini banyak memiliki katup dan timbul dari bagian lateral arkus venosus
dorsalis lalu naik ke belakang maleloulus lateralis dan menembus fasia profunda. Vena ini
memiliki cabang-cabang yaitu:
 komunikantes: dengan profunda pedis,
 anastomosis bergabung dengan vena savena magna.

o Vena poplitea: dibentuk oleh anastomosis vena komunikantes dari arteri tibialis anterior dan arteri
tibialis posterior

o Vena femoralis: merupakan lanjutan vena poplitea. Vena ini menaiki paha pada sisi lateral dan
berakhir pada sisimedial lalu berjalan ke belakang ligamentum inguinal menjadi vena iliaka
eksterna dengan cabang-cabang sebagai berikut.
 Vena savena magna
 vena sirkumfleksa
 vena pudenda eksterna
Con’ t
o Vena obturatoria: menampung cabang-
cabang dari arteri obturatoria dan
mencurahkan isinya ke dalam vena iliaka
interna.
Vena ini menaiki paha pada sisi lateral
dan berakhir pada sisi medial lalu berjalan
kebelakang ligamen inguinal menjadi vena
iliaka eksterna dengan cabang-cabang
sebagai berikut:

 Vena savena magna


 Vena sirkumfleksa
 Vena pudenda eksterna

Gambar Vena seluruh tubuh.

Sumber: Elaine N. Marieb, 2001


Pemilihan akses vena
 Anatomi
Pembuluh darah yaitu arteri dan vena terdiri dari beberapa
lapisan,masingmasing dengan struktur dan fungsi khusus.
1. Tunika intima
2. Tunika media
3. Tunika adventisia

Vena perifer atau superfisial terletak di dalam fasia subkutan


dan merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena.
 Vena Dorsalis Superfisialis Metakarpal

Keuntungan :memungkinkan
pergerakan lengan, mudah dilihat dan di palpasi, tulang-tulang
dengan membelat kateter.
Kerugian: pasien-pasien yang aktif dapat mengeser kateter,
balutan menjadi mudah basah dengan mencuci tangan, tempat
penusukan IV akan macet jika penahan pergelangan tangan di
pasang.
 Sefalika

Keuntungan : dapat menggunakan kateter ukuran bsar


untuk infus yang cepat, dibelat oleh tulang-tulang lengan,
pilihan yang baik untuk infus larutan yang mengiritasi.

Kerugian :lebih melengkung daripada vena basilika; ini


biasanya merupakan kerugian hanya bila memasang
kateter yang lebih panjang.
 
 Basilika

Keuntungan : sama seperti vena sefalika,


biasanya lebih lurus dari vena sefalika

Kerugian : cenderung berputar; posisi pasien


mungkin aak kikuk selama pungsi vena
 Sefalikamediana
Timbul dari fossa antekubiti.

 Basilika mediana
Timbul dari fossa antekubiti, lebih
besar dan kurang berliku-liku daripada
sefalika.
 Anterbrakial mediana

Timbul dari pleksus vena pada telapak tangan,


meluas ke arah atas sepanjang sisi ulnar dari lengan
depan (Snell, 2006).
Lokasi Insersi pada Vena Ekstremitas Atas
Macam-macam cairan infus
 Pengertian kebutuhan cairan dan elektrolit

Kebutuhan cairan & elektrolit ialah sebuah proses dinamik


lantaran metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yg tetap
dalam berespon terhadap stressor fisiologis & lingkungan.
Cairan & elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan
yg berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau
kekurangan.
 Pengelompokan cairan infus

Menurut pengelompokannya, cairan infus dapat di


kelompokkan menjadi :

 Cairan Hipotonik :
 Cairan Isotonik :
 Cairan hipertonik :
Berdasarkan kelompoknya:

 Kristaloid
 Koloid
jenis – jenis cairan infuse dan
fungsinya
 ASERING
 Indikasi : Dehidrasi (syok hipovolemik & asidosis) pada
keadaan : gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF),
luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

 Keunggulan :
 Asetat dimetabolisme di otot, &
masihlah dapat ditolelir pada pasien
yg mengalami gangguan hati
 Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA akan mengatasi
asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus
 KA-EN 1B

 Indikasi :
 Sebagai larutan awal apabila status elektrolit pasien
belum diketahui, misalnya ditemukan pada kasus
emergensi (dehidrasi lantaran asupan oral tidak
memadai, demam)
 Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam
 KA-EN 3A dan KA-EN 3B
 Indikasi :
 Mensuplai kalium sebesar 20 MEq/L untuk KA-EN 3B
 Mensuplai kalium sebesar 10 MEq/L untuk KA-EN 3A

 KA-EN MG3
 Indikasi :
 Rumatan untuk kasus di mana suplemen NPC
dibutuhkan 400 Kcal/L
 Mensuplai kalium 20 MEq/L
 KA-EN 4A
 Indikasi :
 Adalah larutan infus rumatan untuk bayi & anak
 Tidak Dengan kandungan kalium, maka dapat
diberikan kepada pasien dengan berbagai kadar
konsentrasi kalium serum normal
 Tepat digunakan buat dehidrasi hipertonik
 KA-EN 4B
 Indikasi :
 Adalah larutan infus rumatan untuk bayi & anak umur
kurang 3 th
 Mensuplai 8 MEq/L kalium pada pasien maka
meminimalkan risiko hipokalemia
 Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
 Otsu-Ns
 Indikasi :
 Untuk resusitasi
 Kehilangan Na > Cl, misal diare
 Sindrom yg berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis
diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)

 Otsu-RL
 Indikasi :
 Suplai ion bikarbonat
 Resusitasi
 Asidosis metabolik

 Martos-10
 Indikasi :
 Kondisi kritis lain yg membutuhkan nutrisi eksogen seperti
tumor, stres berat, infeksi berat & defisiensi protein
 AMIPAREN
 Indikasi :
 Luka bakar
 Stres metabolik berat
 Infeksi berat
 Kwasiokor
 Pasca operasi

 
 AMINOVEL-600
 Indikasi :
 Nutrisitambahan pada gangguan saluran GI
 Penderita GI yg dipuasakan

 
 PAN-AMIN G
 Indikasi :
 Suplai asam amino pada hiponatremia & stres metabolik ringan
 Nitrisi dini pasca operasi
 Tifoid
Hal hal yang harus diperhatikan
 Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam memberikan terapi intravena:

 Ganti lokasi tusukan infus setiap 48-72 jam dan ganti juga infus set dengan yang baru.

 Ganti kasa steril (sudah tidak dianjurkan) penutup luka setiap 1 hingga 2 hari dan
evaluasi jika ada tanda-tanda infeksi.

 Observasi jika ada reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain

 Jika infus sudah tidak diperlukan lagi, silahkan cabut jarum infus secara perlahan dan
periksa ujung kateter terhadap adanya bekuan darah.

 Bersihkan sektar area penusukan dengan menggunakan cairan anti septik.

 Bersihkan bekas-bekas plester menggunakan kapas alkohol.


 
Hal hal yang harus diperhatikan
 Gunakan alat yang steril saat melakukan tindakan pemasangan infus agar tidak
terjadi infeksi.

 Hindari melakukan peemasangan infus pada daerah-daerah yang terjadi infeksi,


vena yang sudah rusak atau terputus, vena pada daerah fleksi atau lipatan dan
juga vena yang tidak stabil.

 Atur ketepatan aliran dan regulasi infus agar tidak terjadi masalah ketika perawat
tidak memperhatikan regulasi infus seperti hipervolemia dan hipovolemia.

 Untuk mengatur tetesan infus, perawat harus mengetahui volume cairan yang
akan dimasukkan dan waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan cairan infus
atau harus mengetahui vara menghitung tetesan infus.
Hal hal yang harus diperhatikan
 Penghitungan cairan yang umum digunakan adalah
penghitungan menggunakan milliliter perjam (ml/h) dan juga
penghitungan tetes permenit atau TPM.

 Jikainfus macet, jangan melakukan tindakan spuling atau


memplintir-plintir selang infus. Dikhawatirkan akan
menyebabkan terjadinya emboli. Segera ganti lokasi
penusukan jika macet.
PRINSIP INFUS

 Dilakukan dengan prinsip aseptik (steril) seperti


mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan, memakai handscoon tujuannya agar
pasien terhindar dari infeksi nasokomial
perhitungan infus

 Rumus dalam satuan menit

 Rumus dasar dalam satuan jam


 Dewasa (makro drip)faktor tetesannya.

Infuse set makro drip memiliki banyak jenis


berdasarkan factor tetesannya. Infuse set yang paling
sering digunakan di instalasi kesehatan Indonesia
hanya 2 jenis saja. Berrdasarkan merek dan factor
tetesannya.

 Merek Otsuka
 Faktor tetes = 15 tetes/ml

 Merek Terumo
 Faktor tetes = 20 tetes/ml
 Anak (micro drip)

Lain halnya dengan dewasa, anak dengan berat


badan dibawah 7 kg membutuhkan infus set dengan
faktor tetes yang berbeda.

 Micro drip
 faktor tetes = 60 tetes/ml
Infuse Pump

 Pengertian Infus Pump


Infus pump adalah suatu alat untuk mengatur
jumlah cairan/obat yang dimasukkan kedalma
sirkulasi darah pasien secara langsung melalui vena.
Nama lain dari infus pump adalah alat infus.

 Tujuan Infus Pump


 Untuk menjaga pemberian cairan parenteral sesuai
kebutuhan klien.
 Mencegah kelebihan volume cairan yang diberikan
 Komponen Alat
 Alaram control
 Pump system
 Sensor tetesan
 Control gelembung udara
 Pegatur jumlah tetesan
 Display system
 Hal-hal yang perlu diperhatikan
 Tegangan
 Jumlah tetesan/menit
 Display
 Control system
 Lakukan pemeliharaan sesuai jadwal
 Lakukan pengujian dan kalibrasi 1 tahun sekali
Pengoperasian infusion pump
 Tempatkan alat pada ruang tindakan
 Lepaskan penutup debu
 Pasang cairan infus dan hubungkan ke alat
 Pasang infusion set
 Hubungkan alat dengan catu daya
 Hidupkan alat dengan menekan/ memutar tombol ON/OFF ke posisi ON
 Cek fungsi alarm
 Lakukan pemanasan secukupnya
 Perhatikan protap pelayanan
 Beritahukan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan
 Alirkan cairan infuse ke infusion set sampai taka da gelembung udara
 Tentukan jumlah tetesan permenit
 Set alarm pada posisi ON
 Lakukan tindakan
 Setelah tindakan selesai, matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF
 Lepaskan hubungan alat dari catu daya
 Lepaskan infusion bag dan lepaskan slang-slang infus. Pastikan bahwa infusion pump dalam kondisi baik
dan dapat difungsikan pada pemakaian berikut
 Pasang penutup debu
 Simpan infusion pump di tempatnya
 Catat beban kerja- dalam jumlah pasien.
Cara Pemilihan Daerah Infus
. Pertimbangan perawat dalam memilih vena adalah sebagai
berikut:
1. Usia klien
2. Lamanya pemasangan infus
3. Type larutan yang akan diberikan
4. Kondisi vena klien
5. Kontraindikasi vena-vena tertentu yang tidak boleh
dipungsi
6. Aktivitas pasien
7. Terapi IV sebelumnya
8. Tempat insersi/pungsi vena yang umum digunakan adalah
tangan dan lengan
Panduan singkat pemilihan vena:
 Gunakan vena distal lengan untuk pilihan pertama

 Jika memungkinkan pilih lengan non dominan

 Pilih vena-vena di atas area fleksi

 Gunakan vena kaki jika vena lengan tidak dapat diakses

 Pilih vena yang mudah diraba, vena yang besar dan yang
memungkinkan
 aliran cairan adequat

 Pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktivitas


sehari-
 hari pasien
Panduan singkat pemilihan vena:
 Pilih lokasi yang tidak mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur
yang direncanakan

 Tips untuk vena yang sulit:


Pasien gemuk, tidak dapat mempalpasi atau melihat vena--------buat citra
visual dari anatomi vena, pilih kateter yang lebih panjang

 Kulit dan vena mudah pecah, infiltrasi terjadi setelah penusukan------gunakan


tekanan torniket yang minimal

 Vena bergerak ketika ditusuk-----fiksasi vena menggunakan ibu jari ketika


melakukan penusukan

 Pasien dalam keadaan syok atau mempunyai aliran balik vena minimal----
biarkan torniket terpasang untuk meningkatkan distensi vena, gunakan kateter
no. 18 atau 16.
Hindari menggunakan vena berikut:
 Vena pada area fleksi (misal:fossa ante cubiti)
 Vena yang rusak karena insersi sebelumnya (misal karena flebitis, infiltrasi atau
sklerosis)

 Vena yang nyeri palpasi

 Vena yang tidak stabil, mudah bergerak ketika jarum dimasukkan

 Vena yang mudah pecah

 Vena yang berbelok-belok

 Vena dorsal yang rapuh pada klien lansia dan pembuluh darah pada ekstremitas
dengan gangguan sirkulasi (misal pada mastektomi, graft dialysis atau paralysis)
Cara memunculkan vena:
 Mengurut ekstremitas dari distal ke proksimal di bawah tempat
pungsi vena yang dituju

 Mintaklien menggenggam dan membuka genggaman secara


bergantian

 Ketuk ringan di atas vena

 Gunakan torniket sedikitnya 5-15 cm di atas tempat yang akan


diinsersi, kencangkan torniket

 Berikankompres hangat pada ekstremitas selama beberapa


menit (misal dengan waslap hangat)
 keuntungan :
 Cepat , langsung masuk ke sistem sistemik.
 Efektif.
 Laju infuse dapat dengan mudah diatur sesuai kebutuhan
penderita.
 Mudah diberikan untuk pasien yang tidak dapat menerima
pengobatan peroral.
 Pemberian obat, makanan, elektrolit dapat dilakukan secara
bersamaan melalui infuse.

 Kerugian :
 Tidak menyenangkan.
 Menyakitkan.
 Dapat meninggalkan bekas ( goresan jarum suntik ).
Tujuan

 Memberikan cairan dan elektrolit untuk menjaga


keseimbangan di dalam tubuh
 Memberika glukosa yang dibutuhkan untuk
metabolisme
 Memberikan vitamin dan mineral yang larut dalam
air
 Memberikan pertolongan pada kasus gawat darurat
 Memberikan obat
 Memberikan darah dan produk darah
Indikasi

 Pemberian obat intavena


 Hidrasi intravena
 Transfusi darah atau komponen darah
 Situasi lain dimana akses langsung ke aliran darah
diperlukan
 Pasien tidak dapat minum obat kerena muntah, atau
memang tidak dapat menelan obat.
 Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi sehingga
pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan
 
Kontraindikasi
 Infeksi kulit sekitar
 Flebitis Vena
 Sklerosis vena
 Infiltrasi intravena sebelumnya
 Luka bakar disekitar lokasi venipuncture
 Cedera traumatis proksimal dari lokasi pemasangan
 Fistula arteriovenosa di ekstremitas
 Prosedur bedah yang mempengaruhi ekstremitas
 Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini
akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena pada
tindakan hemodialisis
 Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena
kecil yang aliran darahnya lambat
Alat dan bahan
 Infus set
 Sarung tangan steril
 Abocath
 Cairan infus
 Tornikuet/tensimeter
 Kapas alkohol
 Kasa steril berukuran 5x5 cm
 IV 3000 (anak) / tegaderm (dewasa)
 Plester coklat, gunting,
 handsaplast
 Spalk dan pembalut kalau perlu
 Tiang infus
 Perlak kecil dan alasnya
 neirbeken
Persiapan Pasien
 Jelaskan pada pasien tentang prosedur yang akan dilakukan (meliputi proses
pungsi vena, informasi tentang lamanya infus dan pembatasan aktivitas)

 Jika pasien akan menggunakan anestesi lokal pada area insersi, tanyakan
adanya alergi terhadap anestesi yang digunakan

 Jika pasien tidak menggunakan anestesi, jelaskan bahwa nanti akan muncul
nyeri ketika jarum dimasukkan, tapi akan hilang ketika kateter sudah masuk.

 Jelaskan bahwa cairan yang masuk awalnya akan terasa dingin, tapi sensasi
itu hanya akan terasa pada beberapa menit saja.

 Jelaskan pada pasien bahwa jika ada keluhan/ketidaknyamanan selama


pemasangan, supaya menghubungi perawat.
prosedur

 E:\ANGGRIALA SIMATUPANG\ANGGRIKULI
AH S1.KEP SMSTR 3\KDM\TUGAS MANDIRI\
kelompok infuse\Prosedur.docx
Melakukan penusukan vena untuk
terapi intravena
 DEFINISI

Proses penusukan vena dengan jarum, menggunakan


teknik aseptik.
 
 TUJUAN
 Memberikan cairan secara intravena
 Memberikan bolus obat untuk pemeriksaan atau terapi
 Mengambil bahan pemeriksaan darah
 Memberikan nutrisi parenteral total
 Memberikan darah dan produk darah
 KONTAINDIKASI
 Fistula arterio vena pada ekstremitas
 Mastektomi pada sisi lengan yang sama/ekstremitas yang
terganggu akibat operasi
 Adanya plebitis, infiltrasi, atau sklerosis
PERANGKAT ALAT
 Sebuah namapn bersih berisi
 Jarum steril / angichat/jarum bersayap dengan ukuran yang sesuai
 Kapas usap steril di dalam sebuah mangkuk dengan antiseptik/alkohol
pad
 Turniket
 Plester untuk memfiksasi kateter/jarum
 Spiut dengan ukuran yang sesuai untuk mengambil darah (opsional)
 Botol penampung bahan (opsional)
 Spiut yang diisi obat (opsional)
 Infus yang sudah disiapkan untuk dipasang
 Duk/perlak untuk melindungi sprei
 Sarung tangan
 Tiang infus
 Nampan K/kantung kertas
prosedur
 E:\ANGGRIALA SIMATUPANG\ANGGRIKULI
AH S1.KEP SMSTR 3\KDM\TUGAS MANDIRI\
kelompok infuse\PROSEDU1.docx
 E:\ANGGRIALA SIMATUPANG\ANGGRI KULI
AH S1.KEP SMSTR 3\KDM\TUGAS MANDIRI\
kelompok infuse\Pemasangan iv Line.mp4
Daftar Pustaka
 Arifianto.2006.Pemberian Cairan Infus Intravena (Intravenous Fluids).Jakarta:EGC
 Audrey Berman, dkk.2009.Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.
 Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Jakarta: EGC
 Doenges, ME. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
 Jacob, Annamma, dkk.2014.Buku Ajar: Clinical Nursing Procedure, Jilid 1. Tanggerang:Bina Rupa
Aksara Publiser
 Kholid Rosyidi MN.2013.Proedur Praktik Keperawatan Jilid 1. Jakarta: EGC.
 Potter dan Perry. 2000.Keterampilan dan Prosedur Dasar Edisi 3. Jakarta: EGC
 Potter dan Perry. 2005. Keterampilan dan Prosedur Dasar Edisi 3. Jakarta: EGC
 Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Vol2.
Jakarta: EGC
 Swearingen, P. et al. 2001. Seri Pedoman Praktis: Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa.
Edisi 2. Jakarta: EGC
 Wolf. 1984. Dasar-dasar keperawatan. Edisi 6
 
 http://fk.unsoed.ac.id/sites/default/files/img/modul%20labskill/genap%20I/Genap%20I%20-%20Pemasa
ngan%20Infus.pdf
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31206/4/Chapter%20II.pdf
 http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/132/jtptunimus-gdl-muchaminud-6570-3-babii.pdf
 http://www.sehatgroup.web.id/?p=20.admin

 

Anda mungkin juga menyukai