Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMASANGAN INFUS

RSUD RADEN MATTAHER

Disusun Oleh:

Lusi Fransiska

NIM. PO71202230072

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PRODI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


A. Definisi
Pemasangan infus adalah pemberian srjumlah cairan ke dalam tubuh
melalui jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan cairan atau zat-zat yang ada dalam tubuh.

Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam


tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik)
untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh yang
mengalami gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.

Infus merupakan salah satu produk kesehatan yang bermanfaat


untuk menggantikan zat makanan di dalam tubuh berupa cairan yang
langsung ditransfusikan ke dalam tubuh melalui saluran pembuluh
darah. Infus berperan penting dalam dunia kesehatan karena semua
rumah sakit menggunakan produk ini untuk suplai zat makanan ke
dalam tubuh pasien. Sehingga pasien mendapatkan nutrisi makanan,
meskipun pasien tidak makan. Oleh karena itu cairan infus berperan
penting dalam kelangsungan hidup pasien.

B. Tujuan Pemasangan Infus

1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air,


elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral.
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa
3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
5. Memonitor tekan vena central (CVP)
6. Memberikan nutrisi pada sistem pencernaan diistirahatkan

C. Indikasi
Keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah:
1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah)
2
2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah)
3. Fraktur tulang, khususnya di pelvis (panggul)
4. Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi
5. Diare dan demam
6. Luka bakar luas
7. Semua trauma kepala, dada dan tulang punggung

3
D. Kontra Indikasi
Pada pemasangan infus melalui jalur pembuluh darah vena:
1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan
infus.
2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan
digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada
tindakan hemodialisis (cuci darah).
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang
aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

E. Jenis Cairan Infus


1. Cairan Hipotonik
Osmolaritas nya lebih rendah dibanding serum (konsentrasi ion Na+
lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan
menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah
dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi
sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi,
misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga
pada pasien hipeglikemia (kasar guladarah tinggi).
2. Cairan Isotonic
Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian
cair dari komponen darah), sehingga terus berada didalam pembuluh
darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan
cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun) memiliki risiko
terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal
jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-laktat
(RL) dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%)
3. Cairan Hipertonik
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh

4
darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin,
dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan
cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose
5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan
albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
a. Kristaloid:
bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah
volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah
dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang
memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam
fisiologis.
b. Koloid:
ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga
tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam
pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik
cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan
steroid.

F. Macam-macam Jenis Infus


1. Asering
Indikasi
:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi:
gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok
hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

G. Lokasi Pemasangan Infus


1. Pada lengan
a. Vena mediana cubiti / vena sefalika
b. Vena Basilika
2. Pada tungkai
a. Vena Saphenous
5
3. Pada leher
a. Vena Jugularis
1. Pada kepala
a. Vena Frontalis
b. Vena Temporali

6
H. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Infus
Pengertian kegiatan memasang akses intra vena dengan menusukkan
IV canula kedalam pembuluh darah vena.
Melepas infus adalah kegiatan melepas akses intra vena
dengan mencabut IV canule dari dalam pembuluh darah.

Tujuan 1. Untuk rehidrasi cairan yang hilang


2. Memudahkan pemberian premedikasi narkosa
3. Memberikan tranfusi darah
4. Mntuk memasukkan obat yang diperlukan
.

Komplikasi ,1.masalah lokal: Tromboplebitis (infeksi pada vena) dan


pembengkakan disisi injeksi (akibat keluarnya cairan kedalam
jaringan). Jika masalah ini terjadi, jarum harus dilepas dan
diinfus ulang pada vena yang lain.
2. Masalah umum:
a. Septikemia (infeksi pada darah): infeksi ini dapat dicegah
dengan menggunakan jarum, selang dan infus intravena
steril.
b. Kelebihan beban sirkulasi (overload circulatory): cairan
intra vena yang diberikan terlalu banyakdan terlalu cepat
dapat menyebabkan gagal jantung dan paru- paru.
(WHO, 2002)

Prosedur A. PERENCANAAN
Persiapan alat :

1. Alat Pelindung Diri (APD)


2. Seperangkat infus set steril
3. Cairan yang diperlukan
4. Kain kasa steril dalam tempatnya (jika diperlukan)
5. Kapas alkohol dalam tempatnya/alcohol swab
6. Plester

7
7. Gunting verband
8. Bengkok (neirbekken)
9. Infus set lengkap dengan gantungan botol (kolf)
. 10. erlak kecil dan alas
. 11. Tali pembendung (tourniquet)
.12. Alat tulis ( untuk dokumentasi)

B. PENATALAKSAAN

1. Lakukan identifikasi pasien


2. Jelaskan tentang tujuan dan prosedur tindakan.
3. Minta kesediaan pasien/keluarga untuk menandatangani
formulir persetujuan tindakan.
4. Dekatkan alat yang akan digunakan
5. Hubungkan infus set pada cairan infus, isi tabung reservoir
infus dan alirkan cairan hingga tidak ada udara pada infus set
Pilih vena yang akan dilakukan penusukan IV canule:
a. Bila akses diekstremitas, lakukan bendungan pada
daerah vena bagian atas dari vena yang akan
dilakukan penusukan.
b. Bila akses dibagian kepala, tidak dilakukan
bendungan pada daerah vena.
6. Cuci tangan sesuai SPO kebersihan tangan
7. Pakai APD sesuai kebutuhan.
8. Desinfeksi daerah yang akan dilakukan penusukan dengan
arah melingkar/satu kali apusan dengan kapas alkohol/alcohol
swab.
. 9. Tusukkan jarum IV canule dengan mata jarum menghadap
keatas dan lihat apakah ada darah yang keluar atau tidak di
indikator IV canule
. 10. Bila tidak berhasil, lakukan penusukan ulang sampai
berhasil dengan tetap memperhatikan kondisi pasien (bila perlu
ada penggantian petugas)
. 11. Jika indikator IV canule sudah terlihat darah, tarik jarum
sedikit-sedikit masukan canule sampai pangkal Canule dan
sambungkan ke infus set dan buka bendungan.

8
. 12. Buka pengatur tetesan infus, hitung tetesan infus seuai
kebutuhan.
. 13. Fiksasi IV canule dengan transparan IV dressing dengan
mencantumkan identifikasi (Nama pemasang, nama ruangan,
waktu pemasangan; tanggal dan jam), bila kurang kuat boleh
difiksasi dengan plester/pesangan spalk untuk anak dengan
tidak menutupi area penusukan.
. 14. Rapikan pasien dan alat-alat yang sudah digunakan.
. 15.Buang sampah benda tajam kedalam sampah benda
tajam/safety box.
. 16. Buang alkohol swab ke tempat sampah medis benda non
tajam.
. 17. Buang sampah plastik dan kertas ke tempat sampah umum
. 18. Lepaskan APD dan buang ke tempat sampah medis.
. 19. Cuci tangan sesuai SPO kebersihan tangan
. 20. Dokumentasikan dalam simkep atau berkas rekam medis.

Unit Terkait Keperawatan dan dokter.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiyati, Yuni, 2007. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan, Yogyakarta :


Fitramaya
http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation

http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=9348
http://dying.about.com/od/glossary/g/NG_tube.htm
http://www.southtees.nhs.uk/UseFiles/pages/2249.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai