Anda di halaman 1dari 79

KONSEP TEORI PEMBERIAN INFUS

Cairan dan elektrolit sangat berguna mempertahankan fungsi tubuh


manusia.kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan
tingkat usia seseorang, seperti bayi yang mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda
dengan usia dewasa. Bayi mempunyai tingkat metaboisme air lebih tinggi mengingat
permukaan tubuh yang relative luas dan persentase air tubuh lebih tinggi dibandingkan
dengan orang dewasa. Kebutuhan cairan sangat diperukan tubuh dalam mengangkut zat
makanan kedalam sel,sisa metabolisme, sebagai pelarut elektrolit, memelihara suhu
tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan. Disamping kebutuhan
cairan elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida, dan fosfat) sangat penting untuk
menjaga keseimbangan asam basa, konduksi syaraf, kontraksi muskuklar dan
osmolalitas.

Pemberian cairan infuse dapat diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran
cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesterilan mengingat lansung
berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan melalui infuse dengan
memasukan kedalam vena (pembuuh darah pasien) diantaranya vena lengan : vena
Sefalika basilica, dan mediana kubiti. Pada tungkai : Vena safena, temporalis frontalis
khusus untuk anak-anak.

Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk
memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien (Darmawan, 2008).

Sementara itu menurut Lukman (2007), terapi intravena adalah memasukkan


jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untukdilewati cairan infus /
pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke dalam tubuh
melalui vena dalam jangka waktu tertentu. Tindakan ini sering merupakan tindakan life
saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu
keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar
tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asambasa.

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
1
Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intravena adalah mempertahankan
atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air,elektrolit, vitamin, protein, lemak
dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan mencegah
gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan
tranfusi darah, menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan membantu
pemberian nutrisi parenteral.

Menurut Perry dan Potter (2005), keuntungan dan kerugian terapiintravena adalah

a. Keuntungan

Keuntungan terapi intravena antara lain : Efek terapeutik segera dapat tercapai
karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat,absorbsi total
memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan, kecepatan
pemberian dapat dikontrol sehingga efekterapeutik dapat dipertahankan maupun
dimodifikasi, rasa sakit daniritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau
subkutan dapat dihindari, sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain
karena molekul yang besar,iritasi atau ketidak stabilan dalam traktus gastrointestinalis.

b. Kerugian

Kerugian terapi intravena adalah : tidak bisa dilakukan drug recalldan


mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dansensitivitas tinggi, kontrol
pemberian yang tidak baik bisamenyebabkan speed shock dan komplikasi tambahan
dapat timbul,yaitu : kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalamperiode
tertentu, iritasi vascular, misalnya flebitis kimia, daninkompabilitas obat dan interaksi
dari berbagai obat tambahan.

c. Lokasi Pemasangan Infus

Menurut Perry dan Potter (2005), tempat atau lokasi vena periferyang sering
digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisialatau perifer kutan terletak di
dalam fasia subcutan dan merupakan aksespaling mudah untuk terapi intravena. Daerah
tempat infus yangmemungkinkan adalah permukaan dorsal tangan (vena

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
2
supervisialdorsalis, vena basalika, vena sefalika), lengan bagian dalam (venabasalika,
vena sefalika, vena kubital median, vena median lengan bawah,dan vena radialis),
permukaan dorsal (vena safena magna, ramus dorsalis).

d. Jenis cairan intravena

Berdasarkan osmolalitasnya, menurut Perry dan Potter, (2005) cairan intravena


(infus) dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Cairan bersifat isotonis : osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati
serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam
pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi
(kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki
risiko terjadinya overload (kelebihan
cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normalsaline/larutan garam
fisiologis (NaCl 0,9%).
b. Cairan bersifat hipotonis : osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum
(konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum),sehingga larut dalam
serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam
pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya(prinsip cairan berpindah dari
osmolaritas rendah ke osmolaritas
tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan
sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah(dialisis) dalam terapi
diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadargula darah tinggi) dengan
ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang
membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah
ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.
Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
c. Cairan bersifat hipertonis : osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel kedalam pembuluh
darah.Mampu menstabilkan tekanan darah,meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak).Penggunaannya kontradiktif dengan cairan
hipotonik

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
3
Prosedur pelaksanaan pemasangan infus

Informed Consent
1. Menyapa dan mengucapkan salam kepada pasien /keluarga
2. Memperkenalkn diri pada pasien/ keluarga
3. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan.
4. Memperjelas tujuan tindakan
5. Minta persetujuan secara lisan kepada pasien atau keluarga tentang tindakan
yang akan dilakukan

Persiapan Alat
1. Baki yang telah dialasi
2. Perlak dan pengalasnya
3. Tiang Infus
4. Bengkok
5. Sarung Tangan/handscoon
6. Torniquet
7. Kapas alkohol dalam tempatnya
8. Cairan infus
9. Infus set
10. Abbocath
11. Plester/hipafik
12. Kassa steril
13. Gunting plaster
14. Jam tangan
15. Lembar catatan
16. Waskom berisi larutan chlorin 0,5 %

Persiapan Lingkungan
1. Minta keluarga pasien menunggu di luar
2. Tutup jendela, pasang sampiran, dan nyalakan lampu

Persiapan Perawat:
Cuci tangan sampai siku dengan sabun dan air mengalir, lalu keringkan dengan
tisue, handuk atau alat pengering

Persiapan Pasien:

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
4
1. Atur posisi pasien sesuai dengan lokasi yang akan dipasang infus dengan
senyaman mungkin, pasien yang gelisah /tidak tenang sebaiknya diikat kaki dan
tanganya, dan pasang restrain.
2. Pasang perlak dan pengalas di bawah lokasi yang akan dipasang infus

Pelaksanaan Tindakan
1. Periksa cairan infus dengan prinsip 5 benar: warna, kejernihan, tanggal
kadaluarsa, observasi adanya kebocoran
2. Buka set infus dengan mempertahankan sterilitas kedua ujungnya
3. Gantungkan Flabot/Botol infus pada tiang infus
4. Atur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan tutup klem yang ada pada
saluran infuse

5. Tusukkan pipa saluran infus ke dalam botol cairan dan bilik drip diisi setengah
dengan cara memencet badan bilik drip
6. Buka klem dan alirkan cairan keluar sehingga tidak ada udara pada selang infus

lalu tutup kembali klem


7. Cari dan pilih vena yang akan dipasang infus
8. Letakkan turniquet 10 -12 cm diatas tempat yang akan ditusuk ( bila
pemasangan infus pada daerah ekstremitas )
9. Desinfeksi daerah pemasangan dengan kapas alkohol 70%, secara sirkuler
10. Tusukan jarum abbocath ke vena dengan lubang jarum dengan mengghadap

keatas ( bila berhasil darah akan keluar dan dapat dilihat pada pipa abbocath)
11. Dorong pelan-pelan abbocath masuk ke dalam vena sambil menarik pelan-pelan

jarum abbocath hingga semua plastik abbocath masuk semua ke dalam vena
12. Sambungkan segera abbocath dengan selang infus
13. Lepaskan torniquet dan longgarkan klem untuk melihat kelancaran tetesan
14. Bila tetesan sudah lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit dengan plester
15. Atur tetesan sesuai kebutuhan
16. Tutup tempat jarum atau tempat tusukan dengan kasa steril, kemudian lakukan
fiksasi
17. Atur letak anggota badan yang dipasang infus supaya tidak digerak gerakkan

agar jarum infus tidak bergeser dan bila perlu pasang spalk
18. Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
19. Lepaskan sarung tangan ( sebelumnya cuci tangan yang menggunakan sarung
tangan dalam laritan chlorin 0,5%), rendam sarung tangan dalam larutan chlorin
selama 10menit
20. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih
21. Dokumentasikan tindakanyang telah dilakukan

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
5
PEMASANGAN NASO GASTER TUBE (NGT)

Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang
sangat penting. Naso Gastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukan
melalui hidung sampai kelambung, sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan
obat-obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan cair
dan obat-obatan secara oral. juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi lambung
dengan cara di sedot.
NGT sering digunakan untuk menghisap lambung juga digunakan untuk
memasukan obat-obatan dan makanan. NGT ini hanya digunakan dalam waktu yang

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
6
singkat (Metheny dan Titler.2001). Memasang NGT adalah melakukan pemasangan
selang (Tube) dari rongga hidung kedalam lambung /gaster (Asmadi, 2008)

Nasogastric terdiri dari dua kata, dari bahasa yunani. Naso adalah suatu kata yang
berhubungan dengan hidung dan berasal dari bahasa latin nasus untuk hidung atau
moncong hidung. Gastric berasal dari bahasa yunani Gaster yang artinya the paunch
(perut gendut) atau yang berhubungan dengan perut. Istilah nasogastric bukan istilah
kuno melainkan sudah disebut pada tahun 1942 (Metheny dan titler, 2001).

Pada bayi baru lahir selang lambung dapat dipasang melalui suatu lubang hidung
atau dimulut. Pasang selang melalui hidung jika bayi bernafas secara teratur dengan
menggunakan selang terkecil yang tersedia. Pasang selang melalui mulut jika selang
dibutuhkan untuk drainase lambung untuk pemberian makan bayi yang mengalami
kesulitan bernafas, jika hanya tersedia selang yang ukurannya relatif besar.

Tujuan Pemasangan NGT


a. Memasukan makanan cair atau obat-obatan cair
b. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang terdapat pada lambung
c. Mengirigasi karena pendarahan untuk keracunan dalam lambung

d. Mencegah dan mengurangi nausea dan vomiting setelah pembedahan atau


trauma

e. Mengambil spesimen pada lambung untuk pemeriksaan diagnostik

Indikasi Pemasangan NGT

a. Tidak sadar

b. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas misalnya stenosis esofagus


tumor mulut atau faringesofagus
c. Pasien yang tidak dapat makan melalui mulut

d. Pasien ileus atau peritonitis, trauma abdomen untuk dikompresi

e. Pasien perdarahan lambung atau bilas lambung

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
7
Pemasangan pada hidung dilakukan pada pasien dengan pernafasan reguler
dengan menggunakan sonde yang berukuran kecil, sedangkan pada pasien yang
mengalami pernafasan ireguler biasanya dipasang melalui mulut dengan ukuran yang
lebih besar.

Prosedur pemasangan Naso Gaster Tube (NGT)

Informed Consent
1. Menyapa dan mengucapkan salamkepada pasien /keluarga
2. Memperkenalkan diri pada pasien/ keluarga
3. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
4. Memperjelas tujuan tindakan
5. Minta persetujuan secara lisan kepada pasien atau keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan

Persiapan Alat
1. Sarung tangan bersih
2. Spuit 20 cc steril
3. Plester
4. Bengkok
5. Gunting verban
6. Tissue
7. Stetoskop
8. Kertas lakmus
9. Selang NGT steril
Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
8
10. Makanan cair
11. Jelly
12. Waskom berisi larutan chlorin 0,5%

Persiapan Lingkungan
1. Minta keluarga pasien menunggu di luar
2. Tutup jendela, pasang sampiran, dan nyalakan lampu

Persiapan Perawat:
Cuci tangan sampai siku dengan sabun dan air mengalir, lalu keringkan dengan
tisue, handuk atau alat pengering

Persiapan Pasien:
Atur posisi pasien dengan semi fowler

Pelaksanaan Tindakan
1. Siapkan alat dan bahan secara ergonomis
2. Pasang perlak pengalas di dada pasien
3. Bersihkan daerah hidung dengan menggunakan lidi kapas
4. Buka kemasan steril NGT dan taruh dalam bak instrumen steril
5. Pakai sarung tangan steril
6. Ukur panjang selang dengan cara pegang ujung akhir selang setinggi ujung
sternum (Xifisternum) atau prosecus xipoidius (PX), ukur sampai kehidung
kemudian belok ketelinga dan beri tanda pada selang
7. Licinkan ujung pipa dengan air dan bagian pangkal pipa diklem dulu atau
licinkan dengan jeli.
8. Masukan NGT perlahan lahan sambil pasien disuruh menelan (bila pasien
sadar) bila terasa ada tahanan, hentikan dan coba melalui lobang hidung satunya.
9. Periksa apakah selang NGT benar benar masuk lambung dengan cara kom
berisi air, klem dibuka jika ternyata sonde masuk lambung, tandanya tidak ada
gelembumg udara yang keluar, sebaliknya jika ada gelembung udara yang keluar
banyak dan berentetan, hal ini menandakan sonde masuk ke dalam paru paru,
maka cabut segera sonde.
10. Hisap isi lambung sedikit dengan spuit ( pada pasien yang sangat payah atau
pada BBLR bila cairan lambung reaksi asam berarti posisi sudah tepat. Warna

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
9
kertas lakmus yang semula biru akan berubah menjadi merah bila cairan yang
keluar adalah asam lambung
11. Masukan udara dengan spuit 23 cc ke dalam lambung sambil mendengarkan
dengan stetoskop. Bila terdengar bunyi berarti posisi sudah benar kemudian
udara dikeluarkan kembali dengan menarik spuit. Prosedur ini hanya dilakukan
dengan udara, jangan pernah menggunakan air, karena ditakutkan selang
tersebut berada di paruparu.
12. Pasang spuit atau corong pada pangkal pipa bila sudah yakin pipa masuk
lambung.
13. Ambil makanan cair sesuai dosis yang sudah ditentukan kemudian masukkan
perlahanlahan.
14. Klem dulu pipa setelah cairan habis, dan hisap kembali cairan dengan spuit.
15. Tinggikan pangkal pipa apabila cairan tidak lancar. Bila pasien perlu minum
obat, larutkan obat dan diberikan sebelum makanan habis.
16. Bilas pipa dengan air masak dan pangkal pipa segera di klem atau di tutup
17. Lekatkan pipa dengan plester di pipi bila NGT dipasang dalam waktu
lama/permanen
18. Bereskan alat dan rapikan pasien
19. Lepaskan sarung tangan (sebelumnya cuci tangan yang menggunakan sarung
tangan dalam laritan chlorin 0,5%), rendam sarung tangan dalam larutan chlorin
selama 10menit
20. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih
21. Dokumentasikan tindakanyang telah dilakukan

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
10
PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

a. Pengertian
Adalah merawat pasien yang baru saja meninggal ditujukan untuk
membersihkan dan merapikan jenazah, memberikan penghormatan terakhir kepada
semua insani, memberi rasa puas

Perubahan tubuh setelah kematian Rigor mortis (kaku) dapat terjadi sekitar 2-4
jam setelah kematian, karena adanya kekurangan ATP (Adenosin Trypospat) yang
tidak dapat disintesa akibat kurangnya glikogen dalam tubuh. Proses rigor mortis
dimulai dari organ-organ involuntery, kemudian menjalar pada leher, kepala, tubuh
dan bagian ekstremitas, akan berakhir kurang lebih 96 jam setelah kematian. Algor
mortis (dingin), suhu tubuh perlahan-lahan turun 1 derajat celcius setiap jam sampai
mencapai suhu ruangan. Post mortem decompotion, yaitu terjadi livor mortis (biru
kehitaman) pada daerah yang tertekan serta melunaknya jaringan yang dapat
menimbulkan banyak bakteri. Ini disebabkan karena sistem sirkulasi hilang,
darah/sel-sel darah merah telah rusak dan terjadi pelepasan HB.

b. Pendampingan Pasien Sakaratul Maut


Definisi Perawatan pasien yang akan meninggal dilakukan dengan cara member
pelayanan khusus jasmaniah dan rohaniah sebelum pasien meninggal.

Tujuan
a. Memberi rasa tenang dan puas jasmaniah dan rohaniah pada pasien dan
keluarganya
b. Memberi ketenangan dan kesan yang baik pada pasien disekitarnya.
c. Untuk mengetahui tanda-tanda pasien yang akan meninggal secara medis bisa
dilihat dari keadaan umum, vital sighn dan beberapa tahap-tahap kematian

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
11
Prosedure perawatan Jenazah

Informed Consent
1. Menyapa dan mengucapkan salam kepada pasien/keluarga
2. Memperkenalkan pada keluarga
3. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
4. Memperjelas tujuan tindakan
5. Minta persetujuan secara lisan kepada pasien atau keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan

Persiapan Alat
1. Celemek
2. Kapas
3. Pakaian pasien bersih
4. Penutup atau selimut
5. Verbant
6. Plester
7. Gunting verban
8. Label /formulir jenazah
9. Sarung tangan
10. Bengkok
11. Tempat pakaian kotor/ember
12. Waslap
13. Waskom air bersih

Persiapan Lingkungan
1. Minta keluarga pasien menunggu di luar
2. Tutup jendela, pasang sampiran, dan nyalakan lampu

Persiapan Perawat
Cuci tangan sampai siku dengan sabun dan air mengalir, lalu keringkan dengan
tisue, handuk atau alat pengering
Pelaksanaan Tindakan
1. Memakai celemek
2. Siapkan alat dan bahan secara ergonomis
3. Menggunakan sarung tangan bila perlu

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
12
4. Membersihkan jenazah dan mengganti pakaian dengan pakaian bersih atau
ditutup
5. Meletakkan tangan jenazah menurut agama yang bersangkutan
6. Merapatkan kelopak mata dan menutup lobang- lobang pada tubuh ( hidung,
telinga)
7. Merapatkan mulut dengan cara mengikat dagu ke kepala dengan verband
8. Merapatkan kedua kaki, dengan cara kedua pergelangan kaki diikat dengan
verband
9. Menutup jenazah dengan kain penutup mayat
10. Mengisi lengkap formulir jenazah (nama, jenis kelamin, tanggal/jam, meninggal,
asal ruangan dan lain-lain)
11. Mengikatkan label pada kaki jenazah
12. Membawa jenazah

PEMBERIAN OBAT

1. Pengertian

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
13
Obat adalah suatu zat yang diberikan pada manusia, hewan untuk mendiagnosa,
mencegah dan mengobati penyakit

Pemberian obat dibagi menjadi :


a. Pemberian obat secara oral
Adalah memberikan obat melalui mulut
Tujuan :
Menyediakan obat yang memiliki efek lokal atau sistemik melalui saluran
gastrointestinal
Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit dan
jaringan
Menghindari pemberian obat yang dapat menyebabkan nyeri
b. Pemberian obat secara sublingual
Adalah pemberian obat dengan cara meletakkannya dibawah lidah sampai habis
diabsorbsi ke dalam pembuluh darah
Tujuan :
Memperoleh efek lokal dan sistemik
Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral
Menghindari kerusakan obat oleh hepar
c. Pemberian obat secara bukal
Pemberian obat dengan cara meletakkannya diantara gusi
d. Pemberian obat secara parenteral
Adalah pemberian obat melalui jaringan atau pembuluh darah dengan
menggunakan spuit.
Tujuan :
a. Mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara lain
b. Memperoleh reaksi setempat (tes alergi)
c. Membantu menegakkan diagnosis ( penyuntikan zat kontras)
d. Memberikan zat imunologi
Informed Consent
1. Menyapa dan mengucapkan keluarga
2. Memperkenalkan pada keluarga
3. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan.
4. Memperjelas tujuan tindakan
5. Minta persetujuan secara lisan kepada pasien atau keluarga tentang tindakan
yang akan dilakukan

Persiapan Alat
1. Pemberian obat secara oral
a. Baki atau Kereta dorong

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
14
b. Kartu atau buku pengobatan
c. Mangkuk sekali pakai untuk tempat obat
d. Pemotong obat/lumpang obat bila perlu
e. Gelas pengukur
f. Gelas air minum
g. Pipet & sendok
2. Pemberian obat secara sublingual
3. Pemberian obat secara bucal

Pelaksanaan Tindakan
a. Pemberian obat secara oral, sublingual dan bukal
1. Siapkan peralatan
2. Kaki kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral ( kemampuan menelan,
mual atau muntah, akan dilakukan pengisapan lambung, dan tidak terdapat bunyi
usus)
3. Periksa kembali order pengobatan (nama, obat,dosis,waktu, dan cara
pemberian), periksa tanggal kedaluarsaobat. Jira ada keraguan pada order
pengobatan, laporka pada perawat berwenang atau dokter
4. Ambil obat sesuai keperluan ( sesuai order)
5. Tuangkan tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan kedalam mangkuk
sekali pakai tanpa menyentuh obat
6. Jika klien mengalami kesulitan untuk menelan, gerus obat menjadi bubuk
dengan menggunakan lumpang penggerus. setelah itu campurkan dengan
menggunakan air atau makanan.
7. Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan dan
tanda tangan perawat.
8. Kembalikan alat yang dipakai dengan tepat dan benar
9. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klen ( biasanya 30 menit setelah
pemberian obat )

b. Pemberian obat secara parenteral


1. Injeksi Intradermal/intra cutan ( IC )
Pengertian :

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
15
Injeksi intradermal adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam jaringan dermis dibawah epidermis kulit dengan menggunakan spuit

Tujuan :
a) Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang disimpan dibawah kulit untuk
diabsorbsi
b) Metode untuk test diagnostik terhadap alergi atau adanya penyakit-penyakit
tertentu.

Tempat Injeksi :
a) Lengan bawah bagian dalam
b) Dada bagian atas
c) Pungung dibawah skapula

Persiapan alat :
a) Buku catatan pemberian obat
b) Kapas alkohol
c) Sarung tangan disposible
d) Obat yang disesuai
e) Spuit 1 ml
f) Pulpen/spidol
g) Baki dan alas
h) Bengkok

Pelaksanaan Tindakan
1. Cuci tangan
2. Siapkan obat sesuai prinsip 6 benar(benar obat, benar cara, benar dosis,
benar waktu, benar pasien, benar pendokumentasian).
3. Atur posisi yang nyaman
4. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa
gatal
5. Pakai sarung tangan

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
16
6. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan
gerakan sirkular dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm.
Tunggu sampai kering
7. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan nondominan
8. Buka tutup jarum
9. Tempatkan ibu jari tangan nondominan sekitar 2,5 cm dibawah
areapenusukan kemudina tarik kulit
10. Dengan ujung jarum menghadap keatas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 15 derajat.
11. Masukan obat perlahan-lahan, perhatikan adanya jendalan/gelembung
( jendalan harus terbentuk )
12. cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan.
13. usap pelan-pelan area penyuntikan dengan kapas alkohol ( jangan lakukan
masase pada area penusukan)
14. Buat lingkaran dengan diameter 2,5 cm disekitar jendalan dengan
menggunakan pulpen. Intruksikan klien untuk tidak menggosok area tersebut
15. Observasi kulit untuk mengetahui adanya kemerahan atau bengkak. Untuk
tes alergi, observasi adanya reaksi sistemik (misalnya sulitnya bernafas,
berkeringat dingin, pingsan, mual, dan muntah)
16. Atur posisi pasien.
17. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan lagi
18. Buka sarung tangan
19. Cuci tangan
20. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
21. Kaji kembali klien dan tempat injeksi setelah 5 menit, 15 menit dan
selanjutnya secara periodik.

2. Injeksi Sub Cutan ( SC )


Pengertian :
Injeksi subkutan adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
jaringan sub cutan dibawah kulit dengan menggunakan spuit
Tujuan :

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
17
Memasukkan sejumlah toksik atau obat pada jaringan subkutan dibawah kulit
untuk diabsorbsi
Tempat Injeksi :
1. Lengan atas bagian luar
2. Paha anterior
3. Daerah abdomen
4. Area skapula pada punggung atas
5. Daerah ventroguteal dan dorsogluteal bagian atas

Persiapan Alat :
1. Buku catatan pemberian obat
2. Kapas alcohol
3. Sarung tangan sekali pakai
4. Obat yang sesuai
5. Spuit 2 ml
6. Bak instrument
7. Kasa steril
8. Bengkok

Pelaksanaan Tindakan
1. Cuci tangan
2. Siapkan obat sesuai prinsip 6 Benar
3. Beritahu pasien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
4. Atur posisi pasien dengan nyaman
5. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekauan, peradangan, atau rasa gatal.
6. Pakai sarung tangan
7. bersihkan area penusukan dengan menggnakan kapas alkohol, dengan gerakan
sirkular dari arah dalam ke luar dengan diameter sekitar 5cm. Tungu sampai
kering
8. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan dominan
9. Buka tutup jarum

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
18
10. Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan nondominan
11. Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,
masukkan jarum dengan sudut 45 derajad atau dengan sudut 90 derajad (untuk
orang gemuk)
12. Lepaskan tarikan dengan tangan dominan
13. Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit
14. Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan
15. Jika ada darah :
tarik kembali jarum dari kulit
Tekan tempat penusukan selama 2 menit
Observasi adanya hematoma atau memar
Jika perlu berikan plaster
Siapkan obat yang baru, ulangi dari langkah no. 1, pilih area penusukan
yang baru
16. Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan , sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
17. Jika terdapat perdarahan, tekan area tersebut dengan menggunakan kasa steril
sampai perdarahanya berhenti
18. Kembalikan posisi pasien
19. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ketempatnya masing-masing
20. Buka sarung tangan
21. Cuci tangan
22. Dokumentasikan tindakan.

3. Injeksi Intra Vena ( IV )


Pengertian :
Injeksi intra vena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam
pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit.

Tujuan :

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
19
1. Memperoleh reaksi obat yang lebih cepat dibandingkan dengan injeksi
parenteral lainya
2. Menghindari kerusakan jaringan
3. Memasukkan obat dalam dengan volume besar
Tempat injeksi :
1. Pada lengan ( vena basilika & vena sefalika)
2. Vena Tungkai ( vena safena )
3. Vena leher ( vena jugular )
4. Vena kepala ( Vena temporalis & vena Frontalis

Persiapan Alat
1. Buku catatan pemberian obat
2. Kapas alkohol
3. Sarung tangan sekali pakai
4. Obat yang sesuai
5. Spuit 2-5ml
6. Bak instrumen
7. Plester/hipafik
8. Perlak pengalas
9. Torniket ( pembendung vena )
10. Kasa steril
11. Bengkok
Pelaksanaan Tindakan
1. Cuci tangan
2. Siapkan obat sesuai prinsip 5 benar
3. Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan
4. Pasang perlak pengalas
5. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
6. Letakkan torniket 15 cm diatas area penusukan
7. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan, atau rasa
gatal
8. Pakai sarung tangan

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
20
9. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas akohol, dengan gerakan
sirkular dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5cm. Tunggu sampai
kering
10. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah padda tangan nondominan
11. Buka tutup jarum
12. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan
dominan
13. Pegang jarum pada posisi 30 derajad sejajar vena yang akan ditusu, lalu tusuk
perlahan dan pasti
14. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum kedalam vena
15. Lakukan aspirasi dengan tangan dominan menahan barel dari spuit dna tangan
dominan menarik plunger
16. Observasi adanya darah pada spuit
17. Jika ada darah, lepaskan torniket dan masukkan obat pelahan-lahan
18. Keluarkan jarum dari pembulu vena dengan sudut yang sama ketika jarum
dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol
pada area penusukan
19. Tutup area penusukan dengan menggunkan kasa steril
20. Kembalikna posisi pasien
21. Buka sarung tangan
22. Cuci tangan
23. Dokumentasi tindakan
4. Injeksi Intra Muscular ( IM )
Pengertian :
Injeksi intramuskular ( IM) adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam jaringan otot dengan menggunakan spuit.

Tujuan :
Memasukkan sejumlah obat pada jaringan otot untuk diabsorbsi
Tempat Ijeksi :
1. Area ventrogluteal
2. Area dorsogluteal

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
21
3. Area vastus lateralis
4. Area deltoid
5. Area rektus femoris

Persiapan Alat :
1. Buku catatan pemberian obat
2. Kapas alkohol
3. Sarung tangan sekali pakai
4. Obat yang disesuai
5. Spuit 2-5ml
6. Bak instrumen
7. Plester/hipafik
8. Perlak pengalas
9. Torniket ( pembendung vena )
10 Kasa steril ( bila perlu )
11. Bengkok

Pelaksanaan Tindakan
1. Cuci tangan
2. Siapkan obat sesuai dengan prinsip 6 benar
3. Atur klien pada posisi yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan
4. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda lesi, kekakuan, peradangan, atau rasa
gatal
5. Pakai sarung tangan
6. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas akohol, dengan gerakan
sirkular dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5cm. Tunggu sampai
kering
7. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah padda tangan nondominan
8. Buka tutup jarum
9. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan
non dominan

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
22
10. Dengan cepat memasukkan jarum dengan sudut 90 derajad dengan tangan
dominan, masukkan sampai pada jaringan otot. Gunakan metode Z- track
11. Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger
12. Observasi adanya darah pada spuit
13. Jika tidak ada darah, masukkan obat perlahan-lahan
14. Jika terdapat darah :
Tarik kembali jarum dari kulit
Tekan tempat penusukan selama 2 menit
Observasi adanya hematoma atau memar
Siapkan kembali obat yang baru
15. Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan.
Sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area
penusukan.
16. Jangan memasase area injeksi
17. Jika terjadi perdarahan, tekan area tersebut dengan menggunakan kasa steril
sampai perdarahan berhenti
18. Kembalikan posisi klien
19. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi
20. Buka sarung tangan
21. Cuci tangan
22. Dokumentasikan tindakan
Transfusi Darah

1. Pengertian :
Pemberian darah dari kantong darah kedalam tubuh melalui pembuluh vena
2. Tujuan :
Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter.

3. Indikasi :
Perdarahan akut sampai Hb<8gr% atau Ht < 30% 2.Klien dengan penyakit kelainan
darah tertentu (misalnya anemia, leukemia)

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
23
4. Komplikasi:
1.Reaksi transfusi hemolitik a.Reaksi hemolitik ekstravaskuler b.Reaksi hemolitik
intravaskuler 2.Infeksi a.Bakteri (stapilokok, citobakter) b.Virus (hepatitis, AIDS,
CMV) c.Parasit (malaria) 3.Lain-lain Demam, urtikaria, anafilaksis, hiperkalemia,
asidosis

5. Jenis Donor Darah

Ada dua macam donor darah yaitu :


1. Donor keluarga atau Donor Pengganti adalah darah yang dibutuhkan pasien
dicukupi oleh donor dari keluarga atau kerabat pasien.

2. Donor Sukarela adalah orang yang memberikan darah, plasma atau komponen
darah lainnya atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau bentuk
pembayaran lainnya. Motivasi utama mereka adalah membantu penerima darah
yang tidak mereka kenal dan tidak untuk menerima sesuatu keuntungan.

6. Syarat Syarat Calon Donor Darah :


1. Umur 17 60 tahun
2. Berat badan 50 kg atau lebih
3. Kadar Hemogblin 12,5 g/dl atau lebih
4. Tekanan darah 120/140/80 100 mmHg
5. Nadi 50-100/menit teratur
6. Tidak berpenyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, kencing manis, penyakit

7. Tidak hamil, menyusui, menstruasi (bagi wanita)


8. Bagi donor tetap, penyumbangan 5 (lima) kali setahun.
9. Kulit lengan donor sehat.
10. Tidak menerima transfusi darah/komponen darah 6 bulan terakhir.
11. Tidak menderita penyakit infeksi ; malaria, hepatitis, HIV/AIDS.
12. Bukan pencandu alkohol/narkoba
13. Tidak mendapat imunisasi dalam 2/4 bulan terakhir.
14. Beritahu Petugas bila makan aspirin dalam 3 hari terakhir.

7. Proses Transfusi Darah


1. Pengisian Formulir Donor Darah.
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan golongan, tekanan darah dan hemoglobin darah.
3. Pengambilan Darah
Apabila persyaratan pengambilan darah telah dipenuhi barulah dilakukan
4. Pengelolahan Darah
Beberapa usaha pencegahan yang di kerjakan oleh PMI sebelum darah
diberikan kepada penderita adalah penyaringan terhadap penyakit di antaranya :

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
24
a. Penyakit Hepatitis B
b. Penyakit HIV/AIDS
c. Penyakit Hipatitis C
d. Penyakit Kelamin (VDRL)
Waktu yang di butuhkan pemeriksaan darah selama 1-2 jam
5. Penyimpanan Darah
Darah disimpan dalam Blood Bank pada suhu 26 derajat celcius.

Darah ini dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen seperti :


PRC,Thrombocyt,Plasma,Cryo precipitat

8. Pengambilan Darah
1. Oleh petugas yang berwenang.
2. Menggunakan peralatan sekali pakai.
3. 250-350 ml, tergantung berat badan.
4. Mengikuti Prosedur Kerja Standar.
5. Informed Consent : Darah diperiksa terhadap IMLTD (Infeksi Menular
Lewat Transfusi Darah) ; Hepatitis B, Hepatitis C, HIV, Sifilis).

Persiapan alat :
Perlak dan pengalas
Standar infus
Transfusi set
Larutan NaCL 0,9%
Bak instrumen berisi pinset anatomis dan sirugis, dan kasa steril
Kapas alkohol
Handscoon steril

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
25
Betadin
Torniket
Bengkok
Produk darah yang benar sesuai dengan program medis.
Kom berisi betadin
Sampiran
Plester

Informed consent
Menyapa/Mengucapkan Salam Kepada Pasien Dan Keluarga
Memperkenalkan Diri Kepada Pasien/Keluarga
Memberitahu Tindakan Yang Akan Dilakukan
Menjelaskan Tujuan Tindakan
Minta Persetujuan Secara Lisan Kepada Pasien/Keluarga Tentang Tindakan
Yang Akan Dilakukan

Persiapan lingkungan
Meminta Keluarga Pasien Untuk Menunggu Di Luar
Tutup Pintu Dan Jendela, Pasang Sampiran, Nyalakan Lampu
Persiapan perawat

(Perawat Cuci Tangan)

Persiapan pasien
Bebaskan daerah yang mau dipasang infus dari pakaian dan atur posisi pasien
sesuai dengan tempat pemasangan infus

Prosedur tindakan :
1. Gantungkan NaCl 0,9% untuk digunakan sebelum dan setelah tranfusi darah
2. Gunakan tranfusi set (selang infus yang mempunyai filter)

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
26
3. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% terlebih dahulu sebelum pemberian
transfusi darah 100 cc
4. Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa identifikasi
kebenaran produk darah: periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa
kesesuaian dengan identitas pasien, periksa kadaluarsa, dan periksa adanya
pembekuan.
5. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama,
dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya.
6. Setelah darah diinfuskan, bersihkan selang dengan NaCl 0,9% 100 cc
7. Catat tipe, jumlah, dan komponen darah yang diberikan.
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
9. Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.
10. Gantungkan NaCl 0,9% untuk digunakan sebelum dan setelah tranfusi darah
11. Gunakan tranfusi set (selang infus yang mempunyai filter)
12. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% terlebih dahulu sebelum pemberian
transfusi darah 100 cc
13. Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa identifikasi
kebenaran produk darah: periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa
kesesuaian dengan identitas pasien, periksa kadaluarsa, dan periksa adanya
pembekuan.
14. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama,
dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya.
15. Setelah darah diinfuskan, bersihkan selang dengan NaCl 0,9% 100 cc
16. Catat tipe, jumlah, dan komponen darah yang diberikan.
17. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
18. Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.

PEMASANGAN KATETER

Pengertian

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
27
Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra dan ke dalam kandung kemih.

Tujuan:

Menghilangkan distensi kandung kemih


Menatalaksana kandung kemih inkompeten
Mendapatkan spesimen urine steril.
Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya
dikosongkan.

KATETER URINE PADA WANITA

Persiapan alat:

Baki instrumen steril berisi :


o Handscone steril
o Handscone bersih
o Satu duk steril
o Satu duk fenestrated (duk dengan lubang di tengahnya)
o Larutan pembersih antiseptik
o Kapas
o Pinset
o Kateter sementara atau menetap
o Spuit yang sudah terisi dengan larutan aquades atau air matang untuk
mengembangkan balon pada kateter menetap.
Kom
Pelumas (jeli)
Wadah spesimen (botol obat bersih)
Lampu senter
Selang drainase steril dan kantong pengumpul urine (urine bag)
Plester

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
28
Selimut mandi
Perlak pengalas
Kantong sampah atau bengkok
Baki dengan air hangat dan sabun
Handuk mandi
Waslap.
Informed consent:
Menyapa / mengucapkan salam kepada pasien .
Memperkenalkan diri
Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
Minta persetujuan secara lisan kepada pasien atau keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan
Perawat cuci tangan dan menggunakan handscoon
Prosedur pelaksanaan:

1. Jelaskan prosedur kepada klien


2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Tutup ruangan atau tirai ruangan
4. Cuci tangan
5. Berdiri di sebelah kiri tempat tidur jika tangan dominan anda kiri. Bersihkan
meja samping tempat tidur dan atur peralatan.
6. Tinggikan pagar tempat tidur pada sisi yang berlawanan.
7. Bantu klien pada posisi rekumben dorsal. Minta klien untuk merilekskan
pahanya sehingga memudahkan rotasi eksternal. Jika klien tidak dapat
mengabduksikan tungkainya pada sendi pinggul, baringkan klien pada posisi miring
(sims) dengan tungkai atas fleksi pada lutut dan pinggul.
8. Selimuti klien dengan selimut mandi. Letakkan selimut dalam bentuk intan
diatas tubuh klien, satu ujung pada setiap kaki dan ujung terakhir di atas perineum.
9. Pasang perlak pengalas dan pispot.

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
29
10. Kenakan handscone sekali pakai dan cuci area perineal dengan sabun dan air
hangat dengan menggunakan waslap sesuai dengan kebutuhan dan keringkan
dengan handuk.
11. Angkat pispot dan perlak pengalas
12. Lepaskan handscone dan cuci tangan
13. Ketika akan memasang kateter menetap, buka sistem drainase. Letakkan
kantong drainase ditepi dasar kerangka tempat tidur. Naikkan selang drainase ke atas
di antara pagar tempat tidur. Setelah katetr dipasang, anda harus segera
menghubungkannya dengan sistem drainase. Kemudian cegah kemungkinan akses
kontaminasi. Sistem diposisikan untuk meningkatkan pengaruh gravitasi drainase.
14. Posisikasn lampu menyinari area perineal. Jika menggunakan lampu senter,
minta perawat lain untuk memegangnya.
15. Buka kantong kateter sesuai petunjuk, jaga bagian dasar wadah tetap steril.
16. Gunakan handscone steril
17. Ambil duk steril dan biarkan tidak melipat. Pastikan duk ini tidak menyentuh
permukaan yang terkontaminasi.
18. Biarkan ujung atas duk membentuk penutup pada kedua tangan anda. Letakkan
duk diatas tempat tidur diantara paha klien. Sisipkan tepi duk tepat dibawah bokong
klien, hati-hati jangan sampai menyentuh permukaan terkontaminasi dengan tangan
anda yang telah menggunakan handscone.
19. Amati duk steril fenestrated dan biarkan tidak melipat seperti langkah no 17.
tutupkan duk diatas perineum klien, pajankan labia, dan hati-hati jangan sampai
menyentuh permukaan yang terkontaminasi.
20. Letakkan baki instrumen sterik beserta isinya di atas duk steril diantara paha
klien.
21. Buka kemasan yang berisi larutan pembersih antiseptik dan tuangkan isinya ke
kapas atau kasa.
22. Buka wadah spesimen urine, pertahankan bagian atasnya agar tetap steril.
23. Berikan perlumas pada dasar ujung kateter 2,5 5 cm.
24. Dengan tangan nondominan anda, secara hati-hati regangkan labia untuk
pemajanan sempurna meatus uretra. Pertahankan tangan nondominan anda pada
posisi ini sepanjang prosedur.

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
30
25. Dengan tangan dominan anda, ambil kapas dengan pinset dan bersihkan area
perineal, usap dari depan ke belakang, dari klitoris ke arah anus. Gunakan bola
kapas bersih baru untuk setiap usapan, sepanjang dekat lipatan labia, sepanjang area
yang jauh dari lipatan labia, dan pada meatus.
26. Dengan tangan dominan anda, ambil kateter 7,5 10 cm dan dari ujungnya.
Letakkan ujung kateter pada wadah penampunga urine.
27. Minta klien untuk menghindari mengejan dengan cara menarik napas dalam dan
dengan perlahan memasukkan kateter melalui meatus.
28. Dorong kateter 5 7,5 cm pada orang dewasa dan 2,5 cm pada anak-anak, atau
sampai urine mengalir keluar pada ujung kateter kemudiandorong kateter sejauh 5
cm lagi.
29. Lepaska labia dan pegang kateter dengan menggunakan tangan nondominan
anda.
30. Kumpulkan spesimen urine sesuai dengan kebutuhan. Isi botol spesimen sampai
ketinggian yang diinginkan dengan memegang ujung kateter pada tangan
nondominan anda diatas wadah. Dengan tangan dominan, lipat kateter untuk
menghentikan sementara aliran urine. Lepaskan lipatan kateter untuk mengalirkan
urine yang masih tersisa dalam kandung kemih ke pemampung urine. Tutup toples
spesimen dan siapkan untuk pemberian label.
31. Biarkan kandung kemih sampai benar-benar kosong, kecuali kebijakkan institusi
membatasi volume maksimal urine untuk dialirkan pada setiap kateter.
32. Tarik keteter sementara sekali pakai dengan perlahan tetapi lembut sampai
terlepas.
33. Pada kateter menetap:
Saat memegang dengan ibu jari dan kelingking dari tangan nondominan
anda, ambil ujung kateter dan letakkan diantara jari pertama dan kedua jari
tangan tersebut.
Dengan tangan dominan anda yang bebas, hubungkan spuit ke port
injeksi pada ujung kateter.
Perlahan injeksikan sejumlah total larutan. Jika klien mengeluh nyeri
tiba-tiba, aspirasi kembali dan dorong kateter lebih jauh.

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
31
Setelah mengembangkan balon dengan baik, gunakan tangan
nondominan anda untuk menarik perlahan kateter dan merasakan tahanan.
34. Hubungkan ujung kateter dengan selang penampung dari sistem drainase.
35. fiksasi kateter ke sebelah dalam paha klien dengan plester non alergik.
Biarkanlah mengendur sehingga gerakkan paha tidak menimbulkan ketegangan pada
kateter.
36. Lepaskan sarung tangan dan rapikan peralatan, duk dan urine ke dalam wadah
yang telah disediakan.
37. Bantu klien ke posisi nyaman. Cuci dan keringkan area perineal sesuai
kebutuhan.
38. Ajarkan klien tentang cara berbaring di tempat tidur dengan kateter: miring
menghadap sistem drainase-kateter dan selang pada tempat tidur tidak terlipat;
terlentang dengan kateter selang diplester di atas paha; miring menjauh dari sistem
kateter dan selang berada diantara kaki.
39. Ingatkan klien agar tidak menarik kateter
40. Cuci tangan anda.
41. Catat hasil prosedur di catatan perawat termasuk ukuran kateter, jumlah dan
karakter urine serta toleransi klien.

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
32
KATETER URINE PADA PRIA

Persiapan alat:

Baki instrumen steril berisi:


o Handscone steril
o Satu duk steril
o Satu duk fenestrated (duk dengan lubang di tengahnya)
o Larutan pembersih antiseptik
o Kapas
o Pinset
o Kateter sementara atau menetap
o Spuit yang sudah terisi dengan larutan aquades atau air matang untuk
mengembangkan balon pada kateter menetap.
Baskom
Handscone bersih
Pelumas (jeli)
Wadah spesimen (botol obat bersih)
Lampu senter
Selang drainase steril dan kantong pengumpul urine (urine bag)
Plester
Selimut mandi
Perlak pengalas
Kantong sampah atau bengkok
Baki dengan air hangat dan sabun

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
33
Handuk mandi
Waslap
Informed consent:
Menyapa / mengucapkan salam kepada pasien .
Memperkenalkan diri
Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
Minta persetujuan secara lisan kepada pasien atau keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan
Perawat cuci tangan dan menggunakan handscone.
Prosedur pelaksanaan:

1. Jelaskan prosedur kepada klien


2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Tutup ruangan atau tirai ruangan
4. Cuci tangan
5. Berdiri di sebelah kiri tempat tidur jika tangan dominan anda kiri. Bersihkan
meja samping tempat tidur dan atur peralatan.
6. Tinggikan pagar tempat tidur pada sisi yang berlawanan. Bantu klien untuk
posisi terlentang dengan paha agak abduksi.
7. Selimuti tubuh atas klien dengan selimut mandi dan tutup ekstremitas bawah
dengan selimut tidur, hanya memajankan bagian genital.
8. Tempatkan perlak pengalas dan pispot.
9. Tempatkan handuk mandi dibawah genital.
10. Kenakan handscone dan cuci perineum dengan sabun dan air sesuai dengan
kebutuhan. Pada pria yang tidak disirkumsisi, yakinkan untuk meretraksi (menarik)
prepusium untuk membersihkan meatus uretral.
11. Angkat pispot dan perlak pengalas.
12. Lepaskan handscone dan cuci tangan

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
34
13. Ketika akan memasang kateter menetap, buka sistem drainase. Tempatkan
kantong drainase diatas tepi dasar kerangka tempat tidur. Bawa selang drainase ke
atas diantara sisi pagar tempat tidur dan kasur.
14. Buka kantong kateter sesuai petunjuk, pertahankan dasar wadah tetap steril.
15. Gunakan handscone steril.
16. Pasang duk steril. Ambil duk steril pada ujungnya dan biarkan tidak terlipat.
Pastikan duk tidak menyentuh permukaan yang terkontaminasi. Pasang duk diatas
paha klien tepat di bawah penis dengan posisi lubang duk diatas penis.
17. Letakkan baki steril dan isinya disisi paha klien atau pada atas paha.
18. Ambil bola kapas atau kasa dengan larutan antiseptik. Buka wadah spesimen
steril dengan mempertahankan bagian atasnya tetap steril.
19. Oleskan pelumas pada dasar ujung kateter 12,5 17,5 cm.
20. Dengan tangan nondominan anda, regangkan prepusium pria yang tidak
disirkumsisi. Pegang penis dibawah batang tepat dibawah glans. Regangkan meatus
uretra diantara ibu jari dan jari telunjuk. Pertahankan tangan dominan pada posisi ini
selama prosedur.
21. Dengan tangan dominan anda, ambil bola kapas dan bersihkan penis dengan
gerakan melingkar dari meatus bawah ke dasar glans. Ulangi sebanyak dua kali
dengan menggunakan bola kapas yang bersih setiap kali.
22. Ambil dengan tangan yang dominan dengan menggunakan handscone 7,5 10
cm kateter dari ujungnya. Pegang ujung kateter, gulung ditelapak tangan dominan
anda, lalu pegang kateter dengan pinset.
23. Angkat penis pada posisi tegak terhadap tubuh klien dan terapkan traksi ringan.
24. Minta klien untuk menghindari mengejan dengan cara menarik napas dalam dan
dengan perlahan, masukkan kateter melalui meatus.
25. Masukkan kateter 17,5 23 cm pada orang dewasa dan 5 7,5 cm pada anak-
anak, atau sampai urine mengalir keluar dari ujung kateter, lalu tampung pada
bengkok. Jika terasa tertahan, tarik kateter, jangan paksakan mendorongnya kedalam
uretra. Jika urine tampak keluar, dorong kateter.
26. Turunkan penis dan pegang kateter dengan kuat pada tangan nondominan.
Letakkan ujung katetr pada wadah urine.

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
35
27. Tampung spesimen urine berdasarkan langkah 30 pada prosedur keteterisasi
wanita.
28. Biarkan kandung kemih sampai benar-benar kosong, kecuali kebijakkan institusi
membatasi volume maksimal urine untuk dialirkan pada setiap kateter.
29. Lepaskan prepusium diatas glans. Dengan kaketer sementara sekali pakai, tarik
denganperlahan tetapi halus sampai lepas.
30. Jika diintruksikan pemasangan kateter menetap, kembangkan balondan periksa
kekuatan tahanan sesuai langkah 33 pada pemasangan kateter wanita.
31. Hubungkan ujung kateter ke selang penampungan sistem drainase.
32. Fiksasi kateter pada bagian atas paha klien atau abdomen bawah menggunakan
plester. Gunakan strip plester nonalergik. Biarkan sedikit mengendur sehingga setiap
gerakkan yang terjadi tidak menimbulkan tegangan pada kateter.
33. Pastikan tidak terdapat obstruksi atau lipatan pada selang. Tempatkan kelebihan
gulungan selang pada tampat tidur dan kencangkan pada dasar linen tempat tidur
dengan klip pada set drainase atau dengan gelang karet dan peniti.
34. Lepaskan handscone, lalu rapikan semua peralatan.
35. Bantu klien ke posisi nyaman. Cuci dan keringkan area perineal sesuai
kebutuhan.
36. Ajarkan klien tentang posisi yang nyaman dan tekankan pada klien untuk tidak
menarik kateter.
37. Cuci tangan.
38. Catat pada catatan perawat hasil prosedur termasuk ukuran kateter, jumlah dan
karakter urine serta toleransi klien.

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
36
PELEPASAN KATETER

Pengertian

Melepaskan drainase urine pada pasien yang dipasang kateter.

Tujuan:

Melatih pasien untuk BAK normal tanpa menggunakan kateter.

Persiapan alat:

Handscone
Pinset
Spuit
Betadine
Bengkok 2 buah
Plester
Alkohol
Lidi kapas
Informed consent:
Menyapa / mengucapkan salam kepada pasien
Memperkenalkan diri

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
37
Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
Minta persetujuan secara lisan kepada pasien atau keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan
Perawat cuci tangan dan menggunakan handscone.
Prosedur pelaksanaan:

1. Beri tahu pasien


2. Pasang sampiran atau penutup jendela
3. Bawa alat ke dekat pasien
4. Cuci tangan
5. Buka plester dengan alkohol
6. Pakai handscone
7. Keluarkan isi balon kateter dengan spuit
8. Tarik kateter dan anjurkan pasien untuk menarik napas panjang, kemudian buang
kateter pada bengkok.
9. Olesi area prepusium dengan bethadine.
10. Lepaskan handscone dan rapikan alat
11. Cuci tangan
12. Dokumentasi tindakan.

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
38
MELAKUKAN ENEMA (HUKNAH)

Pengertian

Memasukkan larutan ke dalam rektum dan kolon.

Tujuan:

Meningkatkan defekasi dengan merangsang peristaltik.


Melunakkan feses yang telah mengeras atau mengosongkan
rektum dan kolon bawah untuk prosedur diagnostik atau pembedahan.
Jenis huknah:

Huknah rendah
Huknah tinggi
Huknah gliserin

HUKNAH RENDAH

Pengertian

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
39
Memasukkan cairan hangat melalui ke dalam colon desenden dengan menggunakan
kanula rektal melalui anus.

Tujuan

Merangsang peristaltik usus


Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi,
kolonoskopi.
Tindakan pengobatan.
Indikasi:

Pasien yang mengalami obstipasi


Pasien sebelum operasi
Persiapan alat:

Pengalas
Irigator lengkap dengan kanula rektal dan klem
Cairan hangat
o Dewasa: 700 1000 ml, dengan suhu 40,50 - 430C
o Anak anak:
Bayi: 150 -250 ml
Usia bermain (todler): 2560 350 ml.
Usia sekolah: 300 500 ml
Remaja: 500 700 ml
Suhu cairan yang digunakan untuk anak anak adalah 37,70C

o Selang rektal dengan ujung bulat


Dewasa: No.22-30 G French (Fr)
Anak anak: N.12-18 G Fr
Bengkok
Pelumas (jeli)
Pispot

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
40
Sampiran
Handscone
Tisu
Informed consent:
Menyapa / mengucapkan salam kepada pasien .
Memperkenalkan diri
Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
Minta persetujuan secara lisan kepada pasien atau keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan
Perawat cuci tangan dan menggunakan handscone.
Prosedur pelaksanaan:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien


2. Cuci tangan
3. Atur ruangan dengan memasang sampiran bila pasien dirawat di bangsal umum.
4. Atur posisi pasien dengan posisi sims kiri
5. Pasang pengalas di bawah area gluteal
6. Siapkan bengkok didekat pasien
7. Irigator diisi dengan caira hangat dan hubungkan kanula rektal. Kemudian
periksa alirannya dengan membuka kanula rekti dan keluarkan air ke bengkok dan
beri jeli pada kanula.
8. Gunakan handscone
9. Masukkan kanula kira-kira 15 cm ke dalam rektum ke arah colon desenden
sambil pasien diminta menarik napas panjang dan pegang irigator setinggi 50 cm
dari tempat tidur dan buka klemnya. Air yang dialirkan sampai pasien menunjukkan
keinginan defekasi.
10. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot
atau anjurkan ke toilet. Bila pasien tidak mampu mobilisasi, bersihkan daerah
sekitar anus hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
41
12. Catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan dan respon pasien.

HUKNAH TINGGI

Pengertian

Memasukkan cairan hangat melalui ke dalam colon asenden dengan menggunakan


kanula usus. Dilakukan pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan umum.

Tujuan

Membantu mengeluarkan feses akibat konstipasi atau


impaksi fetal.
Membantu defekasi yang normal sebagai bagian dari
program latihan defekasi.
Tindakan pengobatan/ pemeriksaan diagnostik.
Persiapan alat:

Pengalas
Irigator lengkap dengan kanula usus

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
42
Cairan hangat
o Dewasa: 700 1000 ml, dengan suhu 40,50 - 430C
o Anak anak:
Bayi: 150 -250 ml
Usia bermain (todler) : 2560 350 ml.
Usia sekolah: 300 500 ml
Remaja: 500 700 ml
Suhu cairan yang digunakan untuk anak anak adalah 37,70C

o Selang rektal dengan ujung bulat


Dewasa: No.22-30 G French (Fr)
Anak anak: N.12-18 G Fr
Bengkok
Pelumas (jeli)
Pispot
Sampiran
Handscone
Tisu

Informed consent:
Menyapa / mengucapkan salam kepada pasien .
Memperkenalkan diri
Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
Minta persetujuan secara lisan kepada pasien atau keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan
Perawat cuci tangan dan menggunakan handscone.
Prosedur pelaksanaan:

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
43
2. Cuci tangan
3. Atur ruangan dengan memasang sampiran bila pasien dirawat di bangsal umum
atau bila pasien dirawat diruang privat, cukup dengan menutupi pintu kamar.
4. Atur posisi pasien dengan posisi sims kanan
5. Pasang pengalas di bawah area anus.
6. Siapkan bengkok didekat pasien
7. Irigator diisi dengan caira hangat dan hubungkan kanula usus. Kemudian periksa
alirannya dengan membuka kanula usus dan keluarkan air ke bengkok dan beri jeli
pada kanula.
8. Gunakan handscone
9. Masukkan kanula ke dalam rektum ke arah colon asenden (15-21 cm) sambil
pasien diminta menarik napas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari
tempat tidur dan buka klemnya sampai air mengalir dan menimbulkan rasa ingin
defekasi.
10. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot
atau anjurkan ke toilet. Bila pasien tidak mampu mobilisasi, bersihkan daerah
sekitar anus hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
11. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12. Catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan dan respon pasien.

HUKNAH GLISERIN

Pengertian

Memasukkan cairan melalui anus ke dalam colon sigmoid dengan menggunakan spuit
gliserin.

Tujuan:

Sebagai tindakan pengobatan


Merangsang buang air besar
Melunakkan feses
Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
44
Persiapan alat:

Selimut mandi atau kain penutup


Perlak dan pengalas
Spuit gliserin
Bengkok
Gliserin dalam tempatnya yang direndam air panas
Mangkok kecil
Pispot
Sampiran
Tisu
Waslap 2 buah
Baskom 2 buah
Handuk
sabun
Informed consent:
Menyapa / mengucapkan salam kepada pasien .
Memperkenalkan diri
Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
Minta persetujuan secara lisan kepada pasien atau keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan
Perawat cuci tangan dan menggunakan handscone.
Prosedur pelaksanaan:

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan.


2. Pasang sampiran
3. Pasang selimut mandi dan tarik selimut tidur.
4. Lepaskan pakaian bagian bawah.
5. Atur posisi pasien:

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
45
Dewasa: miring ke kiri dengan lutut kanan fleksi.
Bayi dan anak: rekumben dorsal dibawahnya di beri pispot.
6. Pasang alas dan perlaknya.
7. Teteskan gliserin pada punggung tangan untuk memeriksa kehangatan kemudian
tuangkan ke dalam mangkok kecil.
8. Isi spuit gliserin 10-20 cc dan keluarkan udara.
9. Setelah pasien berada di posisi miring, tangan kiri dan tangan kanan mendorong
bokong ke atas sambil memasukkan spuit perlahan-lahan hingga ke rektum, lalu
pasang bengkok.
10. Masukkan spuit gliserin 7-10 cm untuk orang dewasa dan 5-7,5 cm untuk anak-
anak serta 2,5-3,75 cm untuk bayi.
11. Masukkan gliserin perlahan-lahan sambil menganjurkan pasien untuk menarik
napas panjang dan dalam.
12. Cabut spuit dan letakkan dalam bengkok.
13. Bantu pasien BAB:
Bantu pasien ke toilet untuk pasien yang bisa ke toilet.
Untuk pasien dengan keadaan umum yang lemah dan tirah baring, pasang
pispot.
14. Ambil pispot.
15. Bersihkan daerah perineal pada pasien yang buang air besar pada pispot
Bersihkan dengan tisu
Ambil waslap dan bersihkan dengan air sabun pada daerah periananl.
Bilas dengan air bersih
Keringkan dengan handuk
16. Tarik alas dan perlak
17. Ganti selimut mandi dengan selimut tidur.
18. Bantu pasien mengenakan pakaian bawah.
19. Buka sampiran.
20. Rapikan alat kemudian cuci tangan
21. Dokumentasikan warna dan konsistensi feses, adanya distensi abdomen.

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
46
\

TEKNIK MENGATASI NYERI

1. DISTRAKSI

Pengertian :

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
47
Adalah suatu metode untuk menghilangkna nyeri dengan cara mengalihkan
perhatian klien pada hal-hal lain sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang
dialami.

Macam-macam teknik distraksi


1. bernafas pelan-pelan
2. masase sambil narik nafas perlahan
3. mendengarkan lagu sambil menepuk-nepukan jari/kaki
4. membayangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata
5. menonton TV ( acara faforit )

Contoh :
Bimbingan imajinasi ( guided imagery )
1. bina hubungan saling percaya
2. jelaskan prosedur : tujuan, posisi, waktu,dan peran perawat sebagai pembimbing
3. Anjurkan klien mencari posisi yang nyaman menurut klien
4. duduk dengan klien tetapi tidak mengganggu
5. Lakukan pembimbingan dengan baik terhadap klien
Minta klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau pengalaman
yang membantu pengunaaan smua indra dengan suara yang lembut
Ketika klien rileks, klien berfokus pada bayanganya dan saat itu perawat
tidak perlu berbicara lagi
Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah atau tidak nyaman
perawat harus mengehentikan latihan dan memulainya lagi keyika klien telah
siap
Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh. Setelah 15 menit

PEMBERIAN OKSIGENISASI

Definisi

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
48
Memberikan tambahan oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat bantu oksigen.
Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan oksigen
2. Mencegah terjadinya hypoxia
Persiapan Alat
1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
2. Nasal kanule atau masker
3. Vaselin/ jeli
4. Tongue spatel
5. Plester
6. Gunting
Persiapan lingkungan
1. Pasang Sampiran
2. Nyalakan lampu
3. Suruh Anggota keluarga untuk Menunggu di luar
Persiapan Pasien
Atur Posisi pasien senyaman mungkin
Persiapan Perawat
1. Perawat cuci tangan
2. Pasang Handscoon
Prosedur pelaksanaan
A. Nasal
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Cuci tangan
- Atur aliran oksigen sesuai dengan instruksi dokteruntuk bayi biasanya diberikan
0,5 s/d 1 leter (biasanya 1-6 lt/ menit) dan observasi humidifier dengan melihat
air gelembung.
- Atur posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan
- Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung dan berikan
tanda
- Buka saluran udara dari tabung oksigen
- Berikan minyak pelumas (vaselin/ jeli)
- Masukkan kedalam hidung sampai batas yang ditentukan
- Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan
lidah pasien menggunakan spatel (akan terlihat posisinya dibelakang uvula)
- Fiksasi pada daerah hidung
- Kaji vital sign, warna mukosa, dan kemudahan bernafas saat klien di pasang alat
dalam 15-30 menit pertama

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
49
- Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam
- Kaji hidung klien jika ada iritasi, Beri jeli/ vaselin jika dibutuhkan untuk
melapisi membrane mukosa
- Inspeksi peralatan secara teratur (cek liter flow meter dan tinggi air pada
humidifier dalam 30 menit)
- Catat data yang ditemukan pada dokumentasi keperawatan
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

B. Nasal Kanule
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Cuci tangan
- Atur aliran oksigen sesuai dengan instruksi dokter (biasanya 1-6 lt/ menit) dan
observasi --humidifier dengan melihat air gelembung.
- Atur posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan
- Pasang nasal kanule pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan klien,
jika kanule ingin tetap berada di tempatnya, plester pada bagian bawah wajah
- Kaji vital sign, warna mukosa, dan kemudahan bernafas saat klien di pasang alat
dalam 15-30 menit pertama
- Kaji hidung klien jika ada iritasi, Beri jeli/ vaselin jika dibutuhkan untuk
melapisi membrane mukosa
- Inspeksi peralatan secara teratur (cek liter flow meter dan tinggi air pada
humidifier dalam 30 menit)
- Catat data yang ditemukan pada dokumentasi keperawatan
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

C. Masker Wajah
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Cuci tangan
- Atur aliran oksigen sesuai dengan instruksi dokter (biasanya 1-6 lt/ menit) dan
observasi humidifier dengan melihat air gelembung.
- Atur posisi klien dengan semi fowler jika memungkinkan
- Tempatkan masker wajah kearah wajah klien dan letakkan dari hidung ke bawah
- Ikatkan elastic band melingkar kepala klien sehingga masker terasa nyaman
- Kaji vital sign, warna mukosa, dan kemudahan bernafas saat klien di pasang alat
dalam 15-30 menit pertama
- Inspeksi kulit wajah dan bersihkan bila ada basah dan keringat
- Inspeksi peralatan secara teratur (cek liter flow meter dan tinggi air pada
humidifier dalam 30 menit)
- Catat data yang ditemukan pada dokumentasi keperawatan
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
50
Suction

Peralatan :
Mesin penghisap dan set pelengkap
Kateter penghisap ukuran 14F (dibelakangi dengan alat
penutup/pembuka)
Pinset steril (pinset anatomis)
2 kom sedang berisi larutan aquades atau NaCl 0,9% dan larutan
desinfektan
Tisu/ lap kering
Kasa
Handscone steril
Spatel lidah (jika perlu)
Set oksigen
Bengkok
Stetoskop

Informed Consent

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
51
1. Menyapa/Mengucapkan Salam Kepada Pasien Dan Keluarga
2. Memperkenalkan Diri Kepada Pasien/Keluarga
3. Memberitahu Tindakan Yang Akan Dilakukan
4. Menjelaskan Tujuan Tindakan
5. Minta Persetujuan Secara Lisan Kepada Pasien/Keluarga
Tentang Tindakan Yang Akan Dilakukan

Persiapan Pasien :
1. Posisikan pasien senyaman mungkin.
2. Bila pasien sadar, siapkan posisi semi fowler
3. Bila pasien tidak sadar, posisikan pasien posisi miring, kepala ekstensi.
Persiapan Lingkungan :
Pasang sampiran, ciptakan lingkungan senyaman mungkin.
Persiapan Perawat :
Perawat cuci tangan
Prosedur pelaksanaan :
1. Perawat mencuci tangan
2. Tempatkan pasien pada posisi semifowler atau terlentang.
3. Gunakan handscone
4. Hubungkan kateter penghisap dengan slang alat penghisap.
5. Mesin penghisap dihidupkan
6. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkan kateter penghisap ke dalam kom
berisi aquades atau NaCl 0,9% untuk mempertahankan tingkat kesterilan.
7. Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap.
8. Tarik dengan memutar kateter penghisap tidak lebih dari 15 detik.
9. Bilas kateter penghisap dengan aquades atau NaCl 0,9 %.
10. Lakukan penghisapan antara penghisapan pertama dengan berikutnya. Minta klien
untuk bernapas dalam dan batuk. Apabila pasien mengalami distres pernapasan,
biarkan istirahat 20 30 detik sebelum melakukan penghisapan selanjutnya.
11. Setelah selesai, kaji jumlah, konsistensi, warna, bau sekret, dan respon klien
terhadap prosedur yang dilakukan.
12. Lapaskan kateter dengan selang suction, rendam kateter dalam larutan desinfektan.

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
52
13. Cuci tangan setelah selesai melakukan tindakan
14. Menilai kembali kondisi klinis klien
15. Mendokumentasikan prosedur dan respons klien dalam catatan klien.

PERAWATAN LUKA POST OPS

Persiapan Alat
1. Bengkok 2 buah
2. Bak Instrumen berisi:
Gunting
Pinset 2 buah
Kom kecil berisi betadine
Kasa steril
Handscone steril
3. Plester
4. Gunting Plester
5. Kasa gulung bila diperlukan\

Infomed Consent :
1. Menyapa/ mengucapkan salam kepada pasien/ keluarga
2. Memperkenalkan diri kepada pasien/ keluarga
3. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan tujuan tindakan

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
53
5. Minta persetujuan secara lisan kepada pasien/ keluarga tentang tindakan
yang akan dilakukan.

Persiapan Lingkungan :
1. Meminta pada keluarga pasien untuk menunggu diluar.
2. Tutup pintu dan jendela, pasang sampiran, nyalakan lampu.
Persiapan perawat :
Perawat cuci tangan
Prosedur Tindakan
1. Plester dan balutan dibuka dengan menggunakan pinset apabila luka tertutup
oleh balutan.
2. Bila infeksi luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau
penutup kulit dan karakter drainase (palpasi luka bila perlu dengan bagian
tangan non dominan yang tidak akan menyentuh bahan steril).
3. Bersihkan luka dengan larutan antiseptik yang diresepkan atau dengan garam
paal. Pegang kasa yang dibasahi dalam larutan dengan pinset. Gunakan kasa
terpisah untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang
terkontaminasi ke area terkontaminasi. Gerakan dalam tekanan progresif
menjadi dari insisi atau tepi luka.
4. Gunakan kasa baru untuk mengeringkan luka atau insisi
5. Berikan salep antiseptik bila dipesankan gunakan tehnik seperti pada tehnik
pembersihan. Jangan dioleskan diatas tempat drainase.
6. Pasang balutan steril kering pada insisi atau letak luka
7. Gunakan plester diatas balutan atau amankan dengan ikatan Montgomery,
balutan atau pengikat
8. Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan.
9. Buanglah semua bahan dan bantu klien kembali pada posisi nyaman.
10. Perawat cuci tangan
11. Catat pada lembar kerja observasi luka, balutan dan drainase.

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
54
Transfusi Darah

Pengertian :
Pemberian darah dari kantung darah kedalam tubuh melalui pembuluh vena

Tujuan :
Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter.

Indikasi :
1.Perdarahan akut sampai Hb<8gr% atau Ht < 30% 2.Klien dengan penyakit kelainan
darah tertentu (misalnya anemia, leukemia)

Komplikasi:
1.Reaksi transfusi hemolitik a.Reaksi hemolitik ekstravaskuler b.Reaksi hemolitik
intravaskuler 2.Infeksi a.Bakteri (stapilokok, citobakter) b.Virus (hepatitis, AIDS,
CMV) c.Parasit (malaria) 3.Lain-lain Demam, urtikaria, anafilaksis, hiperkalemia,
asidosis

B. Jenis Donor Darah

Ada dua macam donor darah yaitu :

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
55
1. Donor keluarga atau Donor Pengganti adalah darah yang dibutuhkan pasien
dicukupi oleh donor dari keluarga atau kerabat pasien.

2. Donor Sukarela adalah orang yang memberikan darah, plasma atau komponen
darah lainnya atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau bentuk
pembayaran lainnya. Motivasi utama mereka adalah membantu penerima darah
yang tidak mereka kenal dan tidak untuk menerima sesuatu keuntungan.

C. Syarat Syarat Calon Donor Darah :


1. Umur 17 60 tahun
2. Berat badan 50 kg atau lebih
3. Kadar Hemogblin 12,5 g/dl atau lebih
4. Tekanan darah 120/140/80 100 mmHg
5. Nadi 50-100/menit teratur
6. Tidak berpenyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, kencing manis, penyakit
perdarahan, kejang, kanker, penyakit kulit kronis.
7. Tidak hamil, menyusui, menstruasi (bagi wanita)
8. Bagi donor tetap, penyumbangan 5 (lima) kali setahun.
9. Kulit lengan donor sehat.
10. Tidak menerima transfusi darah/komponen darah 6 bulan terakhir.
11. Tidak menderita penyakit infeksi ; malaria, hepatitis, HIV/AIDS.
12. Bukan pencandu alkohol/narkoba
13. Tidak mendapat imunisasi dalam 2/4 bulan terakhir.
14. Beritahu Petugas bila makan aspirin dalam 3 hari terakhir.

D. Proses Transfusi Darah


1. Pengisian Formulir Donor Darah.
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan golongan, tekanan darah dan hemoglobin darah.
3. Pengambilan Darah
Apabila persyaratan pengambilan darah telah dipenuhi barulah dilakukan
pengambilan darah.
4. Pengelolahan Darah
Beberapa usaha pencegahan yang di kerjakan oleh PMI sebelum darah
diberikan kepada penderita adalah penyaringan terhadap penyakit di antaranya :
a. Penyakit Hepatitis B
b. Penyakit HIV/AIDS
c. Penyakit Hipatitis C
d. Penyakit Kelamin (VDRL)
Waktu yang di butuhkan pemeriksaan darah selama 1-2 jam
5. Penyimpanan Darah
Darah disimpan dalam Blood Bank pada suhu 26 derajat celcius.

Darah ini dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen seperti :


PRC,Thrombocyt,Plasma,Cryo precipitat

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
56
E. Pengambilan Darah
1. Oleh petugas yang berwenang.
2. Menggunakan peralatan sekali pakai.
3. 250-350 ml, tergantung berat badan.
4. Mengikuti Prosedur Kerja Standar.
5. Informed Consent : Darah diperiksa terhadap IMLTD (Infeksi Menular
Lewat Transfusi Darah) ; Hepatitis B, Hepatitis C, HIV, Sifilis).

Persiapan alat :
Perlak dan pengalas
Standar infus
Transfusi set
Larutan NaCL 0,9%
Bak instrumen berisi pinset anatomis dan sirugis, dan kasa steril
Kapas alkohol
Handscoon steril
Betadin
Torniket
Bengkok
Produk darah yang benar sesuai dengan program medis.
Kom berisi betadin
Sampiran
Plester

Informed consent
Menyapa/Mengucapkan Salam Kepada Pasien Dan Keluarga
Memperkenalkan Diri Kepada Pasien/Keluarga
Memberitahu Tindakan Yang Akan Dilakukan
Menjelaskan Tujuan Tindakan
Minta Persetujuan Secara Lisan Kepada Pasien/Keluarga Tentang Tindakan
Yang Akan Dilakukan
Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
57
Persiapan lingkungan
Meminta Keluarga Pasien Untuk Menunggu Di Luar
Tutup Pintu Dan Jendela, Pasang Sampiran, Nyalakan Lampu
Persiapan perawat

(Perawat Cuci Tangan)

Persiapan pasien
Bebaskan daerah yang mau dipasang infus dari pakaian dan atur posisi pasien sesuai
dengan tempat pemasangan infus

Prosedur tindakan :
19. Gantungkan NaCl 0,9% untuk digunakan sebelum dan setelah tranfusi darah
20. Gunakan tranfusi set (selang infus yang mempunyai filter)
21. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% terlebih dahulu sebelum pemberian
transfusi darah 100 cc
22. Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa identifikasi
kebenaran produk darah: periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa
kesesuaian dengan identitas pasien, periksa kadaluarsa, dan periksa adanya
pembekuan.
23. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama,
dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya.
24. Setelah darah diinfuskan, bersihkan selang dengan NaCl 0,9% 100 cc
25. Catat tipe, jumlah, dan komponen darah yang diberikan.
26. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
27. Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
58
Pembidaian

Persiapan Alat
1. Set balutan steril dalam bak instrumen steril
Hand scoon steril
Pinset 3 (2 anatomi, 1 sirugis)
Kasa lipat steril
Kom untuk larutan antiseptik dan larutan nomal salin
2. Bidai dari kayu/bahan kaku
3. Bengkok
4. Gunting verban
5. Plester
6. Kasa gulung/verban elastis
7. Perlak dan pengalas
8. Cairan NaCl 0,9%
9. Kantong tahan air untuk sampah
10. larutan klorin dalam waskom

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
59
Informed consent
1. Menyapa atau mengucapkan salam kepada pasien/keluarga
2. Memperkenalkan diri kepada pasien/keluarga
3. Memberitahu tindakan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan tujuan tindakan
5. Minta persetujuan secara lisan kepada pasien/kelarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
Persiapan lingkungan dan pasien
1. Pasang sampiran
2. Atur posisi klien
Persiapan perawat
1. Perawat mencuci tangan di air mengalir dan keringkan dengan handuk
2. Pasang sarung tangan
3. Alat-alat didekatkan
Pelaksanaan tindakan

1. Buka daerah yang cedera yang akan dilakukan pembidaian.

2. Sepatu, gelang, jam tangan harus dilepas bila mengganggu daerah pembidaian.

3. Apabila penderita mengalami luka atau fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan
rawat luka.

4. Bersihkan luka dengan kasa steril dan cairan NaCl, desinfeksi luka dengan
cairan antiseptik

5. Buang kasa setelah perawatan luka di dalam kantong plastik yang tahan air.

6. Tutup luka dengan kasa steril dan balut dengan kasa gulung jangan terlalu ketat
atau terlalu longgar.

7. Lakukan penarikan ringan pada ujung tungkai (kaki) atau ujung lengan (tangan).
Bila teraba krepitasi jangan teruskan.

8. lakukan penilaian PMS (pulse nadi, motorik, sensorik).

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
60
9. *Lakukan pembidaian harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum
dipasang, diukur dahulu pada sendi yang sehat.

10.Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan sebagai


penyangga di antara bagian yang patah/daerah yang berlekuk agar tidak terjadi

11. kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada
bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.

12. Mengikat bidai dengan pengikat yaitu kasa gulung dimulai dari sebelah atas dan
bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur.
Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota
tubuh yang dibidai.

13. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar
secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.

14. Bila tidak ada alat kaku/kayu, dapat dilakukan immobilasasi ke tubuh, misalnya
dengan membalut lengan ke tubuh, atau membalut tungkai ke tungkai yang
sehat.

15. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.

16. Memeriksa kembali PMS (pulse, motorik, sensorik) setelah selesai membidai.

17. Lepaskan sarung tangan

18. Klien dirapikan kembali

19. Alat dirapikan kembali, yang telah di pakai di rendam dalam larutan klorin.

20. Mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk bersih.

21.Dokumentasi keperawatan

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
61
Nebulizer

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. Perlakukan klien secara hati-hati.
2. Saat awal tindakan klien perlu didampingi sampai terlihat tenang.
Indikasi Nebulizer Therapy
Utk memberikan medikasi secara langsung pada saluran napas utk mengobati, berikut
ini:
1. Bronchospasme akut
2. Produksi mukus yang berlebihan
3. Batuk dan sesak napas
4. Epiglotitis
Kontraindikasi
Pasien yg tidak sadar atau confusion tidak kooperatif dengan prosedur ini,
membutuhkan pemakaian mask/sungkup; tetapi mask efektivitasnya berkurang secara
signifikan.
Prosedur Memberikan Nebulizer:

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
62
1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pengobatan khususnya pada klien yang
menggunakan bronkodilator.
2. Jelaskan prosedur pada klien.
3. Atur posisi klien senyaman mungkin paling sering dalam posisi semifowler, jaga
privasi.
4. Petugas mencuci tangan.
5. Nebulizer diisi obat (sesuai program pengobatan) dan cairan normal salin 4-
6cc.
6. Hidupkan nebulizer kemudian hubungkan nebulizer dan selangnya ke flow
meter oksigen dan set aliran pada 4-5 liter/menit, atau ke kompresor udara.
7. Instruksikan klien untuk buang nafas.
8. Minta klien untuk mengambil nafas dalam melalui mouth piece, tahan nafas
beberapa saat kemudian buang nafas melalui hidung.
9. Observasi pengembangan paru / dada klien.
10. Minta klien untuk bernafas perlahan-lahan dan dalam setelah seluruh obat
diuapkan.
11. Selesai tindakan, anjurkan klien untuk batuk setelah tarik nafas dalam beberapa
kali (teknik batuk efektif)
12. Klien dirapikan.
13. Alat dirapikan.
14. Petugas mencuci tangan.
15. Catat respon klien dan tindakan yang telah dilakukan.

Perawatan Luka kotor

Peralatan lain terdiri dari:


1. Sarung tangan
2. Gunting plester

3. Plester/perekat

4. Alkohol 70 % / Wash bensin

5. Desinfektant

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
63
6. NaCl 0,9 %

7. Bengkok 2 buah, 1 buah berisi larutan desinfektan

8. Verband

9. Obat luka sesuai kebutuhan

Tahap Kerja
1. Menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas

3. Membuka peralatan

4. Memakai sarung tangan

5. Membasahi plester dengan alcohol/wash bensin dan buka menggunakan pinset

6. Membuka balutan lapis luar

7. Membersihkan sekitar luka dan bekas plester

8. Membuka balutan lapis dalam

9. Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk mengeluarkan pus

10. Melakukan debridement

11. Membersihkan luka dengan cairan NaCl

12. Melakukan kompres desinfektan dan tutup dengan kasa

13. Memasang plester atau verband

14. Merapikan pasien

Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
2. Berpamitan dengan klien

3. Membereskan alat-alat

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
64
4. Mencuci tangan

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawat

LUKA BERSIH
TUJUAN :
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah infeksi

3. Memberi rasa nyaman

PERSIAPAN ALAT :
ALAT STERIL :
1. Duk steril
2. Instrumen set ( 2 set)

3. Sarung tangan

4. Bethadin 10 %

5. Sofratul

6. Kain kasa

7. Alkohol

ALAT TIDAK STERIL :


1. Bengkok
2. Tempat kotoran

3. Tempat larutan lysol / saflon

4. Pembalut

5. Gunting verban

6. Plester / Hepafik

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
65
7. Perlak pengalas

CARA KERJA :
1. Perawat cuci tangan, alat-alat disiapkan
2. Pasien diberitahu, atur posisi pasien senyaman dan semudah mungkin

3. Penutup & kasa diangkat / digunting dimasukan dalam bengkok tempat


sampah ( pincet diletakan pada tempat on direndam larutan lisol / saflon)

4. Luka dibersihkan dengan kasa bethadin memakai alat steril, searah dari dalam
keluar

5. Kasa kotor dibuang pada tempatnya

6. Observasi keadaan luka

7. Luka diberi obat (Sofratul) tutup kasa memakai alat steril(jaga kasa tidak
melekat langsung pada luka tutup rapat dengan hepafik

8. Alat-alat dibereskan, pasien dirapikan.

9. Perawat cuci tangan

10. Dokumentasi

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
66
KOMPRES
Pengertian kompres
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat
yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.

a.kompres panas
1. memperlancar sirkulasi darah
2. mengurangi rasa sakit

3. memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien

4. merangsang peristatik usus

b. Kompres dingin
1. menurunkan suhu tubuh
2. mencegah peradangan meluas

3. mengurangi kongesti

4. mengurangi perdarahan setempat

5. mengurangi rasa sakit pada daerah setempat

c. Indikasi pemberian kompres


1. Kompres panas
- klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah)
- klien dengan perut kembung

- klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian

- sepasme otot

- adanya abses, hematoma

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
67
2. Kompres dingin
- klien dengan suhu tubuh yang tinggi
- klien dengan batuk dan muntah darah

- Pascatonsilektomi

- radang, memar

Kompres Panas Basah

Persiapan alat :
1. kom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46c)
2. bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai

3. kasa perban atau kain segitiga

4. pengalas

5. sarung tangan bersih di tempatnya

6. bengkok dua buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%)

7. waslap 4 buah/tergantung kebutuhan

8. pinset anatomi 2 buah

9. korentang

Prosedur Kerja
1. dekatkan alat-alat kedekat klien
2. perhatikan privacy klien

3. cuci tangan

4. atur posisi klien yang nyaman

5. pasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
68
6. kenakan sarung tangan lalu buka balutan perban bila diperban. Kemudian, buang
bekas balutan ke dalam bengkok kosong

7. ambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak seteril, lalu masukkan ke
dalam kom yang berisi cairan hangat.

8. kemudian ambil kasa tersebut, lalu bentangkan dan letakkan pada area yang akan
dikompres

9. bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu ditutup/dilapisi dengan kasa
kering. selanjutnya dibalut dengan kasa perban atau kain segitiga

10. lakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program dengan anti balutan
kompres tiap 5 menit

11. lepaskan sarung tangan

12. atur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman

13. bereskan semua alat-alat untuk disimpan kembali

14. cuci tangan

15. dokumentasikan tindakan ini beserta responnya

Hal yang perlu diperhatikan:


1. kain kasa harus diganti pada waktunya dan suhu kompres di pertahankan tetap
hangat
2. cairan jangan terlalu panas, hindarkan agar kulit jangan sampai kulit terbakar

3. kain kompres harus lebih besar dari pada area yang akan dikompres

4. untuk kompres hangat pada luka terbuka, peralatan harus steril. Pada luka
tertutup seperti memar atau bengkak, peralatan tidak perlu steril karena yang
penting bersih.

5. kompres panas kering menggunakan buli-buli panas

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
69
Persiapan Alat :
1. buli-buli panas dan sarungnya
2. termos berisi air panas

3. termomerter air panas

Prosedur Kerja
1. lakukan pemasangan telebih dahulu pada buli-buli panas dengan cara : mengisi
buli-buli dengan air panas, kencangkan penutupnya kemudian membalik posisi
buli-buli berulang-ulang, lalu kosongkan isinya. Siapkan dan ukur air yang di
inginkan (50-60c)
2. isi buli-buli dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah bagian dari buli-buli
tesebut. Lalu keluarkan udaranya dengan cara : letakkan atau tidurkan buli-buli di
atas meja atau tempat datar.Bagian atas buli-buli di lipat sampai kelihatan
permukaan air di leher buli-buli. Kemudian penutup buli-buli di tutup dengan
rapat/benar

3. Periks apakah buli-buli bocor atau tidak lalu keringkn dengan lap kerja dan
masukkan ke dalam sarung buli-buli

4. Bawa buli-buli tersebut ke dekat klien

5. Letakkan atau pasang buli-buli pada area yang memerlukan

6. Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetaui kelainan yang timbul akibat
pemberian kompres dengan buli-buli panas, seperti kemerahan, ketidak nyamanan,
kebocoran, dsb.

7. Ganti buli-buli panas setelah 30 menit di pasang dengn air anas lagi, sesuai yang
di kehendaki

8. Bereskan alat alat bila sudah selesai

9. Cuci tangan

10. Dokumentasikan

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
70
Hal-hal yang peril di perhatikan:
1. buli-buli panas tidak boleh diberikan pada klien pendarahan
2. pemakaian buli-buli panas ada bagian bdomen, tutup buli-buli mengarah ke atas
atau ke samping

3. pada bagian kaki, tutup buli-buli mengarah ke bawah atau ke samping

4. buli-buli harus di periksa dulu atau tidak cicin karet pada penutupnya

Kompres Dingin Basah Dengan Larutan Obat Anti Septic

Persiapan Alat :
1. mangkok bertutup steril
2. bak steril berisi pinset steril anatomi 2 buah, beberap kain kasa sesuai keutuhan

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
71
3. cairan nti septic berupa PK 1:4000, revanol 1:1000 sampai 1:3000 dst kebutuhan,
larutan betadin

4. pembalut bila perlu

5. perlak dan pengalas

6. sampiran bila perlu

Prosedur Pelaksanaan :
1. dekatkan alat ke dekat klien
2. pasang sampiran

3. cuci tangan

4. pasang perlak pada area yang akan di kompres

5. mengocok obat atau larutan bila terdapat endapan

6. tuangkan cairan kedalam mangok steril

7. masukkan beberapa potong kasa kedalam mangkok tersebut

8. peras kain kasa trsbt dg menggunkan pingset

9. bentangkan kain kasa dan letakkan kasa di atas area yang dikompres dan di balut

10. rapikan posisi klien

11. bereskan alat-alat setelah selesai tindakan

12. cuci tangan

13. dokumentasikn

Hal yang perhatikan


1. kain kasa harus sering dibasai agar tetap basah
2. pada luka bakar kotorkasa di ganti tiap 1-2 jam

3. perhatikan kulit setempat/sekitarnya. Bila terjadi iritasi segera laporkan

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
72
4. pada malam hari agar kelembapan kompres bertahan lama, tutupi dengan kapas
sublimat

Kompres Dingin Basah Dengan Air Biasa/Air Es

Persiapan Alat :
1. kom kecil berisi air biasa/air es
2. perlak pengalas

3. beberapa buah waslap/kain kasa dengan ukuran tertentu

4. sampiran bila perlu

5. selimut bila perlu

prosedur Kerja:
1. dekatkan alat-alat ke klien
2. pasang sampiran bila perlu

3. cuci tngan

4. pasang pengalas pada area yang akan dikompres

5. masukkan waslap/kain kasa kedalam air biasa atau air es lalu diperas sampai
lembab

6. letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area yang akan dikompres

7. ganti waslap/kain kasa tiap kali dengan waslap/kain kasa yang sudah terendam
dalam air biasa atau air es.

8. Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun

9. Rapikan klien dan bereskan alat-alat bila prasat ini sudah selesai

10. Cuci tangan

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
73
11. Dokumentasikan

Hal yang harus diperhatikan:


1. Bila suhu tubuh 39c/lebih, tempat kompres dilipat paha dan ketiak
2. Pada pemberian kompres dilipat paha, selimut diangkat dan dipasang busur
selimut di atas dada dan perut klien agar seprei atas tidak basah

Kompres Dingin Kering Dengan Kirbat Es (eskap)

Persiapan alat :
1. Kirbat es/eskap dengan sarungnya
2. Kom berisi berisi potongan-potongan kecil es dan satu sendok teh garam agar
es tidak cepat mencair

3. Air dalam kom

4. Lap kerja

5. Perlak pengalas

Prosedur Kerja :
1. Bawa alat-alat ke dekat klien
2. Cuci tangan

3. Masukkan batnan es ke dalam kom air supaya pinggir es tidak tajam

4. isi kirbat es dengan potongan es sebanyak kurang lebih setengah bagian dari
kirbat tersebut

5. keluarkan udara dari eskap dengan melipat bagian yang kosong, lalu di tutup
rapat

6. periksa skap, adakah kebocoran atau tidak

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
74
7. keringkan eskap dengan lap, lalu masukkan ke dalam sarungnya

8. buka area yang akan di kompres dan atur yang nyaman pada klien

9. pasang perlak pengalas pada bagian tubuh yang akan di kompres

10. letakkan eskap pada bagian yang memerlukan kompres

11. kaji keadaan kulit setiap 20 menit terhadap nyeri, mati rasa, dan suhu tubuh

12. angkat eskap bila sudah selesai

13. atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman

14. bereskan alat setelah selesi melakukan prasat ini

15. cuci tangan

16. dokumentasikan

Hal-hal yang perlu di perhatikan


1. bila klien kedinginan atau sianosis, kirbat es harus segera di angkat
2. selama pemberian kirbat es, perhatikan kult klien terhadap keberadaan iritasi dan
lain-lain

3. pemberian kirbat es untuk menurukan suhu tubuh, maka suhu tubuh harus di
control setiap 30-60 menit.bila suhu sudah turun kompres di hentikan

4. bila tdak ada kirbat es bias menggunakan kantong plastic

5. bila es dalam kirbat es sudah mencair harus segera dig anti (bila perlu)

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
75
PROSEDUR PEMBALUTAN

A. PENGERTIAN
Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh tertentu agar
tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

B. TUJUAN
1. Menahan sesuatu supaya tidak bergeser dari tempatnya
2. Menahan pembengkakan (menghentikan pendarahan: pembalut tekanan)
3. Menunjang bagian tubuh yang cedera
4. Menjaga agar bagian yang cedera tidak bergerak
5. Menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi.

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
76
C. INDIKASI
Pada pasien yang mengalami dislokasi, subluksasi, sprain atau sprain, atau terdapat luka
pada area tubuh

E. PERSIAPAN ALAT
1. Balut tekan (balut elastik)
2. Mitella
3. Set perawatan luka

G. PROSEDUR TINDAKAN
A. Fase Orientasi
1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur
5. Menempatkan alat ke dekat pasien
6. Mencuci tangan

B. Fase Kerja
1. Memeriksa bagian tubuh yang akan dibalut ; (lihat, raba dan gerakkan)
2. Melakukan tindakan prapembalutan ; membersihkan atau perawatan luka,
mencukur rambut area pembalutan, tutup dengan kasa steril
3. Memilih jenis pembalutan yang tepat
4. Membalut dengan benar ; posisi, arah dan teknik
5. Evaluasi hasil pembalutan ; mudah lepas/longgar, terlalu ketat (mengganggu
peredaran darah / gerakan)

C. Fase Terminasi
1. Merapikan pasien
2. Melakukan evaluasi tindakan

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
77
3. Merapikan alat
4. Mencuci tangan

KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT yang dengan karunia-Nya telah Penulis Buku
Panduan Praktikum Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia menyelesaikan tulisannya
untuk dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa mahasiswi Akademi Kesehatan Sapta Bakti
Bengkulu yang membutuhkan.

Mahasiswa mahasiswi Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu menyakini


bahwa manusia sebagai mahluk bio-psikososio-kultural dan spiritual yang utuh
berespon terhadap suatu perubahan yang terjadi, antara lain karena gangguan kesehatan
dan penyimpangan pemenuhan kebutuhan manusia.

Dengan Buku Panduan Praktikum Laboratorium ini diharapkan mahasiswa


mahasiswi Akademi Kesehatan Sapta Bakti Bengkulu dapat lebih memahami dengan
Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
78
melaksanakan standar operasional yang baik, diharapkan kebutuhan dasar manusia
dapat terpenuhi dengan baik. SELAMAT BELAJAR

Bengkulu, Maret 2011

Direktur

Hj. Djusmalinar,SKM, M.Kes

Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia II AKKES Sapta Bakti Bengkulu Page
79

Anda mungkin juga menyukai