Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

KMB 1

‘TERAPI INTRAVENA’

DISUSUN OLEH :

SITI NABILA

2020242035

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021/2022
TERAPI INTRAVENA

1. Pengertian Terapi Intravena

Terapi intravena adalah terapi yang bertujuan untuk mensuplai cairan melalui vena ketika
pasien tidak mampu mendapatkan makanan, cairan elektrolit lewat mulut, untuk menyediakan
kebutuhan garam untuk menjaga kebutuhan cairan, untuk menyediakan kebutuhan
gula(glukose/dekstrosa) sebagai bahan bakar untuk metabolisme, dan untuk menyediakan
beberapa jenis vitamin yang mudah larut melalui intravena serta untuk memberikan medium
untuk pemberian obat secara intravena.(Aryani, et. Al. 2009).

2. Tujuan Terapi Intravena


Tujuan dari terapi cairan intravena ini adalah :

- Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,


vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang mana sudah tidak dapat dipertahankan
secara adekuat melalui pemberian oral.
- Memperbaiki keseimbangan asam dan basa.
- Memperbaiki volume komponen-komponen darah.
- Menyediakan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh.
- Memonitor tekanan vena sentral (CVP).
- Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan diistirahatkan yang bisa disebabkan
karena gangguan penyakit atau cedera.
3. Prinsip Terapi Intravena

Terapi intravena adalah metode untuk memberikan cairan obat secara langsung ke dalam
vena. Karena menggunakan drip chamber atau ruang tetes, infus seringkali diistilahkan sebagai
tetesan. Sedangkan obat yang masuk melalui intravena disebut obat khusus. Terapi intravena
mengirim dua jenis cairan, kristaloid dan koloid.

4. Komplikasi terapi intravena


Meski tindakan ini cukup aman dilakukan, tapi efek samping yang mungkin timbul dari
penggunaan intravena adalah:
- Infeksi pada area suntikan.
- Merusak pembuluh darah pada area suntikan.
- Emboli udara (terbentuknya gelembung udara pada jantung dan paru-paru yang dapat
menghambat aliran darah.
- Pembekuan darah.
5. Alat dan Bahan
1) Infus set
2) Abocath
3) Cairan infus
4) Tornikuet/tensimeter
5) Kapas alkohol
6) Kasa steril
7) Betadin salep
8) plester, gunting,
9) spalk dan pembalut kalau perlu
10) tiang infus
11) perlak kecil dan alasnya

6. petunjuk umum
- panduan singkat pemilihan vena
 pilih vena diatas area fleksi
 guakan vena kaki jika vena tangan tidak bias diakses
 pilih vena yang mudah diraba
 gunakan vena distanatal untuk pilihan pertama
- hindari memilih
 vena yang nyeri palpasi
 vena yang tidak stabl
 vena yang mudah pecah
 venak yang berbelok-belok
 vena dorsla yang rapuh
 vena yang rusak karna insersi sebelumnya(karna flebitis, inflitrasi,
sklerosis)
- cara memunculkan vena
 mengurut ekstremitas dari distal ke proksimal dibawah tempat fungsi
vena
 meminta klien menggemgam dan membuka secara bergantian
 ketuk ringan diatas vena
 gunkan turniket sedikitnya 5-15 cm diatas tempat yang akan diinsersi,
kencangkan torniket
 beri kompres hanagt terhadap ekstremitas selama beberapa menit
7. Keselamatan kerja

Tingkat risiko bahaya pemberian terapi intravena adalah tertusuk jarum, berada pada level risiko
besar. Pengendalian yang sudah di lakukan manajemen Rumah Sakit adalah penyediaan APD
perlengkapan keamanan saat melakukan injeksi / pemberian obat langsung ke intravena.

8. Tahap Kerja
1) Pertama lakukan verifikasi order yang ada untuk terapi IV.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien.
3) Pilih vena yang layak untuk dilakukan venipuncture.
a) Bagian belakang tangan - vena metakarpal. Jika memungkinkan jangan lakukan pada
vena digitalis.
 Keuntungan dilakukannya venipuncture diisi ini adalah
memungkinkan lengan bergerak bebas.
 Jika kemudian timbul masalah pada sisi ini, gunakan vena lain diatasnya.
b) bLengan bawah - vena basilica atau cephalica.
c) Siku bagian dalam - fossa antecubital - median basilic dan median cephalic untuk infus
jangka pendek.
d) Ekstermitas bawah.
 1Kaki - vena pleksus dorsum, arkus vena dorsalis, vena medikal marginalis.
 2Mata kaki - vena saphena magma.
e) Vena sentralis digunakan:
Jika obat dan infus hipertonik atau sangat mengiritasi, membutuhkan kecepatan, dilusi
volume yang tinggi untuk mencegah reaksi sistemik dan kerusakan vena lokal ( misal:
kemoterapi, hiperalimentasi).

Aryani, R., dkk., (2009). Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar

Kebutuhan Dasar Manusia. Diakses dari

https://journal.unigres.ac.id/index.php/JNC/article/view/406/329

Bangun, A. V. (2009). Faktor- Faktor Metodologi. Diakses dari

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124557TESIS0651%20Arg%20N09f-

Faktor-faktor-Metodologi.pdf

Brunnert, A S., Suddart. 2010. Peripheral Teflon Catheters: Factors Determining

Incidence Of Phlebitis And Duration Of Cannulation. Infection Control

Hospital Epidemiology, 23(5): page 249-253. Diakses dari

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12026149
Darmawan.(2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Depkes, Permenkes RI, No. 269/MenKes/Per/III/2008, Tentang Rekam Medis.

(Jakarta: Depkes RI. 2008)

Faidah, N., Izzah, Linailil. (2013). Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kejadian

Phlebitis Pasca Pemasangan Infus di Ruang Rawat Inap RSUD Sunan

Kalijaga Demak. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat, Vol. 2,

No. 1 - Maret, 2013. Diakses dari:

http://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/stikes/article/view/1

4/15

Fitriyanti, Sepvi. (2015). Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Phlebitis di

Rumah Sakit Bhayangkara TK II. H.S. Samsoeri Mertjoso Surabaya. Jurnal


Berkala Epidemiologi, Vol. 3, No. 2 Mei 2015: 217–229. Diakses dari:

http://repository.unair.ac.id/22694/

Gayatri, D., & Handayani, H. (2008). Hubungan Jarak Pemasangan Terapi dari

Persendian Pamasangan Waktu Terjadinya Phlebitis. Jurnal Keperawatan

Indonesia, 11 (1), 1–5. Diakses dari:

http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/178/320

Anda mungkin juga menyukai