Anda di halaman 1dari 8

1

`
LAPORAN PENDAHULUAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktek profesi Ners


Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:
DERISON MARSINOVA
03/168072/EIK/00324

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UGM
YOGYAKARTA
2006

1
2

HEMATEMESIS MELENA
A. Definisi.
Hematemesis merupakan muntah darah berwarna hitam ter yang berasal dari
saluran cerna bagian atas.
Sedangkan melena merupakan buang air besar darah berwarna hitam ter yang
berasal dari saluran cerna bagian atas. Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian
atas adalah saluran cerna di atas (proksismal) ligamnetum Treitz, mulai yeyunum
proksimal, duedonum, gaster, esofagus.
B. Etiologi
Hematemesis melena disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
o Trauma disepanjang saluran gastrointestinal
o Erosi atau ulcer pada lambung;
o Ruptur atau pelebaran vena seperti varicosity (varises esophagus atau
lambung),.
o Proses inflamasi, misalnya esofagitis (disebabkan oleh asam lambung
atau empedu), gastritis, inflamatory bowel disesase (chronic ulcerative
colitis) dan infeksi bakteri
o Diverticulosis
o Lesi atau gangguan vaskuler misalnya iskhemi pada rektum, fistula
aortainterik.
C. Patofisiologi

Perdarahan pada saluran


pencernaan atas (yeyunum
proksimal, duedonum,
gaster, esofagus)

Iritasi pada saluran Perdarahan yang berlebihan


pencernaan atas oleh darah menyebabkan sebagian dari
menimbulkan perasaan mual darah langsung bercampur
dengan feses dan keluar
saat BAB

Hematemesis Melena

2
3

D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari Hematemesis melena ini antara lain:
 Muntah dan BAB darah warna hitam
 Sindrom dispepsia, bila ada riwayat makan obat NSAID,
jamu pegal linu, alkohol, yang menimbulkan erosi/ulkus peptikum.
 Keadaan umum pasien: pasien sakit ringan sampai berat
dapat disertai gangguan kesadaran (pre koma/koma hepatkum)
 Dapat terjadi syok hipovolumik.
 Takikardi
 Perabaan dingin
 Kulit pucat
 Kesadaran kompos mentis sampai apatis.
E. Penegakan Diagnosa
Untuk menegakan diagnosa cidera kepala dapat dilakukan beberapa
prosedur tindakan meliputi:
a. Laboratorium
b. Endoskopi SCBA diagnostic untuk melihat sumber perdarahan (untuk pasien
yang tidak mau diendoskopi atau ada kontraindikasi endoskopi maka dilakukan
foto Ro OMD)
c. Ultrasonografi hati, menunjukan adanya hipertensi portal adan atau sirosis
hati/hepatoma.
d. CT-scan hati, v. porta/abdomen atas (dilakukan bila dengan pemeriksaan
ultrasonografi diagnosis belum jelas)
e. Foto thoraks:kadang-kadang menuunjukan adanya aspirasi darah disaluran
nafas.
c. Tes neuropsikologis selama rehbilitasi dapat menentukan penurunan kognitif
F. Penatalaksanaan
1. Non Faramakologis
 Penyuluhan dan penerangan
 Tirah baring
 Puasa bila penyebab hematemesis melana yaitu pevahnya
varises esofagus , sedangkan bila disebabkan oleh hal lain tidak diperlukan
puasa. Pasien mendapatkan nutrisi parenteral total sampai perdarahan behenti

3
4

lalu digantikan dengan diet hati I (DH I) secara bertahap diganti dengan DH II,
DH III, DH IV oral.
 Pada pasien nonvarises/tidak ada penyakit hati kronik/sirosis
hepatis DL IDLII  DL III lunak  DLIV
 Kompres es melayang untuk menghentikan perdarahan
lambung dn duodenum.
2. Farmakologis
 Tranfusi darah PRC (sesuai dengan jumlah perdarahan yang
terjadi dan HB). Sampai Hb + 10 g/dL
 Pada kasus nonvarise sampai Hn 12 g/dL
 Sementara menunggu darah dapat diberikan pengganti plasma
(misal dekstran/hemacel) atau NaCl 0,9 atau RL.
 Infis cairan dan elektrolit bila ada gejala syok hipovolume
 Memberikan loading cairan atas dasar perjhitungan sebagai
berikut:
Jika tnda syok ditemukan pada posisi berbaring kehilangan cairan diperkirakan
sekitar 50%. Maka: 1 jam pertama: guyur cairan dan evalusi tekanan darah,
nadi, kesadaran. Jika tekanan sistolik > 100 mmHg, selanjutnya infus sesuai
dengan kondisi pasien (tetapi untuk pasien dengan usia > 50 tahun atau
penyakit koroner jantung, kecepatan pemberian cairan setengahnya)
Jika tanda-tanda syok tersebut ditemukan dalam posisi duduk kehilangan
cairan diperkirakan sekitar 30%. Pada kondisi ini guyur sampai dengan dua
kolf, bila tekanan sistolik >100 mmHg infus sesuai dengan kondisi pasien
 Jika mengeingkinkan pasang monitor CVP. Pasang selang
lambung (NGT) untuk melakukan bilasan setiap 6 jam, mengeluarkan bekuan-
bekuan darah, dan dapat memperklirakan jumlah perdarahan secara kasar.
 Untuk penyebab non varises:
- injeksi antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton
- sitoprotektor: sukralfat 3-4 x 1 gram, atau cetraxate3-4 x 1 tablet atau
misoprostol 3x 1 tablet
- antasida
- injeksi vitamin K untuk pasien dengan penyakit hati kronik atau sirosis
hepatis.
 Untuk penyebab varises

4
5

- Somatstatin bolus 250 ug + drip 250 ug/jam iv atau octreotide


(sandostatin) 0,1 mg/2jam perdrip. Pemberian diberikan sampai
perdaraan berhenti atau bila mampu diteruskan 3 hari setelah
skleroterapi/irigasi verises sofagus
- Propanolol dimulai 2x10 mg dosis dapat ditingkatkan sampai tekanan
diastolik turun 20 mmHg atau denyut nadi turun 20%.
- Isosorbid mononitrat/dinitrat 3x1 tablet/hari
- metokloframid 3x10 mg/hari dapat menurunkan tekanan intravarises
esofagus
 Bila ada gangguan hemostatis obati sesuai kelainan, misalnya
bila terjadi DIC  heparin, fibrinolisis primer  asam traneksamat, defisiensi
faktor pembekuan  FFP, dan lain-lain.
 Pada pasien dengan pecah varises/penyakit hati kronik/sirosis
hati diberikan:
- Laktulosa 4x1 sendok makan
- neomisin 4x500 mg
G. Masalah Keperawatan Yang Timbul
Dari manifestasi klinik penyakit ini maka dapat ditarik kesimpulan diagnosa
keparawatann yang sering muncul antara lain:
a. Deficit volume cairan bd pengeluaran cairan secara aktif.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan bd ketidakmampuan
melakukan untuk mencerna makanan.
c. PK: perdarahan

5
6

III. PERENCANAAN KEPERAWATAN


1. Diagnosa No. 1: Deficit volume cairan bd pengeluaran cairan secara aktif
NOC NIC RASIONALISASI
Setelah dilakukan  monitor  i
asuhan keberadaan faktor penyebab detifikasi awal
keperawatan defisiensi volume cairan (mis. menghindrkan diri kita
selama 4 x 24 jam Gangguan GI, kesulitan dari kekuarangan ciarn
maka di harapkan mempertahankan intake oral, yang lebih parah
perawt mampu : demam, atau DM II tidak
terkontrol)
 m  Awasi  T
ampu tanda-tanda hipovolumia , anda-tanda fase akhir
mempertahanka meliputi kelemahan, kram otot, meliputi oligouri, nyeri
n balance cairan hipotensi postural, pada ada atau abdomen,
pasien sianosis, kedinginan,
 m kulit pucat, dan
ampu kebingungan.
mempertahanka  Monitor  H
n status hidrasi balance caiaran caiaran setiap aluaran urin < 30 ml/jam
pasien 8 jam (setiap 1 jam untuk merupakan tanda
 m pasien yang idak stabil) insufisiensi fungsi
ampu ginjal, atau tanda-tanda
mempertahanka awal kerusakan ginjal.
n haluaran urin  Awasi  M
> 1300 ml/day trend output urin selama 3 hari ontoring selama 3 hai
(minimal 30 memberikan gambaran
ml/jam) yang lebih valid.
 m  Monitor  P
ampu BB harian pasien, waspadai erubahan volume cairan
mempertahanka penurunan BB secara tiba-tiba. dapat ditunjukan dengan
n elastisitas perubahan BB.
turgor kulit;  Cek TD  S
kelembaban orthostatik saat pasien eiap penurunan 15
membran terbaring, duduk, dan berdiri. mmHg ketika berdiri
mukosa; atau meningkat denyut
kemampuan nadi sebesar 15
pasien dalam denyut/menit
berorentasi menunjukan adanya
terhadap ruang, defisiensi volume
cairan.

6
7

waktu dan  Berikan  O


orang. oral higien minimal 2 kali/hari . ral higiene menurunkan
 P rasa tidak enak pada
asien mampu mulut dan
menjelaskan memrangsabng sensasi
ukuran yang haus .
dipakai untuk  Berikan  P
mencegah air dan caiaran kepada pasien emberian intake peroral
hilangnya (pembagian selama 24 jam [mis membantu
caiaran 1200 ml sehari, 1200 ml siang, mempertahankan
 M 800, sore dan 200 malam]). balance cairan.
enjelaskan  Jika  I
gejala yang pasien membutuhkan cairan V isotonik, NaCl 0,9%
mengindikasika penganti , pertahankan dan RL dapat
n harus pemasukan lewat iv, set tetesan menggantikan volume
berkonsultasi infus yang seseuai, dan cairan
dengan pemberi pertahankan jumlah tetesan
perawatan infus yang sesuai. .

Daftar Pustaka:
a. Alwi et al 2000. Pedoman Diagnostik dan Terapi di Bidang Penyakit Dalam.
FK UI. Jakarta.
b. Joanne et al, Nursinbg Intervention Calsification, Mosby, USA
c. Jong at al, 1977, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
d. Nanda. 2004. Nursing Diagnosis A Guide to Planning Care. Down load from
www.Us.Elsevierhealth.
e.. Swearingen. 2001. keperawatn Medikal Bedah. EGC. Jakarta
l

7
8

Anda mungkin juga menyukai